Sie sind auf Seite 1von 13

Arman Anwar, Penerapan Bioteknologi Rekayasa Genetik ………………….

1
Jurnal Sasi Vol. 17 No. 4 Bulan Oktober – Desember 2010

PENERAPAN BIOTEKNOLOGI REKAYASA GENETIKA DIBIDANG MEDIS


DITINJAU DARI PERSPEKTIF FILSAFAT PANCASILA, HAM DAN
HUKUM KESEHATAN DI INDONESIA

Oleh: Arman

Anwar ABSTRACT
Along with the development of increasingly secular, hedonistic, pragmatic and
individualistic, has had an impact on some people who are now experiencing a shift in values
and outlook on life. That influence is reflected in the idealism of thought that tends to ignore
social norms and religious ties. The desire for more freedom in every way especially when
freedom is correlated with the application of advanced science and technology, making them
feel no longer be subject to and bound as a member of a group within the community. Even
then became an autonomous individual, and may be freely questioned the tradition, moral,
religious doubt. Finally, the concept of body and soul are also considered to be an absolute
private property where a person is free to be able to do anything against the body and soul.
Progress in the field of genetic engineering technology is a major influence on the
development of the concept of freedom is because humans have been able to roam in areas
that have long been regarded as the prerogative of God. Gene therapy now, can be utilized to
minimize or even eliminate the possibility of birth defects under the fetus. Especially with the
discovery of methods of cloning, the creation of duplicate living things can also be performed.
The issue was whether the positive law in Indonesia can justify such freedom among
the various interests of the dilemma. It is interesting to examine given the fundamental law of
Indonesia on the one side is paying tribute to the efforts to develop science and technology
but on the other side must also consider the ethical values, social, religious and legal.

Keyword: Biotechnology, Freedom, Health, and Law

A. LATAR BELAKANG. ilmu pengetahuan dan teknologi sangat


menonjol dalam memajukannya.
Peran ilmu pengetahuan dan Khusus menyangkut kemajuan ilmu
tekologi (iptek) dalam segala sektor makin pengetahuan dan teknologi dalam bidang
lama makin besar. Dalam teorinya, kesehatan, dapat diketahui dari banyaknya
Schumpeter,1 telah memprediksi bahwa penemuan obat-obatan di bidang farmasi
inovasi ilmu pengetahuan dan teknologi maupun terapi pengobatannya. Perkembang-
akan mendorong pertumbuhan ekonomi. an ilmu pengetahuan dan teknologi medis
Sekarang ini saja menurutnya, industri yang bertumpu pada penelitian, sebagian
teknologi informasi telah membangun new besar harus didasarkan atas percobaan pada
economy dengan karakter dan pasar yang manusia.2 Dalam bidang ilmu kedokteran,
berbeda dengan ekonomi kontemporer yang penelitian pada manusia merupakan sesuatu
didukung oleh industri otomotif, baja dan yang tak dapat dihindarkan demi perbaikan
lain-lain. Demikian pula dalam sektor
militer, kesehatan dan sebagainya, peran
2
Veronica Komalawati, Peranan Informed Consent
1
Arief B. Witarto, Kebebasan dan Etika Ilmu Dalam Transaksi Terapeutik Suatu Tinjauan Yuridis
Pengetahuan, Harian Bisnis Indonesia, 21 Oktober Persetujuan Dalam Hubungan Dokter dan Pasien,
2005 Citra Aditya Bakti, Bandung, 1999, hlm 89-90.
dalam diagnosis, terapi, pencegahan, dan pertimbangan moral, etika, sosial, hukum,
pem-berantasan penyakit.3 psikologi dan theologi. Segala permasalahan
Dalam bidang penelitian kesehatan dapat timbul dengan penerapan bioteknologi
ada dua macam penelitian yang dibedakan medis yang meluas ini, misalnya masalah
secara mendasar, yaitu: 4 tentang status sebagai subyek hukum dan
(1). Penelitian yang tujuan utamanya adalah status bagi orang tua yang melahirkan
diagnostik atau terapeutik bagi pasien. melalui proses rekayasa genetik diatas
Penelitian ini adalah kombinasi antara cawan petri atau piranti teknologi yang
penelitian dan perawatan profesional, canggih. Dan juga hak-haknya dalam
atau disebut riset klinis. lingkungan kehidupan keluarga dan
(2). Penelitian yang tujuan utamanya adalah masyarakat. 7

ilmiah murni tanpa nilai dianogstik dan Penemuan dan pengembangan


terapeutik bagi subyek yang diteliti teknik-teknik yang ada untuk menjawab
sendiri. penelitian ini merupakan masalah manusia jarang yang terlepas dari
penelitian non terapeutik, atau disebut dilema. Di tangan manusia, bioteknologi
riset biomedik non-klinis. medis dapat dipakai untuk kepentingan yang
Riset biomedik yang dilakukan saat jahat dan baik. Adalah hal yang mustahil
ini, semakin menjadi aktual seiring dengan bagi manusia dengan hikmatnya sendiri
perkembangan pengetahuan dan teknologi dapat menjawab setiap permasalahan yang
biomedis. Lahirnya bioteknologi modern ini ada dengan memuaskan tanpa menimbulkan
ditandai dengan munculnya teknologi ekses-ekses negatif. Manusia hanya dapat
Rekombinan DNA (Deoxiribo Nucleic menciptakan bioteknologi medis tanpa
Acid).5 Teknologi ini bukan hanya mampu mengantisipasi dampak bioteknologi
memberikan harapan dapat disempurna- medis itu sendiri. Dalam kasus bioteknologi
kannya proses dan produk saat ini, tetapi medis kloning misalnya, teknik ini berusaha
diharapkan juga mampu mengembangkan melepaskan proses reproduksi dari
produk baru sama sekali. Produk yang hubungan kelamin dua organisme sejenis
sebelumnya diperkirakan tidak mungkin berbeda kelamin, dan jika hal ini dilakukan
dibuat, dapat dibuat bahkan memudahkan maka akan terbuka kemungkinan kehamilan
realisasi proses-proses lain yang baru pula.6 dengan beragam permasalahannya. Manusia
Teknik-teknik di atas berkembang akan dapat terus mencoba apakah kloning
secara bertahap. Tiap tahapan yang ada tidak dapat dilakukan, misalnya antara manusia
pernah lepas dari sikap pro dan kontra. dengan hewan ternak ruminansia (sapi,
Bukan saja karena ilmu pengetahuan itu kambing, domba) hanya saja yang ini
sendiri yang dipermasalahkan, melainkan "dilegitimasi" oleh bioteknologi. Kehadiran
juga implikasi dan dampak yang bioteknologi bukan hanya membawa
ditimbulkannya terhadap manusia dari segi perubahan sosial yang cukup besar, tetapi
juga memunculkan pemikiran baru dalam
3
Ratna Suprapti Samil, Etika Kedokteran Indonesia, bidang etika, moral, nilai dan hukum.8
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, Masalah etis akan segera timbul
2001, hlm 121
4
Pedoman Etik Indonesia, 1987: hlm5-12, dalam apabila bioteknologi medis ini diterapkan
Veronica Komalawati, Peranan Informed ,Op Cit hlm kepada manusia, karena dalam proses
89-90 pembuahan di tabung petri, biasanya banyak
5
Arief B. Witarto, Bioteknologi di Indonesia: Kondisi
dan Tantangan, Inovasi Online, Melalui http://io.ppi- 7
Yuzo Adhinarta S.T., Syair dalam Teknologi
jepang.org/article.php?id=174
6 Kontemporer Hari Ini Domba Besok Gembala Sebuah
Veronica Komalawati, Membangun Hukum Yang Kritik Terhadap Kloning dan Semangat Zaman, Dalam
Manusiawi Dalam Mencegah Eksploitasi Bioteknologi, http://members.tripod.com /GKA_Gloria/feb98.htmab
Informasi Genetik, Dan Bioterorisme di Indonesia, hlm 5
Orasi Ilmiah Guru Besar Hukum Kesehatan, Fakultas 8
Muhammad Djumhana, 1995, hlm 58, Dalam Veronica
Hukum Universitas Padjadjaran, Bandung, 2009, hlm 9 Komalawati, Membangun Hukum , Op Cit, hlm 8
embrio dihasilkan, tetapi tidak semua dapat seperti pada proses kloning merupakan,
dipakai untuk ditanam dalam rahim, maka ”Kekuatan teknologi baru yang amat
oleh sebab itu sebagian lagi akan dahsyat, dan bakal melampaui batas
dimusnahkan atau dibuang. Padahal secara kemampuan manusia untuk menggunakann-
etis embrio adalah mahkluk hidup. Apalagi nya dengan aman. Baik kelentingan alam
jika kloning manusia dilakukan dengan maupun masyarakat kita tidak akan mampu
menggunakan jasa bank sel telur dan memberi perlindungan yang memadai
melibatkan pihak ketiga yaitu ibu terhadap dampak rekayasa genetika yang
pengandung yang menyediakan jasa dapat diantisipasi”.12
penyewaan rahimnya sampai pada proses Dampak percobaan revolusi rekayasa
kelahiran. Tidak terbayangkan betapa genetik belum dipikirkan terhadap bentuk
kompleksnya permasalahan etis yang akan kehidupan yang dimodifikasi secara genetik
timbul. dan interaksinya dengan organisme lain,
Ketika manusia mengembangkan bioteknologi ini, tidak seperti bahan kimia
bioteknologi medis sebagian menjadi berbahaya, misalnya pestisida dan CFC yang
optimis bahwa bioteknologi tersebut akan tidak ramah lingkungan, dapat ditarik
memberikan kemungkinan bagi manusia peredarannya dari pasaran. Produk rekayasa
untuk hidup lebih panjang, mengobati lebih gentik tidak dapat ditarik dari pasaran.
banyak penyakit, mendapatkan keturunan Seperti diungkapkan George Wald bahwa,13
tanpa harus melalui lembaga perkawinan, ”Pada kasus rekayasa genetik, hasilnya
dan memperkecil kemungkinan kematian mungkin organisme penting yang berumur
bayi saat dilahirkan. Karena itu bioteknologi panjang dan sifatnya lebih permanen. Akan
telah membawa manusia berada pada era tetapi sekali organisme itu ’diciptakan’
sintetis dan diakui sebagai salah satu industri maka tidak dapat ditarik kembali.”
kunci. Kehadiran bioteknologi akan Mengingat adanya perkembangan
menguasai kehidupan manusia dan memiliki tuntutan kebutuhan dimasyarakat di satu sisi,
kekuatan besar untuk mengubah jalannya dan nuansa pro-kontra pengaturannya dalam
perkembangan organisme hidup. Orang instrumen internasional serta kepentingan
tidak hanya menemukan dan mengurai domestik negara pada sisi lain. Hal ini
kehidupan, tetapi berusaha mengubah dan menciptakan suatu kondisi faktual yang
menciptakan kehidupan.9 Dengan kemajuan menarik untuk dikaji dan dianalisa bila
pesat yang terjadi di bidang bioteknologi dikaitkan dengan pengelolaan bioteknologi
medis, manusia berusaha menemukan hal- medis yang aman lingkungan dan sesuai
hal baru dalam pola dan tujuan itu.10 dengan martabat manusia serta melindungi
Revolusi bioteknologi sebagai obyek hak-hak asasi manusia. Setidaknya dari hasil
kajian, bukan hanya penting dan dibutuhkan kajian ini diharapkan nantinya negara
dalam kehidupan manusia untuk mencapai Indonesia perlu memiliki kriteria batas yang
kemajuan kesejahteraannya secara optimal, jelas antara teknologi dan produk yang
tetapi juga dapat menimbulkan pemikiran berbahaya dan yang tidak diperlukan dengan
dan tantangan baru khususnya tentang yang aman dan diinginkan sesuai degan
moralitas manusia dan kearifan hukum kepentingan bangsa Indonesia dan diatur
dalam berbagai aspeknya.11 dengan peraturan perundang-undangan yang
Ilmuwan terkemuka seperti Liebe jelas. Pemikiran ini membutuhkan
Cavalieri, George Wald dan David Suzuki
mengatakan bahwa bioteknologi medis 12
Ibid, hlm 125.
13
9 Vandana Shiva, Hati-hati Memilih Teknologi dari
Djumhana, 1995, hlm 33, Dalam Veronica Komalawati,
Negara Maju, dalam Hesty Widayanti dan Ika N.
Membangun Hukum.. .,Op Cit, hlm 9
10 Krishnayanti (ed), Bioteknologi Imperialisme Modal &
Ibid, hlm 8
11 Kejahatan Global, Insist Press, Yogyakarta, 2003, hlm
Ibid, hlm 9 128
perbandingan dan evaluasi diantara pilihan- untuk kesejahteraan seluruh rakyat dengan
pilihan dan perlakuan bioteknologi yang mengutamakan kepentingan bersama yang
selayaknya, tanpa mengabaikan rasa berkesadaran relegius, berbudi pekerti luhur,
penghormatan yang tinggi terhadap martabat dan berkeseimbangan antara individu dan
manusia, Hukum dan hak-hak asasi manusia masyarakat, dan antara masyarakat dengan
Indonesia. Tuhannya secara lahir maupun batin.
Pancasila sebagai paradigma pem-
bangunan ilmu dan teknologi khususnya
B. PEMBAHASAN dalam konteks pengembangan ilmu yang
berkaitan dengan bioteknologi rekayasa
1. Dalam Perspektif Filsafat Pancasila genetika. Kajiannya tentu menyentuh secara
Mengingat tujuan penerapan bio- filosofis, mengenai landasan antropologis
teknologi rekayasa genetika dibidang medis Pancasila.
harus dapat diarahkan untuk memajukan Filsafat antropologis Pancasila me-
peradaban dan kesejahteraan umat manusia mandang manusia sebagai monopluralis.
namun tetap berkepribadian Indonesia maka Manusia sebagai monopluralis memiliki
penerapannya harus sesuai dengan prinsip dimensi-dimensinya. Dalam dimensi kodrat,
negara hukum Pancasila. yaitu suatu tatanan yaitu manusia terdiri atas jiwa yang terbagi
kehidupan masyarakat yang berperiketuhan- menjadi beberapa unsur seperti akal, rasa,
an, berperikemanusiaan, berperikebangsaan, dan karsa. Sifat kodrat manusia mencakup
berperikerakyatan dan berperikesejahteraan sifat manusia sebagai makhluk individu dan
rakyat melalui cara pandang integralistik makhluk sosial. Kedudukan kodrat manusia
(kekeluargaan) yang khas yakni meng- mencakup kedudukan manusia sebagai
utamakan rakyat banyak namun tetap makhluk berdiri sendiri dan makhluk Tuhan.
menghargai harkat dan martabat setiap Dari susunan kodrat, sifat kodrat dan
individu, dan bukan dalam cara pandang kedudukan kodrat manusia tersebut,
yang individualistik (perseorangan). Asas manusia dapat memelihara hubungannya
inilah yang dianut dalam negara hukum dengan Tuhan, dengan diri sendiri, dengan
Pancasila.14 sesama manusia, dan dengan alam seki-
Untuk itu maka kebebasan penerapan tarnya secara serasi, selaras dan seimbang.
bioteknologi rekayasa genetika dalam Aktualisasi nilai filsafat antropologis
bidang medis harus dapat dimaknai sebagai Pancasila dalam pembangunan diformula-
hak kebebabasan individu yang tidak sikan dalam konsep pembangunan manusia
bersifat mutlak namun harus dapat Indonesia seutuhnya.15
diselaraskan dengan tanggung jawab sosial, Konsep pembangunan manusia
karena didalam kebebasan itu melekat Indonesia seutuhnya adalah upaya bangsa
tanggung jawab terhadap kepentingan umum untuk mencapai tujuan pembangunan
dan kepentingan bersama. Tidak boleh nasionalnya sebagaimana yang dinyatakan
seorangpun atau golongan tertentu apriori dalam Pembukaan UUD 1945. Negara
mempertahankan hak atau memaksakan dalam rangka mewujudkan tujuannya
kehendaknya. Masyarakat Indonesia adalah tersebut harus dikembalikan pada dasar-
masyarakat kekeluargaan dan kegotong- dasar hakikat manusia. Oleh karena itu,
royongan dimana hukum dibuat bukan untuk dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan
menjamin kesenangan individu semata tetapi teknologi yang berkaitan dengan bio-
teknologi rekayasa genetika. harus meliputi
14
aspek jiwa yang mencakup akal, rasa dan
Padmo Wahyono, Konsep Yuridis Negara Hukum
Indonesia, Dalam Abu Daud Busroh, Capita Selakta
Hukum Tata Negara, Rhineka Cipta, Jakarta, 1994,, 15
Surajiwo, Filsafat Ilmu Dan Perkembangannya di
hlm 144-147 Indonesia, Bumi Aksara, Jakarta, 2008,, hlm 160-161
kehendak, aspek raga, aspek individu, aspek Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan
makhluk sosial, aspek pribadi dan juga HAM adalah seperangkat hak yang melekat
aspek kehidupan ketuhanannya. pada hakekat dan keberadaan makhluk
Pancasila telah memberikan dasar Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan
nilai-nilai bagi pengembangan iptek demi anugerah-Nya yang wajib dihormati,
kesejahteraan hidup manusia. Oleh karena dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara,
itu, pada hakikatnya sila-sila Pancasila harus hukum, pemerintah dan setiap orang demi
merupakan sumber nilai, kerangka pikir, kehormatan serta perlindungan harkat dan
serta basis moralitas bagi pengembangan martabat manusia.
iptek. Pengaturan HAM dalam hukum
Dalam konteks penerapan bio- bermaksud agar hak-hak manusia itu bisa
teknologi rekayasa genetika dibidang medis dirumuskan dengan cara yang paling tepat
maka sila-sila dalam Pancasila dapat dan disesuaikan dengan sistem hukum yang
menjadi sistem etika yang fundamental berlaku. Ilmu hukum sangat penting dalam
sehingga persoalan penerapan bioteknologi memberikan dasar yang teguh kepada HAM
rekayasa genetika dalam bidang medis dapat baik dalam sistem hukum nasional maupun
dipandang sebagai dasar implementasi dari internasional. 16
ilmu pengetahuan dalam berkreasi dan Menurut L.G. Saraswati, terdapat
berinovasi (termasuk ilmu kedokteran), enam kesepakatan internasional mengenai
melalui cara berfikir yang berimbang antara Hukum HAM yakni: tentang hak-hak sipil
rasional dengan irasional, antara akal, rasa, dan politik; ekonomi, sosial dan hak-hak
dan kehendak, semuanya itu dipikirkan tidak budaya; diskriminasi rasial; diskriminasi
hanya menyangkut apa yang ditemukan, terhadap perempuan; penyiksaan; dan hak-
dibuktikan, dan diciptakan saja, tetapi juga hak anak yang kesemuanya telah disepakati
harus mempertimbangkan maksudnya dan paling tidak oleh 156 negara sampai pada
akibatnya, apakah merugikan manusia tahun 2001. Hukum HAM telah menjadi
dengan alam sekitarnya atau tidak. suatu norma yang diterima didalam
Sila pertama menempatkan manusia masyarakat kontemporer internasional.
di alam semesta bukan sebagai pusatnya, Prinsip-prinsipnya secara luas telah diakui
melainkan sebagai bagian yang sistematik dan semakin memperoleh legitimasi politik
dari alam yang diolahnya. Sedangkan Sila di banyak negara.17
Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Konsep Hukum HAM di Indonesia
memberikan dasar-dasar moralitas bahwa tidak terlepas dari nilai-nilai teologis yang
manusia dalam mengembangkan iptek mengakui bahwa hak bukan sesuatu yang
haruslah secara beradab. Iptek adalah bagian diberikan oleh kekuasaan duniawi
dari proses budaya manusia yang beradab melainkan adiduniawi. Tuhan menciptakan
dan bermoral. Oleh sebab itu, pembangunan manusia sebagai sebaik-baiknya ciptaan.
iptek harus didasarkan pada hakikat tujuan Oleh karenanya, manusia memiliki klaim
demi kesejahteraan umat manusia. Iptek atas dirinya yang tidak bisa diperlakukan
harus dapat diabdikan untuk peningkatan semena-mena oleh pihak manapun. Posisi
harkat dan martabat manusia, bukan semua manusia di hadapan Tuhan pun
menjadikan manusia sebagai makhluk yang setara. Artinya, hak yang dimiliki seorang
angkuh dan sombong. manusia tidak lebih besar atau kecil dari

16
K. Bertens, Menyambung Refleksi tentang Pendasaran
2. Dalam Perspektif HAM Hak Asasi Manusia, Kompas, 1 Desember 2000, hlm
Hak asasi manusia menurut Pasal 1 31
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 17
L.G. Saraswati dkk, Hak Asasi Manusia, Teori,
Hukum, Kasus., Filsafat –UI Press, Jakarta, 2006,,
tentang HAM dan Pasal 1 Undang-Undang hlm124
sesama ciptaannya. Kesetaraan ini membuat tuan HAM yang sifatnya umum. Namun
manusia harus saling menghormati hak satu secara implementatif ada penekanan lain
sama lain dan memahami bahwa hak yang yang lebih bersifat khusus, yaitu tentang hak
dinikmatinya tidak boleh melanggar hak setiap orang atas keutuhan pribadi, baik
orang lain. Oleh karena itu HAM merupakan rohani maupun jasmani, dan karena itu tidak
anugerah-Nya yang wajib dihormati, di- boleh menjadi obyek penelitian tanpa
junjung tinggi dan dilindungi oleh negara, persetujuan darinya (Pasal 21). Dan menjadi
hukum, pemerintah dan setiap orang demi kewajiban Pemerintah untuk memajukan
kehormatan serta perlindungan harkat dan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan
martabat manusia. menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan
Sejalan dengan filosofi tersebut persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban
maka meskipun peraturan perundang serta kesejahteraan umat manusia (Pasal 31:
Indonesia tentang HAM tidak mengatur 5).
secara spesifik mengenai penerapan bio-
teknologi rekayasa genetika dibidang medis. 3. Dalam Perspektif Hukum Kesehatan
Namun landasan filosofis dalam beberapa Apabila diperhatikan secara seksama,
ketentuannya sedikit banyaknya menyentuh rumusan nilai-nilai dasar yang terdapat pada
persoalan mendasar yang berkaitan dengan Pancasila mengandung pengakuan terhadap
penerapan bioteknologi medis yang dapat martabat manusia dan perlindungan hak
dijadikan acuan untuk membantu asasi manusia. Secara aksiologis, prinsip ini
mengkonstruksi cara pandang bangsa terinstrumen di dalam peraturan perundang-
Indonesia dalam mengkaji persoalan undangan. Norma hukum yang terdapat
penerapan bioteknologi rekayasa genetika dalam peraturan perundangan nasional
yang sesuai dengan Hukum HAM di mengandung makna filosofi yang men-
Indonesia. Seperti hak untuk menentukan justifikasi kedudukan hak asasi manusia dan
nasib sendiri, hak atas hidup, hak untuk penghormatan terhadap martabat manusia di
melanjutkan keturunan, hak untuk mengem- Indonesia.
bangkan dan memperoleh manfaat dari ilmu Dalam hukum kesehatan, peng-
pengetahuan dan tekhnologi demi kesejah- embangan iptek sebagai hasil budaya
teraan umat manusia.18 manusia Indonesia didasarkan pada moral
Pasal 28A, 28B ayat (1) dan Pasal ketuhanan dan kemanusiaan yang adil dan
28C ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 beradab. Atas dasar landasan filosifis
menjamin, hak setiap orang atas hidup serta tersebut maka penelitian dan penerapan
berhak mempertahankan hidup dan bioteknologi rekayasa genetika untuk tujuan
kehidupannya, setiap orang berhak mem- pengobatan medis (cloning terapeutic)
bentuk keluarga dan melanjutkan keturunan dibuka ruang untuk itu, karena mempunyai
melalui perkawinan yang sah dan setiap nilai manfaat bagi umat manusia, sepanjang
orang berhak mengembangkan diri melalui tentunya dilakukan sesuai dengan informed
pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak consent maupun reserved informed consent
mendapat pendidikan dan memperoleh sebagai rambu-rambu yang harus ditaati
manfaat dari ilmu pengetahuan dan oleh setiap peneliti, demi untuk mencegah
teknologi, seni dan budaya, demi mening- penyalahgunaan kode genetika dan infor-
katkan kualitas hidupnya dan demi kesejah- masi genetika. Hal ini untuk mengantisipasi
teraan umat manusia. potensi terjadinya pelanggaran hak dalam
Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 hubungan kontraktual.19
tentang Hak Asasi Manusia, adalah keten-

18
Ketetapan MPR RI No. XVII/MPR/1998 tentang Hak 19
Veronica Komalawati, Membangun Hukum Yang
Asasi Manusia Pasal 2 dan 5
Manusiawi…,Op Cit, hlm 13
Hak-hak pasien/naracoba/klien ter- medis reproduksi yang disetujui hanyalah
sebut diatur dalam Undang-Undang dalam bentuk penerapan inseminasi buatan.
Kesehatan No 36 Tahun 2009. Jauh sebelum Undang-undang kesehatan mengatur
undang-undang ini ada sebelumnya juga inseminasi buatan merupakan bagian dari
diatur dalam PP No 39 Tahun 1995 tentang pengaturan kesehatan ibu, bayi dan anak.
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Upaya kesehatan ibu harus ditujukan untuk
Dalam Bab IV diuraikan tentang perlin- menjaga kesehatan ibu sehingga mampu
dungan dan hak-hak manusia sebagai melahirkan generasi yang sehat dan
subyek penelitian dan sanksi bila berkualitas serta mengurangi angka
penyelenggaraan penelitian melanggar kematian ibu. (Pasal 126).
ketentuan dalam PP tersebut. Penerapan inseminasi buatan sebagai
Dengan demikian semua penelitian kehamilan diluar cara alami dapat
yang menyangkut manusia harus didasari dilaksanakan untuk membantu suami istri
oleh moral dan etika Pancasila, disamping mendapatkan keturunan. Upaya ini hanya
pedoman etik penelitian yang telah disetujui dapat dilakukan dengan ketentuan bahwa
secara internasional. Adalah menjadi hasil pembuahan sperma dan ovum berasal
kewajiban kita semua bahwa penelitian yang dari suami-istri yang bersangkutan, ditanam
dilakukan dapat dipertanggungjawabkan dalam rahim istri darimana ovum berasal.
dari segi ilmiah, moral dan etika yang Kemudian dilakukan oleh tenaga kesehatan
berdasarkan Ketuhanan dan Perike- yang mempunyai keahlian dan kewenangan
manusiaan. untuk itu serta dilakukan pada sarana
Oleh sebab itu, pada dasarnya kesehatan tertentu yang telah ditetapkan
seluruh penelitian/riset yang menggunakan (Pasal 127).
manusia sebagai subyek penelitian harus Berdasarkan peraturan pelaksana-
mendapatkan Ethical Clearance, baik annya yaitu Permenkes Nomor
penelitian yang melakukan pengambilan 72/Menkes/Per/II/1999 tentang Penyeleng-
spesimen, ataupun yang tidak melakukan garaan Teknologi Reproduksi Buatan maka
pengambilan spesimen. Penelitian/riset yang dibuatlah Pedoman Pelayanan Bayi Tabung
dimaksud adalah penelitian biomedik yang di Rumah Sakit oleh Direktorat Rumah Sakit
mencakup riset pada farmasetik, alat Khusus dan Swasta Departemen Kesehatan
kesehatan, radiasi dan pemotretan, prosedur RI tahun 2000. Didalam pedoman tersebut
bedah, rekam medis, sampel biologik, serta diatur juga bahwa dilarang menghasilkan
penelitian epidemiologik, sosial dan embrio manusia semata-mata untuk
psikososial, sebagaimana ditetapkan oleh penelitian. Penelitian atau sejenisnya
Departemen Kesehatan. Untuk itu dalam terhadap embrio hanya dilakukan kalau
rangka perlindungan manusia sebagai tujuan penelitiannya telah dirumuskan
subyek penelitian dan pengembangan dengan sangat jelas, dilarang melakukan
kesehatan, sejak tahun 1991 dibentuk penelitian terhadap atau dengan
“Panitia Etik Penelitian Kesehatan Badan menggunakan embrio manusia yang
Litbangkes” berdasarkan SK Kepala Badan berumur lebih dari 14 hari (tidak termasuk
Litbangkes No. 04/BPPK/AK/1/1991. hari-hari penyimpanan dalam suhu yang
Panitia tersebut bertugas melakukan review sangat rendah/simpan beku), dilarang
usulan penelitian kesehatan yang melakukan penelitian atau eksperimentasi
memerlukan surat izin etik (ethical terhadap atau menggunakan embrio, ova dan
clearance), selanjutnya sejak tahun 2001 atau spermatozoa tanpa izin khusus dari
disebut sebagai Komisi Etik Badan siapa sel telur atau spermatozoa itu
Litbangkes. diperoleh, dan dilarang melakukan fertilisasi
Di Indonesia, Penerapan bio- trans-spesies kecuali apabila fertilisasi trans-
teknologi rekayasa genetika dalam bidang spesies itu diakui sebagai cara untuk
mengatasi atau mendiagnosis infertilitas manusia yang diwariskan ke keturunannya.
pada manusia. setiap hybrid yang terjadi Riset aplikatif penggunaan sel punca harus
akibat fertilisasi trans-spesies harus segera mempertimbangkan tumbuhnya rasa
diakhiri pertumbuhannya pada tahap 2 sel. tanggungjawab terhadap kemanusiaan di
Terhadap pertimbangan- tengah suasana kebebasan meneliti.
pertimbangan aspek bioetika dalam Setiap ilmuwan harus mematuhi
penelitian dan pengembangan maupun standar metodologi dan kaidah praktek
penerapan bioteknologi yang berbasis terbaik dan teramat baik. Seperti
biologi molekuler dan teknologi rekayasa menyampaikan informasi setiap akibat
genetika seperti: transgenic experiment, buruk yang mungkin dialami
cloning, stem cell experiment, dan lain-lain naracoba/pasien/klien, dalam bahasa yang
yang menyentuh martabat dan harkat hidup harus dimengerti awam. Kemudian riset
organisme (khususnya manusia), diserahkan harus ditujukan semata-mata untuk
pengaturannya dalam Undang-Undang kepentingan perlindungan hak hidup dengan
tentang Kesehatan dan atas pertimbangan kualitas hidup layak dan keberpihakan
Komisi Bioetika Nasional (Keputusan kepada mereka yang rentan dengan segenap
Bersama Menristek, Menkes dan Mentan hak-hak hukumnya. Dalam situasi tersebut,
Tahun 2004). seandainya naracoba atau klien/pasien sudah
Dalam Undang-Undang Kesehatan menyetujuinya, tetap dapat diijinkan untuk
disebutkan bahwa Penggunaan sel punca setiap saat mengubah atau menarik kembali
hanya dapat dilakukan untuk tujuan persetujuannya tersebut.
penyembuhan penyakit dan pemulihan Penelitian tersebut harus
kesehatan, serta dilarang digunakan untuk memperhatikan seluruh hak-hak pasien,
tujuan reproduksi. (Pasal 70 ayat 1). termasuk prosedur informed consent serta
Selanjutnya, Sel punca sebagaimana menyediakan kompensasi minimal bagi
dimaksud pada ayat (1) tidak boleh berasal klien pasien yang mengalami kejadian buruk
dari sel punca embrionik. yang tidak diinginkan.
Kemudian berdasarkan Pembahasan Hasil penelitianpun harus
Kelompok Kerja Komisi Bioetika Nasional mengandung fungsi sosial bagi populasi
2004-2007,20 telah diputuskan bahwa suatu masyarakat dimana penelitian itu dilakukan.
keputusan etika yang benar hanya dapat Oleh karena pelayanannya harus dapat
diambil dengan mengetahui terlebih dahulu diakses oleh sebagian terbesar masyarakat
dasar ilmiah dari proses yang dilakukan. yang memerlukannya secara murah, tidak
Riset aplikatif tidak boleh dilakukan apabila diskriminatif (memperhatikan jender), tidak
akibat masa depannya terhadap martabat menimbulkan stigmatisasi ataupun bukan
kemanusaiaan belum dapat teramalkan. Oleh ditujukan semata-mata untuk eugenetika
karena itu penggunaan sel punca dewasa sekelompok suku bangsa tertentu. Hal ini
untuk tujuan terapetik harus ditujukan dikenal sebagai keadilan global.
kepada penyakit-penyakit yang telah Terapi klonal (therapeutical
diketahui pasti kausalnya pada kelainan cloning) diizinkan untuk dilaksanakan
genetik serta telah diperhitungkan secara karena mempunyai manfaat yang sangat
matang tidak akan mengubah sifat-sifat baik besar dibandingkan dengan mudharatnya.
20
Potensi penggunaan sel punca sangat luas,
Disusun oleh Sekretariat Komisi Bioetika Nasional, yang
beranggotakan Dr. Amru Hydari Nazif, Dr. Enny Suci antara lain untuk memahami awal
Rahayu, Dr. Bambang Sunarko, dan drs. Ken Trisno, perkembangan embrio yang kompleks dan
MM. Tim Perumus Kelompok Kerja Stem Cell Komisi menguji efek toksisitas dan efek teratogenik
Bioetika Nasional, yang beranggotakan Dr.Pratiwi
Sudarmono, SpMk (Koordinator), Prof. Dr. dr. Agus dari berbagai obat. Potensi lainnya yang
Purwadianto, SH, SpF, dan Prof. Dr. AminSoebandrio, lebih besar dan ditunggu-tunggu oleh umat
SpMk. manusia adalah penggunaannya bagi jutaan
penderita yang sementara menunggu tingkat institusi, perlu didukung dengan
diterapkannya teknik pembiakan sel punca regulasi atau pedoman baku sehingga
ini untuk mengobati penyakit diabetes pemberian persetujuan etika bagi satu usulan
melitus, infark jantung, Alzheimer dan penelitian sel punca dapat
Parkinson, yang dalam tahap penelitian telah dipertanggungjawabkan secara baik.
terbukti berhasil. Selanjutnya harus diikuti dengan suatu
Mengingat prinsip bahwa kehidupan tindakan pengawasan dan pemantauan yang
harus dihormati sejak dari awal pembuahan ketat.
sel telur dan sel sperma. Maka penggunaan Pemerintah diharapkan mampu
sel punca khususnya untuk tujuan mengarahkan kebijakan riset dasar maupun
pengobatan (therapeutical cloning), tidak aplikatif dengan membuat legislasi semua
diperbolehkan menggunakan sel punca yang peraturan pelaksanaannya sesuai dengan
berasal dari embrio (embryonic stem cells), kaidah etika universal. Termasuk ketentuan
demikian juga tidak boleh menggunakan sel- agar perusahaan swasta yang akan
sel blastosis mudigah yang totipoten karena memanfaatkan hasil riset aplikatif tidak
hingga saat ini belum dapat teramalkan boleh melakukan praktek monopolistik,
organisme lengkap yang akan terjadi. Begitu apalagi berorientasi hanya untuk mencari
pula dengan sel tahap morulla yang keuntungan yang tidak layak dan berlebihan.
pluripoten karena hingga saat ini, jenis sel serta secepat mungkin melepas hak patennya
atau jaringan yang berpotensi dibentuknya untuk dapat dinikmati oleh masyarakat.
belum teramalkan juga. Selain itu tidak Penerapan bioteknologi rekayasa
diperbolehkan untuk menimbulkan ekses genetika dibidang medis, selain berdasarkan
jumlah mudigah berlebihan di laboratorium. pada norma-norma hukum nasional
Dengan demikian riset dasar sel sebagaimana diuraikan diatas, bangsa
punca yang boleh dilakukan adalah dengan Indonesia secara normatif juga mendasarkan
penggunaan sel multipoten atau sel punca pada instrumen HAM internasional. Seperti
dewasa (adult stem cells) yang telah jelas dalam Declaration of Helsinki (DoH 2000),
dapat membentuk sel-sel khusus. menetapkan bahwa: 21
Diharapkan dengan begitu maka masalah 1. Penelitian harus mendapatkan per-
etika penelitian yang semula sangat setujuan komite pengawas etik.
dirisaukan, kini sudah bukan lagi menjadi 2. Penelitian dengan subjek uji manusia
persoalan etis. harus dalam kerangka ilmiah untuk
Dan lebih penting lagi bahwa Komisi memberikan manfaat ilmiah (Scientific
Bioetika Nasional Indonesia telah Merit)
merekomendasikan agar penggunaan sel 3. Populasi dimana penelitian akan
punca apapun jenisnya tidak etis untuk dilakukan harus menerima keuntungan
digunakan untuk tujuan klonasi reproduktif dari penelitian yang akan dilaksanakan
karena dianggap mendikte individu baru (nilai sosial).
oleh individu sebelumnya sehingga 4. Terlebih dahulu mendapatkan ijin
mengganggu martabat mulia manusia secara sukarela dari subjek uji
sebagai ciptaan Tuhan. (informed consent).
Untuk mencegah terjadinya 5. Penelitian dilakukan jika resikonya
penyalahgunanan sel punca dalam suatu benar-benar telah diketahui, dan
penelitian maka seluruh program penelitian sebaiknya penelitian tidak dilanjutkan
sel punca harus terlebih dahulu memperoleh
persetujuan etika melalui Komisi Nasional 21
John R. Williams, Panduan Etika Medis (judul aslinya
Etik Penelitian Kesehatan Indonesia. Medical Ethics Manual), Diterjemahkan oleh Pusat
Pembinaan dan penguatan kapasitas Studi Kedokteran Islam Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah, Yogyakarta, 2005, hlm
Komisi Etik Kedokteran dan Kesehatan di 74-77
sampai data yang dapat dipercaya telah mengacu untuk selanjutnya sebagai
tersedia. “penelitian kedokteran dan keilmuan”;
6. Kerahasiaan mengenai hak privasi yang (3) kedokteran forensik, dan perkara
berhubungan dengan informasi perdata, pidana dan perkara hukum
kesehatan subyek uji lain, dengan mengacu pada ketentuan
7. Jujur dalam melaporkan hasil. Pasal 1(c);
(4) atau tujuan lain yang konsisten dengan
Universal Declaration on the Human Pernyataan Umum tentang genom
Genome and Human Rights (1997), manusia dan Hak-hak Asasi Manusia
menetapkan bahwa Penelitian dan penerapan dan hukum internasional dari hak-hak
baik dalam bidang biologi, genetika dan asasi manusia.
kedokteran, tidak boleh mengabaikan
penghormatan pada hak-hak asasi manusia, Dalam Universal Declaration on
kebebasan-kebebasan mendasar dan Bioethics and Human Rights (2005),
martabat manusia. Kebebasan penelitian terdapat dua prinsip utama dalam pernyataan
harus ditujukan untuk upaya memberi yang berkaitan dengan martabat dan hak-hak
pembebasan dari penderitaan dan asasi manusia yaitu:24
meningkatkan kesehatan perorangan (1) Martabat manusia, hak-hak asasi
maupun masyarakat secara keseluruhan. manusia dan kebebasan-kebebasan
Genom manusia dalam keadaan alaminya mendasar harus sepenuhnya dihormati.
tidak untuk dimanfaat dan untuk memberi (2) Kepentingan dan kesejahteraan
keuntungan-keuntungan keuangan. Untuk perorangan seharusnya diberi prioritas
itu maka Praktek-praktek yang bertentangan di atas kepentingan satu-satunya dari
dengan martabat manusia, seperti kloning ilmu pengetahuan atau masyarakat.
reproduksi manusia, tidak akan diizinkan.
Negara dan organisasi-organisasi United Nations Declaration on
internasional yang berkompeten diundang Human Cloning (2005). Menetapkan
untuk bekerja sama dalam mengidentifikasi bahwa,25 mengambil semua langkah-langkah
praktek seperti itu di tingkat nasional yang diperlukan untuk melarang semua
maupun internasional (Pasal 11).22 bentuk kloning manusia karena tidak sesuai
International Declaration on dengan martabat manusia dan untuk
Human Genetic Data (2003), menetapkan melindungi kehidupan manusia. Negara-
bahwa Data genetika manusia dan data negara berkewajiban untuk melindungi
proteomika manusia dapat dikumpulkan, kehidupan manusia baik dalam kehidupan
diolah, digunakan dan disimpan, hanya aplikasi ilmu; untuk melarang penerapan
untuk keperluan:23 teknik rekayasa genetika yang mungkin
(1) diagnosis dan perawatan kesehatan, bertentangan dengan martabat manusia, dan
termasuk penyaringan dan uji ramalan; untuk mencegah eksploitasi perempuan
(2) penelitian kedokteran dan keilmuan dalam aplikasi kehidupan ilmu, serta untuk
lain, termasuk epidemiologi, mengadopsi dan menerapkan perundang-
khususnya studi genetika berbasis undangan nasional dalam implementasinya.
kependudukan, serta studi antropologi
atau arkeologi, secara bersama
22
Deklarasi Universal yang diterima dengan resmi dalam
sidang ke dua-puluh-sembilan General Conference 24
The Universal Declaration on Bioethics and Human
UNESCO (Resolusi 29 C/16). Pada tanggal 1
Rights. diterima secara aklamasi dalam Konferensi
November 1997.
23 Umum ke-32 UNESCO pada 3 Oktober 2005
International Declaration On Human Genetic Data 25
The United Nations Declaration on Human Cloning
2003 diterima secara aklamasi dalam konferensi Umum
2005,diadopsi oleh Majelis Umum PBB pada 8 Maret
UNESCO ke-23 pada 16 Oktober 2003.
2005
C. P E N U T U P bioetika dalam penelitian dan
pengembangan maupun penerapan
Berdasarkan uraian pembahasan bioteknologi yang berbasis biologi
diatas maka dapat ditarik intisarinya yaitu molekuler dan teknologi rekayasa
bahwa: genetika seperti: transgenic
1. Apabila mengacu pada instrumen HAM experiment, cloning, stem cell
internasional maka praktek penerapan experiment, dan lain-lain yang
bioteknologi rekayasa genetika dalam menyentuh martabat dan harkat hidup
bidang medis di Indonesia, adalah telah organisme (khususnya manusia),
sesuai dengan kaidah-kaidah yang diatur diserahkan kepada Komisi Bioetika
didalam instrumen HAM internasional Nasional.
tersebut. c) Dalam negara hukum Pancasila, hak
2. Hukum HAM di Indonesia mengatur untuk menentukan nasib sendiri adalah
penerapan bioteknologi rekayasa genetika hak kebebabasan individu yang tidak
dibidang medis adalah, sebagai berikut: bersifat mutlak tetapi harus
a) Hak kebebasan yang mutlak diselaraskan dengan tanggung jawab
diperlukan untuk melakukan penelitian sosial, didalam kebebasan itu harus
ilmiah, memajukan ilmu pengetahuan melekat tanggung jawab terhadap
dan teknologi serta menikmati kepentingan umum dan kepentingan
manfaat, khususnya dalam penerapan bersama. Oleh karena itu dalam
bioteknologi rekayasa genetika dalam melaksanakan hak tersebut harus
bidang medis harus sesuai dengan mempertimbangkan tumbuhnya rasa
nilai-nilai Pancasila sebagai paradigma tanggung jawab terhadap kemanusiaan
pembangunan ilmu dan teknologi, di tengah suasana kebebasan meneliti
yaitu pengembangan iptek sebagai dan memanfaatkan kemajuan ilmu dan
hasil budaya manusia Indonesia teknologi.
didasarkan pada moral ketuhanan dan d) Hak reproduksi untuk melanjutkan
kemanusiaan yang adil dan beradab. keturunan dijamin namun harus
Oleh sebab itu maka penggunaan sel dilakukan berdasarkan undang-undang
punca apapun jenisnya tidak etis untuk yaitu dilakukan dalam suatu
melakukan klonasi reproduktif karena perkawinan yang sah atas persetujuan
dianggap mendikte individu baru oleh bersama berlandaskan pada ajaran
individu sebelumnya sehingga agama, serta dilaksanakan sebagai
mengganggu martabat mulia manusia bagian dari kesehatan keluarga dalam
sebagai ciptaan Tuhan. rangka untuk menciptakan keluarga
b) Hak untuk menentukan mendapat atau yang sehat dan harmonis. Oleh karena
menolak tindakan medis dalam itu, anak (keturunan) haruslah terlahir
penelitian dan penerapan bioteknologi dari perkawinan yang sah. Bagi
rekayasa genetika dalam bidang keluarga yang mengalami kesulitan
medis, dijamin melalui adanya dalam hal reproduksinya maka mereka
informed consent maupun reserved dapat memanfaatkan bioteknologi
informed consent sebagai rambu- rekayasa genetika dalam bidang medis
rambu yang harus ditaati oleh setiap berupa penerapan inseminasi buatan
peneliti. Penelitian/riset yang sebagai upaya terakhir dengan
menggunakan manusia sebagai subyek memperhatikan norma-norma yaitu
penelitian harus mendapatkan Ethical bahwa hasil pembuahan sperma dan
Clearance dari Komisi Etik Badan ovum berasal dari suami istri yang
Litbangkes. Dan Terhadap bersangkutan, ditanam dalam rahim
pertimbangan-pertimbangan aspek istri darimana ovum berasal, kemudian
dilakukan oleh tenaga kesehatan yang terpenuhinya hak atas kesehatan.
mempunyai keahlian dan kewenangan Untuk itu maka harus telah teramalkan
untuk itu serta dilakukan pada sarana atau telah diketahui lebih dahulu
kesehatan tertentu yang telah penyakit-penyakit yang telah diketahui
ditetapkan. pasti kausalnya di kelainan genetik
e) Sementara dalam hal penyelenggaraan serta telah diperhitungkan secara
Teknologi Reproduksi Buatan baik matang tidak akan mengubah sifat-
yang dilakukan di Rumah Sakit sifat baik manusia yang diwariskan ke
Khusus atau Swasta maka harus keturunannya. Penggunaan sel punca
berpedoman pada norma-norma etika tersebut juga harus memperhatikan
penelitian yaitu: Dilarang seluruh hak-hak pasien, termasuk
menghasilkan embrio manusia semata- prosedur informed consent. Dan bagi
mata untuk penelitian. Penelitian atau klien pasien yang mengalami kejadian
sejenisnya terhadap embrio hanya buruk yang tidak diinginkan harus
dilakukan kalau tujuan penelitiannya diberikan kompensasi minimal.
telah dirumuskan dengan sangat jelas. Demikianlah penerapan bioteknologi
Dilarang melakukan penelitian rekayasa genetika dibidang medis di
terhadap atau dengan menggunakan Indonesia jika ditinjau dari perspektif
embrio manusia yang berumur lebih Filsafat pancasila,HAM dan Hukum
dari 14 hari (tidak termasuk hari-hari Kesehatan.
penyimpanan dalam suhu yang sangat
rendah/simpan beku). Dan dilarang
melakukan penelitian atau
eksperimentasi terhadap atau
menggunakan embrio, ova dan atau DAFTAR PUSTAKA
spermatozoa tanpa izin khusus dari
siapa sel telur atau spermatozoa itu Buku
diperoleh. Serta dilarang melakukan Abu Daud Busroh, Capita Selakta Hukum
fertilisasi trans-spesies kecuali apabila Tata Negara, Rhineka Cipta, Jakarta, 1994,
fertilisasi trans-spesies itu diakui Hesty Widayanti dan Ika N. Krishnayanti
sebagai cara untuk mengatasi atau (ed), Bioteknologi Imperialisme
mendiagnosis infertilitas pada Modal & Kejahatan Global, Insist
manusia. setiap hybrid yang terjadi Press, Yogyakarta, 2003
akibat fertilisasi trans-spesies harus L.G. Saraswati dkk, Hak Asasi Manusia,
segera diakhiri pertumbuhannya pada Teori, Hukum, Kasus., Filsafat –UI
tahap 2 sel. Press, Jakarta, 2006
f) Kloning terapeutik diizinkan Ratna Suprapti Samil, Etika Kedokteran
sepanjang dalam pelaksanaannya Indonesia, Yayasan Bina Pustaka
menghormati hak atas hidup dari Sarwono Prawirohardjo, Jakarta,
embrio. Kehidupan harus dihormati 2001
sejak dari awal pembuahan sel telur John R. Williams, Panduan Etika Medis
dan sel sperma, untuk itu tidak boleh (judul aslinya Medical Ethics
menggunakan sel punca yang berasal Manual), Diterjemahkan oleh Pusat
dari embrio (embryonic stem cells), Studi Kedokteran Islam Fakultas
tetapi dapat menggunakan sel punca Kedokteran Universitas
dewasa (adult stem cells) sehingga Muhammadiyah, Yogyakarta, 2005
tidak menimbulkan persoalan etis. Surajiwo, Filsafat Ilmu Dan
g) Penggunaan sel punca dewasa untuk Perkembangannya di Indonesia,
tujuan terapetik harus ditujukan untuk Bumi Aksara, Jakarta, 2008
Veronica Komalawati, Peranan Informed Hukum Kesehatan, Fakultas
Consent Dalam Transaksi Hukum Universitas Padjadjaran,
Terapeutik Suatu Tinjauan Yuridis Bandung, 2009
Persetujuan Dalam Hubungan
Dokter dan Pasien, Citra Aditya Media Surat Khabar dan internet
Bakti, Bandung, 1999 Arief B. Witarto, Kebebasan dan Etika Ilmu
Pengetahuan, Harian Bisnis
Peraturan Perundang-Undangan Indonesia, 21 Oktober 2005
Undang-Undang Dasar 1945 Arief B. Witarto, Bioteknologi di Indonesia:
Ketetapan MPR RI No. XVII/MPR/1998 Kondisi dan Tantangan, Inovasi
tentang Hak Asasi Manusia Online, Melalui http://io.ppi-
Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang jepang.org/article.php?id=174
Hak Asasi Manusi K. Bertens, Menyambung Refleksi tentang
Undang-Undang No 36 Tahun 2009 tentang Pendasaran Hak Asasi Manusia,
Kesehatan Kompas, 1 Desember 2000
Peraturan Pemeritah No 39 Tahun 1995 Yuzo Adhinarta S.T., Syair dalam Teknologi
tentang Penelitian dan Kontemporer Hari Ini Domba
Pengembangan Kesehatan Besok Gembala Sebuah Kritik
Permenkes Nomor 72/Menkes/Per/II/1999 Terhadap Kloning dan Semangat
tentang Penyelenggaraan Teknologi Zaman, Dalam
Reproduksi Buatan http://members.tripod.com
/GKA_Gloria/feb98.htmab
Deklarasi Internasional
Declaration of Helsinki (DoH 2000)
Deklarasi Universal yang diterima
dengan resmi dalam sidang ke dua-puluh-
sembilan General Conference UNESCO
(Resolusi 29 C/16). Pada tanggal 1 November
1997.
International Declaration On Human
Genetic Data 2003 diterima secara aklamasi
dalam konferensi Umum UNESCO ke-23 pada
16 Oktober 2003.
The Universal Declaration on Bioethics
and Human Rights. diterima secara aklamasi
dalam Konferensi Umum ke-32 UNESCO pada
3 Oktober 2005
The United Nations Declaration on
Human Cloning 2005,diadopsi oleh Majelis
Umum PBB pada 8 Maret 2005

Orasi ilmiah
Veronica Komalawati, Membangun Hukum
Yang Manusiawi Dalam Mencegah
Eksploitasi Bioteknologi, Informasi
Genetik, Dan Bioterorisme di
Indonesia, Orasi Ilmiah Guru Besar

Das könnte Ihnen auch gefallen