Sie sind auf Seite 1von 12

1

Tema-Tema Fantasi dalam Komunikasi Kelompok


Muslim-Tionghoa

Arianto
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tadulako
Jln. Soekarno Hatta Km. 9 Kota Palu Sulawesi Tengah
HP. 08124270137, e-mail: toan_utd@yahoo.com

Abstract

The objective of this study was to analysis themes of fantasy in the Muslim-Chinese
communications groups in the city of Makassar. The method used for the analysis method Bormann
(1985) borrow on how to do a fantasy theme analysis. Bormann suggests that researchers should
begin with gathering evidence related to the manifestation of the content of communication
messages as stated below: by collecting evidence related to the manifest content of the commu-
nication. “Manifest content of the message is at the core of the evidence needed to conduct the
analysis includes a fantasy theme” patterns of characterizations, of dramatic situation and ac-
tions, and of setting”. Research results are the themes of fantasy-Chinese Muslim groups, includ-
ing: Virtue Prayer, the theme of Islamic Anti-Violence fantasy, and fantasy themes Nature of
God’s knowledge. Fantasy themes can help members of the Muslim-Chinese interpret social
interaction and create a reality in the group and share the theme fanatasi-Chinese Muslim groups
carried out to establish, maintain, and create empathic communication. The goal is to increase
the commitment to the use of symbols so that they can empathize and have an identity that sets
it apart from other groups, for example, using a symbolic gesture to equalize the group members
thought through what he thinks, says and does. The pattern of shared fantasy themes that are
communicated between the members in developing a common interpretation of their experience
with the interpretation of joint use of symbolic cues.

Abstrak

Tujuan penelitian ini untuk menganalisis tema-tema fantasi dalam komunikasi kelompok Mus-
lim-Tionghoa di Kota Makassar. Metode yang digunakan untuk analisis meminjam metode Bormann
tentang cara melakukan analisis tema fantasi. Bormann (1985) menunjukkan bahwa peneliti harus
mulai dengan bukti yang terkait dengan pengumpulan manifestasi isi pesan komunikasi seperti
dikemukakan berikut ini: by collecting evidence related to the manifest content of the communica-
tion.” Manifestasikan isi pesan merupakan inti dari bukti yang dibutuhkan untuk melakukan analisis
tema fantasi mencakup “patterns of characterizations, of dramatic situation and actions, and of
setting”. Hasil penelitiannya adalah tema-tema fantasi kelompok Muslim-Tionghoa, meliputi: Keutamaan
Shalat, Islam Anti Kekerasan, dan Pengetahuan Sifat Allah. Tema-tema fantasi tersebut dapat membantu
anggota kelompok Muslim-Tionghoa menafsirkan interaksi dan menciptakan realitas sosial dalam
kelompoknya dan berbagi tema fantasi kelompok Muslim-Tionghoa dilakukan untuk menjaga, meme-
lihara, dan menciptakan komunikasi empatik. Tujuannya meningkatkan komitmen pada penggunaan
simbol sehingga mereka dapat berempati dan memiliki identitas yang membedakannya dari kelompok
lain, misalnya, menggunakan isyarat simbolik untuk menyamakan pikiran anggota kelompok melalui
apa yang dipikirkan, dikatakan, dan dilakukannya. Pola berbagi tema-tema fantasi yang dikomunikasikan
antara anggota dalam mengembangkan penafsiran umum dari pengalaman mereka dengan interpretasi
bersama menggunakan isyarat-isyarat simbolik.
Kata kunci : tema fantasi, komunikasi kelompok, dan konvergensi simbolik
2 Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 10, Nomor 1, Januari-April 2012, halaman 1-12

Pendahuluan yang penting dalam mengurangi ketegangan


kelompok (tension release) bahkan mampu me-
Kelompok Muslim-Tionghoa di Kota Ma- ningkatkan kesolidan dan kekompakan (kohe-
kassar tergolong dinamis dan pandai berbahasa sifitas) kelompok mereka.
Makassar dalam berkomunikasi. Selain persentase Analisis tema fantasi (fantasy theme)
pertambahan keanggotaan kelompoknya yang merupakan instrumen dari konvergensi simbolik
terus bertambah, mereka memiliki banyak kegi- (Borman, 1972; Cragan dan Shield,1985). Tema
atan, misalnya: pengajian dan arisan, kajian tafsir fantasi merupakan makna, perhatian, keuntungan
Al-Quran dan Hadist, peringatan hari besar Is- yang jelas dapat diperoleh secara terbuka atau ter-
lam, dan berbagai kegiatan sosial adalah sebagaian sembunyi dari isi pesan (Bormann 1972). Se-
kegiatan kelompok yang di lakukan kaum Mus- lanjutnya, Cragan dan Shield (1985) bahwa “re-
lim-Tionghoa di Kota Makassar. ality is created symbolically” atau suatu realitas
Berbagai kegiatan itu sebagai sarana untuk merupakan simbolisasi yang diciptakan, di mana
mereka berdiskusi dalam suasana penuh keke- orang-orang membangun persepsi mereka dari
luargaan berbagi hal seperti: berkaitan dengan ka- realitas, dan persepsi ini menempatkan mereka
jian keagamaan, peristiwa-peristiwa bersifat sosial- lebih mengerti dan dapat meramalkan suatu realitas,
budaya, dan berbagai hal pengalaman hidup dalam termasuk komunikasi dengan individu lainnya
kehidupan sehari-hari mereka. Hal itu kemudian (Bormann, 1972) Benoit L. William, Klyyukovsky
menjadikan sesama warga muslim yang beretnik A. Andrew, dan Airne David, (2001:380).
Tionghoa menjadi rukun, harmonis, akrab, keke- Berdasarkan uraian latar belakang pe-
luargaan, terbuka dan saling berbagi cerita maupun nelitian di atas peneliti ingin mengungkapkan
pengalaman dalam kelompok, mereka lebih kom- tema-tema fantasi dalam kelompok Muslim-
pak bersama (Hasil Wawancara dengan Bapak Tionghoa. Tema-tema fantasi kelompok Muslim-
John Adam FK Pembina Imam Tauhid Islam Tionghoa di kota Makassar melalui perilaku ko-
(DPD PITI) kota Makassar, 7 September 2009). munikasi dalam kelompok dan untuk meng-eks-
Proses ini menciptakan harmonisasi de- plorasi dan menemukan karateristik retoris tema-
ngan menggunakan cara yang diungkapkan di tema fantasi tersebut.
atas maka perlu dikaji pandangan anggota dalam
kelompok dengan menggunakan pola naratif atau Konvergensi Simbolik dalam Kelompok
wacana dialektik dalam berkomunikasi kelompok
akan realitas yang dipandu oleh cerita-cerita yang Pemikiran Bormann (1982:51) merupakan
merefleksikan bagaimana sesuatu itu dipercaya, hasil mengembangkan konsep pemikiran Bales
dimengerti, dipahami, dan diaplikasikan. Cerita- yang menjelaskan bahwa teori konvergensi
cerita ataupun yang di sebut tema fantasi dibagi simbolik adalah teori komunikasi yang menjelaskan
melalui interaksi simbolik dalam kelompok, dan bagaimana orang secara kolektif membangun
kemudian dihubungkan dari satu orang ke orang kesadaran simbolik yang sama yang mengandung
lain ataupun dari suatu kelompok ke kelompok makna, emosi, dan motif untuk beraksi. Seperti
lainnya, terbagi dalam suatu pemahaman kerangka penjelasan berikut ini;
konsep konvergensi simbolik. “Symbolic Convergence Theory is a gen-
Wacana dialektik itu membawa suatu eral communication theory that explains
kajian analisis tema fantasi dalam kelompok Mus- how people collectively build a common
lim-Tionghoa di kota Makassar menjadi menarik symbolic consciousness that provides
di kaji dan ditelusuri berdasarkan pengembangan meaning, emotion, and motive for action.”
penerapan pemikiran Robert Bales dan Bormann “Symbolic Convergence Theory explains
ini. Proses ini berlangsung di saat kecenderungan how humans come to share a common sym-
anggota-anggota kelompok Muslim-Tionghoa bolic reality.”
menjadi dramatis dan kemudian berbagi cerita, Penekanan tentang teori konvergensi sim-
lelucon, kisah, ritual, perumpamaan atau permainan bolik adalah upaya menjelaskan bagaimana orang
kata-kata (wordplay) ternyata memiliki dampak secara kolektif berdasarkan kesadaran simbolik
Arianto, Tema-Tema Fantasi dalam KomunikasiKelompok Muslim-Tionghoa 3

yang sama berkomunikasi untuk menyampai- sebagaimana dikemukakan di atas penelitian-


kan makna, emosi, dan motif untuk berperilaku. penelitian awal yang kemudian memunculkan teori
Konvergensi simbolik menjelaskan bagaima- ini berlangsung dalam konteks komunikasi
na manusia saling berbagi realitas simbolik yang kelompok. Dengan demikian tidak mengherankan
sama. bila kemudian para pakar komunikasi seperti Grif-
Teori konvergensi simbolik diilhami dari fin, Saiwen dan Stack, Hirogawa dan Poole, dan
hasil riset Rober Bales (1950,1970) kemudian Miller menempatkan teori ini dalam konteks
dijelaskan Bormann (1982:51) mengenai analisis komunikasi kelompok.
proses interaksi komunikasi yang berlangsung Postulat teori konvergensi simbolik ber-
dalam kelompok-kelompok kecil. Proses dina- langsung melalui percakapan yang memper-
misasi dan pola berbagi fantasi pada kelompok temukan pesan antar mereka, mengembangkan
(Dynamic Process Sharing of Group Fanta- realitas simbolik dengan menyediakan makna,
sies). Proses dinamisasi dari berbagi fantasi ke- emosi, dan motif untuk bertindak (Bormann,
lompok dalam fenomena komunikasi yang bera- 1985). Dengan interaksi, ragam keanggotaan
nekaragam. Mulai dari satu atau lebih orang yang kelompok (publik) akan mencipatakan realitas
berpartisispasi dalam isi naratif untuk pesan yang sosial yang dibagi (intersubjectivity) sebagai
dramatik. bentuk tema fantasi dan retorika vision. Kemudian
Konsep teori konvergensi simbolik juga interaksi dalam kelompok, berupa simbol (kata,
seperti dijelaskan Benoit L. William, Klyyukovsky metapora, gambar) yang mempunyai kekuatan
A. Andrew, & Airne David,( 2001:380) bagai- untuk mengstimulasi fantasi-fantasi, adalah
mana menciptakan, menjaga, dan mengizinkan disampaikan oleh individu ke individu lainnya
orang meningkatkan komunikasi empatik seperti melalui komunikasi dan tindakan antar mereka
mempertemukan pikiran simbolik yang diberikan. (Bales,1970). Seperti yang dikemukakan dalam
Pikiran simbolik ini menyebabkan kecenderungan teorinya Bormann (1990) bahwa “the sharing
manusia untuk menginterpretasi tanda-tanda dan of group fantasies creates symbolic conver-
objek-objek dan makna yang dibagi bersama. gence”. Dengan demikian inti teori ini dimulai pa-
Manusia memiliki kecenderungan membawa da pandangan individu akan realitas yang dipandu
interpretasi ini apa yang dipikirkan, dikatakan, dan oleh cerita-cerita yang merefleksikan bagaimana
dilakukan. Manusia berkumpul untuk membuat sesuatu itu dipercaya. Cerita atau tema-tema fan-
gambaran tindakan simbolik (mereka meng- tasi tersebut diciptakan melalui interaksi simbolik
atribusikan makna tersebut), sebagaimana diu- dalam kelompok kecil, dan kemudian dihubung-
raikan dalam teori atribusi yang menghubungkan- kan dari satu orang ke orang lain dan dari satu
nya dengan aspek konvergensi simbolik. kelompok ke kelompok lain untuk menciptakan
Konvergensi mengarah pada cara, dimana sebuah pandangan dunia yang terbagi (Littlejhon
selama proses hasil konteks komunikasi, dua atau and Foss, 2006a:165).
lebih dunia pribadi simbolik terhadap yang lain, Berdasarkan pemahaman konvergensi
menjadi kompleks bersama, atau saling tumpang simbolik di atas, Cragan dan Shields (1981:200-
tindih dalam Benoit L. William, Klyyukovsky A. 201) mengidentifikasi empat konsep dasar dari
Andrew, dan Airne David, (2001:381) terjadi ke- teori sosial konvergensi ini yang meliputi; (1) Tema
tika masing-masing atau beberapa orang mengem- Fantasi (Fantasy Theme): Tema fantasi adalah
bangkan dunia simbolik pribadi mereka untuk istilah utama dalam teori konvergensi sosial. Tema
saling melengkapi, seperti hasil dari konvergensi fantasi bertindak sebagai distributor dari isyarat
simbolik, sehingga mereka memiliki dasar untuk simbolik (symbolic cue), tipe fantasi, dan saga;
menyampaikan kepada yang lain untuk men- (2) Isyarat simbolik (Symbolik Cue)þ: isyarat
ciptakan komunitas, untuk mendiskusikan penga- simbolik dibuat dari kode, kata, frase, slogan,
laman bersama, dan untuk menciptakan pema- bahkan tanda-tanda nonverbal atau gerak tubuh;
haman bersama. (3) Tipe Fantasi (Fantasy Type)þ:Tipe fantasi
Selain itu, teori ini dapat juga diaplikasi- adalah pengulang tema fantasi; (4) Saga: saga
kan pada berbagai konteks komunikasi, namun adalah ungkapan-ungkapan yang sering diceritakan
4 Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 10, Nomor 1, Januari-April 2012, halaman 1-12

berupa bentuk pencapaian atau kejadian-kejadian Pemahaman dari fantasi kelompok dapat
dalam hidup dari seseorang, sekelompok orang, ditemukan dalam teks lisan dan pesan-pesan
organisasi, komunitas, atau bahkan sebuah tertulis dalam bentuk “fantasy themes” atau fan-
Negara. tasy types”. Dimana hal ini terjadi oleh Bales
dijelaskan bahwa pada saat-saat tegang, ke-
Analisis Tema-Tema Fantasi Kelompok lompok-kelompok akan menjadi dramatik dan
berbagi cerita, atau tema-tema fantasi. Secara
Perspektif dan analisis tema fantasi sebagai spesifik salah satu cara kelompok-kelompok me-
kritikal metode untuk retorika kritik. Bormann lepaskan ketegangannya adalah dengan cara
(1972:21) menggambarkan bahwa analisis tema “narative” atau mendramatisir. Seperti dikem-
fantasi sebagai sebuah instrumen untuk meng- ukakan Bormann (1982:52) berikut; Fantasy
evaluasi sebuah wacana retorik, yang mana di- theme are often narrative about living people
fokuskan pada pesan komunikasi, seperti dike- or historic personage or about an envisioned
mukakan berikut bahwa; future. Berdasarkan hal tersebut tema fantasi
“…fantasy theme analysis as a tool for dijelaskan sebagai cerita atau narratives dimana
evaluating a rhetorical discource, which fo- membantu anggota kelompok menerjemahkan (in-
cuses on the message, as opposed to the terpret) interaksi kelompok dan lingkungan
speaker (source), audience, or the situ- disekitar mereka. Tema fantasi berkembang ketika
asion”. anggota kelompok dengan aktif terlibat dalam
Lebih lanjut, Bormann (1972) dalam Bor- dramatisasi, mengelaborasi, dan memodifikasi
mann, Cragan, dan Sheild,1994;32-33) mengiden- pesan atau cerita dalam kelompok.
tifikasikan dua tingkatan level tema fantasi yaitu; Dengan cara ini, cerita di depan umum
level pertama, tema fantasi dan visi retorik (rhe- dibagi bersama di dalam kelompok demikian pula
torical vision), yang kemudian menambahkan secara pribadi digunakan bersama oleh masing-
level lanjutan tentang tipe fantasi (fantasy tipe). masing anggota kelompok. Tema fantasi ber-
Dasar unit analisis adalah tema fantasi, yang mana hubungan dengan kultur kelompok kecil dalam arti
isi dramatisasi pesan mencetuskan rangkaian fantasi bahwa cerita-cerita mengungkapkan identitas dan
“is the content of the dramatizing message that nilai dasar kelompok. “Fantasi” dalam kajian tema-
sparks the fantasy chain”. Tema fantasi menjadi tema fantasi ini bukanlah fantasi yang berbentuk
pengalaman dan dipertahankannya persepsi yang cerita khayalan atau gambaran “erotis” di kepala
dibagi bersama terhadap sejumlah realitas anggota anggota-anggota suatu komunitas kelompok.
kelompok. Fantasi dalam artian dapat berbentuk senda-gurau
Dalam kelompok anggota mengubah atau cerita-cerita antar anggota kelompok yang
sebuah kesepakatan panjang dalam bentuk wa- berfungsi untuk menurunkan ketegangan, ber-
cana aktual. Selanjutnya, tema fantasi diekspre- bentuk hal-hal atau pandangan-pandangan formal
sikan dalam sebuah ungkapan (phrase), kalimat dan serius untuk bersama-sama mencapai tujuan
(sentence), atau sebuah paragrap, kadang-kadang kelompok. Secara rinci Bormann (1985:32-33),
anggota kelompok mengembangkan isyarat sim- menyebutkan bahwa fantasi berupa: “...a code
bolik (symbolic cue) yang mana merupakan se- word, phrase, slogan, or nonverbal sign or ges-
buah kode, ungkapan, slogan, atau sebuah tanda ture: it may be a geographical or imaginary
verbal atau gesture seperti dikutip Cragan dan placed or the name of a persona: it may arouse
Shields (1995) dalam Benoit L. William, Klyyu- tears or evoke anger, hatred, love and affec-
kovsky A. Andrew, dan Airne David, (2001:380- tion as well as laughter and humor....”.
381) “a code word, phrase, slogan, or even a Fantasi secara teknis dijelaskasn Borman
nonverbal sign or gesture. Sebuah isyarat simbol (1985:35) dalam teori konvergensi simbolik
merupakan bentuk dari tema-tema fantasi. Seperti merupakan hasil interpretatif dari peristiwa yang
isyarat-isyarat yang dapat dianggap sebuah teka- memenuhi kebutuhan psikologis atau retoris dalam
teki bagi orang luar tetapi dimaknai secara tuntas bentuk imajiner atau tidak didasarkan pada
oleh anggota-anggota kelompok. kenyataan, seperti dijelaskannya:
Arianto, Tema-Tema Fantasi dalam KomunikasiKelompok Muslim-Tionghoa 5

“Fantasy is a technical term in the sym- terangkai dalam visi retoris kelompok. Materi
bolic convergence theory and does not dramatik ini tindakan dan pengaturan tema fan-
mean what it often does in ordinary usage, tasi. Material dramatik mencakup “patterns of
that is, something imaginary, not grounded characterizations…, of dramatic situation and
in reality. The technical meaning for fan- actions…, and of setting…” (Bormann, 1985:
tasy is the creative and imaginative inter- 401).
pretation of events that fulfills a psycho- Penentuan informan penelitian ini dilakukan
logical or rhetorical need”. dengan menggunakan teknik non-probability sam-
Penggunaan fantasi bersifat simbolisasi pling atau non-random jenis purposive sam-
bertujuan untuk mengulang fantasi, di mana ang- pling. Purposive sampling berfokus pada pe-
gota kelompok berpartisipasi di samping mela- milihan kasus (individu) yang memiliki informasi
kukan kelakar yang hanya untuk kelompok itu tertentu yang dapat menjawab pertanyaan pe-
sendiri. Penggunaan fantasi adalah hasil mere- nelitian (Patton, 2002). Dalam purposive sam-
konstruksi kesadaran yang terkandung dalam pling, peneliti telah menentukan terlebih dahulu
berbagi fantasi retoris dari masa lalu harus sangat karakteristik kelompok kecil yang akan diobser-
bergantung pada peninggalan jejak pesan yang vasi langsung, yaitu; (1) kelompok diskusi yang
menciptakan fantasi mereka. Bormann dan be- terdiri dari tiga atau lebih orang Muslim-Tionghoa;
berapa orang ahli komunikasi lainnya menjelas- (2) kelompok dipilih dari kombinasi yang diuraikan
kan bahwa analisis tema fantasi menganalisis dan dielaborasi proses interaksi kelompok sebagai
hubungan antara fantasi orang-orang ketika mereka proses kerjasama dalam kelompok; (3) kelompok
bercerita dengan orang lainnya dan tingkatan yang berinteraksi dalam situasi tertentu dan spon-
kohesi di antara mereka. Kemudian, Stephen W. tanitas yang memberikan respon dramatisasi pesan
Littlejohn dan Foss (2008) dalam buku Theories atau berfantasi, isyarat simbolis, dan kelakar se-
of Human Communication memberi penjelasan bagai bagian tema-tema fantasi komunikasi ke-
tema-tema fantasi atau cerita diciptakan melalui lompok; (4) selanjutnya, proses komunikasi ke-
interaksi simbolik atau bentuk komunikasi dalam lompok tersebut memiliki kualitas dari reaksi rantai
kelompok kecil dan kemudian dihubungkan dari suatu proses yang memperkuat sendiri kelompok.
satu orang ke orang lain dan dari satu kelompok Unsur-unsur tersebut menjadi unit simbolis yang
ke kelompok lain untuk menciptakan sebuah dapat dipelajari dan dianalisis oleh peneliti.
pandangan dunia yang terbagi. Penentuan informan dalam penelitian
yang menggunakan metode penelitian kualita-
Metode Penelitian tif. Seperti yang dikemukakan Bogdan Taylor yang
dikutip Isyanto Bekti (dalam Jurnal Ilmu Komuni-
Metode yang digunakan untuk analisis kasi, 2011:20), metode kualitatif sebagai suatu
meminjam metode Bormann tentang cara me- prosedur penelitian yang menghasilkan data des-
lakukan analisis tema fantasi. Bormann menun- kriptif berupa kata-kata tertulis ataupun lisan dari
jukkan bahwa peneliti harus mulai dengan bukti orang-orang dan perilaku yang diamati, yang dia-
yang terkait dengan pengumpulan manifestasi isi rahkan pada latar dan individu secara holistik dan
pesan komunikasi seperti dikemukakan berikut ini: menyeluruh.
“by collecting evidence related to the manifest Penelitian ini berlangsung di wilayah Kota
content of the communication...” (Bormann, Makassar Propinsi Sulawesi Selatan. Lokasi pe-
1985:401). Manifestasikan isi pesan merupakan nelitian dengan pengumpulan data observasi-
inti dari bukti yang dibutuhkan untuk melakukan partisipan berlangsung di beberapa tempat, se-
analisis tema fantasi. Memilih manifes isi pesan perti, di rumah-rumah Muslim-Tionghoa, di Aula,
penting untuk dapat memberikan data-data yang dan Mushollah STIMIK Kharisma Makassar, serta
diperlukan. Isi pesan sebagai “artefak” dari di pelataran Masjid di Kota Makassar.
penelitian. Pengumpulan data pada pendekatan studi
Kemudian, menemukan dan menggam- kasus berupaya mendeterminasikan luasnya
barkan narasi dari dramatisasi pesan yang telah cakupan kehidupan sosial subjek dengan meng-
6 Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 10, Nomor 1, Januari-April 2012, halaman 1-12

gunakan berbagai sumber data. Sehingga beberapa memerankan drama-drama dalam sesi kelompok
teknik pengumpulan data yang digunakan dalam kecil. Dalam sebuah percakapan kelompok kecil,
penelitian ini adalah; (1) Observasi-partisipan pesan-pesan didramatisasi dalam konteks situasi
(Partisipan observer); (2) Wawancara mendalam di masa lalu, masa depan, di luar, atau dalam
(In-depth Interview); dan (3) Metode Doku- kelompok. Fantasi kelompok Muslim-Tionghoa,
menter (Documenter method). Tahapan analisis kemudian muncul dalam bentuk wacana retorik
data kualitatif bersifat induktif berusaha memahami dari proses psikologis yang terungkap dalam men-
proses sosial yang berlangsung dan makna dari dramatisir pesan.
fakta-fakta nampak, dengan langkah-langkah Selanjutnya, tema fantasi merupakan hasil
sebagai berikut; pertama, reduksi data (data re- “reaksi berantai” berbentuk rangkaian fantasi yang
duction), kedua, penyajian data (data display), dibagi bersama di antara mereka dalam kelompok.
dan ketiga, penarikan kesimpulan (conclusion Anggota kelompok mendramatisasi, merespon
drawing and verfication). dengan interpretatif rangkaian fantasi untuk
membangun kesadaran bersama kelompok. Ana-
Hasil Penelitian dan Pembahasan lisis tema fantasi menawarkan bentuk kritik retoris
yang melihat bagaimana mendramatisasi dalam
Berbagi tema-tema fantasi dalam ke- komunikasi menciptakan realitas sosial untuk
lompok kecil yang menjadi episode komunikasi kelompok masyarakat. Proses dramatisasi rang-
kelompok, membentuk dasar untuk kebersamaan kaian fantasi atau isyarat simbolik, atau lelucon juga
dalam kelompok kecil Muslim-Tionghoa di Kota terdapat dalam fantasi bersama kelompok Mus-
Makassar. Berbagi cerita fantasi membantu lim-Tionghoa.
anggota kelompok Muslim-Tionghoa menciptakan Hasil observasi-partisipan peneliti dalam
suatu realitas sosial yang menunjukkan bagian dari percakapan informal kelompok Muslim-Tionghoa
kelompok itu dan bukan bagian kelompok itu. kota Makassar, yang terdiri dari tiga sampai enam
Gambar berikut ini diciptakan untuk memvisu- orang Muslim-Tionghoa yang merangkaian fantasi
alisasikan dan garis besar proses penciptaan tema- kelompok. Mereka berkumpul bersama secara
tema fantasi kelompok dalam komunikasi ke- spontan pada pertemuan berbagi kegiatan rutin
lompok Muslim-Tionghoa. “Pengajian dan Arisan Mingguan”, “Peringatan
Hari Besar Keagamaan”, dan berbagai kegiatan
Berbagi Tema-Tema Fantasi dalam keagamaan dan sosial Persatuan Islam Muslim-
Kelompok Muslim-Tionghoa Tionghoa d/h Pembina Imam Tauhid Islam (PITI)
di Kota Makassar menciptakan rangkaian isi dra-
Kajian tema fantasi kelompok Muslim- matisasi pesan fantasi merupakan tema fantasi
Tionghoa di Kota Makassar, dimulai dengan kelompok sebagai berikut;
Arianto, Tema-Tema Fantasi dalam KomunikasiKelompok Muslim-Tionghoa 7

Tema Fantasi: Keutamaan Shalat goyangkan jempol tangan-kanan), karena


biasa dia bikin tunggu..”.
Tanggapan dramatisasi pesan Rf kepada Kemudian, dalam rangkaian dramatisasi isi
JA mengandung narasi atau fantasi respon dari isi pesan Rf dan Tk, memperjelas dan mencoba
ceramah yang mengingatkan isi pesan ceramah. membela diri serta menyangkal walaupun akhirnya
JA berinisitif memulai berbagi cerita mengingatkan ada pengakuan, bahwa shalatnya tetap dilak-
isi pesan ceramah yang disampaikan ustad Badar, sanakan walau tidak tepat waktu dan bukan karena
kemudian ke anggota kelompok lainnya secara aktif takut sama istri. Dramatisasi yang sama diberikan
terlibat dalam mendramatisasi sebagai respon TM dengan bahasa nonverbal dengan cara meng-
bersama dengan cara, bercerita, merespon, me- angkat dan menggoyangkan jempol tangan kanan,
modifikasi, dan senda gurau. ungkapan penilaian akan kebenaran yang terjadi
Dramatisasi yang mengandung narasi dan pada anggota kelompok
permainan kata-kata fantasi tentang menjadi ...kalau pa’ Rf kuakui juga rajin ikut pengajian
seorang muslim harus mendahulukan mengerjakan dan shalat berjamaah (sambil mengangkat
shalat lima waktu, seperti dituturkan berikut : dan mengoyangkan jempol tangan kanan).
...”kalau kita mau benar-benar menjadi se- Dramatisasi fantasi dalam tema fantasi
orang muslim yang baik kita harus menja- keutamaan shalat mengandung cerita fantasi dalam
lankan rukun Islam, terutama shalat lima waktu bentuk narasi, penjelasan, dan ungkapan perilaku
harus diutamakan, tepat waktu. Te’ ako (ja- nonverbal atau gestura dengan mengangkat dan
ngan hanya) dua atau tiga kali sehari, kurang menggoyangkan jempol tangan kanan tangan yang
itu Bos, harus ki’ usaha jangan ada yang ke- dapat menempatkan partisipan kembali kepada
tinggalan dan tidak tepat waktu, jangan ki’ cerita dan makna bersama. Dimana, rangkaian
tunda-tunda..”. tindakan dengan isyarat simbolik sebagai petunjuk
Selanjutnya, TM kemudian mendramatisir lain bahwa kelompok berbagai suatu fantasi umum
fantasi JA dengan interupsi permainan kata pe- dalam kelompok. Fantasi berupa simbol-simbol
nyangkalan dengan penuh candaan dengan meng- yang memiliki arti merujuk perasaan positif pada
gunakan perumpamaan orang sakit; apa yang dipahami bersama kelompok.
.....”kalau dua atau tiga kali sehari shalat ta’, Keutamaan shalat merupakan tema fantasi
tea’ mo ko (tidak usah saja), talewwa-lewwa yang dipilih berdasarkan rangkaian isi dramatisasi
mi (keterlaluan) tawwa... singkamma pesan yang menceritakan rangkaian fantasi per-
(seperti) orang sakit yang minum obat setiap sonal anggota kelompok dalam suatu konteks
hari..”. percakapan yang bersifat santai dan lepas dalam
Berbagi fantasi berlanjut dari respon pertemuan kelompok. Dramatisasi fantasi dalam
dramatisasi Rf mengandung penjelasan fantasi tema fantasi keutamaan shalat mengandung cerita
tentang pengalaman dalam kondisi masa lampau fantasi dalam bentuk narasi, penjelasan, dan
dan sekarang : ungkapan perilaku nonverbal atau gestura dengan
..” sampai saat ini mencoba mendahulukan “mengangkat dan menggoyangkan jempol tangan
shalat lima waktu, memang awalnya sulit kanan tangan” yang dapat menempatkan anggota
dilakukan, lama kelamaan jadi terbiasa mi’ kelompok kembali kepada cerita dan makna
kurasa..sudah lengkap dan tepat waktu mi’, bersama. Dimana, rangkaian tindakan dengan
kalau di rumah berjamaah dengan istri dan isyarat simbolik sebagai petunjuk lain bahwa
anakku..”. kelompok berbagai suatu fantasi umum dalam
Respon dramatisasi cerita fantasi berlanjut kelompok. Fantasi berupa simbol-simbol yang
dengan respon khas JA menggunakan isyarat memiliki arti merujuk perasaan positif pada apa
simbolik sebagai pengakuan perilaku positif, telah yang dipahami bersama kelompok.
melaksanakan shalat tepat waktu: Karakteristik retoris tema fantasi ini ter-
“Kalau pa’ Rf kuakui rajin ki’ (sambil mem- gambar bahwa para peserta memahami keuta-
berikan tanda mengangkat dan meng- maan pelaksanaan shalat lima waktu sebagai ben-
8 Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 10, Nomor 1, Januari-April 2012, halaman 1-12

tuk ibadah utama dalam Islam, ditandai dengan berita. Apalagi berita tentang Kota Makassar
dramatisasi fantasi pribadi dalam percakapan banyak-banyak kejadian kerusuhan, per-
kelompok, sementara fantasi menjadi karakteris- kelahian, demo anarkis mahasiswa, dan lain-
tik retoris yang menonjolkan penyadaran diri se- lainnya. Padahal semua orang tidak suka ke-
bagian anggota kelompok tentang kewajiban kerasan, dan Islam tidak mengajarkan ke-
melaksanakan shalat lima waktu. Pola interaksi kerasan!”
terjadi terbuka, bersahabat, dan tidak saling me- Selanjutnya, Ri dan HG mendramatisasi
nyalahkan menyebabkan fantasi berkembang dengan bercerita menyarankan pihak mahasiswa
secara positif. Karakteristik retorisnya juga meng- yang demo tidak mengganggu orang lain, misalnya,
utamakan peristiwa masa lalu, dan anggota tidak bikin kemacetan. Mereka mengistilahkan
kelompok difungsikan sebagai individu yang kejadian terjebat dalam kemacetan yang dialaminya
memiliki cerita pengalaman berbeda. menyebabkan pulang ke rumah terlambat karena
Sebuah fantasi dapat memenuhi beberapa berjalan seperti “kura-kura”.
fungsi bagi sebuah kelompok, fantasi-fantasi yang ...”Pernah kita juga waktu jadi mahasiswa
dipergunakan mulai membentuk polarisasi antara demo tapi kalau demo ki tidak mengganggu
mereka, berguna untuk menciptakan rasa orang lain. Tidak seperti sekarang kalau ada
kebersamaan dalam mencapai tujuan bersama, demo di Urip Sumaharjo, macet pete-pete
seperti, kategori tema fantasi shalat berjamaah. dan kendaraan lain terhalangi untuk jalan...
Tema fantasi yang ada dalam kehidupan kelom- karena macet dan jalan seperti “kura-kura”
pok ini berasal dari dan berpedoman Al-Qur’an dan ...”talewa-lewa menton ki (keterlaluan)..
dan Hadist, penerapannya dapat berguna sebagai Mahasiswa juga agamanya Islam, bagaimana
sarana silahturahim antara mereka maupun orang tidak yang demo mahasiswa universitas Is-
muslim lainnya. lam...”
Kemudian, Ri dan BG merespon dengan
Tema Fantasi : Islam Anti kekerasan mendramatisasi lanjut dengan bercerita bahwa
melihat agama seseorang tidak berdasarkan ke-
Hasil percakapan komunikasi kelompok pada perilakunya dan Islam bukan agama menga-
Muslim-Tionghoa yang berlangsung interaktif jarkan kekerasan :
dan aktif. Rangkaian dramatisasi fantasi dimulai ..”melihat atau menilai agama bukan dengan
MT menguraikan pengalaman pribadinya meli- melihat tingkah laku atau kelakuan orangnya
hat realitas mahasiswa berdemo berbeda pada dulu atau penganutnya. Jika itu dasar memandang
dan sekarang, saat ia menjadi mahasiswa: kebenaran agamanya, pasti mi’ salah dan akan
...”saya juga pernah mendengar orang bilang kecewa, salah-salah kita akan jadi tidak mau
begitu. Tapi memang mahasiswa sekarang beragama, atheis..dan “..yakin pada Islam saja
beda. kita juga mantan mahasiswa Islam tapi beserta ajarannya, karena tidak setuju kah
tidak anarkis. Kemarin saja di TV One Live, yang mereka yang suka kekerasan dan me-
terutama bentrok mahasiswa. Demo-demo maksakan kehendak..apalagi na’ bilang-bilangi
mahasiswa, mungkin anggapan mereka Islam suka kekerasan..”.
mahasiswa kan rata-rata orang Islam, kemarin Demikian juga SG mendramatisirnya
juga kejadian mi seng’ (lagi) di Universitas dengan memberikan pembenaran cerita fantasinya
Muslim Islam, Universtas Negeri Makassar, bahwa Islam mengajarkan toleransi sebagaimana
dan Univesitas Islam Makassar, bentrok apa- dijarkan dalam Al-Quran;
rat dengan mahasiswa, saling lempar batu. Ke- ...”Kita sebagai muslim hendaknya mema-
kerasan mi menjadi kebiasaan nah’, tiap ada hami saja agama Islam yang paling menga-
demo, diliput lagi media, bisa dilihat semua jarkan toleransi, ada ayat dalam Al Quran
orang”, yang menyatakan “Lakum dinukum wali-
Kemudian hasil respon dari cerita SG; yadin, artinya untukmulah agamamu, un-
..”Banyak orang non-muslim memandang Is- tukkulah agamaku” (Surat Al Kafirun ayat
lam adalah kekerasan seperti dilihat di berita- 6)...”.
Arianto, Tema-Tema Fantasi dalam KomunikasiKelompok Muslim-Tionghoa 9

Rangkaian isi fantasi personal kelompok Wardhania untuk rujukan sifat keesaan Allah SWT.
yang menguraikan fantasi anggapan bahwa agama Rangkaian cerita fantasi ketika respon dramati-
Islam anti kekerasan dengan setting maraknya aksi sasi dimulai JA penegasan perbedaan sifat Allah
demo anarkis yang dilakukan oleh mahasiswa Wahdaniah dengan nama teman Wardania:..”
perguruan tinggi Islam merupakan rangkaian dra- Teman sendiri di lupa Bu..Kalau ibu Wardaniah,
matisasi pesan. Tema fantasi ini dipilih berdasar- itu pernah ketemu saya dan berniat ikut gabung
kan rangkaian dramatisasi personal dalam kon- dengan kita.”.
teks situasi perbincangan santai dan lepas yang se- Dramatisasi yang sama TM dengan dra-
lalu dibicarakan saat terjadi pertemuan kelompok. matisasi bahwa yang dimaksud adalah Wahdani-
Ungkapan rangkaian dramatisasi ini seba- ah dengan menyebut bahwa sifat Allah tidak hanya
gai upaya yang memungkinkan bagi anggota ke- Wahdaniah:
lompok untuk hadir atau menunjukkan pikirannya ...” Wahdaniah tawwa pa’ Haji...,beda huruf
kepada kelompok sebagai pengalaman bersama. h dan r...Ada juga itu sifat Allah Qiyamuhi
Rangkaian fantasi yang dibagi dalam ke- Binafsihi (Berdiri dengan sendirinya) dan
lompok tentang Islam anti kekerasan menya-jikan Mustahil Allah itu Iftiqoorullah (Berhajat
fantasi-fantasi bersama bahwa Islam seba-gai atau butuh) pada makhluknya...”
agama yang mengajarkan anti kekerasan, meng- Respon dramatisasi lanjutan JA dengan
ambil kasus mahasiswa Islam yang suka demo tersenyum dengan memuji pengetahuan TM.
dengan kekerasan dan pendapat orang lain tentang Selanjutnya, menguraikan bahwa sifat Wahdaniah
Islam, ditanggapi berbeda lengkap dengan tuntunan Allah SWT ada dimuat dalam Al-Quran surah
dasar hukumnya dari Al-Qur’an yang mengajarkan Al-Baqarah (163) : “Dan Tuhanmu adalah Al-
bagaimana agama Islam itu. Tema fantasi di atas lah yang Esa, tiada Tuhan selain Dia, Pengasih
direplikasikan ke dalam tindakan retoris masya- dan Penyayang” diakhiri dengan tertawa, untuk
rakat luas Kota Makassar ke dalam tindakan re- membuat kondisi percakapan tidak terkesan serius
toris lebih sempit dalam kelompok. dan membosankan. RT mendramatisasi dengan
Tema fantasi Islam anti kekerasan ini cara menginterupsi pengalihan percakapan,
berlangsung dengan karakteristik retoris yang mengingatkan bahwa ia yang mengajak Wardaniah
dominan yaitu pola komunikasi kelompok yang ketemu JA, kemudian Ia dan TM mengajaknya
sangat terbuka dan akrab, dengan tidak adanya untuk ikut Arisan dan Pengajian mingguan, namun
tidak kesepakatan fantasi pribadi di antara berhalangan karena baru melahirkan.
anggota-anggota kelompok. Karakteristik reto- Fantasi pribadi anggotanya berfungsi
risnya juga lebih mengutamakan orientasi atau sebagai fantasi pribadi masing-masing yang terbagi
peristiwa pengalaman masa lalu, gambaran dalam kelompok, solidaritas mulai terbangun
pengalaman masa lampau dan beragam diskusi di dengan karakteristik kelakar mulai diciptakan.
antara mereka. Fantasi pribadi anggotanya Fungsi interaksinya pada dasarnya dirancang un-
berfungsi sebagai fantasi pribadi masing-masing tuk mendapatkan masing-masing anggota me-
yang terbagi dalam kelompok. Fungsi interaksinya mandang pribadi Muslim-Tionghoa sebagai bagian
pada dasarnya dirancang untuk mendapatkan utuh dari indentitas diri mereka atau perilaku
masing-masing anggota memandang pribadi Mus- kelompok. Berbagi fantasi pengetahuan sifat Al-
lim-Tionghoa sebagai bagian utuh dari identitas diri lah ini merupakan perilaku mereka sebagai sebuah
mereka atau perilaku kelompok. Berbagi tema komitmen subkultur bersama dalam kelompok
fantasi ini merupakan perilaku mereka sebagai Muslim-Tionghoa, kelompok yang anggotanya
sebuah komitmen bersama dalam kelompok Mus- merupakan orang-orang yang menjadi muallaf dan
lim-Tionghoa. belajar agama mayoritas, agama Islam yaitu suatu
bagian budaya dominan dengan mencoba me-
Tema Fantasi : Pengetahuan Sifat Allah mahami dan belajar ajaran agama Islam sebagai
pola budaya masyarakat dominan secara berta-
Rangkaian dramtisasi fantasinya unik hap. Tahapan proses belajar dituangkan dalam
dengan “permainan kata” Wahdaniah menjadi suatu rangkaian fantasi bersama.
10 Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 10, Nomor 1, Januari-April 2012, halaman 1-12

! "
! ! ! "
# $

% " &

' ! "
! !
!
( ) *
!
" ! !
! & ! (
) *

Tema fantasi pengetahuan sifat Allah lam yaitu suatu bagian budaya dominan dengan
merupakan tema fantasi yang dipilih berdasarkan mencoba memahami dan belajar ajaran agama
isi rangkaian dramatisasi personal kelompok dalam Islam sebagai pola budaya masyarakat dominan
konteks situasi perbincangan yang berlangsung saat secara bertahap. Tahapan proses belajar ditu-
berkumpul dan duduk berbincang dengan suasana angkan dalam suatu rangkaian fantasi bersama.
akrab di ruangan Aula sambil menunggu kegiatan Karakteristik retoris nampak dari tema
dimulai. Rangkaian dramatisasi personal yang fantasi ini terbentuk dari pola komunikasi kelom-
dominan pemaparan pemahaman mereka sifat- pok yang sangat terbuka dan akrab, dengan tidak
sifat Allah, sifat Allah Wahdaniah menjadi fokus adanya tidak kesepakatan di antara fantasi
dramatisasi dalam percakapan cerita fantasi me- anggota-anggota kelompok. Retoris fantasinya
reka disebabkan kemiripan nama teman yang menggunakan istilah permainan kata khas,
dikenal bernama Wardaniah. memenuhi fungsi unsur fantasi bagi sebuah
Kategori tema fantasi pengetahuan sifat kelompok. Fungsi sebuah fantasi kelompok untuk
Allah berlangsung dengan karakteristik retoris yang menciptakan rasa kebersamaan dalam mencapai
dominan yaitu pola komunikasi kelompok yang tujuan bersama. Unsur tema fantasi yang mampu
sangat terbuka dan akrab, dengan tidak adanya mengubah dan mengarahkan sikap yang ada pada
tidak kesepakatan fantasi pribadi di antara tata kehidupannya. Fantasi yang ada dibenak
anggota-anggota kelompok. Karakteristik re- Muslim-Tionghoa akan tercipta dari adanya ko-
torisnya juga lebih mengutamakan orientasi atau munikasi kelompok antar mereka, dan ini akan
peristiwa pengalaman masa lalu, gambaran pe- menjadi pedoman dalam berperilaku ke depan.
ngalaman masa lampau dan beragam interaksi di Untuk lebih jelasnya ragam tema-tema
antara mereka. fantasi kelompok Muslim-Tionghoa dengan
Fungsi interaksi pada dasarnya dirancang karakteristik retorisnya, disajikan dalam tabel 1.
untuk agar masing-masing anggota memandang Ragam tema-tema fantasi kelompok Mus-
pribadi dalam kelompok sebagai bagian utuh dari lim-Tionghoa ini digunakan untuk membantu me-
indentitas diri mereka. Berbagi fantasi pengetahuan mahami bagaimana anggota kelompok Muslim-
sifat Allah ini merupakan perilaku mereka sebagai Tionghoa berinteraksi agar memungkinkan anggota
sebuah komitmen subkultur bersama dalam untuk hadir atau menunjukkan pikiran dalam
kelompok Muslim-Tionghoa, kelompok yang ang- kelompok sebagai pengalaman bersama dan ber-
gotanya merupakan orang-orang yang menjadi fungsi untuk bisa mempengaruhi pengalaman
muallaf dan belajar agama mayoritas, agama Is- retoris menjadi pengetahuan sosial serta mem-
Arianto, Tema-Tema Fantasi dalam KomunikasiKelompok Muslim-Tionghoa 11

berikan petunjuk sebagai kelompok subkultur yang lam upaya pembauran melalui pemahaman akan
memiliki adat dan kebiasaan sendiri dalam ber- makna bersama; (2) Menggunakan analisis me-
perilaku kelompok. Sehingga, tema-tema fantasi dia dengan analisis tema-tema fantasi untuk me-
kelompok Muslim-Tionghoa ini akan berfokus nafsirkan peristiwa di masa lalu, membayangkan
pada identitas kelompok untuk pengem-bangan kejadian di masa depan, atau menggambarkan
kesadaran bersama kelompok. peristiwa terkini yang berbeda berdasarkan re-
alitas yang muncul.
Simpulan
Ucapan Terima Kasih
Simpulan hasil penelitian analisis berbagi
tema-tema fantasi dalam kelompok Muslim- Penulis menyampaikan ucapan terima
Tionghoa adalah sebagai berikut; (1) Berbagi kasih dan penghargaan yang setinggi tingginya
tema-tema fantasi kelompok Muslim-Tionghoa, kepada seluruh pihak khususnya kepada: Drs.
meliputi: Keutamaan Shalat, tema fantasi Islam Anti Sulaeman Gossalam, M.Si. selaku Ketua DPW
Kekerasan, dan tema fantasi Pengetahuan Sifat Persatuan Islam Tionghoa Muslim Indonesia (PITI)
Allah. Tema-tema fantasi tersebut dapat membantu Sulawesi Selatan dan seluruh pengurus serta Jhon
anggota kelompok Muslim-Tionghoa menafsirkan F. Adam selaku ketua DPD Persatuan Islam
interaksi dan menciptakan realitas sosial dalam Tionghoa Muslim Indonesia (PITI) dan seluruh
kelompoknya; (2) Berbagi tema fantasi kelompok pengurus atas kerjasama dan dukungan dan seluruh
Muslim-Tionghoa dilakukan untuk menjaga, Informan Muslim-Tionghoa, atas waktu luangnya
memelihara, dan menciptakan komunikasi em- untuk berkenan bercerita tentang cerita penga-
patik. Tujuannya meningkatkan komitmen pada laman-pengalamannya dalam kelompok.
penggunaan simbol sehingga mereka dapat
berempati dan memiliki identitas yang membe- Daftar Pustaka
dakannya dari kelompok lain, misalnya, menggu-
nakan isyarat simbolik untuk menyamakan pikiran Bales R. F., 1950, Interaction Process Analy-
anggota kelompok melalui apa yang dipikirkan, sis, Reading, Addison-Wesley, MA.
dikatakan, dan dilakukannya. Pola berbagi tema- Bormann E. G., 1975, Discussion and Group
tema fantasi yang dikomunikasikan antara anggota Methods (2nd ed.), Harper & Row, New
dalam mengembangkan penafsiran umum dari York.
pengalaman mereka dengan interpretasi bersama ______, 1983, Symbolic Convergence: Organi-
menggunakan isyarat-isyarat simbolik; (3) Ka- zational Communication and Culture,
rakteristik retoris terbentuk dari pola komunikasi Dalam L. L. Putnam and M. E. Paca-
kelompok yang sangat terbuka dan akrab, dengan nowsky (Eds.), Communication and
tidak adanya tidak kesepakatan di antara fantasi Organization:An Interpretive Approach:
anggota-anggota kelompok. Sebuah fantasi ke- Beverly Hills, Sage, CA.
lompok untuk menciptakan rasa kebersamaan ______, 1986, Symbolic Convergence Theory
dalam mencapai tujuan bersama. Unsur tema and Communication in Group Deci-
fantasi yang mampu mengubah dan mengarahkan sionmaking, Newbury Park, Sage, CA.
sikap yang ada pada tata kehidupannya. ______, 1985, The Eorce of Eantasy: Restor-
ing the American Dream, Carbondale,
Rekomendasi Southern Illinois University Press, IL.
Bormann, E. G. dan Knutson, R. L., & Musolf,
(1) Pengembangan analisis tema fantasi K., 1997, Why do People Share Fanta-
dalam konteks komunikasi antarbudaya yang sies? An Empirical Investigation of a
berkaitan proses terbentuknya assimilasi yang Basic Tenent of Symbolic Convergence
terjadi dalam kelompok Muslim-Tionghoa dengan Communication Theory Communica-
masyarakat etnik Bugis-Makassar setempat da- tion Studies, Harper and Row, New York.
12 Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 10, Nomor 1, Januari-April 2012, halaman 1-12

Benoit L. William, Klyyukovsky A. Andrew, & tion Theory (Ed.4), Waveland Press Inc.,
Airne David, 2001, A Fantasy Theme Amerika Serikat.
Analysis of Political Cartoon on the Istiyanto, S. Bekti, 2011, Komunikasi Pemerintah
Clinton-Lewinsky-Starr Affair, Journal of Daerah dalam Program Pembangunan
Critical Studies is Media Communica- Daerah Wisata Pantai Pascabencana,
tion Vol. 59 (hal. 19-34). Jurnal Ilmiah Ilmu Komunikasi Fisip
Bortnann, E. G., 1985, Symbolic Convergence UPN “Veteran” Volume 9, Nomor 1, Edisi
Theory: A Communication Formulation, Januari-April 2011, Yogyakarta.
Journal of Communication, Vol. 35 Littlejohn, Stephen W., 1996, Theories of Hu-
(hal. 4). man Communication, Edisi ke-3,
Christine Daymon dan Immi Holloway, 2008, Wadsworth, Belmont.
Qualitative Research Methods In Pub- Littlejohn, Stphen W, dan Foss A. Keren, 2006(a),
lic Relations And Marketing Communi- Theories of Human Communication,
cations, Penerjemah: Cahya wiratama, Wadsworth, Belmont.
PT Bentang Pustaka, Yogyakarta. _______, 2008(b), Theories of Human Com-
Cragan John F. & Wright D. W., 1991, Commu- munication, Wadsworth, Belmont.
nication in Small Group Discussions: An Linda L. Putnam, Shirley A. Van Hoeven, &
integrated approach (3rd ed.), St. Paul, Connie A. Bullis, 1991, The Role Of Ri-
West, MN. tuals and Fantasy Themes in Tbachers’
Creswell, John W., 1994, Research Design: Bargaining, Western Journal of Speech
Qualitative and Quantitative Ap- Communication, 55 (Winter 1991), hal.
proaches, Sage, Thousand Oaks, Califor- 85-103.
nia. Mulyana, Deddy & Solatun, 2007, Metode
Denzin, Norman K. and Yvonna, Lincoln, 1994, Penelitian Komunikasi (Contoh-Contoh
Handbook of Qualitative Research, Penelitian Kualitatif dengan Pende-
SAGE Publications, Inc., California z. katan Praktis), Rosdakarya, Bandung.
Enres G. Thomas, 1989, Rhetorical Visions of Tubbs, Stewart L dan Sylvia Moss, 1996, Hu-
Unmarried Mothers, Communication man Communication: Prinsip-Prinsip
Quarteriy, Vol. 37, No. 2, Spring 1989. Dasar, Editor dan Pengantar Deddy
Griffin, E., 2003, A First Look at Communica- Mulyana, Rosdakarya, Bandung.
tion Theory (5th ed), McGraw Hill, Bos- West, R., & Turner, L. H., 2007, Introducing
ton, MA. Communication Theory: Analysis and
Idi, Abdullah, 2009, Asimilasi Cina Melayu di Application, Mountain View, Mayfield,
Bangka, Tiara Wacana Yogyakarta. CA.
Infant A.Dominic, Rancer S. Andrew, &
Womack,1993, Building Communica-

Das könnte Ihnen auch gefallen