Sie sind auf Seite 1von 16

KOMPETENSI SPIRITUAL GURU PAUD PERSPEKTIF

PENDIDIKAN ISLAM

Safrudin Aziz
Institut Agama Islam Negeri Purwokerto
Pos-el: azieez@gmail.com

Abstrak:
Meskipun tidak termuat dalam Undang-Undang Sisdiknas ataupun
Permendiknas, kepemilikan kompetensi spiritual bagi guru sampai kapanpun
mutlak menjadi sebuah keniscayaan. Perihal tersebut dilatarbelakangi dengan
semakin bertambahnya angka kejahatan serta tindak kekerasan, dekadensi moral
remaja melampaui titik nadir kehidupan, perzinaan dan perselingkuhan seolah
menjadi hiasan membanggakan bahkan ibadah sebatas dianggap sebagai
ritualitas tanpa makna. Semua itu terjadi akibat sistem pendidikan di Indonesia
ma sih bersifat kognitif and skill oriented. Selain berbagai bentuk perilaku a
moral, spiritualitas anak usia dini umumnya masih bersifat imitasi, sebatas
meniru, ego sentris dan tidak mendalam (unreflective). Sehingga
menumbuhkembangkan nilai-nilai spiritual bagi anak usia dini memerlukan
bimbingan serta pengajaran dari guru secara tepat. Dalam konteks inilah,
guru harus memiliki seperangkat kompetensi spiritual baik secara personal
maupun profesional. Kompetensi personal spiritual diwujudkan dalam bentuk
kesalehan diri sendiri dalam mengimplementasikan nilai-nilai spiritual.
Sementara kompetensi profesional spiritual diwujudkan dalam mengajarkan
nilai nilai spiritual kepada peserta didik secara tepat.

Abstract:
Although the ownership of spiritual competence is not in the UU Sisdiknas or
Permendiknas, it is used by the teachers for manytime until it becomes a
necessity. Subject is motivated by the increasing number of the crime violence,
teenagers’ life decadence beyond the breaking point, and adultery and infidelity
seems to be a boast ornate worship even merely regarded as spirituality without
meaning. All of these happened as a result of the education system in Indonesia
still has been at the cognitive and skill oriented. In addition, to various forms of a
moral behavior such as the early childhood spiritual generally still imitate it can
be merely imitating, ego-centric and not deep (unreflective). Thus foster the
spiritual values for young children need guidances and instructions of teachers
appropriately. In this context, the teachers must have a set of spiritual
competence both personally and professionally. The personal spiritual
competence manifested in the form of self-righteousness in the implemention of
spiritual values. While professional competence manifested in the spiritual
teaching values to learners appropriately.

Kata Kunci:
Kompetensi spiritual, guru, anak usia dini, kecerdasan emosi.

Tadris, Volume. 12, Nomor 1, Juni 2017


Safrudin Aziz

Pendahuluan penguasaan teori belajar dan prinsip-


Guru dalam dunia pendidikan prinsip pembelajaran yang mendidik; (c)
anak usia dini memegang peranan yang pengembangan kurikulum yang terkait
sangat penting. Perihal tersebut diketahui dengan mata pelajaran atau bidang
secara fisiologi dan psikologi bahwa anak pengembangan yang diampu; (d)
usia dini sebagai mahluk unik, bebas menyelenggarakan pembelajaran yang
berekspresi, egosentris, tidak memiliki mendidik; (e) memanfaatkan teknologi
beban negatif, sekaligus memiliki tubuh informasi dan komunikasi untuk
yang ringkih dibandingkan dengan tubuh kepentingan pembelajaran; (f)
orang dewasa. Sedangkan pada tataran memfasilitasi pengembangan potensi
pengetahuan (knowledge) dan pengalaman peserta didik untuk mengaktualisasikan
anak usia dini memerlukan arahan dan berbagai potensi yang dimiliki; (g)
bimbingan dari seorang guru. Sehingga berkounikasi yang efektif, empatik, dan
dalam kontek pendidikan anak usia dini santun dengan peserta didik; (h)
guru memegang peranan penting yakni menyelenggarakan penilaian dan
sebagai pendidik, pembimbing, pengasuh evaluasi proses dan hasil belajar; (i)
disekolah. Dalam posisi itulah seorang memanfaatkan hasil penilaian dan
guru idealnya harus memiliki evaluasi untuk kepentingan
seperangkat kompetensi yang diperoleh pembelajaran; dan (j) melakukan
melalui berbagai jalur pendidikan, tindakan reflektif untuk peningkatan
pelatihan, workshop, dan sejenisnya. kualitas pembelajaran.
Berbagai upaya tersebut Kedua, kompetensi kepribadian
semenjak dulu hingga kini tampaknya meliputi: (a) bertindak sesuai dengan
sudah menjadi program pokok norma agama, hukum, sosial, dan
pemerintah yakni Kementerian kebudayaan nasional Indonesia; (b)
Pendidikan Nasional serta organisasi menampilkan diri sebagai pribadi yang
asosiasi keguruan seperti Persatuan Guru jujur, berakhlak mulia dan teladan bagi
Republik Indonesia (PGRI), HIMPAUDI, peserta didik dan masyarakat; (c)
asosiasi guru TK/RA dan sejenisnya. menampilkan diri sebagai pribadi yang
Upaya tersebut bertujuanagar setiap guru mantap, stabil, dewasa, arif, dan
khususnya pada jenjang pendidikan anak berwibawa; (d) menunjukan etos kerja,
usia dini memiliki seperangkat tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga
kompetensi sebagaimana diisyaratkan menjadi guru dan rasa percaya diri; (e)
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional menjunjung tinggi kode etik profesi guru.
nomor 16 tahun 2007 tentang Standar Ketiga, kompetensi sosial meliputi:
Kualifikasi Akademik dan Kompetensi (a) bersikap inklusif, bertindak objektif,
Guru yakni: serta tidak diskriminatif karena
Pertama, kompetensi pedagogik pertimbangan jenis kelamin, agama, ras,
yang terinci dalam bentuk: (a) kondisi fisik, latar belakang keluarga dan
penguasaan karakter peserta didik dari status sosial ekonomi; (b) berkomunikasi
aspek fisik, moral, sosial, kultural, secara efektif, empatik, dan santun
emosional dan intelektual; (b) dengan sesama pendidik, tenaga

64 | Tadris, Volume. 12, Nomor 1, Juni 2017


Kompetensi Spiritual Guru Paud Perspektif Pendidikan Islam

kependidikan, orang tua dan masyarakat; Bab II Pasal 3 yakni mengembangkan


(c) beradaptasi ditempat bertugas potensi peserta didik agar
diseluruh wilayah republik Indonesia menjadimanusia yang beriman dan
yang memiliki keragaman sosial budaya; bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
(d) berkomunikasi dengan komunitas Esa,berakhlak mulia, sehat, berilmu,
profesi sendiri dan profesi lain secara cakap, kreatif, mandiri sekaligus
lisan dan tulisan atau bentuk lain. menjadiwarga negara yang demokratis
Keempat, kompetensi profesional serta bertanggung jawab.
meliputi: (a) penguasaan materi, struktur, Selain itu, pendidik dalam
konsep dan pola pikir keilmuan yang perspektif pendidikan Islam menurut
mendukung mata pelajaran yang Nizar diposisikan sebagai orang yang
diampu; (b) penguasaan standar bertanggungjawab terhadap upaya
kompetensi dan kompetensi dasar mata perkembangan jasmani dan ruhani
pelajaran / bidang pengembangan yang peserta didik agar mencapai tingkat
diampu; (c) mengembangkan materi kedewasaan sehingga ia mampu
pembelajaran yang diampu secara kreatif; menunaikan tugas-tugas
(d) mengembangkan keprofesionalan kemanusiaannya (baik sebagai khalifah fi
secara berkelanjutan dengan melakukan al-ardh maupun ‘abd) sesuai dengan nilai-
tindakan reflektif; (e) memanfaatkan nilai ajaran Islam.2 Begitu pula dengan
teknologi informasi dan komunikasi An-Nahlawi bahwa selain bertugas
untuk berkomunikasi dan mengalihkan berbagai pengetahuan dan
mengembangkan diri.1 keterampilan kepada peserta didik, tugas
Melihat empat kompetensi di utama yang harus dilakukan oleh setiap
atas, guru secara teoritis maupun yuridis pendidik adalah tazkiyat an-nafs, yakni
dituntut harus memiliki empat mengembangkan, membersihkan,
kompetensi semata. Padahal anak usia mengangkat jiwa peserta didik kepada
dini sebagai manusia unik yang sangat Khaliqnya, menjauhkan diri dari
memerlukan berbagai bentuk bimbingan kejahatan serta menjaganya agar tetap
dan pengajaran secara spiritual mutlak berada pada fitrah-Nya yang hanif.3
memerlukan seorang guru yang memiliki Dengan demikian kepemilikan
kompetensi secara spiritual. Namun kompetensi spiritual bagi seorang
tuntutan kompetensi di atassebatas pendidik pada jenjang pendidikan anak
menuntut seorang guru memiliki usia dini mutlak diperlukan sebagai
kompetensi pedagogik, profesional, bentuk pengembangan dari empat
kepribadian dan sosial.Sementara kompetensi yang lain. Hal tersebut
kompetensi spiritual tidak menempati didasarkan pada berbagai argumentasi di
posisi secara yuridis. Padahal atas bahwa kecerdasan spiritual
penyelenggaraan pendidikan spiritual merupakan landasan yang diperlukan
secara jelas terdapat dalam tujuan untuk memfungsikan IQ dan EQ secara
pendidikan nasional sebagaimana
2
diamanatkan UU RI No. 20 tahun 2003 Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam: Pendekatan
Historis, Teoritis dan Praktis (Jakarta: Ciputat Press,
1Sri
2002), hal. 42.
Judiani, “Kreativitas dan Kompetensi Guru 3 Abdurrahman An-Nahlawi, Prinsip-Prinsip dan
Sekolah Dasar”, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan,
Metode Pendidikan Islam (Bandung: CV.
Kementerian Pendidikan Nasional Jakarta (Vol. 17
Diponegoro, 1992), hal. 239.
No. 1 Januari 2011), hal. 58.

Tadris, Volume. 12, Nomor 1, Juni 2017 |65


Safrudin Aziz

efektif, sehingga kecerdasan spiritual seluruh kelemahan atau


berposisi sebagai sebuah kecerdasan 6
kekurangannya. Pengertian tersebut
tertinggi dalam kehidupan manusia.4 nampaknya memberikan penguatan
bahwa sebagai seorang pendidik harus
Guru dalam Perspektif Pendidikan mampu memberikan berbagai
Islam pengetahuan, pemahaman, keterampilan,
Dalam perspektifpendidikan Islam, sekaligus penanaman keyakinan dan
guru bagi anak usia dini berposisi sebagai akhlak terpuji melalui upaya untuk
sesuatu yang vital dan sangat mulia. menanamkan pemahaman tentang
Posisi ini berpijak pada landasan spiritual makna hidup yakni semangat bergerak
bahwa guru sebagai orang yang beriman dan beraktivitas dalam menuntut ilmu
dan berilmu pengetahuan dijanjikan guna memperoleh keberkahan (al-
Allah menempati posisi lebih tinggi jika barakah), nilai tambah dalam hidup (al-
dibandingkan dengan manusia lain pada ziyadah), kenikmatan atau kenyamanan
umumnya.5Adapun dalam kajian budaya hidup (al-ni’mah) serta kebahagiaan
Jawa, guru selaras dengan pemaknaan dalam hidup (al-sa’adah).
digugu lan ditiru khususnyadalam aspek Menurut Abdurrahman al-Nahlawy,
kepemilikan intelektualitas, moralitas, seorang pendidik dalam mengantarkan
skill serta spiritualitas. Konsep itulah kesuksesan secara spiritualbagi setiap
melahirkan bahwa guru sebagai peserta didiknya harus menerapkan
pahlawan tanpa tanda jasa menempati beberapa prinsip diantaranya: pertama,
posisi tertinggi dalam kehidupan hendaknya tujuan, tingkah laku dan pola
manusia.Sebab mengimplementasikan pikir guru bersifat Rabbani. Kedua, ikhlas
peran manusia sebagai khalifah fi al-Ardh yakni bermaksud mendapatkan
dan ‘abd mutlak memerlukan peran dan keridhaan Allah, mencapai dan
bimbingan seorang guru sebagai menegakkan kebenaran.Ketiga, sabar
pendidik (edukator), pengajar dalam mengajarkan ilmu kepada peserta
(intruksional), pemimpin (managerial), didik.Keempat, jujur dalam
pembina, pengontrol dan pengarah guna menyampaikan apa yang diserukannya,
terciptanya insan kamil. dalam arti menerapkan anjurannya
Adapun secara teknis, Ahmad D. pertama-tama pada dirinya sendiri. Sebab
Marimba menguatkan tugas seorang apabila ilmu dan amal dapat sejalan maka
pendidik khususnya dalam pendidikan peserta didik akan mudah
Islam adalah membimbing dan mengenal meneladaninya dalam setiap perkataan
kebutuhan atau kesanggupan peserta dan perbuatannya.
didik, menciptakan situasi yang kondusif Kelima, senantiasa membekali diri
bagi berlangsungnya proses dengan ilmu serta bersedia mengkaji dan
kependidikan, menambah dan mengembangkannya.Keenam, mampu
mengembangkan pengetahuan yang menggunakan berbagai metode mengajar
dimiliki guna membuka diri terhadap secara bervariasi, menguasainya dengan
baik, mampu menentukan dan memilih
4Danah Zohar dan Ian Marshall, SQ Memanfaatkan
metode mengajar secara bervariasi,
Kecerdasan Memaknai Kehidupan, Terjemahan Rahmi
Astuti – Ahmad Nadjib Burhani (Bandung: Kronik 6 Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan
Indonesia Baru 2001) hlm. 20
5Lihat QS. Al-Mujadilah (58): 11
Islam (Bandung: al-Ma’arif, 1989), hal. 38-39.

66 | Tadris, Volume. 12, Nomor 1, Juni 2017


Kompetensi Spiritual Guru Paud Perspektif Pendidikan Islam

menguasainya dengan baik, mampu dimilikinya. f) seorang pendidik


menentukan dan memilih metode hendaknya mengetahui karakter peserta
mengajar yang sesuai dengan materi didiknya seperti pembawaan, kebiasaan,
pelajaran dan situasi belajar mengajar. perasaan dan berbagai potensi yang
Ketujuh, mampu mengelola peserta didik, dimilikinya. g) seorang pendidik
tegas dalam bertindak, dan meletakan hendaknya menguasai pelajaran yang
segala masalah secara proporsional. diajarkannya dengan baik dan
Kedelapan, mempelajari kehidupan psikis profesional. 8

peserta didik selaras dengan masa Dari uraian di atas, dapat


perkembangannya. Kesembilan, tanggap disimpulkan bahwa kompetensi spiritual
terhadap berbagai kondisi dan guru dalam perspektif pendidikan Islam
perkembangan dunia yang ditunjukan dengan kepemilikan
mempengaruhi jiwa, keyakinan dan pola kompetensi secara personal-spiritual serta
pikir peserta didik, memahami problem profesional-spiritual.Kata spiritual dalam
kehidupan modern dan bagaimana cara hal ini dipahami bahwa pendidikan yang
Islam mengatasi dan menghadapinya. disajikan setiap pendidik senantiasa
Kesepuluh,bersikap adil diantara para menjunjung tinggi komitmen untuk
peserta didik.7 mengajarkan nilai-nilai spiritualitas Islam
Selanjutnya, Al-Abrasyi juga guna menanamkan keyakinan kepada
mengemukakan bahwa kriteria seorang peserta didik serta menjadikan ajaran
pendidik setidaknya mencakup beberapa Islam sebagai satu-satunya ajaran
aspek diantaranya: a) seorang pendidik spiritual yang paling lurus.Adapun
hendaknya memiliki sifat zuhud, yakni implementasinya dilakukan melalui
melaksanakan tugasnya bukan semata- zuhud, jujur, sabar, adil, bersih hati
mata karena materi, akan tetapi lebih dari pikiran dan fisik, pemaaf sekaligus
itu adalah karena mencari keridhaan menguasai teori secara komprehensif.
Allah SWT. b) seorang pendidik
hendaknya bersih fisiknya dari segala Pendidikan Spiritual Perspektif Islam
macam kotoran dan bersih jiwanya dari Bagi Anak Usia Dini
segala macam sifat tercela. c) seorang Dalam perspektif Islam, konsep
pendidik hendaknya ikhlas dan tidak ria spiritualitas lebih didasarkan pada tugas
dalam melaksanakan tugasnya. d) dan tanggung jawab manusia dalam
seorang pendidik hendaknya bersikap beribadah kepada Allah SWT.9
pemaaf dan memaafkan kesalahan orang Sedangkan menurut Ruslan sebagaimana
lain terutama terhadap peserta didiknya, dikutip Yuliyatun, spiritualitas
sabar dan sanggup menahan amarah, merupakan aspek esoteris Islam yang
senantiasa membuka diri dan menjaga menjadikan pengalaman batiniyah dan
kehormatannya. e) seorang pendidik ruhaniyah sebagai cara pencapaian
hendaknya mengetahui karakter peserta kebahagiaan yang hakiki. Sementara itu,
didiknya seperti: pembawaan, kebiasaan, Allama Mirsa Ali Al-Qadhi juga
perasaan, dan berbagai potensi yang
8Mohammad Athiyah al-Abrasyi, Dasar-Dasar
7 Muhaimin et.al.,Paradigma Pendidikan Islam: Pokok Pendidikan Islam, Terj.Bustami A. Gani dan
Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Djohar Bahry (Jakarta: Bulan Bintang, 1970), hal.
Sekolah (Bandung, Remaja Rosdakarya, 2002), hal. 137-141.
9 QS. Adz-Dzariyat (51) : 56.
96.

Tadris, Volume. 12, Nomor 1, Juni 2017 |67


Safrudin Aziz

menyatakan bahwa spiritualitas dasar pendidikan yang harus diberikan


merupakan tahapan perjalanan batin semenjak anak berusia dini, bahkan
seorang manusia untuk mencari dunia diberikan sebelum anak terlahir ke dunia
yang lebih tinggi dengan bantuan (prenatal). Perihal tersebut sebagai upaya
riyadahah dan berbagai amalan mengaktifkan kembali hati dan ruh setiap
pengekangan diri sehingga perhatiannya anak setelah menjalani proses dialog
tidak berpaling dari Allah, semata-mata dengan Tuhan dengan ungkapan
untuk mencapai puncak kebahagiaan persaksian kepada-Nya. 12

abadi.10 Perlunya pendidikan spiritual


Senada dengan pengertian di atas, diberikan semenjak anak usia dini juga
Zohar dan Marshall mengemukakan dikemukakan Mansur bahwa tingkatan
kecerdasan spiritual merupakan spiritualitas yang dimiliki anak usia dini
kemampuan individu dalam menghadapi secara umum masih bersifat:13Pertama,
dan`memecahkan permasalahan dengan unreflective (tidak mendalam) yakni anak
memahami makna dan nilainya, sehingga usia dini mempunyai anggapan atau
individu tersebut mampu menempatkan menerima terhadap ajaran agama dengan
sikap dan perilakunya sesuai dengan tanpa kritik. Kebenaran yang mereka
konteks makna dan nilai dari terima tidak begitu mendalam sehingga
tindakannya. 11 cukup sekedarnya saja dan mereka sudah
Dari pengertian di atas, dapat merasa puas dengan keterangan yang
dipahami bahwa pendidikan spiritual kadang-kadang kurang masuk akal.
merupakan sebuah konsep pendidikan Kedua, egosentris yakni anak
yang mengajarkan hakikat dan makna memiliki kesadaran akan diri sendiri
kehidupan secara seimbang melalui sejak tahun pertama usia
pengolahan hubungan langsung antara perkembangannya dan akan berkembang
manusia dengan Tuhan melalui beragam sejalan dengan pertambahan
cara baik dalam bingkai komunikasi pengalamannya. Semakin bertumbuh
ritual ibadah secara langsung dengan semakin meningkat pula
Allah ataupun melakukan segala aktivitas egoisnya.Sehubungan dengan itu, dalam
kebaikan guna menemukan makna masalah keagamaan anak telah
kehidupan yang hakiki serta memperoleh menonjolkan kepentingan dirinya dan
keridhaan-Nya. telah menuntut konsep keagamaan yang
Konsep pendidikan spiritual lahir mereka pandang dari kesenangan
sebagai pernyataan tegas bahwa pribadinya.Ketiga, anthropomorphis yakni
kesuksesan seseorang tidak sebatas konsep ketuhanan pada diri anak
ditentukan oleh intelegence quotion menggambarkan aspek-aspek
(kecerdasan intelektual) semata.Namun kemanusiaan. Melalui konsep yang
aspek spiritual menempati posisi sebagai terbentuk dalam pikiran, mereka
menganggap bahwa perikeadaban Tuhan
10 Yuliyatun, “Mengembangkan Kecerdasan itu sama dengan manusia. Pekerjaan
Spiritual Anak Melalui Pendidikan Agama”, Tuhan mencari dan menghukum orang
Thufula, Volume 1, Nomor 1, Juli-Desember 2013.,
hal. 157. 12Qs.
11 Zohar dan Marshall, SQ: Spiritual Intelligence the al-A’raf (7) : 172.
13Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam
Ultimate Intellegence (Soho Square London:
Vloomsbury Publishing, 2000), hal. 4. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hal. 53-55.

68 | Tadris, Volume. 12, Nomor 1, Juni 2017


Kompetensi Spiritual Guru Paud Perspektif Pendidikan Islam

yang berbuat jahat di saat orang itu merupakan tanda dan sifat keagamaan
berada dalam tempat yang gelap.Anak yang terakhir ada anak.Rasa kagum yang
menganggap bahwa Tuhan dapat melihat ada pada anak sangat berbeda dengan
segala perbuatannya langsung ke rumah- rasa kagum pada orang dewasa.Rasa
rumah mereka sebagaimana layaknya kagum pada anak-anak ini belum bersifat
orang mengintai. Pada anak usia 6 tahun, kritis dan kreatif, sehingga mereka hanya
pandangan anak tentang Tuhan adalah kagum terhadap keindahan lahiriah saja.
sebagai berikut: Tuhan mempunyai Hal ini merupakan langkah pertama dari
wajah seperti manusia, telinganya lebar pernyataan kebutuhan anak akan
dan besar, Tuhan tidak makan tetapi dorongan untuk mengenal suatu
hanya minum embun. Konsep ketuhanan pengalaman yang baru. Rasa kagum
yang demikian itu mereka bentuk sendiri mereka dapat disalurkan melalui cerita-
berdasarkan fantasi masing-masing. cerita yang menimbulkan rasa takjub
Keempat, verbalis dan ritualis yakni pada anak-anak.Untuk itu diperlukan
kehidupan agama pada anak sebagian penanaman dan pemahaman terhadap
besar tumbuh mula-mula secara verbal nilai-nilai spiritual bagi anak.
(ucapan).Mereka menghafal secara verbal Pendidikan spiritual bagi anak usia
kalimat-kalimat keagamaan dan selain itu dini secara teoritik tidak sebatas
pula dari amaliah yang mereka mengajarkan anak pada upaya
laksanakan berdasarkan pengalaman mengimplementasikan nilai-nilai
menurut tuntunan yang diajarkan kepada keimanan dan ibadah secara kuantitatif.
mereka.Perkembangan agama pada anak Akan tetapi pendidikan spiritual lebih
sangat besar pengaruhnya terhadap menyentuh pada aspek riil dalam
kehidupan agama anak itu diusia kehidupan sehari-hari.14 Selaras dengan
dewasanya.Banyak orang dewasa yang pernyataan tersebut, Komarudin Hidayat
taat karena pengaruh ajaran dan praktek dalam Maslahul Falah menegaskan
keagamaan yang dilaksanakan pada masa kecerdasan spiritual tidak dilihat dari
kanak-kanak mereka.Latihan-latihan kemampuan untuk melakukan ritual
bersifat verbalis dan upacara keagamaan keagamaan secara baik, akan tetapi anak
yang bersifat ritualis (praktek) percaya akan adanya kekuatan non fisik
merupakan hal yang berarti dan (ghaib) yang lebih dari kekuatan diri
merupakan salah satu ciri dari tingkat manusia.Perihal ini seringkali disebut
perkembangan agama pada anak-anak. sebagai sebuah kesadaran yang
Kelima, imitatif yakni tindak menghubungkan manusia dengan Tuhan
keagamaan yang dilakukan oleh anak- lewat hati nurani.15
anak pada dasarnya diperoleh dari Mencermati pengertian di atas,
meniru.Berdo’a dan shalat misalnya menurut penulis penekanan pendidikan
mereka laksanakan karena hasil melihat spiritual lebih bersifat mengoptimalkan
realitas dilingkungan, baik berupa kualitas kecerdasan batin anak yang
pembiasaan ataupun pengajaran yang dilakukan secara sadar dengan
intensif.Dalam segala hal anak menempatkan perilaku serta aktivitas
merupakan peniru yang ulung, dan sifat
14 Maslahul Falah, Tinjauan EQ dan SQ untuk
peniru ini merupakan modal yang positif
dalam pendidikan keagamaan pada Memberi Nama Bayi (Yogyakarta: Media Insani,
2005), hal. 41.
anak.Keenam, rasa heran dan kagum 15Maslahul Falah, Tinjauan EQ dan SQ., hal. 41.

Tadris, Volume. 12, Nomor 1, Juni 2017 |69


Safrudin Aziz

hidup secara lebih bermakna.Dalam dapat dilakukan melalui beberapa


posisi itulah seorang anak diajak untuk langkah sebagai berikut:17
belajar berpikir, merasa, bersikap secara 1) Jadilah kita gembala spiritual yang
tepat melalui interrelasi antara peran akal baik. Orangtua dan guru yang
dengan kalbunya secara tepat. bermaksud mengembangkan SQ anak
Adapun secara teknis haruslah seseorang yang sudah
pengembangan pendidikan spiritual anak mengalami kesadaran spiritual juga,
usia dini dapat dilakukan melalui sehingga sudah mengakses sumber-
beberapa hal diantaranya: a) kembangkan sumber spiritual untuk
spiritualitas anak untuk belajar bersikap mengembangkan dirinya, dan harus
fleksibel (adaptif secara spontan dan sudah menemukan makna hidupnya
aktif); b) kembangkan tingkat kesadaran serta mengalami hidup yang
diri anak secara bertahap guna mencapai bermakna.
tingkat spiritualitas dan kesadaran yang 2) Bantulah anak untuk merumuskan
tinggi; c) kembangkan spiritualitas anak misi hidupnya. Nyatakan kepada anak
untuk belajar menghadapi dan ada berbagai tingkat tujuan, mulai dari
memanfaatkan penderitaan; d) tujuan paling dekat sampai tujuan
kembangkan spiritualitas anak untuk paling jauh, tujuan akhir kita. Misalnya
mampu menghadapi dan melampaui rasa dengan menggunakan teknik setelah
sakit; e) kembangkan kualitas hidup anak itu apa? Dalam anekdot Danah Zohar,
yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai kita bisa membantu anak untuk
spiritual; f) kembangkan spiritualitas menemukan misinya jika sudah
anak untuk berani menghadapi sekolah, kamu mau apa, setelah itu
keengganan yang menyebabkan kerugian apa, Aku mau jadi orang pintar. Jika
yang tidak perlu; g) kembangkan sudah pintar mau apa? Setelah itu apa?
spiritualties anak dalam melihat dan seterusnya.
keterkaitan antara berbagai hal; h) 3) Baca kitab suci bersama-sama dan
kembangkan spiritualtias anak untuk jelaskan maknanya dalam kehidupan
mampu bertanya mengapa atau kita. Di antara pemikir besar Islam,
bagaimana sehingga dapat diketemukan yang memasukkan kembali dimensi
jawaban-jawaban yang mendasar; i) ruhaniah ke dalam khazanah
kembangkan spiritualitas anak untuk pemikiran Islam adalah Muhammad
dapat hidupa secara mandiri yakni Iqbal. Walaupun dibesarkan dalam
memiliki kemudahan untuk bekerja tradisi intelektual Barat, tetapi ia
melawan konvensi.16 melakukan pengembalaan ruhaniah
Selanjutnya, implementasi bersama Jalaludin Rumi dan tokoh-
pendidikan spiritual bagi anak usia dini tokoh sufi lainnya. Dan boleh jadi
menurut Jalaluddin Rakhmat yang membawa Iqbal ke arah itu
sebagaimana dikutip Abu Hasan Agus R adalah pengalaman masa kecilnya.
Setiap selesai shalat subuh, ia
16Danah Zohar, Ian Marshall, Jalaludin Rahmat,
SQ Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual Dalam 17Abu Hasan Agus R., “Membina Kecerdasan
Berfikir Integralistik, Holistic Untuk Memaknai Hidup Spiritual Anak Sebuah Kecerdasan Yang
(Bandung: Mizan, 2002),hlm. 14. Terabaikan”, Jurnal Lisan Al-Hal IAI Ibrahimy
Situbondo, (Volume 6, No. 1, Juni 2014), hal. 183-
184.

70 | Tadris, Volume. 12, Nomor 1, Juni 2017


Kompetensi Spiritual Guru Paud Perspektif Pendidikan Islam

membaca AlQur’an. Pada suatu hari, dengan SQ. Untuk itu kita harus
bapaknya berkata:Bacalah Al-Qur’an melatihnya dengan menyanyikan
seakan-akan Ia diturunkan lagu-lagu ruhaniah atau membacakan
untukmu!.Dan Iqbal berkata: aku puisi-puisi.
merasakan AlQur’an seakan-akan 8) Bawa anak untuk menikmati
berbicara kepadaku. keindahan alam. Kita harus
4) Ceritakan kisah-kisah agung dari menyediakan waktu khusus bersama
tokoh spiritual. Anak-anak bahkan anak-anak untuk menikmati ciptaan
orang dewasa sangat terpengaruh Tuhan. Bawalah anak-anak kepada
cerita. Manusia adalah satu-satunya alam yang relatif belum tercemari,
makhluk yang suka bercerita dan misal ke puncak gunung. Rasakan
hidup berdasarkan cerita yang udara yang segar dan sejuk,
dipercayainya. Para Nabi mengajari dengarkan burung-burung berkicau
umatnya dengan bebas. Hirup wewangian
5) Dengan cerita perumpamaan. Para alami. Ajak mereka ke pantai. Rasakan
sufi seperti Al-Attar, Rumi, dan Sa’di angin yang menerpah tubuh,
mengajarkan kearifan parenial dengan celupkan kaki mereka dan biarkan
cerita. ombak kecil mengelus-elus jemarinya
6) Diskusikan berbagai persoalan dan seterusnya.
dengan dengan perspektif ruhaniah. 9) Bawa anak ke tempat-tempat orang
Melihat dari perspektif ruhaniah menderita. Nabi Musa pernah
artinya memberikan makna dengan berjumpa dengan Tuhan di Bukit
merujuk pada rencana agung Illahi Sinai. Setelah ia kembali ke kaumnya,
(The Devine Grand Design). Maka ia merindukan pertemua dengan
libatkan anak dalam kegiatan ritual Tuhan. Ia bermunajat, Tuhanku, di
keagamaan tetapi tidak boleh mana bisa kutemui Engkau?. Allah
dilakukan dengan terlalu banyak Berfirman: Temuilah aku ditengah-
menekankan hal-hal formal. Misalnya, tengah orang-orang yang hancur
menjelaskan bahwa shalat bukan hatinya. Dari sepenggal cerita Nabi
sekadar kewajiban, tetapi merupakan Musa di atas kita dapat mengambil
kehormatan untuk menghadap Dia kesimpulan, bahwa mulai dini anak
yang maha kasih dan maha sayang. harus dilatih untuk merasakan
7) Bacakan puisi-puisi atau lagu-lagu penderitaan sesama.
yang spiritual inspirasional. Manusia 10) Ikut sertakan anak dalam kegiatan-
mempunyai dua fakultas untuk kegiatan sosial. Sejak dini anak-anak
menyerap hal-hal material dan harus diikutsertakan dalam acara atau
spiritual, yakni mata lahir dan mata kegiatan sosial, yang bertujuan
batin. Misalnya kita bisa berkata melatih anak sebagai mahluk sosial
masakan ini pahit (kita sedang sejak dini.
menggunakan indera lahiriyah), tetapi Selain itu, menumbuh-kembangkan
ketika berkata keputusan ini pahit kecerdasan spiritual bagi anak dapat
(kita sedang menggunakan indera dilakukan dengan berpedoman pada
batiniah). Empati, cinta, kedamaian, beberapa hal diantaranya sebagai berikut:
keindahan hanya dapat dicerapdg pertama, ajarkan kepada anak bahwa
fakultas spiritual kita yang disebut Tuhan selalu memperhatikan kehidupan

Tadris, Volume. 12, Nomor 1, Juni 2017 |71


Safrudin Aziz

kita. Melalui latihan berdo’a dan dilalui secara rutin dan mekanis. Banyak
pembiasaan ritual akan bisa terjadi keajaiban setiap hari yang harus
memperhalus perasaan dan diberi makna, disyukuri, dan dirayakan
mencerdaskan spiritualitas anak. Dalam sekalipun dengan cara yang sederhana,
perihal ini penting bagi orang tua untuk asal memberikan sentuhan hati kepada
selalu memberi contoh yang bagus anak.
dimata anak. Kedua, ajarkan kepada anak- Ketujuh, berikanlah ruang kepada
anak bahwa hidup dan kehidupan ini anak untuk berkreasi, menentukan
saling berhubungan. Tak mungkin kita program dan jadwal kegiatan. Anak yang
hidup sendiri. Mencukupi semua yang terlalu diatur dan didikte orang tua bisa
diperlukan. Hubungan ini tidak saja tumbuh menjadi pemberontak, atau
antara sesama manusia, melainkan juga sebaliknya menjadi pasif, tidak memiliki
dengan lingkungan alam seperti: udara, inisiatif dan sebagainya. Ajarkan kepada
air, cahaya, tumbuhan, hewan bahkan anak untuk bisa memahami pilihan-
sampai bakteri yang ikut menopang pilihannya. Kedelapan, jadilah cermin
hidup kita. positif bagi anak-anak. Dalam kehidupan
Ketiga, orang tua hendaknya rumah tangga tanpa disadari masing-
menjadi pendengar yang baik bagi anak- masing merupakan aktor yang selalu
anaknya. Jika anak bicara jangan buru- dilihat dan dinilai oleh orang lain. Maka
buru dipotong lalu diceramahi. jadilah aktor atau model peran yang baik
Dengarkan dan perhatikan dengan bagi anak-anak. Sesekali adakan forum
tatapan mata yang penuh antusias dan untuk saling menyampaikan kesan dan
stimulatif agar anak terlatih penilaian yang satu kepada yang lain.
mengutarakan pikiran dan emosinya Tentunya kegiatan ini dilakukan dalam
dengan lancar, tertib dan jernih. Keempat, suasana yang rileks, nyaman, tanpa
ajarkan anak-anak untuk menggunakan tekanan serta menjunjung prinsip saling
kata dan ungkapan yang bagus, indah menghargai satu sama lain.
dan mendorong imajinasinya. Kalau sulit, Kesembilan, sesekali ciptakan
bisa dikemukakan melalui bacaan yang suasana yang benar-benar santai,
bagus. Biasakan membeli dan melepaskan semua ketegangan dan
membacakan buku buat anak-anak kita. kepenatan fisik maupun psikis.Inilah
Jika anak tertarik, bisa dibacakan yang dimaksud rekreasi melalui relaksasi.
berulang kali agar merasuk lebih dalam Kesepuluh, setiap hari adalah istimewa,
lagi pesan dan bekasnya. yang wajib dihayati dan disyukuri. Setiap
Kelima, dorong anak-anak untuk pagi ajak anak-anak untuk bersyukur
berimajinasi tentang masa depannya dan pada Tuhan sambil menatap langit,
tentang kehidupan. Imajinasi akan matahari, pepohonan dan sejenisnya.
melatih anak selalu berpikir hal-hal yang Sampaikan terima kasih dan pujian atas
melampaui batas materi dan ini akan kebaikan serta keindahan yang selalu
mencerdaskan spiritualnya. Imajinasi hadir menyertai kita tanpa memungut
juga akan mengaktifkan otak kanan yang bayaran.18
cenderung berpikir holistik, intituitif dan
imajinatif. Keenam, temukan dan rayakan
18Maslahul Falah, Tinjauan EQ dan SQ., hal. 42-44.
keajaiban yang terjadi setiap hari atau
setiap minggu. Jangan sampai hidup

72 | Tadris, Volume. 12, Nomor 1, Juni 2017


Kompetensi Spiritual Guru Paud Perspektif Pendidikan Islam

Kompetensi Spiritual Guru PAUD kepada Tuhan.19 Kompetensi spiritual


Perspektif Pendidikan Islam yang diwujudkan dalam bentuk
Kompetensi sebagaimana mempercayai adanya Tuhan melalui
dikemukakan UU No. 14 tahun 2005 ciptaan-Nya dimaksudkan agar guru
tentang Guru dan Dosen Pasal 1 butir 10 memiliki pengetahuan, pemahaman,
adalah seperangkat pengetahuan, pengalaman dan sikap terhadap sifat
keterampilan, dan perilaku yang harus Tuhan sebagai pencipta, sekaligus
dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru mampu mengenalkan berbagai bentuk
dalam melaksanakan tugas keprofe- ciptaan Tuhan sehingga melahirkan rasa
sionalan. Dalam batasan itulah, syukur dan takjub yang termanifestasi
kompetensi spiritual guru PAUD dapat dalam bentuk perbuatan beribadah
dirumuskan sebagai kompetensi yang sehari-hari. Dalam istilah lain kompetensi
memuat seperangkat pengetahuan, ini dapat dikatakan sebagai kompetensi
keterampilan, perilaku, sikap yang harus ruhani yakni kompetensi memahami
dimiliki dan diterapkan secara langsung serta mengenal Allah baik sebagai
oleh seorang guru sekaligus mampu pemelihara jagad raya, Tuhan yang harus
menanamkan dan mengembangkan nilai- disembah, memiliki 99 asma dan sifat
nilai spiritual kepada setiap peserta jamal serta jalal.
didiksecara teoritik dan praktik sehingga Sedangkan kompetensi untuk
mereka berkemampuan menjalani menghargai diri sendiri, orang lain dan
kehidupan dengan penuh makna, terarah lingkungan sekitar sebagai rasa syukur
sesuai dengan aturan dan norma-norma kepada Tuhantampak pada penanaman
agama. perilaku setiap anak untukselalu
Dari pengertian di atas, kompetensi menghormati (toleransi) setiap agama
spiritual tampaknya memiliki penekanan orang lain, terbiasa mengucapkan
pada dua aspek pokok yakni keagungan Tuhan saat melihat ciptaan-
kepemilikian kompetensi personal Nya, terbiasa merawat kebersihan diri,
spiritual serta profesional spiritual. tidak menyakiti diri atau teman,
Kedua kompetensi tersebut secara menghargai teman (tidak mengolok-
aplikatif bersifat melekat. Sehingga olok), hormat pada guru dan orang tua,
kompetensi spiritual selain kemampuan menjaga serta merawat tanaman dan
mengajarkan nilai-nilai spiritual kepada binatang peliharaan. Perihal tersebut
peserta didik juga kemampuan, bermanfaat untuk:
kesanggupan dan komitmen guru dalam Pertama, mengenalkan anak dengan
mengimplementasikan nilai-nilai spiritual agamanya dan agama teman yang
dalam kehidupan sehari-hari. berbeda. Kedua, membiasakan anak saling
Adapun kompetensi personal menghormati teman saat melaksanakan
spiritualtampak pada sebuahkompetensi ibadahnya. Ketiga, membiasakan
yang diwujudkan dalam bentuk
mengimani adanya Tuhan melalui 19KD-1 Kompetensi Dasar Sikap Spiritual PAUD
ciptaannya serta kompetensi untuk K-13, dalam
menghargai diri sendiri, orang lain dan http://paudjatengxahzgs.com/2016/01/
lingkungan sebagai bentuk syukur kompetensi-dasar-sikap-spiritual-
paud.html. accessed: 10 Januari 2017.

Tadris, Volume. 12, Nomor 1, Juni 2017 |73


Safrudin Aziz

mengucapkan pujian sesuai dengan perhatian, pendidikan kejujuran,


agama serta pada saat melihat sesuatu pendidikan kedermawanan, pendidikan
yang menakjubkan. Keempat, mengajak kesabaran, pendidikan bersyukur,
anak mengamati dan mengenal dirinya 21
pendidikan kebersihan. Beberapa model
dengan baik sebagai mahluk ciptaan pendidikan spiritual tersebut dapat
Tuhan yang sempurna dan bermanfaat dirumuskanmenjadi kompetensi spiritual
atau berguna bagi oranglain serta dalam perspektif pendidikan Islam yang
lingkungan sekitar. Kelima, berdiskusi harus dimiliki oleh guru pada jenjang
dengan anak untuk menumbuhkan pendidikan anak usia dini sebagai
kesadaran bahwa dirinya, orang lain dan berikut:
lingkungan sekitar adalah makhluk 1. Kompetensi Menanamkan Rasa
ciptaan Tuhan yang penting dan saling Cinta Dan Kasih Sayang
mempengaruhi. Keenam, mengajak anak Kompetensi menanamkan rasa
merawat, memelihara dan cinta dan kasih sayang menjadi
mengembangkan dirinya, orang lain dan kompetensi spiritual yang harus dimiliki
lingkungan sekitar sebagai wujud rasa guru agar anak semenjak berusia dini
syukur kepada Tuhan. Ketujuh, anak tumbuh perasaan cinta dan kasih sayang
diajak memikirkan apa yang akan kepada Tuhan, diri sendiri, orang lain,
dirasakannya bila salah satu fungsi alat- hewan, tumbuhan dan kepada alam
alat tubuh sakit atau tidak ada. Anak juga sekitar. Pemenuhan kompetensi ini
diajak merasakan apa yang dirasakan jika diharapkan guru dan peserta didik secara
tidak ada tumbuhan, tidak ada binatang reflektif memiliki kesadaran yang tinggi
dan lainnya. Kedelapan, pembiasaan untuk merawat dirinya sendiri secara
mengucapkan rasa syukur atas nikmat lahir maupun batin sekaligus menjaga
yang diberikan Tuhan atas diri, orang semua ciptaan Tuhan baik secara sikap,
lain dan lingkungan yang bermanfaat. perbuatan ataupun dalam bentuk
Kesembilan, pembiasaan menghargai pikiran-pikiran yang humanis terhadap
keberadaan orang lain (orang tua, sesama dan alam sekitarnya.
keluarga, teman). Kesepuluh, pembiasaan Melalui kompetensi ini pula, anak
menyayangi binatang.20 semenjak dini diharapkan terpatri bahwa
Melengkapi uraian di atas, rumusan merusak alam adalah sebuah kedzaliman
kompetensi spiritual baik secara personal besar yang harus diantisipasi melalui
maupun profesional dapat diadaptasi penanaman spiritual semenjak usia dini.
dari pernyataan Siswanto yang tersusun Dalam perspektif Islam,
dalam model pendidikan spiritual mengembangkan kompetensi cinta dan
mencakup model pendidikan cinta dan kasih sayang selaras dengan Sabda Nabi
kasih sayang, pendidikan percaya diri, SAW yang artinya: Allah SWT
pendidikan cerdas, pendidikan adil, mempunyai seratus rahmat (kasih
pendidikan kemandirian, pendidikan sayang), dan menurunkan satu rahmat
(dari seratur rahmat) kepada jin, manusia,
20“KD-1Kompetensi Dasar Sikap Spiritual PAUD
binatang, dan hewan. Dengan rahmat itu
K-13”,
dalamhttp://paudjatengxahzgs.com/2016 21 Wahyudi Siswantodkk.,Membentuk
/01/kompetensi-dasar-sikap-spiritual- Kecerdasan Spiritual Anak (Jakarta: Amzah, 2010),
paud.html. accessed: 10 Januari 2017. hal. 20.

74 | Tadris, Volume. 12, Nomor 1, Juni 2017


Kompetensi Spiritual Guru Paud Perspektif Pendidikan Islam

mereka saling berbelas kasih dan anak. Sehingga setiap anak memiliki rasa
berkasih sayang, dan dengannya pula percaya diri yang besar meskipun ia
binatang-binatang buas menyayangi memiliki berbagai kekurangan yang
anak-anaknya. Dan Allah SWT melekat dalam dirinya.
menangguhkan 99 rahmat itu sebagai 3. Kompetensi Cerdas
kasih sayang-Nya pada hari kiamat nanti Kompetensi ini maksudkan bahwa
(HR. Muslim). guru memiliki seperangkat pengetahuan,
Dari uraian di atas, mena-namkan pengalaman dan kemampuan serta sikap
rasa cinta dan kasih sayang sebagai salah untuk menumbuh-kembangkan
satu bentuk kompetensi spiritual kecerdasan anak secara
memiliki urgensi yang sangat penting. spiritual.Kecerdasan spiritual tidak
Guru dan anak didik terbiasa bersikap bersifat teoritik belaka, namun lebih
kasih dan sayang, sehingga wajah serta melekat pada ranah implementasi.
suasana pendidikan tercipta secara Artinya dalam proses mencerdaskan anak
harmonis dan menyenangkan. Akhirnya secara spiritual guru harus
tercipta out put pendidikan Indonesia mencontohkan langsung melalui sikap,
adalah manusia-manusia penebar kasih perbuatan, nasihat, dan sejenisnya.
dan sayang kepada sesama. Melalui Sehingga kecerdasan spiritual anak
pemenuhan kompetensi spiritual semakin hari semakin terpupuk, akhirnya
berbentuk kasih dan sayang berbagai ia menjadi pribadi yang bertaqwa secara
macam dekadensi moral, tindak ritual maupun sosial.
kekerasan dan kejahatan akan 4. Kompetensi Adil
tertanggulangi secara optimal. Sehingga Kompetensi ini berarti guru
empat kompetensi perlu disempurnakan memiliki seperangkat kompetensi,
dengan pemenuhan kompetensi spiritual pengetahuan dan pengalaman serta sikap
bagi guru pada jenjang pendidikan anak untuk menanamkan sikap adil dalam
usia dini. setiap waktu baik adil terhadap diri
2. Kompetensi Menumbuhkan Rasa sendiri, adil terhadap Tuhan, terhadap
Percaya Diri sesama manusia, hewan, tumbuhan
Kompetensi spiritual berbentuk rasa ataupun adil kepada alam sekitar.
percaya diri dipahami sebagai Penanaman sikap adil dilakukan mulai
kepemilikan kemampuan, penge-tahuan dari sesuatu yang paling sederhana,
dan sikap guru dalam menumbuhkan paling kecil namun dilakukan secara
rasa percaya diri kepada anak sehingga konsisten. Perwujudan kompetensi ini
hilang perasaan rendah diri yang juga dilakukan dengan melahirkan
diakibatkan oleh berbagai faktor. kesadaran bersama-sama antara guru
Menanamkan rasa percaya diri bukan dengan anak didik baik dalam proses
berarti mengajarkan anak untuk bersikap pembelajaran dikelas ataupun diluar
sombong, tetapi menga-jaknya untuk kelas.
menemukan kelebihan dan kelemahan 5. Kompetensi Perhatian
yang dimiliki oleh setiap anak. Dengan Kompetensi ini dimaksudkan setiap
mengetahui kelebihan dan kelemahan guru pada jenjang pendidikan anak usia
yang melekat pada diri setiap anak, dini harus memiliki seperangkat
diupayakan guru mampu membantu pengetahuan, pemahaman dan sikap
proses optimalisasi kelebihan atau bakat

Tadris, Volume. 12, Nomor 1, Juni 2017 |75


Safrudin Aziz

untuk dapat memberikan perhatian agar anak memiliki jiwa pemurah,


kepada peserta didiknya agar ia mau penyayang dan dermawan.
memperhatikan Tuhan, sesama, dan alam 8. Kompetensi Sabar
sekitarnya. Berbagai bentuk Kompetensi sabar berarti kemampuan
memperhatikan Tuhan dan mahluk- memahami, mengamalkan dan
mahluknya adalah sebagai salah satu menanamkan jiwa kesabaran pada diri
bentuk dzikir kepada Tuhan melalui setiap anak melalui pengetahuan,
berpikir atau memperhatikan secara pendekatan, sikap, strategi dan metode
serius semua ciptaan-Nya.Dengan yang bermakna sehingga melahirkan
demikian guru dan anak didik terpatri pribadi yang sabar, tidak mudah
untuk berpikir dinamis, progresif, aktual, menyerah atau lemah dalam menghadapi
ilmiah, alamiah sekaligus mengingat cobaan.
Tuhan melalui ciptaannya. Dalam perspektif pendidikan Islam
6. Kompetensi Kejujuran kompetensi tersebut melahirkan jiwa
Kompetensi kejujuran dimaksudkan pasrah, qana’ah, dikarenakan seseorang
bahwa guru memiliki seperangkat sudah memahami bahwa hidup selalu
pengetahuan, pemaha-man, sikap serta berlawanan secara seimbang, seperti:
berkemampuan menanamkan kejujuran senang-susah, tinggi-rendah, kaya-
kepada setiap peserta didiknya, baik jujur miskin, dan sejenisnya. Pemahaman
terhadap dirinya sendiri, jujur terhadap tersebut mengindikasikan bahwa
Tuhan ataupun jujur terhadap orang lain seseorang yang sabar secara substantif
baik dalam kondisi sendiri ataupun dinyatakan telah memahami makna
dalam keadaaan diawasi. Menumbuhkan hidup yang sebenarnya. Sebab musibah
sikap jujur pada hakikatnya sama dengan atau ujian dalam seri kehidupan manusia
menumbuhkan keimanan anak disertai menjadi suatu yang niscaya dan tidak
dengan rasa takut. Jika penanaman bisa dielakan. Sementara sabar
keimanan disertai dengan rasa takut menunjukan kualitas keimanan seseorang
terhadap Tuhan melahirkan sikap jujur dalam menjalani kehidupan didunia.
dalam keadaan apapun. Sebab iman, jujur Beberapa ayat al-Qur’an yang
dan taqwa menjadi satu kesatuan yang mendukung pernyataan tersebut
saling melekat dan tidak dapat dipisah- diantaranya: pertama, QS. Ali Imran ayat
pisahkan antara satu sama lain. 146, bahwa Allah amat menyukai orang-
7. Kompetensi Kedermawanan orang yang sabar.Kedua, QS. Al-Baqarah
Kompetensi kedermawanan adalah ayat 153, bahwa Allah bersama-sama
seperangkat pengetahuan, pemahaman, orang yang sabar. Ketiga, QS. Al-Baqarah
pengalaman dan sikap guru dalam ayat 153 menyatakan kita diminta untuk
menanamkan sikap dermawan terhadap meminta pertolongan kepada Allah
setiap peserta didiknya sekaligus dengan sabar dan shalat.
memberikan pemahaman secara 9. Kompetensi Bersyukur
komprehensif bahwa seseorang yang Kompetensi ini berarti memiliki
dermawan akan memperoleh balasan pengetahuan, kemampuan, kemauan dan
rizki dan pahala dari Allah SWT. Selain sikap untuk menanamkan atau melatih
itu pemahaman dalam menumbuh- anak agar menjadi seseorang yang pandai
kembangkan kepekaan anak untuk bersyukur. Penanaman jiwa bersyukur
bersikap dermawan harus dikuasai guru bagi anak bukan sebatas memperbanyak
76 | Tadris, Volume. 12, Nomor 1, Juni 2017
Kompetensi Spiritual Guru Paud Perspektif Pendidikan Islam

ungkapan terima kasih dan al-hamdulillah. tingkat kesadaran yang memuncak, yakni
Akan tetapi melatih anak bersyukur mampu merasakan kehadiran Tuhan atau
berarti mengajarkan mereka secara tepat makhluk ruhaniyah disekitarnya; 3)
untuk bisa menghargai orang lain, Kemampuan untuk mensakralkan
termasuk belajar menerima kritik pengalaman sehari-hari; 4) Kemampuan
ataupun celaan dari orang lain. untuk menggunakan sumber-sumber
Selain itu, penanaman sikap spiritual buat menyelesaikan masalah.
bersyukur juga dilakukan dengan Anak yang cerdas secara spiritual tidak
memberikan pemahaman terhadap anak memecahkan persoalan hidup hanya
untuk giat belajar, giat bekerja serta giat secara rasional atau emosional saja. Ia
beribadah. Semua itu dilakukan sebagai menghubungkannya dengan makna
upaya mengoptimalkan potensi dan kehidupan secara spiritual; 5)
perangkat dalam bentuk anggota tubuh Kemampuan untuk berbuat baik, yaitu
yang lengkap dan sempurna sebagai memiliki rasa kasih yang tinggi pada
pemberian Tuhan yang maha sesama makhluk Tuhan seperti memberi
kuasa.Semua itu dilakukan secara maaf, bersyukur atau mengungkapkan
disiplin, profesional, penuh terima kasih, bersikap rendah hati,
pertimbangan agar belajar, bekerja dan menunjukkan kasih sayang dan kearifan,
beribadah dapat dilakukan secara tepat. hanyalah sebagai dari kebajikan.22
10. Kompetensi Kebersihan Adapun kebijakan kompetensi spiritual
Kompetensi kebersihan adalah idealnya dirumuskan oleh pemerintah di
seperangkat kemampuan, pengeta-huan bawah Kementerian Pendidikan Nasional
dan sikap guru dalam menumbuh- dan Kementerian Agama. Sementara
kembangkan sikap hidup bersih dan suci teknis pengembangannya dilakukan oleh
secara jasmani maupun ruhani. Kesucian guru yang diperoleh melalui pendidikan,
ruhani pendidik dan peserta didik secara pelatihan, workshop, semiloka dan
umum hampir tidak begitu diperhatikan. sejenisnya.
Sebaliknya prestasi akademik lebih
ditonjolkan serta produk-produk Kesimpulan
pengetahuan dan kreativitas tampaknya Kompetensi spiritual bagi guru
menjadi daya unggul dan modal jenjang pendidikan anak usia dini secara
persaingan antar sekolah. Dalam posisi khusus disajikan sebagai pelengkap
itulah, kebutuhan spiritual seolah berdiri empat kompetensi dalam Permendiknas
sendiri sehingga tidak terintegrasi yakni pedagogik, profesional, sosial dan
dengan muatan pembelajaran lainnya. kepribadian. Tanpa menguasai
Penekanan pendidikan spiritual masih kompetensi spiritual, guru dipastikan
memprihatinkan. Sehingga kompetensi tidak mampu menumbuhkembangkan
spiritual harus melekat pada diri setiap kecerdasan spiritual anak usia dini.
guru agar setiap peserta didik memiliki Bahkan dimungkinkan guru tidak
kesucian hati di samping kesucian lahir. memahami konsep pendidikan spiritual
Kompetensi spiritual yang dan ruang lingkupnya secara
kembangkan oleh guru secara substantif komprehensif. Sehingga pendidikan anak
bertujuan agar anak memiliki
22www. muthahhari.or.id/doc/artikel/sqanak.htm
kemampuan: 1) mentransendensikan
yang fisik dan material; 2) mengalami (tidak diterbitkan). Accessed: 7 Pebruari 2017.

Tadris, Volume. 12, Nomor 1, Juni 2017 |77


Safrudin Aziz

usia dini masih sebatas menekankan http://paudjatengxahzgs.com/2016


konsentrasi dalam mengembangkan /01/kompetensi-dasar-sikap-
aspek kognitif, skill, kreativitas, serta spiritual-paud.html. accessed: 10
pengembangan bakat dan minat anak. Januari 2017.
Sementara kecerdasan spiritual tidak Mansur. Pendidikan Anak Usia Dini dalam
mendapatkan sentuhan dan perhatian Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
secara serius. Akibatnya anak akan 2005.
tumbuh berkembang menjadi pribadi- Marimba, Ahmad D. Pengantar Filsafat
pribadi yang aneh, egois, kaku, sombong Pendidikan Islam. Bandung: al-
sekaligus tidak memiliki makna hidup Ma’arif. 1989.
yang sejati. Muhaimin et.al., Paradigma Pendidikan
Adapun penekanan kompetensi Islam: Upaya Mengefektifkan
spiritual bagi guru mencakup personal Pendidikan Agama Islam di Sekolah.
spiritual dan profesional spiritual. Bandung, Remaja Rosdakarya.
Pengembangan kompetensi personal dan 2002.
profesional spiritual ini dilakukan dalam Nizar, Samsul. Filsafat Pendidikan Islam:
wujud beriman kepada Tuhan, Pendekatan Historis, Teoritis dan
bersyukur, mengembangkan rasa cinta Praktis. Jakarta: Ciputat Press. 2002.
dan kasih sayang, percaya diri, cerdas, Siswanto, Wahyudi dkk.,Membentuk
adil, mandiri, perhatian, jujur, dermawan, Kecerdasan Spiritual Anak. Jakarta:
sabar, syukur, serta bersih. Amzah.
Allâh a’lam bi al-Shawâb.* www.muthahhari.or.id/doc/artikel/sqan
ak.htm (tidak diterbitkan). Accessed:
Daftar Pustaka 7 Pebruari 2017.
Agus R., Abu Hasan. Membina Yuliyatun. Mengembangkan Kecerdasan
Kecerdasan Spiritual Anak Sebuah Spiritual Anak Melalui Pendidikan
Kecerdasan Yang Terabaikan, Jurnal Agama.Thufula, Volume 1, Nomor 1.
Lisan Al-Hal, Volume 6, No. 1. 2014. 2013.
al-Abrasyi, Mohammad Athiyah. Dasar- Zohar dan Marshall. 2000. SQ: Spiritual
Dasar Pokok Pendidikan Islam, Terj. Intelligence the Ultimate Intellegence.
Bustami A. Gani dan Djohar Bahry. Soho Square London: Vloomsbury
Jakarta: Bulan Bintang. 1970. Publishing.
An-Nahlawi, Abdurrahman. Prinsip- Zohar, Danah dan Marshall, Ian. SQ
Prinsip dan Metode Pendidikan Islam. Memanfaatkan Kecerdasan Memaknai
Bandung: CV. Diponegoro. 1992. Kehidupan, Terj. Rahmi Astuti –
Falah, Maslahul. 2005. Tinjauan EQ dan Ahmad Nadjib Burhani. Bandung:
SQ untuk Memberi Nama Bayi. Kronik Indonesia Baru. 2001.
Yogyakarta: Media Insani, 2005. Zohar, Danah. Dkk., Jalaludin. SQ
Judiani, Sri. Kreativitas dan Kompetensi Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual
Guru Sekolah Dasar, Jurnal Pendidikan dalam Berfikir Integralistik, Holistic
dan Kebudayaan, Vol. 17 No. 1. 2011. Untuk Memaknai Hidup. Bandung:
KD-1 Kompetensi Dasar Sikap Spiritual Mizan.2002.
PAUD K-13,

78 | Tadris, Volume. 12, Nomor 1, Juni 2017

Das könnte Ihnen auch gefallen