Sie sind auf Seite 1von 15

ANALISIS YURIDIS PROSES HUKUM TERHADAP PEJABAT DIPLOMATIK

YANG MELAKUKAN PERBUATAN MELAWAN HUKUM DI NEGARA


PENERIMA (STUDI KASUS ASUSILA PEJABAT DIPLOMAT
MALAYSIA DI WELLINGTON, SELANDIA BARU)

Nama: Ruth Oktaviana


NIM: 1109112380
Dosen Pembimbing: Dr. Maryati Bachtiar SH., M.Kn & Widia Edorita SH., MH.
Alamat: Jalan Sentosa Ujung No. 38, Tangkerang, Pekanbaru
No. HP: 081286089466

ABSTRACT
Immunity of diplomatic officials is freedom from arrest or detention. This
freedom is a guarantee for one diplomatic official in conducting its functions.
Each emphasis directly against a diplomat who represented his country could be
considered as aimed directly against the countries they represent, but a diplomat
are also obliged to respect the rules and laws of the recipient country.
This study aims to determine the provisions of Vienna Convention of 1961
that regulates the immunity and privileges of diplomatic officials and legal
processes that must be followed by a diplomatic official who committed an
unlawful act in the recipient country.
This research is a form of literature studies, which are guided by the
development of science of international law, especially in the diplomatic field.
From this research can be seen the advantages of immunity and inviolability,
which is given to diplomatic officials, associated with the execution of their
functions and duties. However, from the advantages it can be seen the individuals
who misuse these immunity.
Results from this study would be refers to the case between New Zealand
and Malaysia with the provisions on the rights of immunity and the privileges of
an officials diplomatic for contained in the 1961 Vienna Convention.The
provisions about the waiver of immunity and the rule of law are stated in Section
32 of the Vienna Convention 1961. Immunity of jurisdiction of diplomatic officials
and those who enjoy the immunity contained in Section 37 of the Vienna
Convention 1961 can be removed by the sending country. Dismantlement of
immunity the diplomat who violate depends on the good faith of the sending
country in ensuring that the diplomat will get fair treatment in the country.
Because in Vienna Convention 1961 on Diplomatic Relations does not explain
about the standard or a reason to be abandon immunity of a diplomat who commit
violations.
Thus, the authors suggest for more coordination between the government
and the police related to the arrest and detention of diplomatic officials who
proved to have committed acts of crime in the territory of New Zealand, so that all
processes that run against diplomatic officials can be run in accordance with the
rules of international law applicable in New Zealand.
Keywords: Immunities and Privileges of Diplomatic Officials, Legal Process of
Diplomatic officials, associated with cases immoral.

1
JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor I Februari 2016.
BAB I semua langkah yang tepat untuk
mencegah setiap serangan
PENDAHULUAN terhadap badannya, kebebasannya
A. Latar Belakang Masalah atau martabatnya.´3
Seiring dengan Selandia Baru sudah lama
berkembangnya ilmu pengetahuan menjalin hubungan diplomatik
dan teknologi yang semakin maju dengan negara Malaysia, terkait
berdampak terhadap hubungan dengan kasus asusila pejabat
antar negara dengan diplomatik. Jauh sebelum
perkembangan anggota Muhammad Rizalman bin Ismail
masyarakat internasional dengan meninggalkan Selandia Baru
laju pertumbuhan negara-negara karena terlibat kasus dugaan
yang baru merdeka maka perampokan dan penyerangan
dirasakan adanya tantangan untuk dengan niat untuk memperkosa
mengembangkan lagi kodifikasi wanita di wilayah rumahnya yang
Hukum Diplomatik secara luas. berada tidak jauh dari tempat
Pengembangan itu tidak saja tinggal Komisi Tinggi Malaysia di
4
ditujukan untuk memperbaharui, pinggiran Wellington.
tetapi juga dalam rangka Muhammad Rizalman ketika
melengkapi prinsip-prinsip dan kejadian itu sedang menjabat
ketentuan hukum diplomatik yang sebagai Asisten Staf Pertahanan di
ada.1 Komisi Malaysia. Pada tanggal 9
Wakil diplomatik yang Mei 2014, Rizalman membuntuti
dikirim untuk mewakili negaranya seorang wanita berusia 21 tahun
di dalam suatu kongres atau dan menyerangnya di rumah
korban, yang berada di kawasan
konferensi tidak diakreditir
pinggiran Wellington, yang mana
(wilayah negara penerima yang tempat tersebut sama dengan
merupakan jurisdiksi diplomatik lokasi kantor Komisi Tinggi
bagi perwakilan diplomatik Malaysia. Pada tanggal 10 Mei
sesuatu negara pengirim yang 2014, Rizalman menghadiri
ditetapkan menurut prinsip-prinsip persidangan yang digelar.
Hukum Diplomatik yang telah Kepolisian setempat menjerat
Rizalman dengan dakwaan
disetujui masyarakat internasional)
perampokan dan penyerangan
pada kepala negara tempat kongres dengan niat untuk memperkosa.
atau konferensi diadakan, tetapi Atas dua dakwaan tersebut,
walaupun demikian ia tetap Rizalman terancam hukuman
merupakan wakil diplomatik, maksimal 10 tahun penjara.
sehingga juga mempunyai hak-hak Setelah kejadian tersebut,
diplomatik sebagai Exteritorialitet Rizalman meninggalkan Selandia
dan Immunitet.2
3
Negara penerima harus Pasal 29 Konvensi Wina Tahun 1961
memperlakukannya dengan tentang Hubungan-hubungan Diplomatik,
diterjemahkan Tidak Resmi Berikut Naskah
hormat dan harus mengambil Bahasa Inggris Departemen Luar Negeri
Direktorat Jendral Protokol dan Konsuler, Jakarta,
1
Sumaryo Suryokusumo, Hukum Diplomatik, Departemen Luar Negeri, 1983.
4
PT. Alumni, Bandung, 2005, hlm. 6. http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2014
2
Edy Suryono dan Moenir Arisoendha, Hukum _diplomat_malaysia, diakses pada tanggal 16
Diplomatik, Angkasa, Bandung, 1991, hlm. 18. Desember 2014, Pukul 12.54 WIB.
2
JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor I Februari 2016.
Baru karena mendapatkan Hak untuk tidak diganggu gugat
kekebalan diplomatik. Rizalman (The Right Inviolability) adalah
memanfaatkan hak kekebalan mutlak guna melaksanakan fungsi
diplomatik dan pulang ke
perwakilan asing secara layak. 5
negaranya, sehingga memicu
kemarahan di Selandia Baru. Hal Rumusan Masalah
itu dikecam langsung oleh Perdana 1. Bagaimana ketentuan
Menteri John Key karena Konvensi Wina 1961
kepergian diplomat Malaysia ini mengatur tentang kekebalan
dari wilayah Selandia Baru, dan keistimewaan dari pejabat
sedangkan kasusnya ini masih diplomatik?
dalam proses penyelidikan. 2. Bagaimana proses hukum
Pemerintah Selandia Baru yang harus dijalani oleh
meminta kepada pemerintah pejabat diplomatik yang
Malaysia agar Rizalman dapat melakukan perbuatan
diadili di negaranya, tetapi melawan hukum di negara
pemerintah Malaysia menolak penerima?
untuk mengadili Rizalman. B. Tujuan Dan Kegunaan
Padahal seorang diplomat Penelitian
memiliki hak yang sangat kuat 1. Tujuan Penelitian
untuk diadili di negaranya. Hingga a. Untuk mengetahui
akhirnya pemerintah Selandia ketentuan Konvensi Wina
Baru meminta pemerintah 1961 mengatur tentang
Malaysia agar Rizalman dapat kekebalan dan
diekstradisi ke Wellington untuk keistimewaan dari pejabat
proses penyelidikan lebih lanjut. diplomatik.
Pada tanggal 21 November b. Untuk mengetahui proses
Rizalman kembali ke pengadilan hukum yang harus
untuk memasukkan permohonan dijalani oleh pejabat
biaya jaminan atas kasus yang diplomatik yang
dituduhkan kepadanya. melakukan perbuatan
Dalam kenyataannya melawan hukum di negara
Rizalman yang sudah menjadi penerima.
terdakwa dalam kasus percobaan 2. Kegunaan Penelitian
pemerkosaan itu, ia tidak a. Bagi Penulis
melepaskan jabatannya sebagai Untuk mengetahui
seorang diplomat. Hal ini sangat bagaimana proses hukum
bertentangan sekali dengan hukum yang dijalani oleh pejabat
yang berlaku di negara dimana diplomatik yang
pejabat diplomat itu ditempatkan. melakukan perbuatan
Berdasarkan pengaturan mengenai
melawan hukum di suatu
kekebalan dan keistimewaan
diplomatik dalam Konvensi Wina negara.
1961 ini sebenarnya dimaksudkan b. Bagi Dunia Akademik
agar menjaga hubungan yang Diharapkan penelitian ini
serasi sebagaimana diketahui, berguna untuk
bahwa wakil-wakil diplomatik pengembangan ilmu
dibebaskan dari yurisdiksi sipil pengetahuan hukum
dan kriminal setempat.
5
Sumaryo Suryokusumo, Op.cit, hlm. 70.
3
JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor I Februari 2016.
internasional khususnya melanggar peraturan
dalam bidang diplomatik, hukum dan perundang-
terkhususnya tentang hak undangan negara.
3.) Kegiatan-kegiatan yang
kekebalan dan
dapat digolongkan
keistimewaannya. sebagai kegiatan
c. Bagi Instansi Terkait spionase yang dapat
Diharapkan penelitian ini dianggap dapat
berguna bagi instansi- mengganggu baik
instansi terkait yang stabilitas maupun
dalam memahami keamanan nasional
penerapan diplomatik. negara penerima.6
Terhadap suatu
d. Bagi Masyarakat Umum
tindakan penyalahgunaan
Dari hasil penelitian ini
kekebalan diplomatik negara
penulis berharap dapat penerima dapat melakukan
memberikan pengetahuan pengusiran atau persona non
kepada masyarakat, grata terhadap pejabat
khususnya untuk diplomatik, yang mana hal ini
meningkatkan kepedulian diatur dalam Konvensi Wina
masyarakat internasional 1961, pada pasal-pasal sebagai
berikut:
terhadap hak kekebalan
1.) Pasal 9 ayat (1) dan ayat
dan keistimewaan pejabat (2) Konvensi Wina 1961,
diplomatik. yang berbunyi7:
C. Kerangka Teori (1) Negara penerima
1. Teori Perbuatan Melawan dapat setiap saat dan
Hukum tanpa harus
Pernyataan persona non menjelaskan
grata yang dikenakan kepada keputusannya, dapat
seorang diplomat khususnya memberitahukan
terhadap mereka yang sudah kepada Negara
tiba di negara tujuan, pengirim bahwa
melibatkan terhadap kegiatan kepala perwakilan
yang nilai bertentangan atau salah seorang
dengan ketentuan-ketentuan staf diplomatik dari
yang ada dalam Konvensi perwakilannya adalah
Wina 1961 yaitu: persona non grata
1.) Kegiatan-kegiatan yang atau bahwa salah
dilakukan oleh para seorang staf
diplomat asing yang perwakilan tersebut
dianggap bersifat politis tidak dapat diterima.
maupun subversif dan Dalam keadaan
bukan saja dapat juga demikian, negara
merugikan kepentingan pengirim, sepatutnya,
nasional tetapi juga harus kembali orang
melanggar kedaulatan yang bersangkutan
suatu negara penerima.
2.) Kegiatan-kegiatan yang 6
Sumaryo Suryokusumo, Op.Cit, hlm. 122.
dilakukan itu sudah jelas 7
Pasal 9 Konvensi Wina 1961, Op.Cit.
4
JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor I Februari 2016.
atau mengakhiri alat-alat kekuasaan dari negara
tugasnya pada penerima dan kekebalan
perwakilan. terhadap segala segala
Seseorang dapat gangguan yang merugikan,
dinyatakan persona sehingga di sini terkandung
non grata atau tidak pengertian memiliki hak untuk
dapat diterima mendapatkan perlindungan
sebelum tiba di dari alat-alat kekuasaan negara
wilayah Negara penerima. Sedangkan
penerima. Immunity diartikan sebagai
(2) Jika Negara pengirim kekebalan terhadap jurisdiksi
menolak atau tidak dari negara penerima, baik
mampu dalam jangka hukum pidana maupun hukum
waktu yang wajar perdata.8
untuk melaksanakan Pengertian inviolabel
kewajibannya di dalam Pasal 29 Konvensi
tersebut dalam ayat Wina 1961 adalah hak dari
(1) pasal ini, Negara
seorang wakil diplomatik
penerima dapat
menolak untuk untuk mendapatkan
mengakui orang perlindungan istimewa dari
tersebut sebagai negara penerima. Konsekuensi
seorang anggota yang timbul dari ketentuan
perwakilan. Pasal 29 Konvensi Wina 1961
2.) Pasal 41 ayat (1) ini adalah jika telah terjadi
Konvensi Wina 1961,
suatu penyerangan terhadap
yang berbunyi:
³Tanpa mengurangi seorang wakil diplomatik di
hak istimewa dan negara penerima tersebut,
kekebalan mereka, maka maka penguasa setempat
menjadi kewajiban adalah harus menuntut dan
semua orang yang mengadili siapa pun yang
mempunyai hak-hak menyerang tersebut.
istimewa dan kekebalan- Inviolability sebagai
kekebalan demikian kekebalan terhadap segala
untuk menghormati gangguan yang merugikan,
hukum dan peraturan merupakan kelanjutan dari
dari Negara penerima. ketentuan dari Pasal 29
Mereka juga mempunyai Konvensi Wina 1961 yang
kewajiban untuk tidak menyatakan : ... The receiving
mencampuri urusan- state.. shall take appropriate
urusan dalam negara stop to prevent any attack on
itu.´ his person, freedom, on
2. Teori Inviolability dan dignity. Jadi seorang wakil
Immunity diplomatik adalah kebal
Inviolability adalah
sebagai kekebalan terhadap
8
Deplu, Op.cit, hlm. 38.
5
JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor I Februari 2016.
terhadap segala gangguan dari kegiatan internasional
yang merugikan. yang saling berpengaruh dan
3. Teori Yurisdiksi Teritorial kompleks, dengan melibatkan
Dua macam penetapan pemerintah dan organisasi
prinsip perluasan secara teknis internasional untuk mencapai
yurisdiksi teritorial yaitu: tujuan-tujuannya, melalui
1) Prinsip teritorial subyektif perwakilan diplomatik atau
(subjective territorial organ-organ lainnya.10
principle), negara-negara 3. Pejabat diplomatik adalah
ini menjalankan kepala perwakilan atau
yurisdiksinya agar seorang anggota staf
menuntut dan diplomatik dari perwakilan.11
menghukum perbuatan 4. Perbuatan melawan hukum
pidana yang dilakukan di adalah suatu perbuatan atau
dalam wilayahnya, tetapi kealpaan, yang atau
perbuatan itu diselesaikan bertentangan dengan hak
atau dituntaskan di orang, atau bertentangan
wilayah negara lain. dengan kewajiban hukum
2) Prinsip teritorial obyektif pelaku atau bertentangan baik
(objective territorial dengan kesusilaan yang baik
principle), negara-negara maupun pergaulan hidup
tertentu menerapkan terhadap orang lain atau
yurisdiksi teritorial benda.12
mereka terhadap 5. Negara adalah subjek hukum
perbuatan-perbuatan internasional dalam arti yang
pidana atau perbuatan- klasik, dan telah demikian
perbuatan yang dilakukan halnya sejak lahirnya hukum
di negara lain, tetapi: (i) internasional. Bahkan hingga
dilaksanakan atau sekarang pun masih ada
diselesaikan di dalam anggapan bahwa hukum
wilayah mereka; atau (ii) internasional itu pada
menimbulkan akibat yang hakikatnya adalah hukum
sangat berbahaya antarnegara.13
terhadap ketertiban sosial 6. ³Receiving State´ DGDODK
dan ekonomi di dalam Negara penerima; negara yang
wilayah mereka. menurut kesepakatan bersama
D. Kerangka Konseptual telah menyetujui untuk
1. Hukum Diplomatik adalah menerima pembukaan suatu
cabang dari hukum kebiasaan Perwakilan Diplomatik atau
internasional yang terdiri dari Konsuler di negaranya.14
seperangkat aturan-aturan dan 10
norma-norma hukum yang Syahmin AK., Hukum Diplomatik Dalam
Kerangka Studi Analisis, PT. Raja Grafindo
menetapkan kedudukan dan Persada, Palembang, 2008, hlm.14.
fungsi para diplomat termasuk 11
Ibid, Pasal 1 huruf c.
12
bentuk-bentuk organisasional Ridwan Khairandy, Pengantar Hukum
dari dinas diplomatik.9 Perdata Internasional, FH UII Press, Yogyakarta,
2. Diplomasi adalah kegiatan 2007, hlm. 157.
13
Mochtar Kusumaatmadja dan Etty R.
politik dan merupakan bagian Agoes, Pengantar Hukum Internasional, Bandung,
PT. Alumni, 2003, hlm. 98.
9 14
Sumaryo Suryokusumo, Op.Cit, hlm. 1. Sumaryo Suryokusumo, Op.Cit, hlm. 172.
6
JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor I Februari 2016.
7. ³Sending State´ DGDODK 1HJDUD permintaan dari negara yang
Pengirim. Negara yang atas memiliki yurisdiksi kepada
kesepakatan bersama telah negara tempat orang yang
memutuskan untuk membuka bersangkutan berada, dengan
perwakilan diplomatik atau maksud dan tujuan untuk
konsuler di negara lainnya.15 mengadilinya ataupun
8. Immunity adalah kekebalan melaksanakan hukuman atau
terhadap jurisdiksi dari negara sisa hukumannya.19
penerima, baik hukum pidana 12. Tanggung Jawab Negara
maupun hukum perdata.16 (State Responsibility) adalah
9. Prinsip Tidak dapat diganggu sistem hukum di mana
gugat (Inviolability) adalah pelanggaran terhadap
alat-alat negara dari negara kewajiban yang mengikat
penerima tidak boleh secara hukum akan
memasuki wisma itu, kecuali menimbulkan tanggung jawab
dengan seizin kepala bagi pelanggarnya.20
perwakilan.17 13. Konvensi (Convention) adalah
10. Yurisdiksi adalah kekuasaan bentuk perjanjian
atau kompetensi hukum internasional yang mengatur
negara terhadap orang, benda hal-hal yang penting dan
atau peristiwa (hukum).18 resmi yang bersifat
11. Ekstradisi adalah penyerahan multilateral. Konvensi
yang dilakukan secara formal, ELDVDQ\D EHUVLIDW ³Law
baik berdasarkan atas Making Treaty´ GHQJDQ
perjanjian ektradisi yang pengertian yang meletakkan
sudah ada sebelumnya kaidah-kaidah hukum bagi
ataupun berdasarkan atas masyarakat.21
hubungan baik secara timbal E. Metode Penelitian
balik, atas seseorang yang 1. Jenis Penelitian
diduga telah melakukan Jenis penelitian yang
kejahatan atau tindak pidana digunakan adalah bersifat
(tersangka, tertuduh, atau yuridis normatif, dimana
terdakwa) atau atas seseorang penulis berpedoman kepada
yang telah dijatuhi hukuman pengembangan ilmu
yang telah mempunyai pengetahuan Hukum
kekuatan mengikat yang pasti Internasional terutama di
atas kejahatan yang telah bidang diplomatik. Dari
dilakukannya (terhukum, penelitian ini dapat dilihat
terpidana), oleh negara kelebihan-kelebihan dari
tempatnya berada kepada kekebalan (immunity dan
negara yang memiliki inviolability), yang diberikan
yurisdiksi untuk mengadili bagi pejabat diplomatik,
atau menghukumnya, atas
19
I Wayan Parthiana, Op.cit, hlm. 38.
15 20
Ibid, hlm. 173. Sefriani, Hukum Internasional Suatu
16
Deplu, Op.cit, hlm. 38. Pengantar, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta,
17
Konvensi Wina 1961, Op.cit, Pasal 22 ayat 2010, hlm. 266.
21
1. Damos Dumoli Agusman, Hukum
18
Huala Adolf, Aspek-Aspek Negara dalam Perjanjian Internasional Kajian Teori dan Praktik
Hukum Internasional, Rajawali, Jakarta, 1991, Indonesia, PT. Refika Aditama, Bandung, 2010,
hlm. 143. hlm. 33.
7
JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor I Februari 2016.
terkait dengan pelaksanaan c. Bahan hukum tersier
fungsi dan tugasnya. Tetapi, Bahan hukum tersier
dari kelebihan-kelebihan itu adalah bahan hukum yang
dapat dilihat adanya individu- digunakan sebagai
individu yang penunjang bahan hukum
menyalahgunakan sekunder, seperti kamus
kekebalannya tersebut. hukum, jurnal hukum dan
2. Sumber Data sebagainya.24
Dalam penelitian ini, penulis 3. Teknik Pengumpulan Data
membutuhkan data sekunder. Teknik yang digunakan dalam
Data sekunder adalah data pengumpulan data untuk
hukum dalam penelitian yang penelitian hukum normatif
diambil dari kepustakaan yang digunakan metode kajian
terdiri dari bahan hukum kepustakaan yaitu metode
primer, bahan hukum pengumpulan data yang
sekunder, dan bahan non membutuhkan peran aktif
hukum. 22 Dalam metodelogi peneliti untuk membaca
penelitian hukum data literatur-literatur kepustakaan
sekunder terdiri atas: yang memiliki kolerasi dengan
a. Bahan hukum primer permasalahan yang sedang
Bahan hukum primer ditelitinya.
adalah bahan hukum yang 4. Analisis Data
bersifat pokok dan Dalam penelitian ini, prinsip
mengikat, yaitu semua penalaran hukum yang
Peraturan Perundang- digunakan adalah penalaran
undangan yang berkaitan
dedukatif, yaitu penalaran
dengan judul penelitian
yang terdiri dari, yaitu yang bertolak dari suatu
Konvensi Wina 1961 rancangan umum yang
tentang Hak-Hak kebenarannya telah diketahui
Kekebalan dan Hak-Hak dan berakhir pada suatu
Istimewa Diplomatik. kesimpulan. rancangan umum
b. Bahan hukum sekunder disini ialah immunity dan
Bahan hukum sekunder
inviolability pejabat
adalah bahan yang erat
kaitannya dengan bahan diplomatik menurut Konvensi
hukum primer yang dapat Wina 1961.
membantu menganalisa
serta memahami bahan BAB II
hukum primer tersebut
yang berupa hasil TINJAUAN PUSTAKA
penelitian, teori-teori A. HUKUM DIPLOMATIK
hukum, karya tulis dari a. Pengertian Hukum
kalangan ahli hukum dan Diplomatik
sebagainya.23 Hukum diplomatik
pada hakikatnya merupakan
22
Pieter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum,
ketentuan atau prinsip-prinsip
Kencana, Jakarta, 2005, hlm. 141.
23 24
Zainudin Ali, Metode Penelitian Hukum, Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian
Sinar Grafika, Jakarta, 2013, hlm. 23. Hukum, UI Press, Jakarta, 2012, hlm. 52.
8
JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor I Februari 2016.
hukum internasional yang disempurnakan oleh protocol
mengatur hubungan aix-la-chapelle 1818.26
diplomatik antar negara yang Kini, hampir seluruh
dilakukan atas dasar
negara di dunia telah
pemufakatan bersama dan
ketentuan atau prinsip-prinsip meratifikasi Konvensi
tersebut dituangkan di dalam tersebut, termasuk Indonesia
instrumen-instrumen hukum yang meratifikasinya dengan
sebagai hasil dari kodifikasi UU no. 1 tahun 1982.
hukum kebiasaan Pentingnya prinsip-prinsip
internasional dan yang tercantum dalam
pengembangan kemajuan
Konvensi Wina tersebut
hukum internasional.25
Dengan demikian digaris bawahi oleh
dapat disimpulkan bahwa Mahkamah Internasional
hukum diplomatik dibangun dalam kasus United States
atas dasar pemufakatan Diplomatic and Consullar
bersama yang dilandasi Staff in Teheran melalui
adanya prinsip persetujuan ordinasinya tertanggal 15 mei
bersama secara timbal balik
1979, dan pendapat hukumnya
oleh negara-negara dalam
melakukan suatu hubungan (advisory opinion) tertanggal
diplomatik. 24 mei 1980.
b. Sejarah Perkembangan Konvensi Wina
Hukum Diplomatik tersebut dilengkapi dengan
Pengiriman duta-duta konvensi mengenai misi-misi
ke luar negeri sudah dikenal khusus (convention on special
dan dipraktikkan oleh missions) yang diterima oleh
indonesia, dan negara-negara Majelis Umum PBB pada 8
asia serta arab sebelum Desember 1969. konvensi
negara-negara barat mengenai misi-misi khusus
mengenalnya. Di benua eropa, yang juga disebut konvensi
baru pada abad ke-16 masalah new york 1969 ini, telah pula
pengiriman duta-duta itu diratifikasi indonesia dengan
diatur menurut hukum UU no. 2 tahun 1982 pada 25
kebiasaan, tetapi hukum januari 1982.27
kebiasaan internasional B. PENGERTIAN DIPLOMASI
menyangkut masalah itu Menurut Sumaryo
menjadi jelas pada abad ke-19, Suryokusumo, Diplomasi adalah
dimana pengaturan hubungan kegiatan politik dan merupakan
diplomatik dan perwakilan bagian dari kegiatan internasional
yang saling berpengaruh dan
diplomatik mulai dibicarakan
kompleks, dengan melibatkan
pada Kongres Wina 1815, pemerintah dan organisasi
yang diubah dan internasional untuk mencapai

26
Sumaryo Suryokusumo, Op.Cit, hlm. 8.
25 27
Sumaryo Suryokusumo, Op.Cit, hlm. 5. Boer Mauna, Op.Cit, hlm 513.
9
JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor I Februari 2016.
tujuan-tujuannya, melalui mengenai penyelesaian memaksa
perwakilan diplomatik atau organ- atas perselisihan.
organ lainnya.28 Final Act pada konferensi
Diplomasi memiliki 19 itu ditandatangani pada tanggal
beberapa unsur penting seperti 18 April 1961 oleh perwakilan dari
negosiasi yang membutuhkan 75 negara. Protokol Opsional dan
penerapan seni dan keterampilan Konvensi masih terbuka untuk
atau taktik, dan adanya perwakilan ditandatangani sampai tanggal 31
negara yang melakukan fungsi- Oktober 1961 di Kementerian Luar
fungsi diplomatik untuk Negeri Austria dan berikutnya
menyelesaikan masalah-masalah sampai 31 Maret di Markas Besar
tertentu dan menjalankan politik PBB. Konvensi dan kedua Protol
luar negeri suatu negara secara Opsional diberlakukan tanggal 24
damai. Ini artinya diplomasi April 1964. Pada tanggal 31
merupakan suatu upaya untuk Desember 1979, 130 negara
menghindari konflik ataupun mengakui Konvensi Wina tentang
menyelesaikan konflik atau perang Hubungan Diplomatik.30
itu sendiri. BAB III
C. KONVENSI YANG
MENGATUR HUBUNGAN ANALISIS DAN PEMBAHASAN
DIPLOMATIK A. Ketentuan Konvensi Wina 1961
Pada tanggal 2 Maret Tentang Kekebalan Dan
sampai 14 April 1961, Konferensi Keistimewaan
PBB tentang Hubungan 1. Perlunya Kekebalan dan
Diplomatik dan Kekebalannya Keistimewaan Bagi Pejabat
diadakan di Wina. Konferensi ini Diplomat Berdasarkan
dihadiri oleh delegasi dari 81 Konvensi Wina 1961
negara, 75 diantaranya adalah Perlunya kekebalan
anggota-anggota PBB dan 6 lagi karena adanya alasan-alasan
adalah delegasi dari badan-badan memberikan hak kekebalan
yang berhubungan dengan dan keistimewaan bagi pejabat
Mahkamah Internasional. diplomatik adalah sebagai
Konferensi mengambil suatu berikut31:
NRQYHQVL \DQJ EHUMXGXO ³.RQYHQVL 1. Para diplomat adalah
Wina tentang Hubungan wakil-wakil Negara;
'LSORPDWLN´ \DQJ WHUGLUL GDUL OLPD 2. Mereka tidak dapat
puluh artikel dan menyangkut menjalankan tugas secara
hampir semua aspek-aspek yang bebas kecuali jika mereka
menyangkut hubungan diplomatik diberikan kekebalan-
permanen antara berbagai kekebalan tertentu.
negara. 29 Ada dua optional Jelaslah bahwa jika
protokol yang menyertai konvensi mereka tetap bergantung
tersebut, yaitu optional protokol kepada good-will
mengenai perolehan pemerintah, mereka
kewarganegaraan dan optional mungkin terpengaruh oleh
pertimbangan-
pertimbangan
28
Sumaryo Suryokusumo, 2004, Praktik
30
Diplomasi, BP. IBLAM, Bandung, hlm. 54. Edy Suryono, Op.Cit. hlm. 37.
29 31
Edy Suryono, Op.Cit, hlm. 37. Sumaryo Suryokusumo, Op.Cit, hlm. 56.
10
JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor I Februari 2016.
keselamatan melanjutkan untuk mengambil
perseorangan. pos itu, atau jika sudah dalam
3. Jelaslah pula bahwa jika wilayah, dari saat ketika itu
terjadi gangguan pada
adalah janji diberitahukan
komunikasi mereka
dengan negaranya, tugas kepada Departemen Luar
mereka tidak dapat Negeri lain atau departemen
berhasil. yang akan disepakati. Hak
Menurut Konvensi istimewa dan kekebalan
Wina 1961, Perwakilan diplomatik akan tetap
diplomatik diberikan berlangsung sampai diplomat
kekebalan dan keistimewaan
mempunyai waktu
dengan maksud:
1. Menjamin pelaksanaan sepantasnya menjelang
tugas Negara perwakilan keberangkatannya setelah
diplomatik sebagai wakil menyelesaikan tugasnya di
Negara. suatu negara penerima.
2. Menjamin pelaksana 3. Bentuk-bentuk Kekebalan
fungsi perwakilan dan Keistimewaan Pejabat
diplomatik secara efisien. Diplomatik
Hak kekebalan perwakilan Bentuk kekebalan
diplomatik meliputi: terhadap pejabat diplomat
1. Kekebalan terhadap antar lain:
pribadi pejabat diplomatik 1. Kekebalan mengenai diri
(hak imunitas). pribadi diplomat
2. Kekebalan terhadap 2. Kekebalan keluarga
kantor perwakilan dan seorang pejabat diplomat
rumah kediaman (daerah 3. Kekebalan dari yurisdiksi
ekstrateritorial). sipil (Perdata) dan
3. Korespondensi yurisdiksi kriminal
diplomatik, yaitu (pidana)
kekebalan terhadap surat- 4. Kekebalan dari kewajiban
menyurat, arsip, untuk menjadi saksi
dokumen, termasuk 5. Kekebalan kantor
kantor diplomatik dan perwakilan negara asing
sebagainya (kebal dari dan tempat kediaman
pemeriksaan isinya). wakil diplomatik
2. Mulai Berlakunya Kekebalan 6. Kekebalan korespondensi
dan Keistimewaan Bagi Bentuk hak istimewa seorang
Pejabat Diplomat wakil diplomatik:
Dalam Pasal 39 ayat 1 1. Hak-hak istimewa
Konvensi Wina 1961 pembebasan bea cukai
mempunyai maksud bahwa, 2. Hak istimewa penbebasan
setiap orang berhak atas hak pajak
istimewa dan menikmati 4. Berakhirnya Kekebalan dan
kekebalan (immunities) dari Keistimewaan Pejabat
Diplomat
saat pejabat diplomatik
Kekebalan dan hak
tersebut memasuki wilayah keistimewaan dari wakil-wakil
negara penerima dan diplomatik setiap perwakilan
11
JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor I Februari 2016.
negara akan berakhir atau ada beberapa sebab, antara
tidak berlaku lagi ketika lain32:
mereka telah kembali pada 1. Meninggal dunia;
negara asal mereka sendiri 2. Ada tugas khusus (mutasi);
seperti diatur dalam Pasal 39 3. Habisnya surat
ayat 2 Konvensi Wina bahwa kepercayaan (untuk tugas
³SDGD IXQJVL VHRUDQJ khusu atau waktu tertentu);
menikmati hak istimewa dan 4. Kenaikan pangkat;
kekebalan telah berakhir, 5. Revolusi;
seperti hak istimewa dan 6. Ditarik kembali oleh
kekebalan biasanya akan negara pengirim.
berhenti pada saat ketika ia B. Proses Hukum Terhadap
meninggalkan negara itu, atau Pejabat Diplomatik Atas
pada saat jatuh tempo dari Perbuatan Melawan Hukum Di
periode yang wajar di mana Negara Penerima
untuk melakukannya, tapi 1. Proses Hukum Terhadap
akan bertahan hidup sampai Pejabat Diplomatik
saat itu, bahkan dalam kasus Berdasarkan kasus
konflik bersenjata. Namun, tersebut dapat dilihat bahwa
sehubungan dengan tindakan penanggalan kekebalan
yang dilakukan oleh orang terhadap diplomat yang
tersebut dalam menjalankan melanggar tergantung pada
tugasnya sebagai anggota itikad baik dari negara
misi, kekebalan akan terus pengirim dan bagaimana cara
EHUWDKDQ KLGXS´ negara penerima dalam
Sehubungan dengan meyakinkan bahwa diplomat
tindakan-tindakan orang tersebut akan mendapatkan
demikian dalam melaksanakan perlakuan yang adil di
tugas-tugasnya sebagai negaranya. Karena dalam
seorang anggota perwakilan, Konvensi Wina 1961 tentang
kekebalan harus tetap berlaku. Hubungan Diplomatik sendiri
Kekebalan tidak berhenti memang tidak dijelaskan
dalam hal tugas-tugas resmi tentang standar ataupun alasan
yang dilakukan dalam rangka untuk dapat menanggalkan
melaksanakan tugas-tugas kekebalan dari seorang
mereka. Sedangkan dalam hal diplomat yang melakukan
kematian seorang diplomat, pelanggaran.
anggota keluarganya masih Negara penerima wajib
berhak untuk menikmati memperbaiki sekaligus
kekebalan dan keistimewaan mempertanggungjawabkan
sampai waktu yang dianggap pelanggaran hak tersebut dan
cukup pantas. Berhentinya menjaga kehormatan dari
wakil diplomatik tidak ada negara pengirim wakil
hubungannya dengan diplomatik sebagai negara
putusnya hubungan yang berdaulat.
diplomatik antar dua negara. Kekebalan dan keistimewaan
Berhentinya wakil diplomatik diplomatik diatur dalam
Konvensi Wina tahun 1961

32
A. Masyhur Effendi, Op.Cit, hlm. 97.
12
JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor I Februari 2016.
tentang Hubungan diplomatik termasuk
Diplomatik. Salah satu sebagai eksekutor,
kekebalan yang dimiliki oleh administrator, ahli waris
pejabat diplomatik adalah atau legate sebagai orang
kekebalan terhadap dirinya, privat dan tidak untuk
yaitu bahwa seorang diplomat pihak Negara Pengirim;
tidak dapat diganggu gugat, c) Suatu perkara yang
tidak dapat berhubungan dengan
dipertanggungjawabkan dalam setiap kegiatan
bentuk apapun dari penahanan professional atau dagang
atau penangkapan. Ketentuan yang dijalankan oleh agen
tersebut terdapat dalam pasal diplomatik di dalam
29 Konvensi Wina tahun Negara penerima dan
1961. Merujuk pada diluar fungsi resminya.
pembukaan Konvensi Wina Seorang pejabat
1961, mengatakan bahwa diplomat dapat di proses di
tujuan hak-hak keistimewaan negara penerima sesuai hukum
dan kekebalan-kekebalan yang berlaku, apabila negara
tersebut bukan untuk pengirim sudah terlebih
menguntungkan orang dahulu mencabut atau
perorangan tetapi untuk menanggalkan Hak Kekebalan
membantu pelaksanaan yang Yurisdiksi yang dimiliki
efisien fungsi-fungsi misi pejabat tersebut, hal ini
diplomatik sebagai wakil dari tercantum dalam Pasal 32
negara. Konvensi Wina tahun 1961
2. Penjatuhan Sanksi tentang Penanggalan
Tindakan penuntutan Kekebalan Yurisdiksi:
dari yurisdiksi pidana negara 1) Kekebalan yurisdiksi
Selandia Baru sama sekali pejabat-pejabat
tidak dibenarkan sesuai diplomatik dan orang-
dengan bunyi Pasal 31 ayat 1 orang yang berhak
Konvensi Wina 1961 yang menikmati hak tersebut
berbunyi: seperti yang disebutkan
Seorang agen diplomatik pada pasal 37 dapat
kebal dari yurisdiksi kriminil ditanggalkan oleh negara
Negara penerima. Dia juga pengirim.
kebal dari yurisdiksi sipil dan 2) Penanggalan tersebut
administratif kecuali dalam harus selalu dinyatakan
hal: dengan jelas.
a) Suatu perkara yang BAB IV
berhubungan dengan
barang-barang tetap yang PENUTUP
terletak di dalam wilayah A. Kesimpulan
Negara penerima, tanpa ia Berdasarkan hasil
memegangnya itu untuk penelitian yang telah penulis
pihak Negara pengirim lakukan, maka dapat disimpulkan
untuk tujuan-tujuan misi; sebagai berikut:
b) Suatu perkara yang 1. Ketentuan Konvensi Wina
berhubungan dengan 1961 yang mengatur tentang
suksesi di mana agen kekebalan dan keistimewaan
13
JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor I Februari 2016.
dari pejabat diplomatik, diplomasi serta masalah-
bahwa sudah diatur di dalam masalah yang muncul di
Pasal 32 ayat 1-4 Konvensi dalamnya akan dapat
Wina 1961, seorang pejabat terselesaikan dengan baik.
diplomat itu tidak dapat di
tuntut dalam hal sipil
maupun hukum administratif
tetapi secara pidana dan
perdata dapat ditindak lanjuti DAFTAR PUSTAKA
setelah hak kekebalan dan A. BUKU
keistimewaannya Adolf, Huala, 1991, Aspek-Aspek
ditanggalkan. dalam Hukum Internasional,
2. Proses hukum yang harus Rajawali, Jakarta.
dijalani oleh pejabat Agusman, Damos Dumoli, 2010,
diplomatik yang melakukan Hukum Perjanjian
perbuatan melawan hukum Internasional Kajian Teori
di negara penerima adalah dan Praktik Indonesia, PT.
dengan adanya hubungan Refika Aditama, Bandung.
itikad baik dari kedua negara AK., Syahmin, 1988, Hukum
maka diplomat tersebut di Diplomatik Suatu Pengantar,
ekstradisi ke negara CV. Armico, Bandung.
penerima untuk dapat diadili Ali, Zainudin, 2013, Metode
sesuai dengan hukum yang Penelitian Hukum, Sinar
berlaku. Grafika, Jakarta.
B. Saran Khairandy, Ridwan, 2007, Pengantar
Berdasarkan kesimpulan Hukum Perdata
diatas, maka Penulis Internasional, FH UII Press,
menyarankan sebagai berikut: Yogyakarta.
Kusumaatmadja, Mochtar, dan R.
1. Perlu adanya peningkatan Agoes Etty, 2003, Pengantar
koordinasi lebih lagi antara Hukum Internasional, PT.
pihak pemerintah dengan Alumni, Bandung.
pihak kepolisian terkait Marzuki, Pieter Mahmud, 2005,
penangkapan dan penahanan Penelitian Hukum, Jakarta
pejabat diplomatik yang Kencana, Jakarta.
terbukti telah melakukan Parthiana, I Wayan, 2009, Ekstradisi
tindakan kejahatan di dalam Hukum Internasional
wilayah Selandia Baru agar Modern, Yrama Widya,
semua proses yang Bandung.
dijalankan terhadap pejabat Sefriani, 2010, Hukum Internasional
diplomatik asing tersebut Suatu Pengantar, PT.
dapat berjalan sesuai dengan RajaGrafindo Persada,
aturan hukum internasional Jakarta.
yang berlaku di Selandia Soekanto, Soerjono, 2012, Pengantar
Baru. Penelitian Hukum, UI Press,
2. Pemerintah Selandia Baru Jakarta.
harus lebih tegas dalam Suryokusumo, Sumaryo, 2005,
menjalankan aturan-aturan Hukum Diplomatik Teori
dalam Konvensi Wina 1961, dan Kasus, PT. Alumni,
sehingga pencapaian tujuan Bandung.
14
JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor I Februari 2016.
Suryono, Edy, dan Arisoendha,
Moenir, 1991, Hukum
Diplomatik Kekebalan dan
Keistimewaannya, Angkasa,
Bandung.
B. SKRIPSI/ JURNAL/ ARTIKEL
Cindy Liantasa, Anisa, 2012,
³.HGXGXNDQ 3HUZDNLODQ
Diplomatik Sesuatu Di
1HJDUD /DLQ´ Skripsi
Program Pasca Sarjana
Hukum Universitas
Pancasila, Jakarta.
C. PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN
Konvensi Wina 1961 tentang
Hubungan-Hubungan
Diplomatik. Terjemahan
Tidak Resmi Berikut Naskah
Bahasa Inggris, Departemen
Luar Negeri, Direktorat
Jendral Protokol dan
Konsuler, Jakarta: April,
1983.
D. WEBSITE
http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia
/2014/10/141024_diplomat_
malaysia, Pukul 12:54 WIB,
diakses pada tanggal 16
Desember 2014.

15
JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor I Februari 2016.

Das könnte Ihnen auch gefallen