Sie sind auf Seite 1von 8

Biota Vol.

XI (3): 159-166, Oktober 2006


ISSN 0853-8670

Kinetika Adsorpsi Ion Besi (II) Oleh Biomassa Chaetoceros sp.


Adsorption Kinetic of Ferrous (II) Ion by Chaetoceros sp. Biomass

Paini Sri Widyawati


Fakultas Teknologi Pertanian Unika Widya Mandala Surabaya
Jl. Dinoyo 42-44 Surabaya Telp. (031) 5678478/Ext 224 E-mail: paini@mail.wima.ac.id

Abstract
This research was done to study the adsorption kinetic of ferrous ionic by Chaetoceros
sp. Many variables influenced the adsorption capacity of absorbent on ferrous ionic
including interaction time, ferrous ionic concentration and pH. Two absorbens were
used in this study i.e. pure culture and natural spoiled product called Diatomite/
Diatomae earth / Diatomaceous earth / Diatomooze of Chaetoceros sp. biomass. The
adsorption capacity by biomass was measured by atomic absorption
spectrophotometry method (AAS). The result showed that the adsorption process of
two absorbents happened very fast. The time needed to get maximal adsorption were
10 and 15 minutes respectively. Adsorption pattern of two biomass can be interpreted
by Langmuir and Freundlich isoterm showing monolayer. The adsorption capacity of
Diatomite was five times higher than that of the pure culture biomass because it was
influenced by surface group charge and wide surface area of porous. Acidity degree
(pH) of solution determined surface active group charge and solubility of iron (II).
The increased pH value, the biomass adsorption capacity was added because surface
active group had negative charge. The adsorption of biomass was maximal around pH
5 while for pH higher than 5, it wasn’t significantly increased because the iron (II)
formed insoluble hydroxide compound.

Key words: Chaetoceros sp. biomass, adsorption, kinetic, ferrous ion

Diterima: 27 Agustus 2005, disetujui: 02 Agustus 2006

Pendahuluan sangat mahal dan dipengaruhi oleh asam dan


garam (Aderhold et al., 1996; Hassler et al.
Pencemaran lingkungan perairan, 2004). Oleh karena itu diperlukan prose
terutama oleh logam seperti Cd, Pb, Hg, Fe, penghilangan logam-logam di perairan yang
dan Cu merupakan masalah sangat penting, relatif cepat, murah, dan mudah.
sebab lingkungan akuatik pendukung utama Biosorpsi adalah metode yang efisien
sistem kehidupan (Ledin et al,. 1997; Nugroho dan murah untuk menghilangkan ion logam
dan Sucahyo, 2000). Akibat pencemaran dari larutan dan dapat digunakan untuk
lingkungan terjadi akumulasi logam dalam mengontrol pencemaran oleh industri
ekosistem dan rantai makanan sehingga Biosorpsi biasanya digunakan material yang
membahayakan kehidupan akuatik dan berasal dari tanaman atau hewan untuk
penurunan kualitas air (Stary et al., 1983; mengabsorpsi ion logam. Keterlibatan prose
Slaveykova and Wilkinson. 2002; Stirk and metabolisme menentukan hasil pemantauan
Staden, 2002). Teknologi saat ini telah berhasil pencemaran lingkungan (Stary et al., 1983)
meremidiasi logam-logam tersebut melalui Penggunaan biota merupakan metode alternati
proses presipitasi, filtrasi, ion exchange, penanganan pencemaran yang murah untuk
elektrolisis, proses membran dan evaporasi. mengubah dan memperbaiki lingkungan
Pada dasarnya proses-proses tersebut relatif Secara teknik dan komersial penggunaan biota
Kinetika Adsorpsi Ion Besi

dalam menangani masalah lingkungan sangat freeze drying, bibit fitoplankton Chaetoceros
menarik (Noegrohati dan Narsito, 1990). sp. diperoleh dari Balai Budidaya Air Payau
Proses biosorpsi melibatkan sejumlah Jepara.
mekanisme, seperti: ion exchange, kelating, Bahan kimia yang digunakan meliputi:
adsorpsi fisika dan penyerapan ion. Proses FeSO4 .7 H2O, KH2PO4, HNO3, NaOH,
sorpsi yang terjadi pada makhluk hidup terjadi CH3COCH3, kertas whatmann 42, akuades,
secara aktif dan pasif, sedangkan pada makhluk kertas pH universal, FeCl3, EDTA, KNO3,
hidup yang mati secara pasif (Stirk and Staden, NaH2PO4, Na2SiO3, dan Vitamin B12.
2002; Cossich et al., 2001).
Berbagai penelitian telah difokuskan
Penetapan lama adsorpsi ion besi (II)
untuk mengidentifikasi kemampuan pada biomassa Chaetoceros sp.
fitoplankton dalam menurunkan tingkat Biomassa seberat 15 mg ditambahkan
pencemaran perairan, dengan melibatkan dengan 10 ml larutan besi (II) 10 ppm,
biosorpsi aktif dan pasif (Hamdy, 2000; interaksi antara kedua campuran tersebut
Nugroho dan Sucahyo, 2000). Penggunaan sel dilakukan dengan waktu secara berturutan
mikroba mati lebih menguntungkan, karena sebagai berikut: 5, 10, 15, 30 dan 60 menit,
tidak dipengaruhi oleh limbah toksik. Selain itu selanjutnya campuran disaring dengan funnel
penggunaan sel mikroba lebih menguntungkan untuk memperoleh filtrat. Konsentrasi ion besi
karena tangkapan sel mikroba cepat (antara 0,5 (II) dalam filtrat yang diperoleh dianalisis
sampai 3 jam), bersifat selektif, faktor dengan metode spektrofotometri serapan atom
biokonsentrasi tinggi (sebesar 104 sampai 106) dengan menggunakan kurva standar,
hal ini terkait dengan luas permukaan yang konsentrasi yang terukur sebagai konsentrasi
lebih besar dari volumenya (Harris and ion besi (II) yang tidak teradsorpsi atau
Ramelow, 1990; Cossich et al., 2001; Stirk and keseimbangan. Selanjutnya dilakukan
Staden, 2002;). perbandingan lama adsorpsi ion besi (II) pada
Fitoplankton Chaetoceros sp. merupakan biomassa hasil kultur dan tanah diatomae.
ganggang kersik yang tepat digunakan sebagai
absorben karena ukurannya yang sangat kecil Penetapan kemampuan adsorpsi
dengan luas permukaan besar sehingga dapat biomassa Chaetoceros sp. pada berbagai
menangkap ion-ion logam dalam perairan konsentrasi ion besi (II)
secara cepat dalam waktu yang singkat dan Biomassa seberat 25 mg ditambahkan
diperoleh faktor konsentrasi yang tinggi secara berturutan 10 ml larutan besi (II) dengan
(Noegrohati dan Narsito, 1990). konsentrasi secara berturutan sebagai berikut:
Penelitian ini dilakukan untuk 1, 3, 5, 10, 15, 30 dan 50 ppm, interaksi antara
mempelajari kinetika adsorpsi biomassa biomassa dengan larutan besi (II) dilakukan
Chaetoceros sp. yang diperoleh dari kultur dengan lama interaksi disesuaikan dengan data
murni terhadap ion logam besi (II) serta yang diperoleh pada percobaan penetapan lama
membandingkan dengan tanah Diatomae yang adsorpsi ion besi (II) (waktu adsorpsi
diperoleh dari proses pembusukan biomassa maksimum). Selanjutnya konsentrasi ion besi
Chaetoceros sp. secara alami dalam waktu (II) dalam filtrat ditentukan sesuai dengan
yang lama. percobaan sebelumnya.
Penetapan kemampuan adsorpsi
Metode Penelitian biomassa Chaetoceros sp. terhadap ion
besi (II) pada berbagai variasi pH
Biomassa fitoplankton Chaetoceros sp
yang telah mati secara alami melalui proses Biomassa Chaetoceros sp. seberat 25 mg
sedimentasi diperoleh dari lembah Sangiran, ditambahkan 10 ml larutan ion besi (II) dengan
yang untuk selanjutnya disebut tanah Diatomae konsentrasi secara berturutan sebagai berikut :
dan biomassa yang diperoleh dari kultur murni 2, 6 dan 10 ppm untuk masing-masing pH yaitu
fitoplankton di laboratorium melalui proses 0,5, 1, 2, 2,5, 3,5, 4, 4,5, 5, 5,5, 7, 10,
Paini Sri Widyawati

selanjutnya dengan cara yang sama seperti karbosiklik dari asam organik membentuk
percobaan sebelumnya ditentukan konsentrasi garam, 2). Adanya atom donor elektron sepert
ion besi (II) dalam filtrat. O, N, S, P yang dapat membentuk ikatan
koordinasi, 3). Adanya gugus donor elektron
Analisis Data phi () seperti gugus olefinik, cincin aromatik
(Cotton and Wilkinson, 1989).
Data yang diperoleh pada percobaan Proses adsorpsi ion logam pada
digunakan untuk menentukan konsentrasi ion biomassa dipengaruhi oleh konsentrasi ion
besi (II) yang dapat terabsorpsi pada biomassa logam; waktu interaksi; sifat fisika kimia dar
Chaetoceros sp. Konsentrasi ion besi (II) yang ion logam yang meliputi: kelarutan, ukuran
teradsorpsi dapat dihitung dengan molekul dan muatan; temperatur; salinitas; efek
menggunakan persamaan sebagai berikut kompetisi dengan senyawa lain, pH maupun
(Thakur, 2001): kekhasan dan komposisi absorben yang
Ct = Ca - Ctt meliputi: kandungan air, kandungan bahan
organik dan pH (Fisher, 1986; Demon et al.
Keterangan: 1989)
Ct = konsentrasi ion besi (II) teradsorpsi
Ca = konsentrasi ion besi (II) awal Pengaruh lama adsorpsi terhadap
Ctt = konsentrasi ion besi (II) tidak teradsorpsi kemampuan adsorpsi ion besi (II) pada
biomassa Chaetoceros sp.
Hasil dan Pembahasan Berdasarkan Gambar 1 diketahui bahwa
waktu adsorpsi maksimum biomassa
Akumulasi ion logam dalam biomassa Chaetoceros sp. hasil kultur murni tercapa
biota perairan dapat berlangsung melalui pada waktu 10 menit sebesar 23% sedangkan
berbagai cara mulai dari pembentukan ikatan hasil pembusukan secara alami tercapai pada
lemah seperti fisik sampai pembentukan ikatan waktu 15 menit sebesar 27%. Perbedaan waktu
yang relatif kuat seperti pembentukan ikatan adsorpsi ini disebabkan perbedaan komposis
kompleks. Interaksi antara ion logam dengan senyawa dalam biomassa.
bahan organik alamiah atau buatan dapat
melalui mekanisme seperti berikut :1). Gugus

35
Konsentrasi ion besi teradsorpsi (%)

30

25

20

15

10

0
0 20 40 60 80
Lama interaksi (menit)
Chaetoceros sp hasil kultur murni
Chaetoceros sp hasil pembusukan secara alami

Gambar 1. Pengaruh lama adsorpsi terhadap kemampuan adsorpsi ion besi (II)
pada biomassa Chaetoceros sp.
Kinetika Adsorpsi Ion Besi

Menurut Noegrohati dan Narsito (1990) kation dengan melibatkan ion kalsium dan
biomassa hasil kultur murni mengandung kalium (Stirk and Staden, 2002). Sedangkan
protein 35%, karbohidrat 6,8%, lemak 6,9% kemampuan adsorpsi biomassa kultur murni
dan abu 28%, karena Chaetoceros sp. termasuk lebih mengikuti mekanisme kelating dengan
fitoplankton yang dinding selnya tersusun atas melibatkan gugus fungsional senyawa organik
zat pektin yang lunak terselubungi zat kersik seperti: protein, karbohidrat dan lemak sebagai
/silikat (SiO2) dengan perbandingan C : Si = 2 : pengompleks, ion exchange dan interaksi
5, maka abu dari biomassa tersebut terutama gugus aktif siloksan. Dengan demikian peran
tersusun atas silikat, sedangkan tanah diatomae pori dalam biomassa sangat dominan dalam
hanya tersusun atas frustule atau kerangka menentukan kapasitas adsorpsi absorben (Haris
dinding sel terutama terdiri atas silikat (SiO2) and Ramelow, 1990; Stirk and Staden, 2002).
86,89%, alumina (Al2O3) 2,32%, ferri oksida Gambar 2 menunjukkan pengaruh
(Fe2O3) 1,28%, kapur (CaO) 0,43%, kalium berbagai variasi konsentrasi ion besi (II)
oksida (K2O) 3,58%, dengan demikian tanah terhadap kemampuan adsorpsi biomassa
ini bersifat porous dengan luas permukaan Chaetoceros sp. hasil kultur murni dan
sekitar 0,5-1 m2/g (Sahlan, 1978). pembusukan secara alami. Kemampuan
Kedua macam biomassa merupakan adsorpsi maksimum biomassa hasil kultur
hasil pembusukan sel mahkluk hidup, sehingga murni tercapai pada konsentrasi 5 ppm,
proses adsorpsi yang terjadi secara pasif sedangkan tanah diatomae tercapai pada
melalui mekanisme pertukaran kation, kelating, konsentrasi 30 ppm. Berdasarkan pola kurva
penjerapan ion maupun adsorpsi (Haris and adsorpsi pada Gambar 2 terlihat bahwa proses
Ramelow, 1990). Kemampuan adsorpsi tanah adsorpsi berlangsung dua tahap, yaitu tahap
Diatomae lebih besar dari biomassa kultur adsorpsi ion besi (II) berlangsung secara cepat
murni, hal ini disebabkan perbedaan komposisi dan tahap yang berlangsung secara lambat.
kedua biomassa. Tanah diatomae mempunyai Tahap pertama terjadi karena permukaan
jumlah pori lebih besar sehingga adsorpsi absorben belum jenuh akan ion besi (II),
melibatkan mekanisme penjerapan ion logam sedangkan tahap kedua terjadi karena
dalam pori, interaksi gugus aktif pada permukaan absorben mulai jenuh ion besi (II)
permukaan absorben, yaitu gugus siloksan hingga mencapai kejenuhan yang ditandai
(SiO) yang bersifat polar serta pertukaran tercapai adsorpsi maksimum.
Konsentrasi ion besi (II) teradsorpsi (ppm)

14

12

10

0
0 10 20 30 40 50 60
Konsentrasi ion besi awal (ppm)
Chaetoceros sp hasil kultur
Chaetoceros sp hasil pembusukan secara alami

Gambar 2. Kemampuan adsorpsi biomassa Chaetoceros sp. terhadap


ion besi (II) diberbagai variasi konsentrasi
Paini Sri Widyawati

Pola adsorpsi yang terjadi pada kedua C:konsentrasi pada saat keseimbangan/tidak
biomassa dapat diketahui melalui isoterm teradsorpsi
Freundlich dan Langmuir. Menurut Freundlich K:parameter afinitas adsorpsi yang menyatakan
persamaan adsorpsi dinyatakan sebagai kekuatan ikatan/besarnya energi ikatan
berikut: antara zat yang diadsorpsi dan absorben
m=kCn b:parameter kapasitas yang menyatakan
log m = log k + n log C kemampuan adsorpsi maksimum absorben
Keterangan: (Bahl et al., 2005).
m: jumlah mg teradsorpsi pergram absorben Parameter r pada model isoterm
C: konsentrasi pada saat keseimbangan / tidak Freundlich dan Langmuir menunjukkan nila
teradsorpsi korelasi antara variabel terikat dan bebas
k dan n: konstanta. (Bahl, et al., 2005) ternyata pola isoterm adsorpsi pada biomassa
Dengan mengukur m sebagai fungsi C hasil kultur murni cenderung mengikut
dan memplot log m terhadap log C, maka harga isoterm Langmuir, yang berarti pola adsorps
n dan k dapat ditentukan dari slope dan yang terjadi cenderung monolayer dengan
intersep. Isoterm ini dapat menentukan orde kapasitas adsorpsi maksimum sebesar 95,057
dan konstanta adsorpsi serta pola adsorpsi yang mg/g dan energi adsorpsi 129,95 Kal/mol
terjadi (cenderung multilayer). Isoterm Berdasarkan besarnya energi yang terliba
Langmuir dinyatakan sebagai berikut : menunjukkan bahwa interaksi yang terjad
bKC antara absorben dengan ion besi (II) sanga
m= lemah, yaitu sebesar ikatan hidrogen atau gaya
1 + KC van der waals. Oleh karena itu tipe adsorps
C / m = 1/ K b + 1 / b C yang terjadi fisisorpsi (Sukarjo, 1997; Bahl e
Keterangan: al., 2005).
m:jumlah mg teradsorpsi per gram absorben
Tabel 1. Data isoterm Freundlich dan Langmuir adsorpsi ion besi (II) pada biomassa Chaetoceros sp. hasil kultu
murni
C (ppm) m (mg/g) C/m Log C Log m
0.329 19.988 0.017 -0.483 1.301
1.578 59.960 0.026 0.198 1.778
3.077 89.932 0.034 0.488 1.954
8.073 89.936 0.089 0.907 1.954
13.319 89.936 0.148 1.125 1.954

Tabel 2. Parameter isoterm Freundlich dan Langmuir pada biomassa Chaetoceros sp. hasil kultur murni
Isoterm Freundlich Isoterm Langmuir
r k n r K b (mg/g) E (Kal/mol)
0.919 40.429 0.412 0.997 1.238 95.057 129.95

Tabel 3. Data isoterm Freundlich dan Langmuir adsorpsi ion besi (II) pada biomassa Chaetoceros sp. hasi
pembusukan secara alami
C (ppm) m (mg/g) C/m Log C Log m
0 38,184 0 - 1,582
0,687 75,016 0,009 -0,163 1,875
1,490 139,320 0,011 0,173 2,144
3,098 289,352 0,011 0,491 2,461
6,045 385,800 0,016 0,781 2,586
17,833 525,116 0,034 1,251 2,720
36,588 503,684 0,073 1,563 2,702
Kinetika Adsorpsi Ion Besi

Hal yang sama, ditunjukkan pada hasil mempunyai muatan negatif sehingga memiliki
pola adsorpsi tanah diatomae juga mengikuti kemampuan menyerap ion logam lebih besar,
isoterm Langmuir, yang berarti isoterm sedangkan pada pH di bawah 5 situs aktif pada
monolayer dengan kapasitas adsorpsi absorben bermuatan positif sehingga
maksimum sebesar 550,812 mg/g dan energi kemampuan mengadsorpsi ion besi semakin
adsorpsi -592,14 Kal/mol. Berdasarkan berkurang dengan semakin rendahnya pH,
besarnya energi yang terlibat menunjukkan selain itu dengan menurunnya pH larutan
ikatan yang terjadi antara ion besi (II) dengan menyebabkan terjadi persaingan yang cukup
biomassa termasuk fisisorpsi (Sukarjo,1997). ketat antara ion besi (II) dengan ion hidrogen
(proton) (Stirk and Staden, 2002; Deleebeeck
Pengaruh pH pada kemampuan et al., 2005).
adsorpsi biomassa Chaetoceros sp. Secara alamiah ion besi yang dapat
terhadap ion besi (II) diadsorpsi oleh biomassa adalah dalam bentuk
Tingkat kelarutan ion besi (II) kation terhidrat, yaitu bentuk molekul dalam
dipengaruhi oleh pH larutan (Stirk and Staden, kondisi terkomplekskan secara ikatan
2002; Deleebeeck et al., 2005). Menurut Stary koordinasi (Muljopawiro, 2000). Kenaikan pH
et al, (1983), Nugroho dan Sucahyo (2000), larutan dapat meningkatkan konsentrasi ion
dan Slaveykova and Wilkinson (2002), di hidroksida, sehingga menurunkan konsentrasi
dalam linglkungan perairan kelarutan logam ion besi dalam larutan. Dengan demikian dapat
pada prinsipnya diatur oleh: 1) pH, 2) jenis dan dikatakan bahwa meningkatnya pH dapat
konsentrasi ligan dan zat pengkelat, 3) tingkat membuat permukaan situs aktif absorben
oksidasi komponen mineral dan lingkungan bermuatan negatif, mengubah bilangan
redoks sistem perairan tersebut. oksidasi ion besi (II) menjadi besi (III) serta
Menurut Deleebeeck et al., (2005); Stirk dapat mengendapkan ion besi (menurunkan
and Staden, (2002), bahwa kemampuan kelarutan).
adsorpsi ion besi (II) pada pemukaan situs aktif Cotton dan Wilkinson (1989), Shriver et
biomassa berkurang disebakan adanya 1). al., (1990), dan Ledin et al., (1997)
pengendapan ion logam, 2) proses hidrolisis menyatakan bahwa ion besi dalam kondisi
logam, 3) pengendapan spesies hasil hidrolisis, larutan asam (pH 2-3) terhidrolisis secara
4) kompetisi antara ion logam dengan proton sempurna membentuk [Fe(H2O)]2+. Kenaikan
pada situs aktif absorben, 5) perubahan muatan pH 2-3 terjadi kondensasi ion besi terhidrat
gugus aktif permukaan. Gambar 3 membentuk spesies dinuklir, sedangkan pH di
menunjukkan kemampuan adsorpsi biomassa atas tersebut menyebabkan terbentuknya
Chaetoceros sp. hasil kultur murni terhadap ion hidroksida logam [Fe(OH)2] yang berupa
besi (II) pada berbagai variasi pH dari 0,5 kristal. Oleh karena itu dari data Gambar 3 pH
sampai 10. Secara umum dapat dinyatakan di atas 5 yang diperkirakan sekitar 100% ion
bahwa kemampuan adsorpsi biomassa terhadap logam besi teradsorpsi oleh biomassa adalah
ion besi (II) meningkat seiring dengan tidak tepat, namun secara jelas dapat
bertambahnya pH larutan. Adsorpsi maksimum diungkapkan bahwa meningkatnya pH larutan
terjadi pada pH sekitar 5 sedangkan pH di atas dapat memperbesar kemampuan adsorpsi ion
5 tidak terjadi peningkatan secara signifikan. besi pada biomassa sejauh tidak terjadi
Chaetoceros sp. merupakan fitoplankton penurunan tingkat kelarutan ion tersebut, hal
dengan dinding sel tersusun atas senyawa ini dikarenakan semakin tingginya pH larutan
silika, yang memiliki gugus aktif siloksan menyebabkan situs permukaan absorben
(SiO) yang bersifat polar, mengandung protein bermuatan negatif. Hasil ini mendukung
yang bersifat bipolar dan karbohidrat yang penelitian dari Ledin et al., (1997) tentang efek
mempunyai gugus fungsi polar. Pada pH di pH terhadap adsopsi logam oleh organisma.
atas 5, permukaan Chaetoceros sp. praktis
Paini Sri Widyawati

Tabel 4. Parameter isoterm Freundlich dan Langmuir pada biomassa Chaetoceros sp. hasil pembusukan secara alami
Isoterm Freundlich Isoterm Langmuir
r k N r K b (mg/g) E (Kal/mol)
0.938 121,941 0.469 0.992 0,378 550,812 -592,14

120

100
Konsentrasi ion besi (II) (%)

80

60

40

20

0
0 2 4 6 8 10 12
pH
Konsentrasi ion besi (II) awal 2 ppm Konsentrasi ion besi (II) awal 6 ppm
Konsentrasi ion besi (II) awal 10 ppm

Gambar 3. Pengaruh pH terhadap kemampuan adsorpsi ion besi (II) pada biomassa
Chaetoceros sp. hasil kultur murni diberbagai variasi konsentrasi

Bahl, B.S., Bahl, A. and Tuli, G.D. 2005. Adsorption. In


Kesimpulan Essential of Physical Chemistry. S. Chand &
Company Ltd. Ram Nagar-New Delhi.
Proses adsorpsi oleh biomassa
Cotton and Wilkinson. 1989. Kimia Anorganik Dasar. U
Chaetoceros sp. berlangsung sangat cepat, dan Press. Jakarta.
lebih cepat dibandingkan waktu adsorpsi
maksimum biomassa Chaetoceros sp. Namun Cossich, E.S., Tavares, C.R.G. and Ravagnani, T.M.K
2001. Biosorption of Chromium (III) b
pola adsorpsi biomassa Chaetoceros sp. Sargassum sp Biomass. Electronic Journal o
terhadap ion besi (II) bersifat monolayer Biotechnology. 5(2) : 1-7.
dengan mengikuti isoterm Langmuir dan Deleebeeck, N.M.E., Scamphelaere, K.A.C. and Janssen
terjadi secara fisik. Kemampuan Chaetoceros C.R. 2005. The Effect of pH on The Toxicit
sp. menyerap ion besi (II) lebih cepat tetapi of Ni to the Green Alga Pseudokirchneriell
lebih kecil dibandingkan tanah diatomae. subcapitata. Lab. Of Environmenta
Kemampuan menyerap ion besi (II) oleh Toxicology and Chemistry. Belgium.
Chaetoceros sp. meningkat dengan Demon, A., Debruin, M. and Wolterbeek. 1989. Th
peningkatan pH. Influence of Pre-Treatment, Temperature an
Calcium Ions Trace Element Uptake by an
Alga (Scenedesmus ponnonicus Sub s
Berlin) and Fungus (Aureobasidium
Daftar Pustaka pullulans). Environmental Monitoring an
Assessment. 13 : 21-33.
Aderhold, D., Williams, C.J. and Edyvean, R.G.J. 1996.
The Removal of Heavy Metal Ions by Fisher, N.S. 1986. Marine Plankton Food Chains
Seaweeds and Their Derivatives. Biores. Ann.Rev.Ecol.Sys. 19 : 19-38.
Technol. 58 : 1-6.
Kinetika Adsorpsi Ion Besi

Hamdy, A.A. 2000. Biosorption of Heavy Metals by Sahlan, M. 1978. Planktonologi. Dirjen Perikanan.
Marine Algae. Curr.Microbiol. 41(4) : 232- Jakarta.
238.
Shriver, D.F., Atkins, P.W. and Langford, C.H. 1990.
Harris, P.O. and Ramelow, G.J. 1990. Binding of Metal Inorganic Chemistry. Oxford University
Ions by Particulate Biomass Derivated from Press. Oxford.
Particulate Biomass Derivated from Chlorella
vulgaris and Scenedismus quadricauda. Slaveykova, V.I. and Wilkinson, K.J. 2002.
Environ. Sci. Technol. 24 : 2 . Physicochemical Aspects of Lead
Bioaccumulation by Chlorella vulgaris.
Hassler, C.S., Slaveykova, V.I. and Wilkinson, K.J. 2004. Environ. Sci. Technol. 36 : 969-975.
Discriminating between Intra- and
Extracellular Metals Using Chemical Stary, J., Karatzer, K. and Prasilova, J. 1983. The
Extractions. Limnol. Oceanogr. Methods. 2 : Cumulation of Alkali Earths and Alkali
237-247. Metals on Alga. Intern. J. Environ. Anal.
Chem. 14 : 161-167.
Ledin, M., Pedersen, K. and Allard, B. 1997. Effects of
pH and Ionic Strength on the Adsorption of Stirk, W.A. and Staden, J.V. 2002. Desorption of
Cs, Sr, Eu, Zn and Hg by Pseudomonas Cadmium and the Reuse of Brown Seaweed
putida. Water, Air and Soil Pollution. 93 : Derived Products as Biosorbents. Botanica
367-381. Marina. 45 : 9-16.

Muljopawiro, S. 1998. Ketersediaan Besi Hayati Dalam Sukarjo. 1997. Kimia Físika (eds. 3rd). PT Rineka Cipta.
Sayuran Diukur Secara in Vitro. Biota III (2): Jakarta.
34-43. Thakur, D.N. 2001. Fundamental Concept in Physical
Noegrohati, S. and Narsito. 1990. Bioindikator Chemistry (eds. 1st). S.Chand and Company
Pencemaran Laut. Laporan Penelitian. UGM. LTD. New Delhi.
Yogyakarta.
Nugroho, R.A. dan Sucahyo. 2000. Uji Ekotoksisitas
Seng (Zn) terhadap Ikan Seribu (Poecilia
reticulta Peters.) Biota V(2) : 81-85.

Das könnte Ihnen auch gefallen