Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Reni Sulistyawati1
ABSTRACT
The risk of the high-strength concrete is in line with the increase of temperature, especially for
concrete slab where the surface exposure is relatively wider than beams or columns. The effort
to overcome the problem has been carried out, amongst other is to cover with blanket namely
fire proofing. This research is to conduct the characteristics of concrete slabs under fire
exposure.
Eight samples were cast with concrete having compressive strength of 52,68 MPa and were
reinforced with high-strength steel having yield stress of 600 MPa. The samples which were of
60 mm thick, 600 mm wide and 1200 mm long, were equipped with reinforcement at 10 mm
deep. Eight of samples were grouped into 2 samples each to represent 4 group. Each group
represents the reference (type I), the ones with thicker concrete cover (type II), the ones with
additional mortar cover (type III), and the ones with fire proofing product (type IV). Fire tests
were conducted through all groups. and the test procedure follows the ASTM E119-88. The fire
exposure was done in 30 minutes and the equivalent live load of 345 kg/m² was provided
during the fire tests. Three thermocouples were also employed at different levels of depth of
concrete to monitor the heat transfer in the high strength concrete and one thermocouple was
used for monitoring furnace temperature.
The experiment shows that the application of fire proofing product is much more efficient in
reducing heat of concrete surfases. The reductions of temperature for slab type II, III, and IV
are of 56,44%, 68,145%, and 85,14%. respectively. Crack spreads more evenly in the slab of
type I and II. Explosive spalling happens more at the reference slab in comparison to the slab
with thicker concrete cover. The deflections of slab of type I, II, III, and IV after fire exposure
are of 315,92%, 319,52%, 240,84% and 73,96% in comparison to maksimum deflections.
Keywords : crack, spalling, high-strength concrete, fire proofing.
1
Pengajar Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Wijayakusuma Purwokerto
maupun sengaja dibakar massa pada saat layan (service), keadaan batas (ultimite),
huru hara (Suhendro 2000). maupun keawetannya (durability) secara
jangka panjang (HAKI 2001).
Temperatur pada ruang gedung yang
terbakar dapat mencapai maksimum ± 1200 Secara teknik dan ekonomis beton mutu
o
C dan suhu rata-rata (800 – 900) oC, suhu tinggi juga memungkinkan untuk diproduksi
pada ketebalan selimut beton 10 mm dalam skala komersial yang besar, cukup
dicapai 480 oC setelah 30 menit, 680 oC dengan metode dan material konvensional,
setelah 60 menit dan 800 oC setelah 90 yaitu dengan menambah bahan admixture,
menit (Surahman 1998). Beton yang sehingga biaya ekstra produksi beton mutu
mengalami peningkatan temperatur selama tinggi seringkali lebih kecil dibanding
pemanasan, air yang terkandung dalam penghematan bahan yang didapat dari
pori-pori dan kapiler beton akan menguap. pelat, balok, kolom dan pondasinya (Leite &
Pada 100 oC sebagian air dan Calsium Miranda, 2002). Namun demikian seiring
Silicate (CaSi) sebagai desiccation yang meningkatnya mutu beton, resiko dari
terhidrasi dalam pasta semen akan exposing terhadap temperatur yang tinggi
menghilang, diikuti berkurangnya kekuatan. juga meningkat (Priyosulistyo, 2000).
Peningkatan jumlah tekanan uap pada pori-
Penelitian eksperimental ini dilakukan untuk
pori beton tersebut akan mengakibatkan
mengetahui sejauh mana pengaruh
terjadinya explosive spalling, yang
fireproofing terhadap perilaku pelat beton
menyebabkan sebagian segmen beton
mutu tinggi.
terlepas dari permukaan, ini terjadi pada
temperatur antara 300 oC dan 600 oC.
Manfaat
Pelepasan secara gradual selanjutnya akan
terjadi karena adanya formasi retakan pada Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat
bidang beton, pada suhu 600 dan 900 beton memahami fungsi pelindung kebakaran
menjadi sangat lemah dan rapuh (brittle) (fireproofing) pada bangunan gedung dan
(Laporan akhir ITB, 1998). bagi dunia konstruksi diharapkan dapat
Selain suhu, durasi kebakaran sangat memberikan solusi dalam mengantisipasi
mempengaruhi kerusakan struktur, banyak kegagalan struktur bangunan gedung akibat
peraturan mensyaratkan bahwa setiap kebakaran. Adanya alternatife pemilihan
elemen struktur harus tahan terhadap jenis pelindung kebakaran memberi
kebakaran selama 2 jam (Priyosulistyo, peluang untuk mengadakan penelitian
2000). Antisipasi yang dapat dilakukan lanjutan baik secara teknis maupun
antara lain dengan memberi lapisan pada ekonomis.
exposed surface guna mengurangi
rambatan panas, sehingga struktur beton CARA PENELITIAN DAN
masih bisa menahan beban rencana dan BAHAN-BAHAN YANG DIGUNAKAN
dapat dimanfaatkan kembali tanpa
perbaikan yang memerlukan banyak biaya. Beton
Kecenderungan struktur bangunan gedung Digunakan campuran beton dengan
semakin tinggi, sangat diperlukan beton perbandingan berat semen, pasir, krikil
mutu tinggi untuk mendapatkan balok, adalah 1 : 1,053 : 2,342 dan faktor air
kolom dengan penampang ekonomis dan semen 0,36, untuk workability beton segar
lantai dengan tebal minimum. Beton mutu ditambah bahan superplastiziser 1 % dari
tinggi mulai berkembang dan banyak berat semen, dengan fc = 52,68 Mpa.
digunakan karena memiliki keunggulan
kinerja structure yang tinggi pada
bangunan-bangunan, baik pada keadaan
Fire proofing A A
B
Untuk meningkatkan ketahanan api Ф4 mm–50 mm
B
digunakan tiga variasi pelindung kebakaran 600
yaitu dengan menambah tebal selimut
Ф4mm–75 mm A
beton, memberi lapis plesteran dan
menggunakan Fireproofing fabrikasi. Bahan Ф4mm – 150 mm A Ф4 mm–75 mm
sementitious tersebut terbuat dari bahan 60
dasar semen, merupakan produksi pertama
1500 600
jenis monokote medium density.
POT. A-A POT. B-B
Bahan Plesteran
Bahan ini digunakan sebagai alternative lain Gambar 1. Ukuran benda uji
dalam memberi perlindungan kebakaran,
digunakan campuran adukan 1 Semen:1
Kapur:3 Pasir. Pelaksanaan Penelitian
Pemeriksaan agregat, dan uji tekan beton Pengujian kebakaran dilakukan pada
dilaksanakan di Laboratorium Bahan furnace berukuran ruang, panjang x lebar
Bangunan Jurusan Teknik Sipil Fakultas x tinggi yaitu 1m x 1,2 m x 1m. Sebagai
Teknik Universitas Gadjah Mada, sedangkan pembangkit panas digunakan 3 buah burner
pengujian kebakaran dilaksanakan di masing-masing dengan nozle type 2,00 60.S
Laboratorium Teknik Struktur Jurusan STEIMENT, pemanasan sesuai kurva
Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas standar kurva ASTM E 119 –88, selama 30
Gadjah Mada. menit (Gambar 3) sambil memberikan
beban statik terbagi rata sebesar 345
Persyaratan pengujian kebakaran untuk
kg/m2. Untuk mengamati rambatan panas
beton mutu tinggi yaitu apabila kadar air
pada pelat beton, digunakan tiga buah
beton sekurang-kurangnya sebesar 5%,
thermocouple yang dipasang pada
atau umur beton mencapai sekurang-
kedalaman yang berbeda dan sebuah
kurangnya berumur minimal 60 hari.
thermocouple untuk mengamati temperatur
Pengujian kebakaran pada penelitian ini
dalam tungku. Setup pengujian dapat dilihat
dilaksanakan setelah specimen berumur
pada Gambar 4, dan pelaksanaan pengujian
105 hari.
dilaboratorium dapat dilihat pada Gambar 5.
1600
1400
T e m p e r a tu r ( o C )
Rencana pemanasan
1200
1000
800
600
400
200
A STM E 119 - 88
0
0 2 4 6 8
W a k t u ( ja m )
LVDT
Beban Beban
6
Thermocouple
2 cm Detail A.
3 Penempatan
7 cm 3 cm
2
Thermocouple
2 cm
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN dicapai dan pola kurva pemanasan hasil
penelitian mengikuti pola kurva standar
Kurva pemanasan ASTM E 119-88. Pemanasan yang diberikan
selama 30 menit mencapai temperatur
Kurva pemanasan hasil pengujian bakar
maksimum rata-rata ruang furnace sebesar
dapat dilihat pada Gambar 6,
882 oC.
menunjukkan semakin lama durasi
kebakaran semakin tinggi temperature yang
1200
1000
Temperatur ( oC)
800
Plat standar
600 Plat dengan lapis plesteran
400 Plat dipertebal selimut beton
Plat dilapis fireproofing
200
ASTM E 119 - 88
0 Rencana pemanasan
0 30 60 90 120
Waktu (menit)
K u r v a w a k tu - te m p e r a tu r
( p la t n o r m a l)
T e m p e r a tu r ( o C )
1 0 0 0
9 0 0
8 0 0
7 0 0 Fu rn a n c e
6 0 0 K e d a la m a n t u la n g a n
5 0 0 A S TM E 1 1 9 -8 8
4 0 0
3 0 0
2 0 0
1 0 0
0
0 5 1 0 1 5 2 0 2 5 3 0 3 5 4 0
W a k t u ( m e n it )
(a)
Ku r va w ak tu - te m p e r atu r
( p la t d e n g a n p le s t e r a n )
T h e m p e r atu r (o C )
1000
900
800
700 Ruang
600 Pe r m u k a a n b e to n
500 Unex pos e
A S T M E- 1 1 9
400 Ex p o s e
300
200
100
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40
W a k t u ( m e n it )
(b)
Ku r va w ak tu - te m p e r atu r
( p la t d ip e r t e b a l s e lim u t b e t o n )
T e m p e r atu r (o C )
1000
900
800
700
600
500
400
300
200
100
0
2 cm dr unexpose
0 5 10 15 20 25 E3x 0p o s e3 5 40
W a k t u ( m e n it ) E le v a s i t u la n g a n
A S TM E 119 - 78
(c)
Ku r va te m p e r atu r -w ak tu
T e m p e r atu r (o C )
( p la t d e n g a n f ir e p r o o f in g )
1000
900
800
700
600 P e r m u k f ir e p r o o f in g
500 Pe r m u k a a n b e to n
400 S uhu ruang
300 A S T M E- 1 1 9
200
100
0
0 5 10 15 20 25 30 35
w a k t u ( m e n it 0
(d)
Dari kurva tersebut dapat diketahui, dengan Crack dan Explosive spalling
adanya lapis perlindungan didapatkan
penurunan panas pada permukaan pelat Akibat beban kebakaran yang diterima plat,
sebesar masing-masing untuk pelat menimbulkan retak-retak rambut yang
dipertebal selimut beton, pelat dilapis menyebar rata pada seluruh permukaan
plesteran dan pelat dilapis fireproofing terbakar. Semakin lama durasi kebakaran,
sebesar 56,44%, 68,145% dan 85,14%. temperature permukaan plat terbakar akan
Dengan demikian Lapis plesteran dapat semakin meningkat, retak-retak (crack)
mereduksi panas lebih baik dari pertebalan yang terjadi semakin banyak, lebar dan
selimut beton dan lapisan fireproofing dapat lebih dalam yang akhirnya terjadi pelepasan
mereduksi panas lebih baik dibandingkan segmen beton dari permukaan pelat diiringi
dengan memberi lapis plesteran. Lapis dengan suara ledakan (explosive spalling).
perlindungan dengan bahan fireproofing Fenomena ini terjadi untuk permukaan plat
fabrikasi paling baik dalam mereduksi panas tanpa perlindungan, pada suhu antara 300
o
kebakaran. C – 600 oC,. Pola retak tipikal untuk pelat
standard dan plat dipertebal selimut beton
dapat dilihat pada Gambar 8 dan Gambar 9.
Tumpuan Tumpuan
Bagian
samping
Permukaan
exposure
Bagian
samping
Tumpuan Tumpuan
Bagian
samping
Permukaan
exposure
Bagian
samping
Pada pelat dilapis plesteran, pelepasan lapis plesteran dengan permukaan betonnya
terjadi secara gradual menyeluruh di antara dapat dilihat pada Gambar 10.
Pada pelat dengan lapis fireproofing setelah mengalami kebakaran dapat dilihat
fenomena tersebut di atas tidak terjadi, pada Gambar 11.
namun demikian lapisan fireproofing rapuh
Plat standar
40 Plat dg plesteran
Plat dipertebal selimut btn
35 Plat dg lapis fireproofing
30
Waktu (menit)
25
20
15
10
5
0
0 2 4 6 8 10 12
Lendutan (mm)
1000
900
800
700
Temperatur (oC)
600
500
400
300
Plat standar
200
Plat dg lapis plesteran
100 Plat dipertebal selimut btn
0 Plat dg lapis fire proofing
0 2 4 6 8 10 12
Lendutan (mm)
Kurva hubungan antara lendutan dan kerja sebesar 73,96% dari lendutan
temperature memperlihatkan adanya maksimum yang diijinkan. Konstruksi pelat
efektifitas pemberian lapis pelindung tersebut masih dapat dimanfaatkan kembali,
kebakaran. Perlindungan pelat beton tanpa melakukan perbaikan.
dengan lapis fireproofing paling efektif,
akibat kebakaran selama kurun waktu 30 KESIMPULAN
menit dan temperature kebakaran
maksimum yang dicapai rata-rata 882 oC, Kesimpulan yang bisa diambil dari hasil
besar lendutan yang terjadi paling rendah. penelitian ini antara lain:
Besarnya lendutan maksimum yang terjadi 1. Semakin lama durasi kebakaran
akibat beban kebakaran, berat sendiri dan semakin tinggi temperature yang
beban terbagi rata dari tumpukan bata dicapai dan pola kurva pemanasan hasil
tahan api sebesar 345 kg/m2, berturut-turut penelitian mengikuti pola kurva standar
pada pelat yang diberi lapisan fireproofing, ASTM E 119-88.
lapisan plesteran, pelat standar, dan pelat 2. Pemberian lapisan perlindungan
yang dipertebal selimut betonnya yaitu kebakaran dapat mereduksi panas
2,46 mm; 8,02 mm; 10,52 mm dan 10,64 permukaan pelat terlindung sebesar
mm. Pada pelat dipertebal selimut beton, masing-masing untuk pelat dipertebal
besarnya lendutan juga dipengaruhi oleh selimut beton, pelat dilapis plesteran
penambahan berat sendiri, ditunjukkan dan pelat dilapis fireproofing sebesar
dengan lendutan yang lebih besar 56,44%, 68,145% dan 85,14%.
dibandingkan dengan pelat standar. Lapisan Fireproofing dapat mereduksi
Dalam persyaratan ACI 318-95 R9.5.2.6 panas paling baik.
besarnya lendutan dibatasi sebesar 3. Akibat beban kebakaran yang diterima
plat, menimbulkan retak-retak rambut
L 1200
= = 3,33 mm. Bila (crack) yang menyebar rata pada
360 360 seluruh permukaan pelat beton tanpa
dibandingkan dengan lendutan maksimum perlindungan. Crack semakin banyak
yang diijinkan maka dapat dilihat kelayakan dan terjadi pelepasan segmen beton
pelat seperti pada Tabel 2. disertai suara ledakan (explosive
spalling) pada suhu antara 300 oC –
Tabel 2. Persentase lendutan yang terjadi 600 oC.
terhadap lendutan maksimum yang diijinkan 4. Pemberian lapisan perlindungan dengan
lapisan plesteran maupun fireproofing,
Persentase secara efektif menanggulangi crack
Type Lendutan
lendutan terhadap Keterangan
Pelat yang terjadi
lendutan ijin pada permukaan beton. Terjadi
(mm)
(%) pengelupasan secara gradual antara
I 10,52 315,92 Tidak layak lapis plesteran dan permukaan pelat
beton. Lapisan fireproofing rapuh
II 10,64 319,52 Tidak layak
setelah mengalami kebakaran, dan
III 8,02 240,84 Tidak layak pelat dapat dimanfaatkan kembali
IV 2,463 73,96 layak tanpa melakukan perbaikan yang
berarti.
5. Lendutan yang terjadi pada saat
Tabel 2. menunjukkan bahwa lapisan kebakaran, untuk pelat normal, pelat
perlindungan dari bahan fireproofing dipertebal selimut beton, pelat dilapis
(fabrikasi) sangat efektif dalam plesteran dan pelat dilapis fireproofing
perlindungan kebakaran, hingga lendutan masing-masing sebesar 315,92%,
yang terjadi akibat kebakaran dan beban 319,52%, 240,84% dan 73,96% dari