Sie sind auf Seite 1von 7

ANALISA KIMIA AIR

Penentuan DO Metode Volumetri

Prinsip :

Penambahan larutan Mn valensi 2 dan pereaksi O2 ke dalam sampel air dalam botol
bertutup asah. Jika tidak terdapat DO, akan terjadi endapan putih Mn (OH)2 karena
pereaksi O2 terdiri dari NaOH dan KI.

Mn 2+ + 2 OH - …………
Mn (OH)2 putih

Jika terdapat oksigen, akan terjadi oksidasi sejumlah Mn2+ yang setara dengan jumlah
Oksigen terlarut menjadi endapan MnO2 yang berwarna coklat.

Mn2+ + 2 OH - + ½ O2 ——–MnO2 + H2 O

Proses oksidasi Mn2+ menjadi MnO2 ini disebut juga pengikatan oksigen yang berjalan
lambat terutama pada suhu rendah. Oleh karena itu diperlukan percampuran kuat
paling sedikit 20 detik. Setelah semua oksigen bereaksi, endapan dibiarkan
mengendap dan setelah cairan yang jernih setebal kira-kira 5 cm, ditambahkan asam
sulfat. maka MnO2 akan mengoksidasikan I menjadi I2.

MnO2 + 2 I - + 4 H+ ——–Mn2+ + I2 + 2 H2O

I2 adalah bentuk yang tidak larut dalam air, tapi dengan pemanbahan KI yang
berlebih, dapat membentuk komplek I3(tri iodate).

Untuk mencegah pelepasan dari I2 sampel setelah ditambah H2SO4 , dibiarkan selama
10 menit, kemudian dititrasi dengan tio sulfat 0,025N

Cara lain penentuan DO di lapangan dan secara langsung adalah dengan


menggunakan DO-meter secara potensiometrik.

Standarisasi Tio sulfat (Na2S2O3 .5 H2O)

- Tio sulfat ada air hidrasinya sedikit hilang pada suhu ruangan yang
kelembabannya rendah

- Standarisasi Tio sulfat dilakukan dengan kalium dikromat atau potasium iodat.
Semua prinsip penentuan jumlah I2 yang bebas dari KI akibat suatu reaksi dengan
oksidator dalam suasana asam adalah sebagai berikut:
2 Na2S2O3. 5 H2O + I2 ~ Na2S4O6 + 2 Na I + 10 H2O

1 mol I2 ~ 1 mol Na2S4O6

Pembakuan dengan kalium dikromat

Cr2O72- + KI + 14 H+ → 2 Cr3+ + 3 I2 + 7 H2

I2 + 2 S2O32- → S4O62- + 2 I-

Pembakuan dengan Potassium Iodat (KIO3)

2 IO3- + 10 I- + 12 H+ → 6 I2 + 6 H2O

- Tio sulfat mudah dirusak oleh bakteri dan CO2

- Tio sulfat + CO2 → SO32- + S

SO32- + O3 → SO42-

Pengawetan Tio sulfat dengan 0,4 gram Na2CO3/l atau dengan 5 tetes CHCl3.

KESADAHAN

Kesadahan air artinya daya air tersebut untuk mengendapkan sabun. Sabun terutama
diendapkan oleh ion kalsium dan magnesium yang ada dalam air, serta diendapkan
pula oleh ion- ion logam bermartabat tinggi seperti aluminium, besi, mangan,
stronsium dan seng, juga oleh ion hidrogen. Tetapi karena ion- ion logam tersebut
selain Ca dan Mg hanya terdapat sedikit dalam air alam, kesadahan hanyalah
ditentukan oleh kadar jumlah ion- ion Ca dan Mg. Tetapi bila ion- ion logam yang
menimbulkan kesadahan berjumlah cukup besar, harus dimasukkan dalam
perhitungan.

Pada awalnya, kesadahan diartikan sebagai kapasitas dari air untuk mengendapkan
sabun dimana sabun alam terbuat dari asam lemak (Faty Acid) yang mengikat Na dan
K. Adapun Asam lemak tersebut adalah:

a. Palmitic Acid (C15H31COOH)

b. Stearic Acid (C17H35COOH)

c. Oleic Acid (C16H33COOH)

Sabun sangat mudah diendapkan oleh ion-ion Ca dan Mg yang larut dalam air.
Namun sabun dapat juga diendapkan oleh ion dari Logam Polyvalent yang lain seperti
Al, Fe, Mn, Zn dsb. Dengan demikian tentu saja air yang mempunyai Kesadahan
tinggi akan meningkatkan konsumsi sabun dari User Rumah Tangga, sedangkan dari
User Teknis lainnya seperti Instansi Penyediaan Air Minum, Industri akan mengalami
gangguan dari Pipa air dan Ketel Pemanas yang digunakan. Kerak yang terbentuk
dalam boiler menghambat pengaliran panas dan merusak konstruksi.

Umumnya air alam hanya mengandung Ca dan Mg dalam jumlah yang lebih banyak
maka kesadahan sering diasosiasikan hanya kepada dua logam tersebut.

Kesadahan lebih disukai apabila dinyatakan dalam Eq/m3.

Jika jumlah kesadahan > jumlah dari alkalinitas karbonat dan alkalinitas bikarbonat,
maka:

1. Jumlah kesadahan yang sama dengan total Alkalinitas disebut kesadahan


bikarbonat atau kesadahan karbonat.
2. Kelebihan kesadahan yang ada disebut: Kesadahan non karbonat.

Jika jumlah kesadahan < jumlah dari alkalinitas karbonat dan alkalinitas bikarbonat,
kesadahannya disebut Carbonate Hardness dan tidak terjadi non-carbonate hardness.

Satuan Kesadahan dapat dikualifikasikan sebagai Gram Equivalen (Geq)/m3,


milligram Equivalen (MEq)/L, Gram CaCO3/L, Gram CaCO3/m3, o D, o E, oF, dsb.

Air dikatakan sebagai Hard-Water bila Kesadahan Totalnya > 5 Geq/m3 dan dikatakan
Softwater bila < 1-2 Geq/m3. Dalam menentukan kesadahan dipakai satuan derajat
kesadahan (°D) yang artinya di beberapa negara berbeda.

1°D (Jerman) sesuai dengan 10 mg CaO/1 atau 7,7 mg MgO/l

1°F (Perancis) sesuai dengan 10 mg CaCO3/l atau 8,4 mg MgCO3/l

10 E = Derajat Inggris = 14,26 g CaCO3/m3

1 ppm Hardness = 1 g CaCO3/m3 = 1 mg/L

Sedangkan di Amerika kesadahan dinyatakan sebagai mg CaCO3/l atau ppm CaCO3.


Indonesia memakai derajad kesadahan Jerman.

Kesadahan penting artinya bagi industri karena air yang mempunyai kesadahan tinggi
akan menimbulkan kerak pada ketel yang sukar menghantarkan panas dan sukar
dihilangkan. Untuk air minum dikehendaki kesadahan antara 5-10°D.

Kesadahan diklasifikasikan menjadi 2 jenis, yaitu:

1. Kesadahan sementara, air sadah yang disebabkan oleh gugus HCO3- sebagai
bikarbonat (Carbonat Hadness)
2. Kesadahan tetap, air sadah yang disebabkan oleh gugus non karbonat SO4, Cl,
NO3. (NonCarbonat Hardness).
Kesadahan jumlah adalah jumlah kedua kesadahan diatas. Terdapat hubungan antara
kalsium dengan bikarbonat, dimana senyawa yang dihasilkan merupakan Kesadahan
Karbonat (Temporary Hardness), dimana Kesadahan ini dapat hilang dengan
pemanasan :

Ca+2 + 2 HCO3- Ca(HCO3)2 + H2O + CO2

Bahkan pada pH tinggi, Mg(OH)2, dapat mengendap :

Mg2+ + 2 OH- → Mg (OH)2 ↓

Ca dan Mg dapat diendapkan dengan zat kapur sedangkan MgCO3 mudah larut dan
sukar mengendap

Bila dari analisa air didapatkan:

Konsentrasi
Ion
Gram/m3 Geq/m3
Ca+2 140 7
Mg+2 24 2
HCO3- 305 5

Maka, Kesadahan total Ca+2 + Mg+2 = 7 + 2 = 9 Geq/m3

Kesadahan karbonat = 5 Geq/m3

Persiapan Terhadap Sampel

Untuk mendapatkan hasil akhir yang benar dari suatu analisis, sebelumnya harus
dilakukan persiapan terhadap sampel. Sampel harus dibuat serba homogen dahulu
sehingga tiap bagian yang diambil untuk analisis dapat mewakili seluruh bahan yang
diperiksa.

Sebagai pedoman dapat dilakukan cara berikut:

1. Serbuk atau butiran

Dengan teknik perempatan (quartening), yaitu dengan meratakannya pada selembar


kertas atau aluminium foil dan dicampur. Tiap kali diambil seperempat bagian yang
berlawanan, dicmpurkan dan diratakan kembali, sampai didapat sampel kira-kira 250
gram. Sampel dipindahkan ked ala botol dan ditutup.
2. Bahan setengah padat (semi solid), seperti keju, coklat, dsb, diparut kemudian
dikerjakan dengan teknik quartening.

3. Daging atau ikan dan hasil olahnya

Dipisahkan dari tulang, kulit, diambil pada bagian yang dapat dimakan (tidak selalu
tergantung tujuan), kemudian digiling dengan penggiling daging.

4. Pasta dan cairan yang mengandung padatan.

Dicampur dalam blender dengan kecepatan tinggi, kemudian dimasukkan ke dalam


botol sampel.

5. Sayuran mentah

Dipotong-potong halus dan dilakukan teknik quartening. Sampel yang sudah


kehilangan air, harus disimpan dalam wadah tertutup rapat. Sampel yang mudah rusak
harus disimpan dalam lemari pendingin dengan dimasukkan ke dalam wadah yang
tertutup rapat.

1. SK Menteri Kesehatan No. 01/ BIRHUKMAS/I/1975 tentang Syarat-syarat


dan Pengawasan Kualitas Air Minum.
2. SK Menteri Kesehatan No. 173/ Men.Kes/Per.VIIII/1977 tentang Pengawasan
Pencemaran Air dari Badan Air untuk Kegunaan yang Berhubungan dengan
Kesehatan.
3. SK Menteri KLH No. Kep.02/ MENKLH/I/1988 tentang Pedoman Penetapan
Baku Mutu Lingkungan.
4. SK Gubernur KDH Tingkat I Provinsi Jawa Timur No. 413/1987 tentang
Penggolongan dan Baku Mutu Air di Jawa Timur.
5. SK Gubernur KDH Tingkat I Provinsi Jawa Timur No. 414/1987 tentang
Penggolongan dan Baku Mutu Air Limbah di Jawa Timur.

Dalam mempelajari Kimia Air perlu diketahui beberapa istilah :

• Baku mutu lingkungan adalah Batas atau kadar makhluk hidup, zat, energy,
dan atau komponen yang ada atau harus ada, dan atau unsur pencemar yang
ditenggang adanya dalam suatu sumber daya tertentu sebagai unsur
lingkungan hidup.
• Baku Mutu Air adalah Batas atau kadar makhluk hidup, zat, energy, dan atau
komponen yang ada atau harus ada, dan atau unsur pencemar yang ditenggang
adanya dalam air agar tetap berfungsi sesuai golongan peruntukannya.
• Sumber Daya adalah Unsur linkungan hidup yang terdiri atas sumber daya
manusia, sumber daya alam hayati dan non hayati, dan sumber daya buatan.
• Pencemaran Lingungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk
hidup, zat, energy, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan oleh kegiatan
manusia atau oleh proses alami alam yang menyebabkan lingkungan tidak
dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya.
• Pencemaran Air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat,
energy, dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia atau oleh
proses alam alam yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi lagi sesuai
dengan peruntukannya.
• Air baku adalah Air dari badan yang diolah menjadi air minum melalui proses
Fisika, Kimia, dan Biologi.
• Badan Air adalah Tempat atau wadah di atas permukaan daratan yang berisi
dan atau menghasilkan air, yaitu rawa, danau, sungai, waduk dan saluran air.
• Air golongan A atau air golongan I adalah air pada sumber air yang dapat
digunakan sebagai air minum secara langsung tanpa pengolahan terlebih
dahulu.
• Air golongan B atau air golongan II adalah air yang dapat digunakan
sebagai air baku untuk diolah menjadi air minum dan keperluan rumah tangga
lainnya. Air golongan ini dapat dibuangi limbah golongan I secara langsung
jika menerapkan system Effluent dan Stream Standard.

• Air golongan C atau air golongan III adalah air yang dapat digunakan
untuk keperluan perikanan dan peternakan. Air golongan ini dapat dibuangi
limbah golongan II secara langsung jika menerapkan system Effluent dan
Stream Standard.

• Air golongan D atau air golongan IV adalah air yang dapat digunakan
untuk keperluan pertanian dan usaha di perkotaan, industry dan PLTA. Air
golongan ini dapat dibuangi limbah golongan III secara langsung jika
menerapkan system Effluent dan Stream Standard

• Air golongan E atau air golongan V adalah air yang dapat digunakan untuk
keperluan selain peruntukan air golongan A, B, C, D.

A. Stream Standard

Hasil dari Standar ini banyak digunakan didalam penyusunan Daftar Kriteria Kualitas
Air seperti pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1990.
Kelemahan dari penerapan Stream Standard ini adalah sulit mendeteksi industri yang
mencemari, pada musim hujan industri-industri akan ramai-ramai membuang
limbahnya karena yang diuntungkan adalah industri yang ada di hulu.

B. Effluent Standard

Lokasi sampling pada Effluent Standard adalah pada Effluent industri. Untuk
mengetahui apakah Limbah dari industri itu layak atau tidak dibuang di suatu badan
air, maka hasil dari analisa parameter dari effluent industri tsb apakah tergolong dari
Limbah golongan I, II, III dan IV.
Keuntungan dari sistem ini adalah memudahkan dalam sistem pengkontrolan dari
industry-industri yang membuang limbahnya ke badan air. Sistem ini masih tidak
memperhatikan Self Purification dari badan air.

C. Standar Beban Pencemaran Maksimum

Standar Beban Pencemaran Maksimum ini mempunyai Syarat Baku Mutu Beban
pencemaran sendiri yaitu untuk industri dan badan air yang berbeda dengan Baku
Mutu pada Peraturan Pemerintah Nomor 2. Tahun 1990. Standar Beban Pencemaran
Maksimum ini biasanya tidak berdiri sendiri,tetapi dimodifikasi dengan Daya Dukung
Sungai. Didalam proses hitungan, ketika Beban Pencemaran dari limbah indusri yang
dibuang ke badan air melebihi dari Daya Tampung Badan Air maka Kemampuan Self
Purification dari badan air tersebut tidak mampu menetralisir dari limbah yang masuk
sehingga badan air akan tercemar.

Standar beban Pencemaran berdasar Daya Dukung sungai ini mempunyai keuntungan
bahwa industri akan melihat daya tampung sungai terlebih dahulu sebelum membuang
limbahnya.

Das könnte Ihnen auch gefallen