Sie sind auf Seite 1von 10

JURNAL IPTEK TERAPAN ISSN : 1979-9292

Research of Applied Science and Education V13.i1 (93-102) E-ISSN : 2460-5611

STUDY COMPARASI TERAPI SLOW DEEP BREATHING DAN


GUIDED IMAGERY RELAKSASI DALAM MENURUNKAN
SKALA NYERI PASIEN CEDERA KEPALA RINGAN
PASCA PEMBERIAN ANALGETIK DI IGD

Mariza Elsi1, Dyah Y2, Muhsinin3


Program Studi Magister Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Banjarmasin
Email: 1marizaelsi@gmail.com

Submission: 11-11-2017, Reviewed: 13-12-2017, Accepted: 24-11-2018


https://doi.org/10.22216/jit.2019.v13i2.527

Abstract
The main problem head injury patients are pain, when someone is experiencing pain
are non-pharmacological strategies are as good as pharmacological strategies that can
be offered to clients, some non-pharmacological interventions do not require
instruction but an initiative of the nurses. Terapy Slow deep breathing is breathing
with a frequency of less than 10 beats per minute and long inhalation phase can
increase oxygen supply to the brain and decrease the metabolism of the brain so that
the brain needs oxygen decreases. Guided imagery is an attempt to create the
impression in the mind and then concentrate on the impression that gradually lowers
the client's perception of pain. The purpose of this study was to compare the terapy
slow deep breathing and guided imagery to decrease the patient's pain scale of mild
head injury.This research method was Quasi-Experimental use a pretest-posttest. slow
deep breathing (intervention 1) of the 17 respondents and guided imageri
(intervention 2) 17 response, the assessment carried out six hours after patients
received pharmacological treatment, size scale use numeric rating scale (NRS) The
result of slow deep breathing therapy is more effective to reduce the pain scale in
patients with mild head injury in Emergency Room Hospital Ulin Banjarmasin with p
= 0.001, be compared terapy guided imagery relaxation with p = 0.264
JEL Clasification: I10, I12
Keywords: Comparasi, slow deep breathing, guided imagery, mild head injury pain

Abstrak
Masalah utama pasien cedera kepala adalah nyeri, Ketika seseorang mengalami
nyeri terdapat strategi non-farmakologi yang sama baiknya dengan strategi
farmakologi yang bisa ditawarkan pada klien, beberapa intervensi non-farmakologi
tidak membutuhkan instruksi tetapi merupakan inisiatif dari perawat. Terapy Slow
deep breathing adalah pernapasan dengan frekuensi kurang dari 10 kali permenit
dan fase inhalasi panjang dapat meningkatkan suplai oksigen ke otak dan
menurunkan metabolisme otak sehingga kebutuhan oksigen otak menurun. Guided
imagery merupakan upaya menciptakan kesan dalam pikiran kemudian

LLIDKTI WILAYAH X 93
JURNAL IPTEK TERAPAN ISSN : 1979-9292
Research of Applied Science and Education V13.i1 (93-102) E-ISSN : 2460-5611

berkonsentrasi dalam kesan tersebut sehingga secara bertahap menurunkan presepsi


klien terhadap nyeri. Tujuan penelitian ini adalah membandingkan terapy slow
deep breathing dan guided imagery terhadap penurunan skala nyeri pasien cedera
kepala ringan. Metode penelitian ini adalah Quasi-Experimental menggunakan Pretest-
Posttest. slow deep breathing (intervensi 1) terhadap 17 responden dan guided imageri
(intervensi 2) 17 responden, pengkajian dilakukan 6 jam setelah pasien mendapatkan terapi
farmakologi, Hasil Terapi slow deep breathing lebih efektif menurunkan skala nyeri
pada pasien cedera kepala ringan di IGD RSUD Ulin Banjarmasin dengan nilai
p=0,001, dibandingkna terapy guided imagery relaxation dengan nilai p=0,264

JEL Clasification: I10, I12


Kata Kunci : Comparasi, slow deep breathing, gude imagery, nyeri cedera kepala
ringan

PENDAHULUAN kepala ringan atau samar-samar, nyeri


kepala terjadi akibat peregangan
Cedera kepala merupakan salah struktur intracranial yang peka nyeri
satu masalah utama kesehatan di (duramater, pembuluh darah besar
Indonesia. Trauma kepala merupakan basis kranii, sinus nervus dan bridging
salah satu penyebab utama kematian veins) nyeri terjadi akibat penekanan
pada kasus-kasus kecelakaan lalu langsung akibat pelebaran pembuluh
lintas. Setiap hari dapat ditemukan darah saat terjadi kompensasi.
kasus baru cedera kepala pada hampir Penelitian yang dilakukan
semua rumah sakit yang ada, mulai Jones (1974) Dalam Trisnanto (2014)
dari yang ringan hingga berat. secara retrospektif terhadap 3500
Sebagian besar pasien tersebut pasien cedera kepala ringan
mengalami kecelakaan kendaraan menemukan insidensi nyeri kepala,
bermotor dan tidak menggunakan helm diziness atau keduanya sebanyak 57%.
yang memadai atau bahkan tidak Gejala-gejala ini tetap ada paling
menggunakan helm sama sekali sedikit selama 2 bulan tetapi kemudian
(Japari, 2003). sebagian besar menghilang, hanya
Masalah utama cedera kepala tinggal 1% pasien dengan gejala
menurut Rosjidi (2009) adalah setelah 1 tahun.
terjadinya peningkatan tekanan Penanganan nyeri dengan Non-
intracranial yaitu suatu kondisi yang Farmakologi salah satunya adalah
mengancam jiwa pasien dalam waktu dengan teknik relaksasi yaitu
cepat, intervensi medis dan merupakan tindakan keperawatan yang
keperawatan ditujukan untuk dilakukan untuk mengurangi nyeri,
mencegah peningkatan tekanan Penanganan nyeri dengan tindakan
intracranial secara cepat. Pada tahap relaksasi mencakup teknik relaksasi
awal peningkatan tekanan intracranial napas dalam atau Slow deep breathing
ditandai dengan adanya nyeri kepala, dan guided imagery (Sehono 2010
beberapa penderita mengeluh nyeri dalam Penelitian Rotie, 2013).

LLIDKTI WILAYAH X 94
JURNAL IPTEK TERAPAN ISSN : 1979-9292
Research of Applied Science and Education V13.i1 (93-102) E-ISSN : 2460-5611

Menurut penelitian Tarwoto Posttest Group Design. Pada desain


(2010) Slow deep breathing adalah penelitian ini peneliti melakukan
teknik pernapasan dengan frekuensi penilaian intensitas nyeri cedera kepala
bernapas kurang dari 10 kali permenit ringan pada kelompok intervensi
dan fase inhalasi yang panjang. Slow sebelum latihan slow deep breathing
deep breathing adalah gabungan dari dan guided Imagery Relaxation. Pada
metode nafas dalam (deep breathing) masing-masing kelompok intervensi
dan napas lambat sehingga dalam diberikan perlakukan dengan latihan
pelaksanaan latihan pasien melakukan slow deep breathing dan Guided
nafas dalam dengan frekuensi kurang Imagery. kemudian diukur intensitas
dari atau sama dengan 10 kali permenit. nyeri cedera kepala ringan (post test)
Latihan slow deep breathing dapat Sebelum diberikan intervensi
meningkatkan suplai oksigen ke otak pada kedua kelompok intensitas nyeri
dan dapat menurunkan metabolisme diukur untuk menentukan data dasar
otak sehingga kebutuhan oksigen otak yang akan digunakan untuk mengetahui
menurun. efek dari intervensi yang akan
Tindakan keperawatan yang lain diberikan. Hasil dari pengukuran kedua
untuk meningkatkan rasa nyaman dan kelompok tersebut dibandingkan
menurunkan nyeri adalah guided Pengkajian dilakukan oleh
imagery. Guided imagery atau peneliti 6 jam setelah pasien
imajinasi terbimbing adalah upaya mendapatkan terapi farmakologi di
untuk menciptakan kesan dalam pikiran ruang IGD dan apabila pasien
klien kemudian berkonsentrasi dalam dipindahkan ke ruangan rawatan
kesan tersebut sehingga secara bertahap sebelum 6 jam peneliti mengikuti
dapat menurunkan presepsi klien pasien ke ruang rawat, setelah pasien
terhadap nyeri (Prasetyo, 2010). ditangani dan diberikan terapi
Penelitian tentang manajemen farmakologi dan dalam kondisi sadar
nyeri dengan non farmakologi telah penuh. Pasien kemudian diberikan
banyak dilakukan oleh peneliti-peneliti penjelasan tentang penelitian, tujuan,
sebelumnya, namun membandingkan kegunaan dan untung ruginya
antara dua intervensi dari non mengikuti penelitian. Setelah pasien
farmakologi itu sendiri belum pernah mengerti dan setuju maka pasien
dilakukan, mengingat bahwa menandatangani lembar persetujuan
manajemen nyeri di IGD membutuhkan dan peneliti dapat melakukan
penanganan yang cepat dan tepat pengambilan data baik untuk
terutama peran perawat yang dalam kelompok intervensi 1 maupun untuk
rentang waktu tertentu di IGD kelompo intervensi 2
berhadapan dengan pasien.
HASIL PENELITIAN
METODE PENELITIAN Pasien yang memenuhi criteria
Desain penelitian ini inklusi adalah 34 responden, dari 34
menggunakan Quasi-Experimental sampel dibagi menjadi dua kelompok
Design dengan pendekatan Pretest- yaitu kelompok yang diberikan

LLIDKTI WILAYAH X 95
JURNAL IPTEK TERAPAN ISSN : 1979-9292
Research of Applied Science and Education V13.i1 (93-102) E-ISSN : 2460-5611

intervensi slow deep breathing 17 Distribusi kasus cedera kepala


sampel dan kelompok intervensi guided ringan berdasarkan uraian diatas
imagery relaksasi 17 sampel. Data didominasi oleh usia dewasa dimana
yang diperoleh terlebih dahulu usia ini merupakan kelompok usia
dilakukan uji normalitas dengan produktif yaitu antara 15-44 tahun. Hal
menggunakan Shapiro-wilk test of ini sesuai dengan yang diungkapkan
normality dengan hasil kedua kelompok Japardi (2004) Cedera kepala adalah
intervensi berdistribusi normal. salah satu penyebab kematian utama
Penelitian ini menggunakan uji dikisaran usia produktif. Penyebab
hipotesis t-tes. Intervensi ini dilakukan cedera kepala terbanyak adalah akibat
kurang lebih selama 15 menit dengan kecelakaan lalu lintas, disusul dengan
melakukan pretes dan post tes jatuh (terutama pada anak-anak).
kemudian kedua hasil dibandingkan. Jenis kelamin lebih didominasi
Tabel : 1 Distribusi Frekuensi oleh laki-laki dari pada perempuan.
Responden Penelitian yang dilakukan oleh Evan
(1996 dalam Nasution 2010)
Variabel Intervensi Intervensi Total
1 1 menemukan bahwa distribusi kasus
F F cedera kepala laki-laki dua kali lebih
Usia sering dari pada wanita. Besarnya
jumlah laki-laki dalam kejadian cedera
Remaja 4 5 9 kepala erat kaitannya dengan
mobilisasi individu dimana laki-laki
Dewasa 12 11 23 sebagai kepala rumah tangga lebih
besar dibandingkan perempuan
Lansia 1 1 2 sehingga dalam kaitan mobilitas ini
laki-laki yang lebih besar kemungkinan
Total 17 17 34 kejadian kecelakaan yang
menyebabkan cedera kepala.
Distribusi Suku dari
Jk responden cedera kepala terbanyak
Laki2 suku banjar yaitu pada kelompok
PR 12 11 23 intervensi 1sebanyak 13 orang
Total
(76,5%) dan kelompok intervensi 2
5 6 11 sebanyak 14 orang (18,4%),
terbanyak kedua adalah suku jawa
17 17 34 yaitu sebanyak 4 orang (23,5%)
Suku
dikelompok intervensi 1 dan 2 orang
(11,8%) di intervensi 2 dan suku
Banjar 13 14 27
Jawa sunda hanya di kelompok intervensi 2
4 2 6
yaitu 1 orang (5,9%). Nilai dan
Sunda kepercayaan terhadap budaya
Total 0 1 1 mempunyai keterkaitan bagaimana
seorang individu mengatasi rasa
17 17 34

LLIDKTI WILAYAH X 96
JURNAL IPTEK TERAPAN ISSN : 1979-9292
Research of Applied Science and Education V13.i1 (93-102) E-ISSN : 2460-5611

sakitnya, individu belajar tentang apa nyeri kepala meskipun 6 jam setelah
yang diharapkan dan diterima oleh diberikan terapi analgetik. Keadaan
budayanya termasuk bagaimana nyeri ini terjadi akibat perubahan
reaksi terhadap nyeri (Lasch 2002 organik atau kerusakan serabut saraf
dalam Potter&Perry 2006). otak, edema otak dan peningkatan
tekanan intrakranial karena sirkulasi
Tabel :.2 Distribusi Frekuensi Rerata serebral yang tidak adekuat (Black &
skala nyeri Sebelum intervensi pasien Hawks, 2009).
cedera kepala ringan
Tabel 3 : Analsis Perbandingan
Skala Intervensi Intervensi 2 statistic skala nyeri sebelum dan
Nyeri 1 sesudah terapi slow deep breathing
F F pada pasien cedera kepala ringan
0 - -
1 - - Interven Mean N sd Sig. (2-
2 - 1 si 1 tailed)
3 - - Sebelum 5.88 17 .9993
4 1 3 Sesudah 4.71 1.312 0.001
5 5 4 Selisih 1.17 -
6 7 3 .3127
7 3 5
8 1 1 Output Paired samples
9 - - Statistics menampilkan mean skala
10 - - nyeri sebelum intervensi 1 yaitu 5,88
Total 17 17 (sd=9993) dan setelah intervensi 4,71
(sd=1.312) selisih antara sebelum dan
Skala nyeri terbanyak bada setelah intervensi adalah 1.17 (-.3127).
kasus cedera kepala ringan pada sedangkan N adalah untuk masing-
kelompok intervensi 1 berada pada masing sel ada 17 responden, angka
skala nyeri 6 sebanyak 7 orang (41.2%) korelasi dari kelompok intervensi 1
masuk pada skala nyeri sedang, dan sebesar 0.500 dan angka signifikansi
pada kelompok intervensi 2 terbanyak 0.001. Pengambilan keputusan
berada pada skala nyeri 7 sebanyak 5 menurut Hartono (2008) didasarkan
orang (29.4%) yaitu masuk kepada pada hasil probabilitas yang diperoleh
skala nyeri berat. Urutan kedua berada yaitu jika probabilitas > 0.05 maka
pada skala nyeri 5 (29.4%) untuk hipotesis nihil diterima dan jika
kelompok intervensi 1 dan juga skala 5 probabilitas < dari 0.05 maka hipotesis
sebanyak 4 orang (23.4%) pada nihil ditolak . pada hasil dari
kelompok intervensi 2. penelitian ini terlihat bahwa untuk
Penelitian ini tidak terdapat kelompok intervensi 1 nilai
skala nyeri 0-1 (tidak nyeri) dan dapat signifikansinya yaitu 0.001 lebih kecil
disimpulkan bahwa semua pasien dari 0.05 dapat disimpulkan bahwa ada
cedera kepala ringan masih mengalami perbedaan yang signifikan antara
sebelum dan stelah intervensi slow

LLIDKTI WILAYAH X 97
JURNAL IPTEK TERAPAN ISSN : 1979-9292
Research of Applied Science and Education V13.i1 (93-102) E-ISSN : 2460-5611

deep breathing pada pasien cedera Tabel 5 : Analsis Perbandingan yang


kepala ringan di RS Ulin Banjarmasin. signifikan (Pairet Samples Test) pada
kedua kelompok intervensi pasien
Tabel 4 : Analsis Perbandingan cedera kepala ringan
statistic skala nyeri sebelum dan
sesudah terapi guided imagery Interven Mea Std.E Std. df. Sig.
relaxation pada pasien cedera kepala si n r Devia (2-
ringan meea si tailed)
n
Intervensi 2 Mea N sd Sig. (2- Interven
n tailed) si 1
Sebelum 5.59 17 1.543 Sebelum 1.17 0.287 1.185 1 0.00
Sesudah 6 6 1
.264 Interven
Sesudah 5.29 1.868
si 2
selisih 0.29
Sebelum 0.29 0.254 1.047 1 0.26
Sesudah 4 6 4
Output Paired samples Statistics
menampilkan mean atau rata-rata skala
nyeri pada intervensi 2 sebelum
intervensi yaitu 5.59 (sd=1.543) dan Interpretasi untuk hasil tes t
setelah intervensi yaitu 5.29 diatas berpedomana pada nilai tes t
(sd=1.868). selisih dari hasil sebelum dengan membandingkan t 0 (t
dan sesudah intervensi yaitu 0.29 observasi) dengan tt (t.tabel) dimana
(sd=1.047). nilai corelasi antara dengan df=16 diperoleh angka : 2.12
sebelum dan sesudah intervensi 8.27. untuk tarif signifikansi 5%. Untuk
pengambilan keputusan didasarkan intervensi 1 Dengan t0 = 4.093 berarti
pada hasil probabilitas yang diperoleh lebih besar dari t tt yang artinya
yaitu jika probabilitas > 0.05 maka hipotesis nihil ditolak. Begitu juga
hipotesis nihil diterima dan jika untuk kelompok intervensi 2 t0= 1.159
probabilitas < dari 0.05 maka hipotesis > t.tabel =2.12 yang artinya hipotesis
nihil ditolak . pada hasil dari penelitian nihil ditolak dengan kata lain hipotesis
ini terlihat bahwa untuk kelompok awal pada penelitian ini diterima.
intervensi 2 nilai signifikansinya yaitu Menurut Sutanto (2007) hasil uji t juga
0.264 jauh lebih besar dari 0.05 dapat bisa dilihat dari nilai p yang dapat
disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan dilihat di kolom sig(2-tailed), pada
yang signifikan antara sebelum dan intervensi 1 nilai p=0,001 yang artinya
stelah intervensi 2 terhadap perubahan ada perbedaan yang signifikan antara
skala nyeri pada pasien cedera kepala sebelum dan sesudah intervensi, dan
ringan di RS Ulin Banjarmasin. untuk kelompok intervensi 2
didapatkan nilai p=0,264 dan
disimpulkan tidak ada perbedaan yang
signifikan antara sebelum dan setelah
intervensi 2.

LLIDKTI WILAYAH X 98
JURNAL IPTEK TERAPAN ISSN : 1979-9292
Research of Applied Science and Education V13.i1 (93-102) E-ISSN : 2460-5611

Untuk Menganalisis perbandingan neurotransmitter endorphin yang


intervensi yang lebih efektif terhadap berefek pada penurunan respons saraf
menurunkan skala nyeri pada pasien simpatis dan peningkatkan respons
cedera kepala ringan dalam penelitian parasimpatis. Stimulasi saraf simpatis
ini dilihat dari perbedaan mean masing meningkatkan aktivitas tubuh,
masing kelompok intervensi. Dari sedangkan respons parasimpatis lebih
kelompok intervensi 1 nilai mean 1.176 banyak menurunkan ativitas tubuh atau
dan kelompok intervensi 2 nilai mean relaksasi sehingga dapat menurukan
0.294, nilai 1.176 > 0.294 yang artinya aktivitas metabolik (Velkumary &
penggunaan metode slow deep breating Madanmohan, 2004 dalam Tarwoto
lebih baik dibandingkan dengan metode 2012).
guided imageri.
Endofrin juga sebagai ejektor
PEMBAHASAN dan rasa rileks dan ketenangan yang
timbul midbrain mengeluarkan gama
Penurunan intensitas nyeri amino butyributiric acid (GABA) yang
kepala pada kedua kelompok intervensi berfungsi menghambat hantaran implus
tersebut tidak terlepas dari pengaruh listrik dari satu neuron ke neuron lainya
pemberian awal obat analgetik dan oleh neurotransmitter kedalam sinaps,
perbaikan jaringan serebral seperti selain itu midbrain juga mengeluarkan
adanya pemulihan edema serebri. enkepalen danbeta endorphin. Zat
Namun demikian jika dilihat dari tersebut dapat menimbulkan efek
perbedaan selisih mean kelompok analgesia yang akhirnya mengeliminasi
intervensi 1 dengan kelompok neurotransmitter rasa nyeri pada pusat
intervensi 2 menunjukkan nilai yang persepsi dan interpretasi sensorik
yang berbeda. Hal ini berarti terapi somatic di otak sehingga efek yang
analgetik yang digabungkan dengan munculadalah nyeri berkurang (Guiton
teknik latihan Slow deep breathing & hal dalam Novita 2015).
lebih efektif menurunkan nyeri kepala
akut pada pasien cedera kepala ringan Mekanisme slow deep breathing
dibandingkan dengan latihan guided dalam menurunkan intensitas nyeri
imagery. pada pasien cedera kepla ringan dengan
nyeri akut sangat terkait dengan
Pedoman Agency for pemenuhan kebutuhan oksigen pada
Healthcare Policy and Research otak melalui peningkatan suplai dan
(AHCPR) untuk penatalaksanaaan dengan mengurangi kebutuhan oksigen
nyeri akut menyatakan intervensi ke otak. Intervensi ini secara tidak
nonfarmakologi sebagai intervensi yang langsung dapat meurunkan asam laktat
cocok untuk klien yang memenuhi dengan cara meningkatkan suplai
kriteria bahwa pasien mencari oksigen dan menurunkan kebutuhan
intervensi yang menarik. (Potter & oksigen otak. Napas dalam lambat
Perry, 2006). Bernapas dalam dan dapat menstimulasi respons saraf
lambat dapat menstimulasi respons otonom melalui pengeluaran
saraf otonom melalui pengeluaran neurotransmitter endorphin yang

LLIDKTI WILAYAH X 99
JURNAL IPTEK TERAPAN ISSN : 1979-9292
Research of Applied Science and Education V13.i1 (93-102) E-ISSN : 2460-5611

berefek pada penurunan respons saraf relaksasi. (Ackerman and Turkoski,


simpatis dan peningkatkan respons 2000). Selama latihan relaksasi
parasimpatis. Stimulasi saraf simpatis seseorangn dipandu untuk rileks
meningkatkan aktivitas tubuh, dengan situasi yang tenang dan sunyi
sedangkan respons parasimpatis lebih (Tusek and Cwynar, 2000 dalam
banyak menurunkan ativitas tubuh atau Peneliti muda 2010). Hal ini lah yang
relaksasi sehingga dapat menurukan menjadi factor bahwa untuk metode
aktivitas metabolik (Velkumary & guided imageri kurang efektif
Madanmohan, 2004 dalam Penelitian dilakukan di IGD karena metode ini
Tarwoto 2010). memerlukan situasi yang tenang dan
sunyi.
Intervensi kedua dari penelitian
ini berdasarkan analisis statistic kurang Pasien adalah individu-individu
bermakna dibandingkan intervensi 1, yang berbeda yang berespon secara
dalam prakteknya guided imagery berbeda pula terhadap nyeri sehingga
relaksasi menurut Prasetyo (2010) penanganannya antara individu satu
adalah upaya untuk menciptakan kesan dengan individu lainnya dapat berbeda
dalam pikiran klien kemudian pula, hal ini mungkin juga berpengaruh
berkonsentrasi pada kesan tersebut terhadap berbedaan dan perubahan
sehingga secara bertahap dapat intensitas nyeri sebelum dan sesudah
menurunkan presepsi klien terhadap diberikan intervensi. Manajmen nyeri
nyeri, tindakan ini membutuhkan harus menggunakan pendekatan yang
konsentrasi yang cukup dan holistic atau menyeluruh, hal ini karena
mengupayakan kondisi lingkungan nyeri mempengaruhi segala aspek
klien mendukung untuk tindakan ini, kehidupan manusia, oleh karena itu
kegaduhan, kebisingan bau menyengat tidak hanya terpaku pada satu
atau cahaya yang sangat terang perlu pendekatan saja tetapi juga
dipertimbangkan agar tidak menggunakan pendekatan-pendekatan
mengganggu klien untuk lain yang mengacu kepada aspek
berkonsentrasi, beberapa klien akan kehidupan manusia yaitu biopsiko
lebih relaks apabila dengan menutup social cultural dan spritual, pendekatan
mata. farmakologi dan non farmakologi tidak
akan berjalan efektif bila digunakan
Situasi seperti ini di ruang IGD sendiri-sendiri, keduanya harus
masih belum bisa di minimalisir dipadukan dan saling mengisi dalam
sepenuhnya seperti kondisi kegaduhan rangka mengatasi atau menangani nyeri
dan suara-suara yang berasal dari luar yang dirasakan pasien.
sampiran pasien, dalam teorinya
guided imagery relaxtion dapat SIMPULAN
mengaktivasi sistem saraf parasimpatis
Tujuan dari guided imagery relaxtion ▪ Semua pasien cedera kepala
adalah mengalihkan perhatian dari ringan masih merasakan nyeri
stimulus nyeri atau kecemasan kepada meski 6 jam setelah pemberian
hal – hal yang menyenangkan dan analgetik, Rata-rata skala nyeri

LLIDKTI WILAYAH X 100


JURNAL IPTEK TERAPAN ISSN : 1979-9292
Research of Applied Science and Education V13.i1 (93-102) E-ISSN : 2460-5611

pasien cedera kepala ringan 6 jam lebih mendalam karena skala


setelah pemberian analgetik nyeri yang dirasakan pasien dapat
berada pada skala nyeri sedang. menjadi salahsatu acuan untuk
▪ Ada perbedaan yang signifikan menentukan diagnose dan
antara sebelum dan stelah intervensi yang tepat bagi pasien.
intervensi slow deep breathing ▪ Bagi Pendidikan
pada pasien cedera kepala ringan Terapy slow deep breathing dapat
di IGD RS Ulin Banjarmasin dipertimbangkan sebagai
▪ Tidak ada perbedaan yang intervensi keperawatan non
signifikan antara sebelum dan farmakologi mandiri dan dijadikan
sesudah terapi guided imagery bahan literatur kususnya mata ajar
relaxation terhadap perubahan keperawatan medikal bedah yang
skala nyeri pada pasien cedera berhubungan dengan manajemen
kepala ringan di IGD RS Ulin nyeri yang efektif dan juga
Banjarmasin penelitian ini diharapkan sebagai
▪ Terapi slow deep breathing lebih bagian dari program pendidikan
efektif menurunkan skala nyeri yang bertujuan untuk menambah
pada pasien cedera kepala ringan wawasan.
di IGD dibandingkna terapy ▪ Bagi peneliti selanjutnya
guided imagery relaxation Menambah pengetahuan menulis
karya ilmiah dalam melihat
SARAN perbandingan efektivitas Terapi
Slow Deep Breathing dan Guided
▪ Bagi Pelayanan keperawatan Imagery pada skala nyeri pasien
Strategi manajemen nyeri non cedera kepala ringan. Penelitian
farmakologi dengan terapy slow ini juga dapat dilanjutkan dengan
deep breathing dapat diterapkan kajian yang lebih dalam dan luas.
sebagai metode terapy yang tepat
untuk meningkatkan kemampuan
pasien mengatasi rasa nyeri di DAFTAR RUJUKAN
IGD. terapy guied imageri
memungkinkan lebih tepat
digunakan di ruang perawatan Arikunto, S. (2010) Prosedur Penelitian,
dengan kondisi pasien dalam Suatu pendekatan praktek. Cet.14
keadaan tenang dan dalam proses Jakarta: Rineka Cipta.
pemulihan. Mengingat
kompleksnya aspek nyeri dan Brunner & Suddarth’s. (2001).
banyaknya keluhan nyeri yang Textbook Keperawatan medical
ditemukan pada setiap pasien Bedah.Jakarta:EGC
yang datang ke ruang IGD maka
sudah saatnya perawat membuat Hartono (2008). Analisis data statistic
format khusus assessment dan penelitian. Ed.1 cet.1.
sekaligus intervensi nyeri yang Jogjakarta:Pustaka pelajar

LLIDKTI WILAYAH X 101


JURNAL IPTEK TERAPAN ISSN : 1979-9292
Research of Applied Science and Education V13.i1 (93-102) E-ISSN : 2460-5611

Hastono (2007) analisa data kesehatan. Tamsuri, Anas (2006). Konsep &
Fakultas Kesehatan Masyarakat Penatalaksanaan Nyeri.
Universitas Indonesia. Jakarta:EGC.

Kartikawati,N, Dewi (2011). Buku ajar


Dasar-dasar keperawatan Gawat 1
Mariza Elsi. Mahasiswa Program
darurat. Jakarta:Salemba Medika. Magister Keperawatan STIKES
Muhammadiyah Banjarmasin
Kneale,Julia, D. (2011). Keperawatan 2
Dr.Dyah Yarlitasari, dr,.Sp.An.,KNA.
Ortopedi & Trauma Nursing. Pembimbing I, Dosen STIKES
Ed.2. Jakarta: EGC Muhammadiyah Banjarmasin
3
Muhsinin,Ns.,M.Kep.,Sp.Kep.An
Kozier & Erb. (2009). Buku Ajar Pembimbing 2, Dosen STIKES
Praktek Keperawatan Klinik. Muhammadiyah Banjarmasin
Ed.5.Jakarta:EGC
Machfoedz, Ircham (2010). Metodologi
penelitian kuantitatif .
Yogyakarta:Fitramaya

Mubaraq. Wahit I. (2007). Buku ajar


Keperawatan Dasar Manusia &
Teori aplikasi DalamPraktek.
Jakarta:EGC.

Notoadmodjo, S. (2012). Metodologi


penelitian Kesehatan.
Jakarta:Rineka Cipta.
Potter, A.P., & Perry, A. (2006).
Fundamentals of Nursing.
St.Louis Missouri: Mosby-Year
Book, Inc.

Prasetyo, Sigit Nian. (2010). Konsep


dan proses keperawatan nyeri.
Edisi 1. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Pierce A &Neil R. (2006).Ilmu Bedah.


Alih Bahasa Jakarta : Erlangga.

Rosjidi, Cholik. H. (2009). Buku Ajar


Perawatan Cedera Kepela dan
Stroke.Yogyakarta:Ardana Media

LLIDKTI WILAYAH X 102

Das könnte Ihnen auch gefallen