Sie sind auf Seite 1von 9

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PERAWAT

DALAM MELAKUKAN TINDAKAN MEDIS

NURSE CRIMINAL LIABILITY IN PERFORMING MEDICAL TREATMENT

Ratna Tri Wulandari*, Ach. Dafir Firdaus**


*Study Program of Medical Laboratory Technology STIKes Maharani Malang,
**Study Program of S1(Undergraduate) Nursing STIKes Maharani Malang,
Email: ratnatri.wulan1@gmail.com

ABSTRACT

Embodiment of health through health efforts on society is inseparable from the role of health workers,
one of which is the nursing workforce. Along with the development of the role and function of the nurses
towards professional nurses and doctors, they are sometimes in an overlapping position meaning that action
of nurse in providing medical services ideally is the authority of the doctor. So it is necessary to be carried
out a basic research on the medical treatment of the nurse in performing actions outside of those powers and
accountability of the nurse in the medical action, particularly in terms of criminal law. This research is
conducted to examine and understand basic medical actions undertaken outside of nurse, as well as analysing
legal policy related to liability criminal aspects of the nurse. The types of legal research done are normative
juridical research. The empirical merger between normative and legal approach are reinforced with the
addition of the empirical elements against the material of study research. The results shows that there are
considerations that ought to be relied upon medical nurses carrying out actions outside of those powers, and
that base is used as a justification of nurses in relation to medical action outside of those powers. It is
possible for the nurses not to be exposed to liability criminal basis in relation to the elements of negligence.
Based on the research results, it is recommended that the Government and the legislature accommodate
certain medical acts performed by nurses with basic and proper consideration into nursing law. And if the
Law currently has been applied in nursing, it is hoped in the future, there is an effort of improving the law
that can provide protection and legal certainty of execution independent of the nurse's practice in relation to
the fulfillment of health efforts in the community.

Key word : Criminal Liability, Nurse, Medical Treatment

Pendahuluan manusia yang produktif secara sosial dan


ekonomi serta sebagai salah satu unsur
Kesehatan merupakan salah satu kesejahteraan umum sebagaimana dimaksud
kebutuhan dasar setiap manusia, sehingga dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar
dalam hukum nasional maupun internasional Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
dijadikan hak asasi setiap orang yang harus Tenaga Kesehatan dikelompokkan ke dalam :
dilindungi, dijamin dan dipenuhi. Dalam tenaga medis; tenaga psikologi klinis; tenaga
rangka pemenuhan kebutuhan dasar manusia keperawatan; tenaga kebidanan; tenaga
terhadap kesehatan, maka diselenggarakan kefarmasian; tenaga kesehatan masyarakat;
upaya kesehatan dalam bentuk upaya tenaga kesehatan lingkungan; tenaga gizi;
kesehatan perorangan dan upaya kesehatan tenaga keterapian fisik; tenaga keteknisian
masyarakat. Keberhasilan upaya kesehatan medis; tenaga teknik biomedika; tenaga
sangat bergantung pada ketersediaan sumber kesehatan tradisional; dan tenaga kesehatan
daya kesehatan, salah satunya adalah tenaga lain.
kesehatan. Tenaga kesehatan memiliki
peranan penting untuk meningkatkan kualitas Metode
pelayanan kesehatan yang maksimal kepada
masyarakat agar masyarakat mampu Penelitian hukum yang dilakukan
meningkatkan kesadaran, kemampuan hidup berdasarkan jenis penelitian yuridis normatif
sehat sehingga akan terwujud derajat empiris yang merupakan penggabungan
kesehatan yang setinggi-tingginya sebagai antara pendekatan hukum normatif dengan
investasi bagi pembangunan sumber daya adanya penambahan berbagai unsur empiris.

Journal of Nursing Care & Biomolecular – Vol 2 No 2 Tahun 2017 - 68


Metode penelitian normatif empiris medis atau obat bebas dan obat bebas
mengangkat mengenai implementasi terbatas. Penatalaksanaan diartikan sebagai
ketentuan hukum normatif melalui peraturan proses pemberian obat kepada klien atau
perundang-undangan dalam hukum positif pasien berdasarkan resep dokter, bukan
dalam aksinya pada setiap peristiwa hukum dalam artian mendiagnosa penyakit dan
tertentu yang terjadi dalam suatu masyarakat. kemudian memberikan rekomendasi atau
Sehubungan dengan jenis penelitian yuridis semacam resep obat kepada klien atau pasien.
normatif menggunakan pendekatan berupa peneliti yang dilakukan di tempat praktik
Pendekatan perundang-undangan (statute perawat W di daerah Wonokerto Bantur dan
approach), Pendekatan konsep (conceptual perawat Wita di daerah Raya Candi kota
approach)dan menggunakan pendekatan non Malang, maka tindakan medis berupa
judicial case study 1 melalui studi tanpa pengobatan terhadap klien atau pasien dari
konflik dengan melakukan observasi sakit merupakan bagian yang menjadi ciri
terhadap implementasi hukum positif dengan dari penyelenggaraan praktik mandiri kedua
tujuan kedepan untuk menambah dan perawat tersebut. Akan tetapi dalam hal ini
memperbaiki subtansi dan struktur dari tindakan yang dilakukan oleh perawat
peraturan perundang-undangan khususnya tersebut adalah terhadap jenis penyakit umum
Undang Undang Keperawatan. Bahan hukum dengan menggunakan obat dasar dan tidak
dikaji secara kritis dan dinamis oleh peneliti mengandung antibiotik.
dengan menggunakan metode penelitian Dibandingkan ketentuan mengenai
kualitatif untuk mencari, mengolah, kewenangan perawat dalam hal pengobatan
menganalisis hasil penelitian secara diskriptif di Undang Undang Perawat dengan
yaitu peneliti memberi gambaran secara implementasi di lapangan, tentunya
cermat mengenai individu atau kelompok mengalami sedikit perbedaan, artinya dalam
tertentu tentang keadaan dan gejala yang Undang Undang Keperawatan hanya
terjadi. beberapa pasal yang mengatur tentang
tindakan pengobatan yang dilakukan oleh
Hasil perawat, yaitu dalam kaitannya dengan
pentatalaksanaan pengobatan dengan
Fokus pengkajian terhadap tindakan pengobatan dalam keadaan
permasalahan penelitian adalah menyangkut keterbatasan tertentu. Dibolehkannya perawat
dua hal, yaitu peran dan fungsi serta melakukan tindakan medis dalam hal
kewenangan perawat dalam tindakan melakukan pengobatan sepenuhnya terhadap
pengobatan terhadap penyakit dengan klien atau pasien, dengan syarat dalam
kualifikasi umum dan tindakan medis berupa keadaan tertentu dan atau dalam keadaan
khitan (sirkumsisi) yang sampai dengan saat tidak ada tenaga kedokteran dan kefarmasian.
ini lazim dilakukan oleh perawat. Sedangkan di beberapa tempat praktik
mandiri perawat tidak jauh dari jangkauan
Mengenai tindakan pengobatan yang tenaga kesehatan lainnya yaitu dokter dan
dilakukan oleh perawat terhadap klien atau kefarmasian, dan dalam melaksanakan
pasien, apabila dikaitkan dengan ketentuan tindakan keperawatan tidak hanya
dalam Undang Undang Keperawatan, hanya melaksanakan tindakan penatalaksanaan
terdapat 2 (dua) pasal yang mengatur dalam pemberian obat saja yang dilakukan,
kewenangan mengenai tindakan pengobatan melainkan melakukan diagnosa terhadap
yang untuk dilakukan oleh perawat, dan penyakit yang diderita oleh klien atau pasien
itupun tidak sepenuhnya mutlak berupa dan kemudian memberikan obat untuk
tindakan pengobatan dalam rangka dikonsumsi.
penyembuhan. Dapat dikatakan dalam hal ini bahwa
Seperti yang tertuang dalam pasal 30 perawat telah melakukan tindakan
ayat (1) bahwa perawat berwewenang keperawatan di luar kewenangan yang diatur
melakukan penatalaksanaan pemberian obat dalam Undang Undang Keperawatan. Tidak
kepada klien sesuai dengan resep tenaga hanya melakukan tindakan keperawatan
berupa pengobatan yang terhadap hal ini
belum diatur sepenuhnya dalam Undang

Journal of Nursing Care & Biomolecular – Vol 2 No 2 Tahun 2017 - 69


Undang Keperawatan, melainkan tindakan bentuk asuhan keperawatan terhadap klien
medis lain berupa khitan (sirkumsisi) yang atau pasien merupakan bagian kewenangan
hingga saat ini belum ada pengaturannya di perawat dalam kaitannya dengan pelaksanaan
beberapa ketentuan perundang-undangan praktik keperawatan yang dilakukan oleh
kesehatan terutama Undang Undang perawat secara mandiri. Dalam melaksanakan
Keperawatan. peran dan fungsi sebagai perawat sesuai
Mengenai tindakan medis berupa lingkup dan tanggung jawabnya merupakan
circumsisi atau disebut khitan, merupakan suatu kewenangan yang dimiliki oleh perawat
tindakan medis yang hampir sebagian besar dan wajib mendapatkan perlindungan melalui
dilakukan oleh perawat sebagai bagian dari suatu kebijakan hukum. Dengan disahkannya
kegiatan praktik mandiri perawat. Sirkumsisi Undang Undang Republik Indonesia Nomor
atau lebih umum disebut khitan merupakan 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan
salah satu praktek bedah kedokteran yang merupakan produk hukum yang lahir setelah
sering dilakukan oleh tenaga keperawatan beberapa undang-undang yang mengatur
(mantri) di daerah pedesaan bahkan di regulasi tentang kesehatan dan tenaga
perkotaan sekalipun.2 Apabila ditarik dari kesehatan di Indonesia. Wacana yang terjadi
pengertian khitan diatas, sebenarnya saat ini mengenai tindakan medis tertentu
kewenangan untuk melakukan tindakan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan,
bedah sirkumsisi merupakan kewenangan khususnya perawat dan dokter dalam
dari dokter, karena sircumsisi masuk katagori beberapa tindakan medis tertentu, masyarakat
tindakan bedah minor. Sehingga hal ini mempersepsikan bahwa tindakan medis yang
membawa kepada keadaan yang tumpang sejatinya merupakan kewenangan dokter,
tindih terhadap tugas dan kewenangan antara diasumsikan sama dengan tindakan medis
perawat dengan dokter. yang dilakukan oleh seorang perawat. Hal ini
Mengenai praktek bedah sirkumsisi yang membuat perlunya pengkajian terhadap
atau khitan menjadi wacana sebelumnya subtansi dalam undang-undang keperawatan,
untuk dimasukkan dalam Rancangan apakah benar-benar sudah memberikan
Undang-Undang Keperawatan (RUUK). batasan yang jelas menyangkut kewenangan
Akan tetapi sampai saat ini tindakan medis antara perawat dan dokter, dan apakah sudah
berupa khitan atau circumsisi ternyata belum mengakomodir secara keseluruhan bahkan
diatur dalam Undang Undang dengan penjelasan yang rinci tentang
tindakan dan praktik keperawatan itu sendiri.
Pembahasan Mengakomodir disini diartikan tidak hanya
menampung kewenangan perawat sesuai
Dalam mewujudkan upaya kesehatan, tingkat kemampuan dan keilmuannya,
tenaga kesehatan dalam hal ini adalah melainkan juga adanya faktor yang lahir dari
perawat memiliki peran yang penting di keterlibatan dan pentingnya pengalaman
masyarakat untuk meningkatkan kualitas masyarakat atau klien untuk mempengaruhi
pelayanan kesehatan yang maksimal kepada katagorisasi dari tindakan perawat yang
masyarakat. Perawat dalam melaksanakan masuk dalam ranah kewenangannya.
praktik keperawatan di masyarakat Tindakan keperawatan yang lazim di
didasarkan atas kewenangan yang merujuk masyarakat dan belum diatur dalam Undang-
pada peraturan perundang-undangan. Sesuai undang Keperawatan, dan justru berdasarkan
amanat dalam Undang-undang Keperawatan pengalaman masyarakat bahwa tindakan
bahwa dalam hubungannya dengan tersebut merupakan penghargaan dalam
melakukan tindakan medis, perawat bentuk kepercayaan dari masyarakat untuk
mendasarkan kepada asuhan keperawatan dilakukan oleh perawat adalah tindakan
dalam bentuk tindakan keperawatan. bedah khitan (sircumsisi) dan pengobatan
Sehingga perawat secara otomatis mengerti umum. Melihat hal ini tentunya perawat tidak
batasan tindakan medis yang boleh atau tidak serta merta melakukan tindakan medis diluar
untuk diterapkan kepada klien atau pasien. kewenangannya tersebut tanpa didasarkan
Tindakan keperawatan yang dilakukan dalam oleh beberapa alasan. Adapun dasar dasar
tindakan medis yang dilakukan perawat di
luar kewenangannya adalah :

Journal of Nursing Care & Biomolecular – Vol 2 No 2 Tahun 2017 - 70


1. Dasar Filosofi bahwa saat ini perawat dan yakin bahwa biaya yang dikeluarkan
mengalami perluasan bidang atau area untuk memperoleh pengobatan dari
dalam pekerjaan, yang semula perawat perawat lebih bisa dijangkau
hanya bekerja secara vokasional dibandingkan dengan berobat ke dokter
kemudian menjadi perawat yang atau fasilitas kesehatan lainnya seperti
profesional dengan dibekali body of rumah sakit.
knowledge yang dapat diuji 4. Pertimbangan kemampuan secara
kebenarannya, dan ilmunya dapat profesional, bahwa Dalam melakukan
diimplementasikan dengan baik kepada tindakan medis diluar
masyarakat. Hal ini membuktikan bahwa kewenangannya, perawat tidak hanya
perluasan keilmuwan perawat dibekali ilmu yang didapat secara
menjadikan perluasan pula area otodidak, melainkan dengan
pekerjaan perawat menuju kearah
perawat profesional.
menggunakan acuan standar prosedur
2. Dasar Yuridis, secara eksplisit pelayanan, kemampuan secara
disebutkan dalam pada pasal 27 ayat (1) profesional, tingkat pendidikan dan
Undang Undang Kesehatan bahwa tenaga pelatihan yang berjenjang dan
kesehatan berhak memperoleh berkelanjutan, memiliki pengetahuan
perlindungan hukum dalam dan ketrampilan profesional,
melaksanakan tugas sesuai dengan menggunakan etika keperawatan
profesinya, dilakukan berdasarkan dalam memberikan pelayanan.
standart pelayanan dan standart prosedur profesional, menggunakan etika
operasional yang baik. Hal ini keperawatan dalam memberikan
memberikan arti bahwa tindakan perawat pelayanan. Terhadap bahan kajian
dalam rangka pemenuhan upaya dan
dalam penelitian berupa tindakan
derajat kesehatan di masyarakat selama
dilakukan dengan standart pelayanan dan pengobatan yang dilakukan oleh
penguasaan klinis yang baik, serta tidak perawat, apabila dikaitkan dengan
menimbulkan efek negatif dan kerugian, peran perawat di area pekerjaan
maka tindakan yang dirasa dilakukan di perawat profesional masuk dalam
luar kewenangan perawat tersebut justru katagori nurse practitioner yang
patut mendapatkan perlindungan secara artinya perawat mempunyai
hukum. Dan terhadap tindakan yang kemampuan berdasarkan ilmu yang
dilakukan diluar kewenangannya tersebut didapatkan untuk mendiagnosa dan
selama dibutuhkan oleh masyarakat, memberikan pengobatan pada
dapat dijadikan rekomendasi penyakit yang umum dan kecelakaan.
penambahan atau perbaikan untuk diatur
Sedangkan tindakan khitan atau
dalam Undang-undang Keperawatan
maupun dalam peraturan pemerintah circumsisi meskipun tidak secara
lainnya. aksplisit disebutkan sebagai jenis dan
3. Dasar Sosiologis, salah satu faktor yang katagori tindakan keperawatan, akan
berpengaruh besar terkait dengan tetapi secara implisit dekat dengan
tindakan medis yang dilakukan perawat katagori tindakan keperawatan
diluar kewenangannya adalah profesional katagori 1, 2, dan 3, yaitu
berdasarkan permintaan dan kebutuhan tindakan keperawatan yang memiliki
dari masyarakat akan pelayanan kesulitan sedang dan perlu
kesehatan khususnya pelayanan pengalaman kerja berupa kemampuan
keperawatan. Dan dalam beberapa hal melakukan tindakan pemberian jenis
yang juga menjadi faktor penyebab
suntikan termasuk anastesi, dan
masyarakat untuk berobat atau
mendapatkan tindakan medis perawat kewenangan melakukan pemeriksaan
dalam pelaksanaan praktik mandiri di di sekitar luka operasi dan tindakan
masyarakat adalah pertimbangan sosial jahit luka.
ekonomi, yaitu masyarakat yang percaya

Journal of Nursing Care & Biomolecular – Vol 2 No 2 Tahun 2017 - 71


5. Pertimbangan secara medis, bahwa Menanggapi hal ini, maka perawat tersebut
tindakan yang dilakukan oleh perawat wajib menjalankan konsekuensi dalam
terhadap pasien semata mata demi bentuk pertanggunggjawaban hukum.
kepentingan kesehatan klien atau Pertanggungjawaban hukum dalam hal ini
pasien. Sehingga pasien segera untuk terkait dengan kesalahan dan kelalaian
tertolong dan terhindar dari akibat perawat atau dengan sebutan Nursing Error
dan Nursing Negligence adalah ditempuh
yang lebih serius lagi akibat efek dari
melalui pertanggungjawaban secara pidana.
penyakit.
Pertanggungjawaban pidana adalah
6. Pertimbangan jumlah tenaga medis,
berdasarkan pihak yang nyata-nyata
artinya jumlah kebutuhan masyarakat
melakukan kesalahan atau kelalaian terhadap
untuk mendapatkan upaya kesehatan dan
klien atau pasien, bisa tunggal dilakukan oleh
kesembuhan dari penyakit, dan
perawat itu sendiri, maupun kolaborasi
permintaan dari masyarakat terhadap
dengan tenaga kesehatan lainnya dalam
tindakan khitan relatif lebih besar dengan
melakukan tindakan medis. Jenis pidana yang
jumlah tenaga kedokteran yang ada.
bisa dituntutkan kepada perawat adalah
Sehingga hal ini menyebabkan perawat
pidana kelalaian yang mengakibatkan luka
mengambil keputusan untuk melakukan
(pasal 360 KUHP), atau luka berat atau mati
tindakan tertentu yang kewenangannya
(pasal 359 KUHP), yang dikualifikasikan
belum diatur jelas dalam peraturan
dengan pemberatan ancaman pidananya bila
perundang undangan yang ada.
dilakukan dalam rangka melakukan
7. Pertimbangan secara agama, khusus
pekerjaannya (pasal 361 KUHP). Disebutkan
dalam tindakan khitan yang dilakukan
pula dalam ketentuan pidana Pasal 84
oleh perawat merupakan anjuran wajib
Undang Undang Tenaga Kesehatan Nomor
dari syariat agama Islam yang harus
36 Tahun 2014 ayat (1) bahwa ”setiap tenaga
dijalankan. Mengingat pula bahwa
kesehatan yang melakukan kelalaian berat
sebagian besar penduduk di Indonesia
yang mengakibatkan penerima pelayanan
adalah umat muslim, maka sebagai
kesehatan luka berat dipidana dengan pidana
seorang perawat yang melakukan
penjara paling lama 3 (tiga) tahun”. Dan jika
tindakan khitan adalah bentuk
kelalaian berat sebagaimana dimaksud pada
perwujudan tindakan mulia untuk
ayat (1) Pasal 84 tersebut mengakibatkan
membantu masyarakat dalam
kematian, maka setiap tenaga kesehatan
melaksanakan perintah agama.
dipidana dengan pidana penjara paling lama
Dapat dikatakan bahwa dasar dan 5 (lima) tahun. Dalam kaitannya dengan
pertimbangan untuk melakukan tindakan tindakan medis yang dilakukan oleh perawat
medis sebagaimana dijelaskan pada uraian yang pada kenyataannya membawa pada
sebelumnya dijadikan sebagai dasar kondisi tumpang tindih kewenangan antara
pembenar perawat untuk melakukan tindakan perawat dengan dokter, maka diatur suatu
medis di luar kewenangannya. Tindakan ketentuan dalam Pasal 73 Undang-Undang
medis diluar kewenangannya disini diartikan Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik
sebagai tindakan medis tertentu yang Kedokteran.
dianggap patut, dilakukan dengan standart
operasional yang benar oleh perawat, dan Kesimpulan
terhadap tindakan medis tersebut belum Berdasarkan review literatur diatas, maka
sepenuhnya diatur dalam Undang Undang dapat disimpulkan bahwa :
Keperawatan sebagai bagian dari 1. Kewenangan perawat untuk melakukan
kewenangan perawat. Akan tetapi bertolak tindakan keperawatan maupun tindakan
dari keadaan tersebut, merupakan hal yang medis dalam upaya pemenuhan kebutuhan
rawan dan serius untuk dipikirkan apabila dan peningkatan terhadap derajat
ternyata perawat dalam melakukan tindakan kesehatan diatur dalam beberapa
diluar kewenangannya tersebut mengalami peraturan perundang undangan tentang
akibat yang merugikan karena dilakukan kesehatan, terutama Undang Undang
dengan unsur kesalahan atau kelalaian dan Keperawatan. Dalam menjalankan peran
tidak sesuai dengan prosedur yang benar. dan fungsi perawat terhadap klien atau

Journal of Nursing Care & Biomolecular – Vol 2 No 2 Tahun 2017 - 72


pasien dalam kaitannya dengan menjalankan tindakan diluar
menjalankan praktik secara mandiri di kewenangannya tersebut patut
masyarakat, terutama dalam beberapa mendapatkan perlindungan hukum.
tindakan medis tertentu terkadang Ketiga, secara sosiologis merupakan
dihadapkan pada posisi tumpang tindih faktor yang sangat berpengaruh terkait
kewenangan antara peran perawat itu dengan pemenuhan terhadap permintaan
sendiri dengan tenaga medis yang lain dan kebutuhan dari masyarakat akan
yaitu dokter. Keadaan ini membawa pentingnya pelayanan kesehatan.
kepada dilematis perawat untuk Keempat, berdasarkan pertimbangan
menjalankan tindakan medis diluar kemampuan secara profesional bahwa
kewenangannya. Perawat tidak serta perawat dalam melakukan tindakan medis
merta melaksanakan tindakan di luar sebagai pemenuhan upaya sehat kepada
kewenangannya, melainkan didasarkan masyarakat didasarkan pada kemampuan
atas beberapa alasan dan pertimbangan profesional dengan bekal pendidikan dan
yang patut untuk dilakukan. Adapun dasar atau pendidikan berkelanjutan, standar
dasar tindakan medis yang dilakukan oleh prosedur pelayanan yang benar,
perawat diluar kewenangannya, Pertama, menjunjung tinggi etika profesi dalam
dengan dasar filosofi bahwa perawat pelayanan, serta dalam naungan
selama ini telah memberikan kontribusi organisasi profesi. Sehingga perawat pada
yang cukup besar dalam upaya tatanan level kemampuan tertinggi
mewujudkan pelayanan kesehatan di dinamakan nurse practioner clinical nurse
berbagai tatanan dan tingkat masyarakat. specialists, certified registered nurses
Mempunyai pengalaman akan pemenuhan anesthetists. Kelima, pertimbangan secara
upaya kesehatan terhadap klien atau medis bahwa tindakan yang dilakukan
pasien di masyarakat dengan bekal oleh perawat semata mata demi
keuletan dan ketelatenan. Disamping itu kepentingan untuk menolong klien atau
area pekerjaan perawat mengalami pasien, dan dengan tujuan untuk
perluasan di berbagai bidang mulai dari kesembuhan dan pencegahan suatu
hospital nurses (perawat rumah sakit), penyakit. Keenam adalah pertimbangan
office nurses (perawat klinik), nursing jumlah dari tenaga medis, bahwa jumlah
care facility (fasilitas pelayanan kebutuhan masyarakat untuk
keperawatan), home health nurses, public mendapatkan upaya kesehatan dalam
health nurses, occupational health bentuk penyembuhan dari penyakit
nurses/industrial nurses, head maupun permintaan akan tindakan khitan
nurses/nurse supervisor, nurse (sirkumsisi) relatif lebih besar dengan
practitioner, clinical nurse specialists, jumlah tenaga kedokteran yang ada,
certified registered nurses anesthetists sehingga menjadi pertimbangan perawat
dan cerified nurse midwives. Kedua, mengambil keputusan untuk melakukan
secara yuridis berdasarkan amanah dari tindakan medis tertentu diluar
Pasal 27 (1) Undang Undang Kesehatan kewenangannya. Khusus mengenai
bahwa setiap tenaga kesehatan berhak tindakan medis berupa khitan
memperoleh perlindungan hukum dalam (Sirkumsisi), dasar ketujuh adalah
melaksanakan tugas sesuai dengan pertimbangan secara agama bahwa khitan
profesinya dan dilakukan berdasarkan adalah kewajiban yang digariskan dalam
standart pelayanan prosedur operasional ketentuan sunnah rosul dalam agama
yang baik. Terkait tindakan medis tertentu Islam, karena mayoritas penduduk di
yang dilakukan oleh perawat, dan Indonesia beragama islam, maka
terhadap tindakan tersebut selama kebutuhan akan khitan juga berjumlah
dilakukan dengan standart pelayanan dan besar. Dan sejatinya tindakan khitan yang
penguasaan klinis yang baik, serta tidak dilakukan oleh perawat tersebut
menimbulkan efek negatif atau semacam merupakan tugas mulia sehubungan
komplikasi yang dapat menyebabkan dengan kewajiban dan perintah yang di
kerugian terhadap klien atau pasien, maka anjurkan oleh agama.
fungsi dan peran perawat dalam

Journal of Nursing Care & Biomolecular – Vol 2 No 2 Tahun 2017 - 73


2. Pertanggungjawaban hukum pidana larangan kepada seseorang atau profesi
perawat merupakan tanggung jawab lain yang melakukan kewenangan
secara perorangan atas kesalahan dan layaknya sebagai dokter. Akan tetapi
kelalaian yang menyebabkan kerugian dan bertolak dari kewajiban perawat untuk
atau penderitaan terhadap klien atau mengemban pertanggungjawaban hukum
pasien dalam hubungannya dengan secara pidana atas kesalahan dan atau
tindakan keperawatan atau tindakan medis kelalaian yang dilakukan, sampai saat ini
yang dilakukan oleh perawat secara terhadap pelaksanaan tindakan medis
mandiri terhadap klien atau pasien dalam tertentu yang dilakukan oleh perawat
rangka pemenuhan upaya kesehatan. diluar kewenangannya tidak membawa
Pertanggungjawaban pidana terkait dampak atau kerugian yang ditimbulkan,
dengan pelaksanaan tindakan medis yang dilaksanakan dengan alasan dan
dilakukan oleh perawat diluar pertimbangan yang patut, berdasarkan
kewenangannya atau dalam arti permintaan dan kebutuhan dari
melakukan tindakan medis yang belum masyarakat, dan sepanjang dilakukan
diatur dalam ketentuan perundang dengan standar prosedur yang benar,
undangan sebagai bagian dari maka dengan beberapa pertimbangan
kewenangan yang dimiliki, maka dapat tersebut dimungkinkan membawa kepada
dikatakan sebagai tindakan kelalaian kondisi dikecualikannya perawat untuk
dalam hukum pidana. Pertanggung mengemban pertanggungjawaban hukum
jawaban pidana terkait dengan kelalaian secara pidana. Oleh karena itu upaya yang
memenuhi beberapa rumusan Undang juga penting untuk dilakukan adalah
Undang Pidana yaitu Pasal 359 dan Pasal dengan mengakomodir kewenangan
360 KUHP. Selain itu diatur pula perawat untuk melakukan beberapa
ketentuan pidana pada Undang Undang tindakan medis tertentu, yang dalam hal
Tenaga Kesehatan dalam Pasal 84 tentang ini adalah tindakan pengobatan terhadap
kelalaian tenaga kesehatan. Hal serupa penyakit umum dan tindakan
pula diatur dalam Pasal 73 Undang khitan/sirkumsisi, dalam ketentuan
Undang Praktik Kedokteran tentang
3. Pengkajian dan pemahaman tentang dasar upaya pemenuhan dan peningkatan derajat
dasar tindakan medis yang dilakukan oleh kesehatan terhadap masyarakat.
perawat diluar kewenangannya yang 4. Penelitian yang diangkat adalah tentang
terkait dengan kewenangan perawat untuk dasar dasar tindakan medis terhadap
melakukan tindakan medis tertentu, dirasa pelaksanaan tindakan medis tertentu yang
patut dan cukup rasional untuk dilakukan oleh profesi perawat (yaitu
dipertimbangkan oleh pemerintah dan dalam hal tindakan pengobatan terhadap
para legislatif sebagai bahan penyakit umum dan khitan/sirkumsisi),
diakomodirnya kewenangan perawat maka diharapkan kepada peneliti
tersebut dalam peraturan perundang selanjutnya untuk mengkaji dan
undangan kesehatan khususnya Undang menganalisis kewenangan dan
Undang Keperawatan. Dan apabila pertanggungjawaban untuk melakukan
Undang Undang Keperawatan saat ini tindakan medis yang tidak hanya terbatas
sudah diberlakukan, maka digunakan pada pada profesi perawat, melainkan
sebagai upaya peninjauan kembali dan terhadap profesi tenaga kesehatan lainnya
perbaikan berupa penambahan atau seperti tenaga kebidanan dan/tenaga analis
perkecualian terhadap essensi dari kesehatan yang sama sama mempunyai
Undang Undang Keperawatan. Sehingga peran dan andil besar dalam mewujudkan
pada akhirnya Undang Undang upaya kesehatan di masyarakat, agar
Keperawatan merupakan produk hukum nantinya kewenangan tersebut
yang mampu secara menyeluruh mendapatkan perlindungan dan kepastian
melindungi kepentingan dan sekaligus dalam ketentuan yuridis yang
memberikan kepastian hukum terhadap menaunginya.
perawat dalam melakukan tindakan
keperawatan atau tindakan medis sebagai Referensi

Journal of Nursing Care & Biomolecular – Vol 2 No 2 Tahun 2017 - 74


Undang-Undang Praktik Kedokteran,
Ashshofa Burhan, Metode Penelitian Bayumedia, Malang, 2008
Hukum, Rineka Cipta, Jakarta. 2013
Pedoman Penulisan dan Ujian Tesis,
Amiruddin, dan Zainal Asikin, Pengantar Program Pascasarjana Universitas
Metode Penelitian Hukum, Raja Merdeka Malang, 2014
Grafindo Persada, Jakarta. 2013
Ratman Desriza, Aspek Hukum
Buamona Hasrul, Tanggung Jawab Pidana Penyelenggaraan Praktek Kedokteran
Dokter, JHB, Yogyakarta, 2015 dan Malpraktek Medik, Keni Medika,
Bandung, 2014
Chazawi Adami, Malpraktek Kedokteran
Romli Atmasasmita, Asas-Asas
Tinjauan Norma dan Doktrin Hukum,
Perbandingan Hukum Pidana,
Bayumedia, Malang, 2007
Yayasan Lembaga Bantuan Hukum
Dermawan, Deden, Pengantar Keperawatan Indonesia, Jakarta, 1989
Profesional, Gosyen Publishing,
Rohmah, Nikmatur dan Saiful Walid, Proses
Yogyakarta, 2013
Keperawatan Teori dan Aplikasi, Ar-
Elvandari Siska, Hukum Penyelesaian Ruzz Media, 2014
Sengketa Medis, Thafa Media,
Soemitro Ronny Hanitijo, Metodologi
Yogyakarta, 2015
Penelitian Hukum dan Jurimetri,
Hanafiah Yusuf, dan Amri Amir, Etika Ghalia Indonesia Press, Jakarta, 1990
Kedokteran dan Hukum Kesehatan,
Sadi Muhamad, Etika dan Hukum Kesehatan
Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 1999
Teori dan Aplikasinya di Indonesia,
Hatta Mohammad, Hukum Kesehatan dan Prenamedia Group, Jakarta, 2015
Sengketa Medik, Liberty, Yogyakarta,
Soekanto Soerjono, Pengantar Penelitian
2013
Hukum, Universitas Indonesia Press,
Herlambang Susatyo, Etika Profesi Tenaga Jakarta. 1986
Kesehatan (Pedoman Untuk Sukses
Soekanto Soerjono, dan Sri Mamudji,
Berkarya Bagi Tenaga Kesehatan),
Penelitian Hukum Normatif (Suatu
Gosyen, Yogyakarta, 2011
Tinjauan Singkat), Raja Grafindo
Hendrik, Etika dan Hukum Kesehatan, Buku Persada, Jakarta. 2014
Kedokteran EGC, Jakarta, 2014
Sue Hinchliff, dan Sue Norman, Jane
Hichliff, Sue dan Sue Norman, Praktik Schober, Praktik Keperawatan dan
Keperawatan dan Layanan Kesehatan, Layanan Kesehatan, Pustaka Pelajar,
Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2014 Yogyakarta, 2014.
Komalawati Veronika, Peranan Informed Ta’adi, Hukum Kesehatan Pengantar Menuju
Consent dalam Transaksi Terapeutik Perawat Profesional, Buku
(Persetujuan dalam Hubungan Dokter Kedokteran EGC, Jakarta, 2009
dan Pasien), Citra Aditya Bakti,
Ta’adi, Hukum Kesehatan Sanksi dan
Bandung, 2002
Motivasi Bagi Perawat (Edisi 2), Buku
Koentjaraningat, Metode-metode Penelitian Kedokteran EGC, Jakarta, 2013
Masyarakat, Gramedia, Jakarta, 1993
Triwibowo Cecep, Etika dan Hukum
Nasution Bahder Johan, Hukum Kesehatan Kesehatan, Nuha Medika, Yogyakarta,
Pertanggungjawaban Dokter, Rineka 2014
Cipta, Jakarta, 2005
Triwibowo Cecep, dan Yulia Fauziyah,
Notoatmodjo Soekidjo, Etika dan Hukum Malpraktik dan Etika Perawat
Kesehatan, Rineka Cipta, 2010 Penyelesaian Sengketa Melalui
Ohoiwutun Triana, Bunga Rampai Hukum Mediasi, Nuha Medika, Yogyakarta,
Kedokteran Tinjauan dari Berbagai 2012
Peraturan Perundang-Undangan dan

Journal of Nursing Care & Biomolecular – Vol 2 No 2 Tahun 2017 - 75


Republik Indonesia, Undang-Undang
Tentang Praktik Kedokteran, UU
Nomor 29 Tahun 2004, Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 116
Republik Indonesia, Undang-Undang
Tentang Kesehatan, UU Nomor 36
Tahun 2009, Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 144
Republik Indonesia, Undang-Undang
Tentang Keperawatan, UU Nomor 38
Tahun 2014, Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 307
Republik Indonesia, Undang-Undang
Tentang Tenaga Kesehatan, UU
Nomor 36 Tahun 2014, Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun
2014 Nomor 298
Andi Hamzah, Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana & Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Pidana, PT
Asdi Mahasatya, Jakarta, 2004
Budhiartie Arrie, Pertanggungjawaban
Perawat Dalam Penyelenggaraan
Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit,
Volume 11 No.2 hlm. 45-51,
http://portalgaruda.org/article.php,
2009
Handar Subhandi, Pengertian Tindakan
Medis, http://hukumonline.co.id, 2014
Indrajid, Tindakan Keperawatan Dasar dan
Kompleks, http://nursing
informatik.wordpress.com, 2014
Joe, Peran dan Fungsi Perawat,
https://perawattegal.wordpress.com,
2009
Khitan yang dilakukan oleh Perawat,
http://documents.tips/documents/bab-
1, 2015

Journal of Nursing Care & Biomolecular – Vol 2 No 2 Tahun 2017 - 76

Das könnte Ihnen auch gefallen