Sie sind auf Seite 1von 22

Moderasi Pemikiran Islam pada Pembelajaran

Pemikiran Modern dalam Islam


(Kajian Analisis pada Mahasiswa Jurusan SPI Tahun Akademik 2018/2019)

Oleh:
Taufiqul Mu’in
IAIN Salatiga
Sigit Tri Utomo
Sigittriutomosukses@gmail.com
STAINU Temanggung
Luluk Ifadah
Bundaqotrunada@gmail.com
STAINU Temanggung

Abstract
Islamic moderation is no longer a public secret for education. Moderate Islam is one
of the characteristics of the Indonesian nation. Moderate Islam teaches Indonesians to
embrace Islam peacefully, openly and in accordance with the ideology of Pancasila by not
eliminating the original culture of Indonesia. The spread of moderate Islam needs to be done
especially to students who are the future generation of Indonesian leaders. The large number
of followers from both the da'wah and religious teacher movements, shows a strong desire
within students to deepen religion in the context of searching for identity. This situation needs
to be utilized in the spread of Moderate Islam in Indonesia so that Indonesian young people
who have an open mind on religion. In addition to an open view, moderate Islam also teaches
tolerance, is flexible and always takes the middle ground in producing decisions.
This research is a qualitative descriptive study. This study is carried out through:
planning, action, observation, reflection. The research sample of 25 students who were taking
courses in Modern Thought in Islam, Department of History of Islamic Civilization (SPI), Fac.
Salatiga IAIN prayers. The instruments used include observation and direct observation
during teaching and learning activities taking place.
In the process of conducting discussions, researchers directly take data and analysis
followed by recording of the level of activity and response to the ongoing subject matter.
Furthermore, researchers can find out the ability of students mastery of the material and know
the problems and difficulties of students in learning modern thought in Islam.
Furthermore deduction induction method is needed in the implementation of this research to
implement the learning guidelines followed by recording of the observed aspects which
include: interest in learning, the level of activity and response to the learning of Modern
Thought courses in Islam.
The subjects of this study were students of Semester 4 Department of History of
Islamic Civilization (SPI), Fac. Salatiga IAIN prayers. The students studied were students who
were taking courses in Modern Thought in Islam, namely those who sat in the fourth semester
of the 2018/2019 academic year. There are 25 of them.
Research Results First, in broad outline the interest in learning for students of the Department
of SPI semester 4 of 2017 on learning Modern Thought courses in Islam is very good,
evidenced by their responses in making papers on each material and with discussions that are
very conducive. Second, there are some problems found in the process of learning Modern
Thought in Islam, namely students in learning sometimes do not let go of the traditional
understanding that is inherent in themselves. This is due to the inability to re-orient religious
understanding and the weakness of providing new interpretations in order to understand the
reality of modern life. Third, after going through periodic and conducive discussions and
sufficient direction from the lecturer, students are able to change their perspective on
religious understanding. What modern thinkers offer is not a recommendation to change
religious doctrine. However, changing the interpretation of religious understanding so that
religious teachings can still run well in order to understand reality.

Keywords: Moderation of Islamic Thought, Learning of Modern Thought

Abstrak
Moderasi Islam memang bukan rahasia umum lagi bagi dunia pendidikan. Islam
Moderat merupakan salah satu ciri khas bangsa Indonesia. Islam moderat mengajarkan
masyarakat Indonesia untuk menganut agama Islam dengan damai , terbuka serta sesuai
dengan ideologi Pancasila dengan tidak menghilangkan budaya asli Indonesia.Penyebaran
Islam Moderat perlu dilakukan terutama kepada mahasiswa yang merupakan generasi
pemimpin Indonesia di masa depan. Banyaknya pengikut dari gerakan dakwah maupun
ustadz, menunjukkan keinginan yang kuat dalam diri mahasiswa untuk memperdalam agama
dalam rangka pencarian jati diri. Keadaan ini perlu dimanfaatkan dalam penyebaran Islam
Moderat di Indonesia agar generasi muda Indonesia yang memiliki padangan yang tebuka
dalam beragama. Selain pandangan yang terbuka, Islam moderat juga mengajarkan toleransi,
fleksibel dan selalu mengambil jalan tengah dalam menghasilkan keputusan.
Penelitian ini merupakan penelitian ini deskriptif kualitatif. Studi ini dilakukan
melalui: planning, action, observation, reflection. Sampel penelitian sebanyak 25
mahasiswa yang sedang mengikuti mata kuliah Pemikiran Modern dalam Islam, Jurusan
Sejarah Peradaban Islam (SPI), Fak. Fuadah IAIN Salatiga. Instrumen yang digunakan
meliputi observasi dan pengamatan langsung selama kegiatan belajar mengajar
berlangsung.
Dalam proses pelaksanaan diskusi, peneliti langsung mengambil data dan analisa yang diikuti
dengan pencatatan terhadap tingkat keaktifan dan respon terhadap materi mata kuliah yang
sedang berlangsung. Selanjutnya peneliti dapat mengetahui kemampuan penguasan
mahasiswa terhadap materi dan mengetahui problematika serta kesulitan mahasiswa dalam
pembelajaran pemikiran modern dalam Islam tersebut.
Selanjutnya metode induksi deduksi diperlukan dalam pelaksanaan penelitian ini untuk
mengimplementasikan pedoman pembelajaran yang diikuti dengan pencatatan terhadap aspek
yang diamati yang meliputi: minat belajar, tingkat keaktifan dan respon terhadap
pembelajaran mata kuliah Pemikiran Modern dalam Islam.
Yang menjadi subjek penelitian ini adalah mahasiswa Semester 4 Jurusan Sejarah
Peradaban Islam (SPI), Fak. Fuadah IAIN Salatiga. Mahasiswa yang diteliti adalah
mahasiswa yang sedang mengambil mata kuliah Pemikiran Modern dalam Islam, yaitu mereka
yang duduk pada semester IV pada tahun akademik 2018/2019. Jumlah mereka sebanyak 25
orang.
Hasil Penelitian Menunjukkan pertama, secara garis besar minat belajar mahasiswa
jurusan SPI semester 4 angkatan 2017 pada pembelajaran mata kuliah Pemikiran Modern
dalam Islam sangat baik, dibuktikan dengan respon mereka dalam pembuatan makalah pada
setiap materi dan dengan diskusi yang berjalan dengan sangat kondusif. Kedua, ada beberapa
problematika yang terdapat dalam proses pembelajaran Pemikiran Modern dalam Islam, yaitu
mahasiswa di dalam pembelajaran terkadang tidak melepaskan paham tradisional yang sudah
melekat pada diri mereka. Hal ini disebabkan karena kurang mampunya melakukan re-
orientasi pemahaman keagamaan dan lemahnya memberikan penafsiran baru dalam rangka
memahami realita kehidupan modern. Ketiga, setelah melalui diskusi yang berlangsung secara
periodik dan kondusif dan pengarahan secukupnya dari dosen, mahasiswa mampu mengubah
cara pandang terhadap pemahaman keagamaan. Apa yang ditawarkan para pemikir modern
bukanlah rekomendasi untuk mengubah doktrin keagamaan. Tetapi, mengubah interpretasi
terhadap pemahaman keagamaan agar ajaran agama tetap dapat berjalan dengan baik dalam
rangka memahami realita.
Kata Kunci: Moderasi Pemikiran Islam, Pembelajaran Pemikiran Modern

Pendahuluan
Indonesia merupakan salah satu negara dengan keragaman budaya terbesar di dunia.
Hal ini dapat dilihat dari 1.340 suku bangsa dan 200 bahasa daerah yang dimiliki oleh bangsa
Indonesia. Agama yang berkembang di Indonesia pun beragam, yakni Islam, Kristen, Katolik,
Hindu, Budha dan KongHucu disamping beberapa kepercayaan lokal seperti kejawen, sapto
gandul dll.
Keragaman yang dimiliki Indonesia merupakan letak kekuatan bangsa. Namun,
keragaman budaya luar bisa yang dimiliki tersebut bagai pisau bermata dua. Di satu sisi,
keragaman budaya menjadikan Indonesia kaya akan tempat kunjungan wisata yang menarik,
namun disisi lain, keragaman budaya dapat berpotensi besar sebagai penyebab timbulnya
konflik. Hal ini terbukti dengan banyaknya konflik atas nama agama dan ras yang telah terjadi
di Indonesia. Meskipun yang terjadi sebenarnya tidak murni karena sebab keragaman budaya,
ras dan agama yang ada.
Untuk mencegah terjadinya konflik tersebut, diperlukan kesadaran dan kemampuan
untuk mengelola keragaman guna mencegah terjadinya perpecahan yang mengganggu
kesatuan bangsa. Salah satu cara paling efektif untuk mewujudkan masyarakat multikultural
yang dinamis adalah melalui pendidikan. Pendidikan dengan berbagai komponen yang terlibat
di dalamnya diharapkan mampu memfasilitasi terjadinya penyebaran ide yang meminimalisir
konflik. Silabus, dosen dan strategi pembelajaran mempunyai peran penting dalam menjaga
perdamaian di tengah keragaman.
Sebagai agama mayoritas, Islam memiliki peran penting dalam menjaga perdamaian
dengan konsep yang dikenal Islam Rahmatan li al-‘alamin yang didasarkan atas keyakinan
bahwa tidak ada kebenaran insani yang bersifat mutlak dengan mensakralkan ajaran-ajaran
yang sudah dibangun para pendahulu. Sebaliknya, harus berani untuk menelaah kembali
ajaran-ajaran islam yang dianggap mapan dan mengukurnya kembali dengan sumber utama
Islam yaitu Al-quran dan Sunnah.
Pemikiran tentang islam selalu berkembang sesuai dengan perkembangan umat itu
sendiri. Umat islam berkembang karena situasi dan kondisi yang mengelilinginya berkembang
pula. Dengan demikian, konsepsi-konsepsi pemikiran yang muncul sekitar seribu tahun yang
lalu, sekalipun pandangan-pandangannya dapat dicerna dan dipahami oleh generasi muslim
era sekarang, tetapi perlu adanya rekontruksi sistem sesuai dengan perkembangan zamannya.
Dengan demikian pemikir muslim kontemporer berhadapan dengan situasi dan kondisi zaman
yang sedang berkembang, yang pada umumnya sering dicirikan sebagai masa modern atau
bahkan sudah memasuki masa post-modern yang tentu situasi ini menuntut untuk dilakukan
evaluasi kritis terhadap visi dan metode pemikiran yang tepat.
Metode yang dimaksud adalah berkaitan dengan masalah teori pengetahuan. Jika teori
pengetahuan klasik dibentuk dari suatu peradaban masanya maka ilmu kontemporer harus
dikembangkan berdasarkan peradaban masanya pula. Untuk itulah, perlu dipahami betul
pemikiran muslim kontemporer sekarang ini sebagai wujud dari suatu peradapan kontemporer
pula. Namun demikian, pemikiran yang dimunculkan itu tetap tidak keluar dari prinsip-prinsip
kerangka mutlak yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Pendekatan atau model tertentu untuk mengkaji kritik tradisi keilmuan islam dapat
dijadikan alternatif dalam mengembangakan ilmu pengetahuan kontemporer. Dengan
demikian, tradisi keilmuan islam klasik dapat dikupas, dibahas, dikritik, dan dianalisis,
sehingga tampak mana aspek normatifitasnya dan aspek historisnya; mana aspek tujuan dan
mana aspek alat; mana aspek universalitas dan mana dimensi partikularitasnya. Secara
metodologis untuk mengambil contoh model atau pendekatan rumusan baru ilmu pengetahuan
era kontemporer ini memang menemui kesulitan. Oleh karena itu, tantangan pengetahuan dan
keagamaan islam kontemporer adalah isu-isu kemanusiaan, universal, pluralisme, perusakan
lingkungan dan sebagainya. Dalam agama apapun yang hanya berbicara tentang Tuhan dan
tidak mengaitkannya dengan persoalan kemanusiaan universal, maka konsep keagamaan
lambat laun akan tertinggal oleh zaman. Pada situasi sekarang ini tidak ada satupun kekuasaan
spiritual ataupun karya yang dimuliakan yang memungkinkan untuk menentukan secara tegas
islam yang sebenarnya. Ini berarti bahwa segala masalah keagamaan yang ditelaah oleh ulama
zaman dahulu harus dibuka kembali dan ditelaah kembali sesuai dengan perubahan cara
pandang yang sedang berlangsung. Dengan melihat orientasi baru, baik dari visi maupun
metode maka semakin tampak kelemahan-kelemahan pengetahuan yang selama ini kita
pelajari. Dari sisi visi tradisi keilmuan islam klasik, sangat syarat diwarnai oleh kepentingan
politik, maka esensi dan substans pemikiran keagamaan yang termanifestasikan dalam etika
sosial dan spiritualitas keberagamaan kurang mendapat porsi yang memadai dalam tradisi
keilmuan. Padahal pemikiran klasik sebenarnya lebih kaya nuansa daripada hanya didominasi
konspirasi politik. Demikian juga, kajian-kajian kita sekarang tentang perkembangan
pemikiran islam tampak sekali kurang nuansa pemikiran sejarah dan pendekatan sosial. Dua
pendekatan ini sebenaranya penting digunakan sebagai telaah kritik terhadap perkembangan
pemikiran untuk memungkinkan munculnya muatan baru keislaman yang lebih kontemporer.
Di Indonesia ada upaya pengembangan pemikiran islam sesuai dengan konteks zamannya
sekalipun baru individual belum menjadi rumusan yang disepakati atau menjadi paradigma
keilmuan kontemporer seperti Harun Nasution dan Nurcholis Madjid yang menjadikan
perkembangan pemikiran Islam termasuk salah satu bidang studi yang amat dikenal baik oleh
masyarakat pada umumnya maupun kalangan akademis, khususnya bagi para mahasiswa IAIN
Salatiga. Oleh karena itu, hal tersebut merupakan fenomena yang cukup menarik untuk diteliti
secara lebih seksama, untuk mempermudah pembelajaran mata kuliah Pemikiran Modern
dalam Islam dan meningkatkan kreativitas serta pemahaman mahasiswa pada matakuliah
tersebut.
Kondisi tesebut menjadi cambuk bagi perguruan tinggi, khususnya IAIN Salatiga dan
praktisi pendidikan untuk dapat mengemas pembelajaran pemikiran modern dalam Islam
menjadi pembelajaran yang diminati, menarik dan mudah dipahami. Setiap mahasiswa dapat
berkolaborasi dengan teman, lingkungan, dosen dan semua pihak yang terkait dalam proses
pembelajaran dalam menyelesaikan semua permasalahan yang diperoleh dari dosen secara
bersama-sama sehingga diharapkan setiap mahasiswa akan siap dalam kegiatan pembelajaran
dan merangsang mahasiswa untuk belajar dan menangkal isu adanya radikalisme Islam dalam
kampus.
Sebagaimana dimaklumi sebagian besar mahasiswa tercipta kebiasaan belajar yang pasif.
Mereka lebih suka menyimak penjelasan dosen, dan tidak suka jika diberi tugas untuk
menyelesaikan topik perkuliahan tertentu. Hal ini disebabkan model pembelajaran ketika di
SD, SMP, dan SMU berlangsung satu arah (one way communication) masih dominan melekat
di benak mereka. Oleh karena itu, salah satu upaya yang dimungkinkan untuk
menghilangkan pengaruh tersebut dan meningkatkan kualitaas pembelajaran dengan
diskusi yang memadai antar sesama mahasiswa dan dosen yang mengampu mata kuliah
tersebut yang meliputi bagaimana melakukan pendahuluan agar mahasiswa termotivasi
untuk melakukan proses belajar secara aktif, aktivitas-aktivitas bagaimana rancangan
interaksi antara mahasiswa dengan materi ajar, interaksi antar mahasiswa, serta interaksi
antara mahasiswa dengan guru/dosen, bagaimana proses pertukaran hasil belajar (sharing)
antar mahasiswa atau antar kelompok harus dilakukan, bagaimana strategi intevensi dosen
pada level kelas, kelompok, dan individu, serta bagaimana aktivitas yang dilakukan
mahasiswa pada bagian akhir pembelajaran. Adapun rangkaian aktivitas dari awal sampai
akhir pembelajaran perlu diperhitungkan secara cermat berdasarkan alokasi waktu yang
tersedia agar proses pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan target yang diinginkan.
Berdasarkan pada latar belakang yang telah diuraikan di atas, masalah pokok yang
akan dijawab dan dipecahkan dalam penelitian ini dengan judul “Moderasi Pemikiran Islam
dalam Pembelajaran Pemikiran Modern dalam Islam (Kajian Analisis pada Mahasiswa Jurusan
SPI Tahun Akademik 2018/2019)” yang dapat dirumuskan dalam beberapa pokok
permasalahan, di antaranya sebagai berikut: (1) Bagaimana respon dan minat belajar
mahasiswa semester IV jurusan SPI pada pembelajaran mata kuliah Pemikiran Modern dalam
Islam; (2) Bagaimana problematika yang dihadapi mahasiswa dalam pembelajaran Pemikiran
Modern dalam Islam, dan (3); Bagaimana mengatasi problematika yang dihadapi mahasiswa
dalam pembelajaran Pemikiran Modern dalam Islam.

A. Dasar Teori
Sebelum kita menelaah apa itu moderasi Islam, ada baiknya jika kita memahami apa
arti Moderat itu sendiri. Secara etimologis, kata “Moderat” dapat berasal dari berbagai bahasa.
Moderat dalam bahasa Arab dikenal dengan Al-wasathiyah yang tercantum dalam Al – Qur’an
pada Surat Al – Baqarah ayat 143 sebagai berikut :
“Dan demikian(pula) kami menjadikan kamu (Umat Islam), umat penengah (adil dan
pilihan), agar kamu menjadi saksi atas seluruh manusia dan agar Rasul (Muhammad)
menjadi saksi atas kamu.”
Kata al-Wasath dalam ayat tersebut dapat diartikan “Terbaik dan Paling Sempurna”.
Kata moderat (moderate) dalam bahasa Latin moderare dapat diartikan “Mengurangi atau
Mengontrol”. Kamus The American Heritage Dictionary of the English Language
menginterpretasikan moderate sebagai: not excessive or extreme atau dalam Bahasa Indonesia
“Tidak berlebihan dalam hal tertentu”. Secara etimologi dapat kita tarik kesimpulan awal
bahwa “Moderat” bermakna “Obyektif dan tidak ekstrim”.
Al-Qur’an dan al-Hadits merupakan sumber utama dari ajaran agama Islam. Akan
tetapi, perbedaan penafsiran dan sudut pandang membentuk banyak wajah pada Islam.
Perbedaan ini merupakan hal yang wajar karena dianggap sebagai dari Allah SWT. Konsep ini
merupakan makna sebenarnya dari Islam Moderat. Konsep memahami perbedaan tersebut
menunjukkan bahwa jika orang yang beragama bersikap seperti kriteria tersebut maka
iaberpaham islam yang moderat.
Konsep al-tawassuth diambil dari al-Qur’an pada Surat Al-Baqarah ayat 143. Konsep
al-i’tidal diambil dari Surat al-Ma’idah ayat 8.
“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu
menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali
kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku
adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Sedangkan konsep al-tawazun diambil dari Surat al-Hadid ayat 25.
“Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti
yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya
manusia dapat melaksanakan keadilan. Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat
kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan
besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)Nya dan rasul-rasul-Nya
padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.”
Konsep-konsep tersebut harus diterapkan pada seluruh bidang ajaran Islam seperti,
bidang akidah, shari’ah, tasawwuf dan akhlak, mu’asharah (pergaulan sosial), kehidupan
bernegara-bangsa, kebudayaan, bidang dakwah, dan bidang-bidang lain.(Ricklefs, 1979)
Wajah Islam yang lahir dari perbedaan penafsiran dan sudut pandang bisa jadi baik dan buruk.
Golongan golongan buruk yang terbentuk dari fenomena ini dapat menjadi sebuah kehancuran
pada kehidupan, baik dalam bermasyarakat maupun dalam kehidupan beragama. Informasi
yang tidak terbendung, serta kurangnya pemahaman tentang beragama menyebabkan
masyarakat kerap kali menelan mentah mentah setiap informasi yang diterima sebagai
kebenaran. Hal ini sangat membahayakan terutama kepada Generasi Muda.
Islam moderat mengembangkan Islam yang santun yang memahami golongan lain,
tanpa mengurangi prinsip ajaran Islam yang sebenarnya, perlu diaktualisasikan. Aktualisasi
ini bukan hanya dapat mengajarkan kehidupan beragama yang baik pada generasi penerus
namun juga sebagai bentuk dari pengamalan cita cita dan budaya bangsa Indonesia.
Moderasi dalam pengertian umum mengandung makna “Keseimbangan dalam
keyakinan, sikap, perilaku, tatanan, muamalah dan moralitas. Hal ini menunjukkan bahwa
Islam adalah agama yang sangat moderat, dengan tidak berlebihan dalam segala bidang baik
perkara, agama, keyakinan, dan lain-lain.(Az-zuhaili, 2010) Islam moderat berusaha untuk
melakukan pendekatan kompromi dan berada di tengah-tengah. Setiap menyikapi sebuah
perbedaan, baik perbedaan agama ataupun mazhab, Islam Moderat menjunjung sikap
toleransi, saling menghargai, dengan tetap meyakini kebenaran keyakinan masing-masing
agama dan mazhab. Dengan adanya Islam Moderat semua kalangan diharapkan dapat
menerima keputusan dengan kepala dingin, tanpa harus terlibat dalam aksi yang anarkis.
(Darlis, 2017:225-255)
Perkembangan Islam Moderat di Indonesia, tidak lepas dari awal mula sejarah
penyebaran agama Islam di Indonesia oleh Wali Songo. Wali Songo sebagai penyebar agama
Islam, terutama di tanah Jawa, sadar bagaimana harus membumikan Islam di Indonesia.
Mereka paham bahwa Islam harus dikontekstualisasikan, tanpa perlu kehilangan esensi dari
asas dan ajaran yang disesuaikan dengan kondisi wilayah di mana Islam disebarkan. Konsep
"Pribumisasi Islam" pun digunakan Wali Songo dalam penyebaran Islam di Indonesia.
Konsep ini berupaya untuk melebur pola dan karakter Islam sebagai normatif dan praktik
keagamaan menjadi sesuatu yang kontekstual.
Ajaran normatif Islam yang berasal dari Tuhan dilebur dengan budaya daerah tanpa
kehilangan identitas mereka. Selain melakukan peleburan dengan budaya, peleburan juga
dilakukan berdasarkan waktu dan tempat. Dengan begitu, Islam akan bersifat dinamis dan
dapat terus memperbarui diri dalam menanggapi perubahan zaman.(Ni’am, 2015: 111:134)
Pemikiran keagamaan yang menyeimbangkan antara penggunaan wahyu (naqliyah)
dan rasio ('aqliyah) juga dikembangkan. Hal ini memungkinkan untuk terjadi akomodasi
terhadap perubahan-perubahan di masyarakat selama tidak melawan doktrin-doktrin yang
dogmatis. Ahlussunah waljamaah juga memiliki sikap yang lebih toleran terhadap tradisi di
banding dengan paham kelompok Islam lain. Bagi Ahlussunah, mempertahankan tradisi
memiliki makna penting dalam kehidupan keagamaan. Tradisi yang ada tidak serta merta
dihapus seluruhnya namun, juga tidak diterima seluruhnya, tetapi berusaha secara bertahap di-
Islamisasi.(Dhofier, 1994: 65)

B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Studi ini
dilakukan melalui: planning, action, observation, reflection. Sampel penelitian sebanyak 25
mahasiswa yang sedang mengikuti mata kuliah Pemikiran Modern dalam Islam, Jurusan
Sejarah Peradaban Islam (SPI), Fak. Fuadah IAIN Salatiga. Instrumen yang digunakan
meliputi observasi dan pengamatan langsung selama kegiatan belajar mengajar
berlangsung.
Dalam proses pelaksanaan diskusi, peneliti langsung mengambil data dan analisa yang
diikuti dengan pencatatan terhadap tingkat keaktifan dan respon terhadap materi mata kuliah
yang sedang berlangsung.Selanjutnya peneliti dapat mengetahui kemampuan penguasan
mahasiswa terhadap materi dan mengetahui problematika serta kesulitan mahasiswa dalam
pembelajaran pemikiran modern dalam Islam tersebut.
Selanjutnya metode induksi deduksi diperlukan dalam pelaksanaan penelitian ini
untuk mengimplementasikan pedoman pembelajaran yang diikuti dengan pencatatan terhadap
aspek yang diamati yang meliputi: minat belajar, tingkat keaktifan dan respon terhadap
pembelajaran mata kuliah Pemikiran Modern dalam Islam.
Yang menjadi subjek penelitian ini adalah mahasiswa Semester 4 Jurusan Sejarah
Peradaban Islam (SPI), Fak. Fuadah IAIN Salatiga. Mahasiswa yang diteliti adalah
mahasiswa yang sedang mengambil mata kuliah Pemikiran Modern dalam Islam, yaitu mereka
yang duduk pada semester IV pada tahun akademik 2018/2019. Jumlah mereka sebanyak 25
orang.

C. Laporan Data Angket


Hasil respon mahasiswa (sejumlah 25 mahasiswa) berdasarkan ‘Data Angket’ dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1. Sikap toleransi dalam beragama adalah: 15 mahasiswa (60%) menyatakan sangat
setuju dan 10 mahasiswa (40%) menyatakan setuju bahwa Islam mengajarkan toleransi
beragama terhadap sesama muslim maupun non-muslim.
2. Relevansi Islam dalam setiap zaman adalah: 20 mahasiswa (80%) menyatakan sangat
setuju dan 5 mahasiswa (20%) menyatakan setuju Islam sesuai setiap zaman.
3. Fleksibilitas ajaran Islam adalah: 15 mahasiswa (60%) menyatakan sangat setuju, 5
mahasiswa (20%) menyatakan setuju, dan 5 mahasiswa (20%) menyatakan ragu-ragu
dalam Islam ada ajaran yang perlu pemikiran para mujtahid.
4. Pemahaman mahasiswa terhadap pemikiran Abdurraziq adalah: 15 mahasiswa (60%)
menyatakan sangat setuju, 5 mahasiswa (20%) menyatakan setuju, dan 5 mahasiswa
(20%) menyatakan ragu-ragu bisa bergaul dengan teman apapun alirannya sebagai
wujud sikap toleransi.
5. Pemahaman mahasiswa terhadap pemikiran Muhammad Abduh adalah: 20 mahasiswa
(80%) menyatakan sangat setuju dan 5 mahasiswa (20%) menyatakan setuju terhadap
pendapat Muhammad Abduh bahwa pesan Al-Qur’an universal perlu latar belakang
sosiokultural dalam memahaminya
6. Pemahaman mahasiswa terhadap pemikiran Afghani adalah: 15 mahasiswa (60%)
menyatakan sangat setuju dan 10 mahasiswa (40%) menyatakan setuju terhadap
pemikiran Afghani.
7. Pemahaman mahasiswa terhadap pemikiran Muhammad Ali Pasha adalah: 20
mahasiswa (80%) menyatakan sangat setuju dan 5 mahasiswa (20%) menyatakan
setuju terhadap pemikiran Muhammad Ali Pasha.
8. Pemahaman mahasiswa terhadap pemikiran Sultan Mahmud II adalah: 15 mahasiswa
(60%) menyatakan sangat setuju, 5 mahasiswa (20%), setuju dan 5 mahasiswa (20%)
menyatakan ragu-ragu terhadap pemikiran Sultan Mahmud II.
9. Pemahaman mahasiswa terhadap pemikiran Turki Muda adalah: 20 mahasiswa (80%)
menyatakan sangat setuju dan 5 mahasiswa (20%) menyatakan setuju terhadap
pemikiran Turki Muda.
10. Pemahaman mahasiswa terhadap pemikiran Syah Waliyullah adalah: 20 mahasiswa
(80%) menyatakan sangat setuju dan 5 mahasiswa (20%) menyatakan setuju terhadap
pemikiran Syah Waliyullah.
11. Pemahaman mahasiswa terhadap pemikiran Ahmad Khan adalah: 20 mahasiswa (80%)
menyatakan sangat setuju dan 5 mahasiswa (20%) menyatakan setuju terhadap
pemikiran Ahmad Khan.
12. Pemahaman mahasiswa terhadap pemikiran Paderi adalah: 15 mahasiswa (60%)
menyatakan sangat setuju, 5 mahasiswa (20%) menyatakan setuju, dan 5 mahasiswa
(20%) menyatakan ragu-ragu terhadap pemikiran Paderi.
13. Pemahaman mahasiswa terhadap pemikiran K.H. Ahmad Dahlan adalah: 15
mahasiswa (60%) menyatakan sangat setuju, 5 mahasiswa (20%) menyatakan setuju,
dan 5 mahasiswa (20%) menyatakan ragu-ragu terhadap pemikiran K.H. Ahmad
Dahlan.
14. Pemahaman mahasiswa terhadap pemikiran A.Hasan adalah: 15 mahasiswa (60%)
menyatakan sangat setuju dan 10 mahasiswa (40%) menyatakan setuju terhadap
pemikiran A.Hasan.
15. Pemahaman mahasiswa terhadap pemikiran Cokroaminoto adalah: 15 mahasiswa
(60%) menyatakan sangat setuju dan 10 mahasiswa (40%) menyatakan setuju terhadap
pemikiran Cokroaminoto/

D. Analisis terhadap Mahasiswa pada Proses Belajar Mengajar: Pemikiran Modern


dalam Islam

Dalam pembahasan analisis data tentang mahasiswa IAIN Salatiga terhadap proses
belajar mengajar, terutama dalam pembelajaran Pemikiran Modern dalam Islam disini akan
dikemukakan berdasarkan data yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya dan penyajiannya
dalam bentuk paparan naratif deskriptif beserta pemuatan grafiknya untuk mengetahui tingkat
persentase.
Disini analisis terhadap mahasiswa akan dikemukakan berdasarkan hasil hitungan
persentase tertinggi dari himpunan respon mahasiswa terhadap setiap variable penelitian
tersebut untuk memprediksi kesimpulan masing-masing responden (mahasiswa).
Hasil analisis mahasiswa IAIN salatiga terhadap pembelajaran Pemikiran Modern dalam
Islam sebagai berikut:
1. Sikap Toleransi dalam Beragama, Yaitu meyakini bahwa Islam mengajarkan toleransi
beragama terhadap sesama muslim maupun non-muslim. Hasil angket untuk
pertanyaan ini ditampilkan pada Gambar 1 berikut:
Sikap toleransi dalam beragama
16
14
12

Jumlah Mahasiswa
10
8
6
4
2
0
Sangat Setuju Setuju

Gambar 1. Grafik Sikap Toleransi dalam Beragama

Dari grafik diatas, terdapat 15 orang mahasiswa yang sangat setuju dan 10
orang setuju dengan sikap toleransi dalam beragama yang diajarkan oleh Islam. Dapat
disimpulkan bahwa mahasiswa memahami peran ajaran Islam dalam toleransi
beragama.
2. Relevansi Islam dalam setiap zaman, yaitu apakah Islam dapat diterapkan pada
kejadian di setiap zaman. Hasil angket untuk pertanyaan ini ditampilkan pada Gambar
2 berikut:

Relevansi Islam dalam setiap zaman


25

20
Jumlah Mahasiswa

15

10

0
Sangat Setuju Setuju

Gambar 2. Grafik Relevansi Islam dalam Setiap Zaman

Dari grafik diatas, terdapat 15 orang mahasiswa yang sangat setuju dan 10
orang setuju dengan konsep relevansi Islam dalam setiap zaman. Dapat disimpulkan
bahwa mahasiswa memahami peran konsep ajaran Islam yang relevan dengan keadaan
zaman saat ini.
3. Fleksibilitas ajaran Islam, yaitu meyakini bahwa ajaran Islam bersifat fleksibel dan bisa
mengikuti perkembangan yang ada pada saat ini. Hasil angket untuk pertanyaan ini
ditampilkan pada Gambar 3 berikut:

Fleksibilitas ajaran Islam


16
14
12
Jumlah Mahasiswa

10
8
6
4
2
0
Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu

Gambar 3. Grafik Fleksibilitas Ajaran Islam


Dari grafik diatas, terdapat 15 orang mahasiswa yang sangat setuju dan 10
orang setuju dengan sikap toleransi dalam beragama yang diajarkan oleh Islam. Dapat
disimpulkan bahwa mahasiswa memahami peran ajaran Islam dalam toleransi
beragama.
4. Pemahaman mahasiswa terhadap pemikiran Abdurraziq, yaitu mahasiswa mampu
memahami pemikiran Abdurraziq. Hasil angkat untuk pertanyaan ini ditampilkan pada
Gambar 4 berikut:

Pemahaman mahasiswa terhadap pemikiran


Abdurraziq
16
14
Jumlah Mahasiswa

12
10
8
6
4
2
0
Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu
Gambar 4. Grafik Pemahaman Mahasiswa terhadap Pemikiran Abdurraziq
Dari gambar tersebut, dapat diketahui bahwa 15 orang mahasiswa sangat setuju
dan 5 orang mahasiswa setuju dengan pemikiran Abdurraziq, sementara 5 orang
mahasiswa ragu-ragu terhadap pemikiran Abdurraziq.
5. Pemahaman mahasiswa terhadap pemikiran Muhammad Abduh, yaitu mahasiswa
mampu memahami pemikiran Muhammad Abduh. Hasil angkat untuk pertanyaan ini
ditampilkan pada Gambar 5 berikut:

Pemahaman mahasiswa terhadap pemikiran


Muhammad Abduh
25

20
Jumlah Mahasiswa

15

10

0
Sangat Setuju Setuju

Gambar 5. Grafik Pemahaman Mahasiswa terhadap Pemikiran Muhammad Abduh

6. Pemahaman mahasiswa terhadap pemikiran Afghani, yaitu mahasiswa mampu


memahami pemikiran Afghani. Hasil angkat untuk pertanyaan ini ditampilkan pada
Gambar 6 berikut:

Pemahaman mahasiswa terhadap pemikiran


Afghani
16
14
Jumlah Mahasiswa

12
10
8
6
4
2
0
Sangat Setuju Setuju
Gambar 6. Grafik Pemahaman Mahasiswa terhadap Pemikiran Afghani

7. Pemahaman mahasiswa terhadap pemikiran Muhammad Ali Pasha, yaitu mahasiswa


mampu memahami pemikiran Muhammad Ali Pasha. Hasil angkat untuk pertanyaan
ini ditampilkan pada Gambar 7 berikut:

Pemahaman mahasiswa terhadap pemikiran


Muhammad Ali Pasha
25

20
Jumlah Mahasiswa

15

10

0
Sangat Setuju Setuju

Gambar 7. Grafik Pemahaman Mahasiswa terhadap Pemikiran Ali Pasha

8. Pemahaman mahasiswa terhadap pemikiran Sultan Mahmud II, yaitu mahasiswa


mampu memahami pemikiran Sultan Mahmud II. Hasil angkat untuk pertanyaan ini
ditampilkan pada Gambar 8 berikut:

emahaman mahasiswa terhadap pemikiran Sultan


Mahmud II
16
14
Jumlah Mahasiswa

12
10
8
6
4
2
0
Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu
Axis Title
Gambar 8. Grafik Pemahaman Mahasiswa terhadap Pemikiran Sultan Mahmud II

9. Pemahaman mahasiswa terhadap pemikiran Turki Muda, yaitu mahasiswa mampu


memahami pemikiran Turki Muda. Hasil angkat untuk pertanyaan ini ditampilkan pada
Gambar 9 berikut:

Pemahaman mahasiswa terhadap pemikiran Turki


Muda
25

20
Jumlah Mahasiswa

15

10

0
Sangat Setuju Setuju

Gambar 9. Grafik Pemahaman Mahasiswa terhadap Pemikiran Turki Muda

10. Pemahaman mahasiswa terhadap pemikiran Syah Waliyullah, yaitu mahasiswa mampu
memahami pemikiran Syah Waliyullah. Hasil angkat untuk pertanyaan ini ditampilkan
pada Gambar 10 berikut:

Pemahaman mahasiswa terhadap pemikiran Syah


Waliyullah
25

20
Jumlah Mahasiswa

15

10

0
Sangat Setuju Setuju

Gambar 10. Grafik Pemahaman Mahasiswa terhadap Pemikiran Syah Waliyullah


11. Pemahaman mahasiswa terhadap pemikiran Ahmad Khan, yaitu mahasiswa mampu
memahami pemikiran Ahmad Khan. Hasil angkat untuk pertanyaan ini ditampilkan
pada Gambar 11 berikut:

Pemahaman mahasiswa terhadap pemikiran Ahmad Khan


25

20
Jumlah Mahasiswa

15

10

0
Sangat Setuju Setuju
Axis Title

Gambar 11. Grafik Pemahaman Mahasiswa terhadap Pemikiran Ahmad Khan

12. Pemahaman mahasiswa terhadap pemikiran Paderi, yaitu mahasiswa mampu


memahami pemikiran Paderi. Hasil angkat untuk pertanyaan ini ditampilkan pada
Gambar 12 berikut:

Pemahaman mahasiswa terhadap pemikiran Paderi


16
14
12
Jumlah Mahasiswa

10
8
6
4
2
0
Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu
Gambar 12. Grafik Pemahaman Mahasiswa terhadap Pemikiran Pader
13. Pemahaman mahasiswa terhadap pemikiran K.H. Ahmad Dahlan, yaitu mahasiswa
mampu memahami pemikiran K.H. Ahmad Dahlan. Hasil angkat untuk pertanyaan ini
ditampilkan pada Gambar 13 berikut:

Pemahaman mahasiswa terhadap pemikiran K.H.


Ahmad Dahlan
16
14
12
Jumlah Mahasiswa

10
8
6
4
2
0
Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu

Gambar 13. Grafik Pemahaman Mahasiswa terhadap Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan

14. Pemahaman mahasiswa terhadap pemikiran A.Hasan, yaitu mahasiswa mampu


memahami pemikiran A. Hasan. Hasil angkat untuk pertanyaan ini ditampilkan pada
Gambar 14 berikut:

Pemahaman mahasiswa terhadap pemikiran


A.Hasan
16
14
12
10
8
6
4
2
0
Sangat Setuju Setuju

Gambar 14. Grafik Pemahaman Mahasiswa terhadap Pemikiran A. Hasan


15. Pemahaman mahasiswa terhadap pemikiran Cokroaminoto, yaitu mahasiswa mampu
memahami pemikiran Cokroaminoto. Hasil angkat untuk pertanyaan ini ditampilkan
pada gambar berikut:

Pemahaman mahasiswa terhadap pemikiran


Cokroaminoto
16
14
12
10
8
6
4
2
0
Sangat Setuju Setuju

Gambar 15. Grafik Pemahaman Mahasiswa terhadap Pemikiran Cokroaminoto

E. Penutup
Dari analisa yang telah dilakukan peneliti pada bab sebelumnya dapat diambil
beberapa kesimpulan sebagai berikut: pertama, secara garis besar minat belajar mahasiswa
jurusan SPI semester 4 angkatan 2017 pada pembelajaran mata kuliah Pemikiran Modern
dalam Islam sangat baik, dibuktikan dengan respon mereka dalam pembuatan makalah pada
setiap materi dan dengan diskusi yang berjalan dengan sangat kondusif. Kedua, ada beberapa
problematika yang terdapat dalam proses pembelajaran Pemikiran Modern dalam Islam, yaitu
mahasiswa di dalam pembelajaran terkadang tidak melepaskan paham tradisional yang sudah
melekat pada diri mereka. Hal ini disebabkan karena kurang mampunya melakukan re-
orientasi pemahaman keagamaan dan lemahnya memberikan penafsiran baru dalam rangka
memahami realita kehidupan modern. Ketiga, setelah melalui diskusi yang berlangsung secara
periodik dan kondusif dan pengarahan secukupnya dari dosen, mahasiswa mampu mengubah
cara pandang terhadap pemahaman keagamaan. Apa yang ditawarkan para pemikir modern
bukanlah rekomendasi untuk mengubah doktrin keagamaan. Tetapi, mengubah interpretasi
terhadap pemahaman keagamaan agar ajaran agama tetap dapat berjalan dengan baik dalam
rangka memahami realita.
Islam Moderat merupakan salah satu ciri khas bangsa Indonesia. Islam moderat
mengajarkan masyarakat Indonesia untuk menganut agama Islam dengan damai , terbuka serta
sesuai dengan ideologi Pancasila dengan tidak menghilangkan budaya asli
Indonesia.Penyebaran Islam Moderat perlu dilakukan terutama kepada mahasiswa yang
merupakan generasi pemimpin Indonesia di masa depan. Banyaknya pengikut dari gerakan
dakwah maupun ustadz, menunjukkan keinginan yang kuat dalam diri mahasiswa untuk
memperdalam agama dalam rangka pencarian jati diri. Keadaan ini perlu dimanfaatkan dalam
penyebaran Islam Moderat di Indonesia agar generasi muda Indonesia yang memiliki
padangan yang tebuka dalam beragama. Selain pandangan yang terbuka, Islam moderat juga
mengajarkan toleransi, fleksibel dan selalu mengambil jalan tengah dalam menghasilkan
keputusan. Dengan pemikiran Islam yang moderat, generasi muda Indonesia akan menjadi
generasi yang cerdas dan kritis dalam memahami konflik yang berkaitan dengan agama
sehingga mewujudkan Indonesia yang tidak mudah terpecah belah oleh isu agama yang
digunakan golongan tertentu untuk kepentingan sendiri.
Adapun saran-saran yang disampaikan dalam laporan hasil penelitian ini antara lain :
Era globalisasi yang serba mudah untuk mendapatkan informasi menyebabkan mahasiswa
kurang matang dalam memahami konsep karena informasi di media sosial tidak semuanya
ditulis oleh pakar yang betul-betul memahami konsep tulisannya dengan baik. Hendaknya
mahasiswa lebih selektif dalam memilih informasi yang ada di media sosial, dan hendaknya
mahasiswa belajar lebih giat dalam menggali informasi di perpustakaan agar mendapatkan
informasi yang benar dari buku aslinya yang ditulis oleh pakar, untuk meminimalisir
kesalahan dalam pemahaman pengetahuan, dan bisa meningkatkan pemahaman secara lebih
baik.
Daftar Pustaka

- Al-Zuhaili, Wahbah, al-Washatiyyah Mathlabun Syar 'iyyun wa Hadariyyun. 2010.


Zuhairi Misrawi.. Pandangan Muslim Moderat. Jakarta: Kompas.
- Darlis. 2017. Mengusung Moderasi Islam di Tengah Masyarakat Multikultural.
Rausyan Fikr.
- Dhofier, Zamakhsyari. 1994. Tradi Pesantren; Studi Tentang Pandangan Hidup Kiai.
Jakarta: LP3ES
- Ni’am, Syamsun, 2015. Pesantren: The Miniature of Moderate Islam in Indonesia.
Indonesian Journal of Islam and Muslim Societies
- Ricklefs, M.C. 1979. Six Centuries of Islamization in Java, dalam Nehemia Levtzion
(Ed.),Conversion to Islam. New York: Holmes & Meier Publishers, Inc

Das könnte Ihnen auch gefallen