Sie sind auf Seite 1von 8

SP-004-007

Proceeding Biology Education Conference p-ISSN: 2528-5742


Volume 14, Nomor 1
Halaman 154- 161 Oktober 2017

Pemanfaatan Sistem Informasi Geografi dalam Pengembangan Pariwisata

Geographic Information System Utilization in Tourism Development

Riwayatiningsih2*, Hartuti Purnaweni1,2


1 Doktoral Program of Environmental Science, School of Postgraduate Studies,
Diponegoro University, Semarang, Indonesia
2 Magister Program of Environmental Science, School of Postgraduate Studies,

Diponegoro University, Semarang, Indonesia


*Corresponding author: tinink@yahoo.com

Abstract: Tourism is a prime sector that is one of the most important factors in the region development and the community
welfare improvement in a country, which has continuous expansion and diversification and become one of the
largest growth sectors in the world. Increased tourism destinations make the tourism as a key factor in revenue,
job creation, business and infrastructure development so that required more advanced planning. This tourism
planning is not intended to damage the environment but it must be planned and implemented to the environment
that supports the sustainable development. One of the technologies used in some tourism research is Geographic
Information System (GIS) technology. Utilizing GIS technology is expected to be able to analyze the spatial
aspects of an area so the existing of tourism potencies can be developed into an optimal object and tourist
attraction that can attract tourists both domestic and foreign. The aim of this article is to determine the benefits
of Geographic Information System technology in tourism development based on literature studies of previous
studies.

Keywords: Geographic Information System, Sustainable Development, Tourism Development

1. PENDAHULUAN wisatawan mancanegara, dan pada tahun 2019


ditargetkan adanya kunjungan 20 juta wisatawan
Sektor pariwisata merupakan sektor unggulan yang mancanegara. Selain itu, pasar pariwisata domestik
menjadi salah satu faktor penting dalam pembangunan juga mengalami perkembangan yang cukup pesat
wilayah dan peningkatan kesejahteraan masyarakat di sehingga menuntut peningkatan pengembangan
suatu negara yang telah mengalami ekspansi dan destinasi pariwisata.
diversifikasi berkelanjutan serta menjadi salah satu Meningkatnya destinasi pariwisata menjadikan
sektor yang mengalami pertumbuhan terbesar di dunia sektor pariwisata sebagai faktor kunci dalam
(Kementrian Pariwisata, 2015). pendapatan, penciptaan lapangan kerja,
Indonesia adalah negara tropis dengan potensi pengembangan usaha dan infrastruktur yang menuntut
sumber daya alam yang sangat luar biasa. Bentuk konsekuensi adanya perencanaan yang lebih matang
negara kepalauan dengan keindahan alam, potensi (Rahayuningsih, Tri et al, 2016). Perencanaan
budaya lokal dan diperkaya dengan kekayaan alam pariwisata ini tidak dimaksudkan untuk merusak
berupa keanekaragaman flora dan fauna memberikan lingkungan hidup tetapi justru harus direncanakan dan
nilai tersendiri yang sesungguhnya menawarkan dilaksanakan ke arah tata lingkungan yang
peluang kegiatan pariwisata yang sangat potensial. mendukung kepada pembangunan berkelanjutan
Selain itu, posisinya yang terletak antara dua benua (sustainable development).
dan dua samudera menjadikan Indonesia sebagai jalur Menurut Poulicos, Hellas, Mathematics, &
perjalanan internasional yang strategis untuk Division, (n.d.), pembangunan berkelanjutan
pemasaran pariwisata. merupakan salah satu pendekatan untuk menguji
Indonesia mulai merencanakan pembangunan konsep keberlanjutan dalam berbagai sektor ekonomi.
pariwisatanya secara strategis sekitar 40 tahun yang Pariwisata adalah salah satu contohnya dimana
lalu dimana pada tahap awal perkembangannya yaitu kegiatan ini sangat tergantung pada sumber daya
pada tahun 1970-an tersendat oleh penyesuaian nilai lingkungan dan sosial budaya masyarakat daerah
mata uang, hambatan kebijakan internal dan biaya setempat. Pembangunan pariwisata berkelanjutan
yang tinggi untuk mengunjungi Indonesia. Menurut dapat diartikan sebagai pembangunan obyek-obyek
data dari Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif wisata dan daya tarik wisata yang hidup dalam
Republik Indonesia bekerjasama dengan International masyarakat tetapi selalu berorientasi kepada
Labour Organization (2012), pada tahun 1980 kelestarian nilai dan kualitas lingkungan hidup yang
Indonesia menerima 562.000 wisatawan ada di masyarakat (Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
mancanegara, pada tahun 2010 naik menjadi 7 juta Kabupaten Kendal, 2015).
Riwayatiningsih & Purnaweni, H. Sistem Informasi Geografi dalam Pariwisata 155

Dijelaskan lebih lanjut bahwa lingkungan hidup dikeluarkannya Undang-Undang No. 10 Tahun 2009
sebagai titik tolak pemikiran pengembangan dan Tentang Kepariwisataan yang digunakan sebagai
pembangunan kepariwisataan yang menjamin dasar pijakan dalam penyelenggaraan kegiataan
kelestarian kehidupan alami, bio-geografis, harus kepariwisataan. Undang-Undang No. 10 Tahun 2009
terus diupayakan demi menjamin daya tarik pesona Tentang Kepariwisataan ini mendefinisikan istilah
wisata. Oleh sebab itu atraksi alam, sejarah dan pariwisata sebagai berbagai macam kegiatan wisata
budaya yang berada di tangan berbagai stakeholders dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang
perlu dilakukan upaya-upaya keharmonisan dan disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah,
koordinasi dari pihak pemerintah guna pemanfaatan dan Pemerintah Daerah. Sedangkan kepariwisataan
sebaik-baiknya demi kepentingan pendapatan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan
pariwisata dan perekonomian nasional. Dengan kata pariwisata dan bersifat multidimensi serta
lain, demi mencapai tujuan yang ditetapkan secara multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan
nasional yaitu untuk menarik sebanyak mungkin setiap orang dan negara serta interaksi antara
wisatawan tanpa mengorbankan nilai-nilai lingkungan wisatawan dan masyarakat setempat, sesama
hidup (Rahayuningsih, Tri et al., 2016) sehingga wisatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan
dalam pelaksanaannya perlu disusun suatu pengusaha.
kebijaksanaan strategi daerah agar nilai tambah dari Fandeli (1995), mengemukakan bahwa
segi sosial ekonomi dan sosial budaya dapat dicapai. pariwisata merupakan segala sesuatu yang berkaitan
Dengan memanfaatkan teknologi Sistem dengan wisata, termasuk pengusahaan obyek dan daya
Informasi Geografi (SIG) diharapkan mampu untuk tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di
menganalisis aspek ruang pada suatu daerah sehingga dalamnya. Dijelaskan pula bahwa wisata merupakan
potensi-potensi wisata yang ada dapat dikembangkan suatu kegiatan bepergian ke suatu tempat di luar
menjadi obyek dan daya tarik wisata secara optimal lingkungan tempat tinggal dengan maksud bukan
yang dapat menarik kunjungan wisatawan baik untuk mencari nafkah, melainkan untuk menciptakan
domestik maupun mancanegara. Seperti halnya kembali kesegaran baik fisik maupun psikis agar dapat
penelitian yang dilakukan oleh Bunruamkaew dan meningkatkan prestasi. Berangkat dari kedua
Murayama (2011) yang bertujuan untuk pengertian tersebut diatas, kegiatan pariwisata dapat
mengidentifikasi dan memprioritaskan potensi diartikan sebagai suatu aktivitas yang dilakukan oleh
ekowisata di Provinsi Surat Thani, Thailand dengan seseorang maupun sekelompok orang menuju suatu
menggunakan Metode GIS dan AHP serta penelitian tempat tertentu dengan maksud yang berbeda-beda.
Rahayuningsih, Muntasib dan Prasetyo (2015) untuk Dalam kegiatan pariwisata terdapat objek dan daya
mengembangkan model spasial perencanaan wisata tarik yang menarik seseorang maupun sekelompok
alam berdasarkan kriteria atraksi dan aksesibilitas dari orang untuk datang ke obyek dan daya tarik wisata
obyek wisata di Bogor. tersebut.
Hai-ling, Guan et.al (2011), menyimpulkan Istilah pariwisata mempunyai hubungan yang
bahwa terdapat kekuatan dalam mengintegrasikan erat dengan pengertian perjalanan wisata yang
GIS untuk aplikasi ekowisata. Berbasis GIS yang merupakan suatu perubahan tempat tinggal sementara
merupakan alat yang berguna untuk membantu seseorang di luar tempat tinggalnya, karena suatu
mengatasi banyak masalah keputusan spasial semi- alasan dan bukan untuk kepentingan yang
terstruktur yang sering dihadapi di dunia nyata. Untuk menghasilkan upah (Suwantoro,2001).
membantu menilai keefektifan aplikasi ini, survey Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat
dapat dilakukan di masa depan untuk mengevaluasi disimpulkan bahwa pariwisata merupakan suatu
apakah sistem tersebut meningkatkan pengalaman perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu,
wisatawan di bidang ekowisata. yang dilakukan dari tempat satu ke tempat yang lain
dengan maksud bukan untuk bekerja atau berusaha
2. PARIWISATA DAN melainkan untuk bersenang-senang atau bertamasya
PEMBANGUNAN dan mencari pengalaman serta menambah wawasan
BERKELANJUTAN dalam pengetahuan.
Kegiatan pariwisata memerlukan ruang untuk
beraktifitas bagi para pengunjungnya. Pengunjung
2.1 Pariwisata disini merupakan para pelaku perjalanan wisata atau
lebih dikenal dengan istilah wisatawan. Marpaung
Pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri (2002), mendefinisikan wisatawan sebagai setiap
dari dua suku kata, yaitu pari dan wisata. Kata pari orang yang melakukan perjalanan dan menetap untuk
berarti banyak, berkali-kali, berputar-putar atau sementara waktu ke tempat yang bukan tempat
lengkap. Sedangkan wisata mempunyai arti perjalanan tinggalnya untuk suatu alasan tertentu selain mencari
dan bepergian. Berdasarkan arti dari dua suku kata pekerjaan. Berdasarkan tempatnya, wisatawan dapat
tersebut maka pariwisata dapat diartikan sebagai dibedakan menjadi wisatawan mancanegara (wisman)
perjalanan yang dilakukan berkali-kali atau berputar- yaitu yang melakukan perjalanan wisata ke luar
putar dari satu tempat ke tempat yang lain. negerinya dan wisatawan nusantara (wisnus) yaitu
Indonesia telah menjadikan pariwisata sebagai yang melakukan perjalanan wisata ke negerinya
salah satu sektor ekonomi penting. Oleh karena itu, sendiri.
pariwisata mendapatkan perhatian serius dari
pemerintah. Salah satu perhatiannya adalah dengan
156 Proceeding Biology Education Conference Vol. 14 (1): 154-161, Oktober 2017

Dalam Undang-Undang Kepariwisataan Nomor b. Keberlanjutan lingkungan: sistem yang


10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan disebutkan berkelanjutan secara lingkungan harus mampu
bahwa dalam menyelenggarakan kegiatan memelihara sumberdaya yang stabil, menghindari
kepariwisataan harus berpedoman pada 11 azas, yaitu eksploitasi sumberdaya alam dan fungsi
1) manfaat, 2) kekeluargaan, 3) adil dan merata, 4) penyerapan lingkungan.
keseimbangan, 5) kemandirian, 6) kelestarian, 7) c. Keberlanjutan sosial: sistem yang mampu
partisipatif, 8) berkelanjutan, 9) demokratis, 10) mencapai kesetaraan, menyediakan layanan sosial
kesetaraan, dan 11) kesatuan. Selain itu, termasuk kesehatan, pendidikan, gender, dan
kepariwisataan diselenggarakan dengan tujuan untuk: akuntabilitas politik.
a. meningkatkan pertumbuhan ekonomi, Dari beberapa definisi tersebut di atas, dapat
b. meningkatkan kesejahteraan rakyat, disimpulkan bahwa pembangunan berkelanjutan
c. menghapus kemiskinan, adalah pemenuhan kebutuhan untuk masa sekarang
d. mengatasi pengangguran, dengan tetap menyisakan pemenuhan kebutuhan di
e. melestarikan alam, lingkungan dan sumber daya, masa yang akan datang.
f. memajukan kebudayaan,
g. mengangkat citra bangsa,
h. memupuk rasa cinta tanah air, 2.3 Pariwisata Berkelanjutan
i. memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa, dan
j. mempererat persahabatan antarbangsa. Menurut Kurniawati (n.d.), pariwisata berkelanjutan
adalah pariwisata yang mengalami perkembangan
yang sangat pesat, termasuk pertambahan arus
2.2 Pembangunan Berkelanjutan kapasitas akomodasi, populasi lokal dan lingkungan,
dimana perkembangan pariwisata dan investasi –
Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 investasi baru dalam sektor pariwisata tersebut tidak
Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan membawa dampak buruk dan dapat menyatu dengan
Hidup, pembangunan berkelanjutan adalah upaya lingkungan, yaitu dengan memaksimalkan dampak
sadar dan terencana yang memadukan aspek positif dan meminimalkan dampak negatif sehingga
lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi ke dalam ada beberapa inisiatif yang diambil oleh sektor publik
strategi pembangunan untuk menjamin keutuhan untuk mengatur pertumbuhan pariwisata agar menjadi
lingkungan hidup serta keselamatan, kemampuan, lebih baik.
kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan Peraturan Menteri Pariwisata Republik
generasi masa depan. Atau dengan kata lain, Indonesia Nomor 14 Tahun 2016 Tentang Pedoman
pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan Destinasi Pariwisata Berkelanjutan mendefinisaikan
yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan generasi pariwisata berkelanjutan sebagi pariwisata yang
sekarang tanpa mengorbankan kemampuan generasi memperhitungkan dampak ekonomi, sosial dan
yang akan datang untuk memenuhi kebutuhan mereka lingkungan saat ini dan masa depan, memenuhi
sendiri. kebutuhan pengunjung, industri, lingkungan dan
Ada 2 (dua) kunci konsep utama dari masyarakat setempat serta dapat diaplikasikan ke
pembangunan berkelanjutan, yaitu : pertama, konsep semua bentuk aktifitas wisata di semua jenis destinasi
tentang kebutuhan atau needs yang sangat esensial wisata, termasuk wisata masal dan bebagai jenis
untuk penduduk miskin dan perlu diprioritaskan. kegiatan wisata lainnya.
Kedua, konsep tentang keterbatasan atau limitation Masalah pariwisata bekelanjutan ini ditempatkan
dari kemampuan lingkungan untuk memenuhi sebagai prioritas karena merupakan usaha atau bisnis
kebutuhan generasi sekarang dan yang akan datang yang baik yang dapat melindungi sumber – sumber
(Hadi, 2012). Untuk itu diperlukan pengaturan agar atau asset penting bagi pariwisata yang mempunyai
lingkungan tetap mampu mendukung kegiatan manfaat tidak hanya untuk masa sekarang tetapi juga
pembangunan dalam rangka memenuhi kebutuhan untuk masa depan. Pembangunan pariwisata
manusia. berkelanjutan pada intinya berkaitan dengan usaha
Sementara Komisi Brundtland dalam Fauzi menjamin agar sumber daya alam, sosial dan budaya
(2004) mendefinisikan pembangunan berkelanjutan yang dimanfaatkan untuk pembangunan pariwisata
sebagai pembangunan yang memenuhi kebutuhan pada generasi ini masih dapat dinikmati oleh generasi
generasi saat ini tanpa mengurangi kemampuan yang akan datang.
generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan “Pembangunan pariwisata harus didasarkan pada
mereka. Masih dalam Fauzi (2004), Haris (2000) kriteria keberlanjutan yang artinya bahwa
melihat bahwa konsep keberlanjutan dapat diperinci pembangunan dapat didukung secara ekologis dalam
menjadi tiga aspek pemahaman, yaitu: jangka panjang sekaligus layak secara ekonomi, adil
a. Keberlanjutan ekonomi yang diartikan sebagai secara etika dan sosial terhadap masyarakat” (Piagam
pembangunan yang mampu menghasilkan barang Pariwisata Berkelanjutan, 1995 dalam Kurniawati,
dan jasa secara kontinu untuk memelihara n.d). Artinya, pembangunan berkelanjutan adalah
keberlanjutan pemerintah dan menghindari upaya terpadu dan terorganisasi untuk
terjadinya ketidakseimbangan sektoral yang dapat mengembangkan kualitas hidup dengan cara mengatur
penyediaan, pengembangan, pemanfaatan dan
merusak produk pertanian industri.
pemeliharaan sumber daya secara berkelanjutan.
Riwayatiningsih & Purnaweni, H. Sistem Informasi Geografi dalam Pariwisata 157

Kriteria destinasi pariwisata berkelanjutan secara bahwa pembangunan kepariwistaan dikembangkan


garis besar terbagi menjadi empat (Kementrian dengan pendekatan pertumbuhan dan pemerataan
Pariwisata, 2016), yaitu: ekonomi untuk kesejahteraan rakyat dan
a. Pengelolaan destinasi pariwisata berkelanjutan; pembangunan yang berorientasi pada pengembangan
b. Pemanfaatan ekonomi untuk masyarakat; wilayah, bertumpu kepada masyarakat dan bersifat
c. Pelestarian budaya bagi masyarakat dan memberdayakan masyarakat yang mencakupi
pengunjung; dan berbagai aspek yang mencakup sumber daya manusia,
d. Pelestarian lingkungan. pemasaran, destinasi, ilmu pengetahuan dan
Gunn (1994) menyatakan, pengembangan teknologi, keterkaitan lintas sektor, kerjasama antar
sustainable tourism adalah perubahan yang positif negara, pemberdayaan usaha kecil, serta tanggung
dari sosial ekonomi yang tidak merusak sistem ekologi jawab dalam pemanfaatan sumber kekayaan alam dan
dan sosial, tempat masyarakat dan kehidupan budaya.
sosialnya. Suatu keberhasilan implementasi Sementara itu, menurut Global Sustainable
membutuhkan integrasi antara proses kebijakan, Tourism Council (GSTC) (2013), bahwa untuk
perencanaan dan sosial, kelangsungan hidup politik memenuhi destinasi pariwisata berkelanjutan,
yang bergantung pada dukungan penuh masyarakat destinasi harus mengambil pendekatan interdisipliner,
yang dipengaruhi oleh pemerintah, institusi sosial dan holistik dan integratif yang meliputi empat tujuan
aktivitas pribadi masyarakat. Dengan demikian, utama, yaitu:
pembangunan berkelanjutan tidak saja terkait dengan (1) Mendemonstrasikan pengelolaan destinasi yang
isu-isu lingkungan, tetapi juga isu demokrasi, hak berkelanjutan
asasi manusia dan isu lain yang lebih luas. Tak dapat - Strategi destinasi berkelanjutan
dipungkiri, hingga saat ini konsep pembangunan - Organisasi manajemen destinasi
berkelanjutan tersebut dianggap sebagai ”resep‟ - Monitoring
pembangunan terbaik, termasuk pembangunan - Pengelolaan pariwisata musiman
pariwisata. - Adaptasi terhadap perubahan iklim
Masih menurut Gunn (1994) tujuan dari (2) Memaksimalkan keuntungan ekonomi untuk
pariwisata berkelanjutan adalah: masyarakat lokal dan meminimalkan dampak
a. Untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman negatif
bahwa wisata dapat memberikan kontibusi - Pemantauan ekonomi
terhaadap lingkungan dan ekonomi; - Peluang kerja untuk masyarakat lokal
b. Untuk mempromosikan pembangunan yang ramah - Partisipasi masyarakat
lingkungan; - Opini masyarakat lokal
c. Untuk meningkatkan kualitas kehidupan - Akses bagi masyarakat lokal
masyarakat lokal; - Fungsi edukasi sadar wisata
d. Untuk memberikan pengalaman yang berkualitas - Pencegahan eksploitasi
kepada pengunjung; dan - Dukungan untuk masyarakat
e. Untuk mempertahankan kualitas lingkungan. - Mendukung pengusaha lokal dan
Dalam RIPK Kabupaten Kendal Tahun 2015- perdagangan yang adil
2025 (Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten (3) Memaksimalkan keuntungan untuk masyarakat,
Kendal, 2015) pembangunan pariwisata yang pengunjung dan budaya serta meminimalkan
berkelanjutan dapat dikenali melalui prinsip- dampak negatif
prinsipnya yang meliputi partisipasi, keikutsertaan - Perlindungan atraksi wisata
para pelaku, penggunaan sumber daya yang - Pegelolaan pengunung
berkelanjutan, mewadahi tujuan-tujuan masyarakat,
- Perilaku pengunjung
daya dukung, monitoring dan evaluasi,akuntabilitas,
- Perlindungan warisan budaya
pelatihan dan promosi.
- Interpretasi tapak
- Perlindungan kekayaan intelektual
2.4 Pengembangan Pariwisata (4) Memaksimalkan manfaat untuk lingkungan dan
Berkelanjutan meminimalkan dampak negatif
- Resiko lingkungan
Alasan utama pengembangan pariwisata pada suatu - Perlindungan lingkungan sensitif
daerah tujuan wisata, baik secara lokal, regional
- Perlindungan alam liar (flora dan fauna)
maupun lingkup nasional pada suatu negara sangat
- Emisi gas rumah kaca
erat kaitannya dengan pembangunan perekonomian
daerah atau negara tersebut. Dengan kata lain, - Konservasi energi
pengembangan kepariwisataan pada suatu daerah - Pengelolaan air
tujuan wisata selalu akan diperhitungkan dengan - Keamanan air
keuntungan dan manfaat bagi rakyat banyak (Yoeti, - Kualitas air
2008). - Limbah cair
Dalam Peraturan Menteri Pariwisata Republik - Mengurangi limbah padat
Indonesia Nomor 14 Tahun 2016 Tentang Pedoman - Polusi udara dan suara
Destinasi Pariwisata Berkelanjutan juga disebutkan - Transportasi ramah lingkungan
158 Proceeding Biology Education Conference Vol. 14 (1): 154-161, Oktober 2017

3. SISTEM INFORMASI GEOGRAFI acuan dalam pengambilan keputusan terhadap suatu


permasalahan yang sedang dihadapi.
3.1 Sejarah dan Pengertian Sistem
Informasi Geografi 3.2 Komponen Sistem Informasi Geografi

Menurut Rais (2005) dalam Aini (n.d), Sistem Menurut John E. Harmon, Steven J. Anderson, 2003,
Informasi Geografi atau Geographic Information secara rinci SIG dapat beroperasi dengan komponen-
System (GIS) pertama kali diperkenalkan di Indonesia komponen sebagai berikut :
pada tahun 1972 dengan nama Data Banks for a. Orang yang menjalankan sistem meliputi orang
Development. Istilah Sistem Informasi Geografi (SIG) yang mengoperasikan, mengembangkan bahkan
seperti yang dikenal sekarang ini, muncul setelah memperoleh manfaat dari sistem. Kategori orang
dicetuskan oleh General Assembly dari International yang menjadi bagian dari SIG beragam, misalnya
Geographical Union di Ottawa Kanada pada tahun operator, analis, programmer, database
1967 dan dikembangkan oleh Roger Tomlinson, yang administrator bahkan stakeholder.
kemudian disebut CGIS (Canadian GIS atau SIG b. Aplikasi merupakan prosedur yang digunakan
Kanada). CGIS ini berfungsi untuk menyimpan, untuk mengolah data menjadi informasi. Misalnya
menganalisa dan mengolah data yang dikumpulkan penjumlahan, klasifikasi, rotasi, koreksi geometri,
untuk menginventarisasi tanah di Kanada (CLI- query, overlay, buffer, jointable, dsb.
Canadian Land Inventory) sebuah inisiatif untuk c. Data yang digunakan dalam SIG dapat berupa data
mengetahui kemampuan lahan di wilayah pedesaan grafis dan data atribut.
Kanada dengan memetakan berbagai informasi pada d. Software adalah perangkat lunak SIG berupa
tanah, pertanian, pariwisata, alam bebas, unggas dan program aplikasi yang memiliki kemampuan
penggunaan tanah pada skala 1 : 250.000. Sejak saat
pengelolaan, penyimpanan, pemprosesan, analisis
itu Sistem Informasi Geografi (SIG) berkembang di
dan penayangan data spasial (contoh : ArcView,
beberapa benua terutama Benua Amerika, Benua
Eropa, Benua Australia, dan Benua Asia. Idrisi, ARC/INFO, ILWIS, MapInfo, dll)
Sistem Informasi Geografi (SIG) adalah suatu e. Hardware, perangkat keras yang dibutuhkan untuk
sistem berbasis komputer yang memiliki kemampuan menjalankan sistem berupa perangkat komputer,
dalam menangani data bereferensi geografi yaitu printer, scanner, digitizer, plotter dan perangkat
pemasukan data, manajemen data (penyimpanan dan pendukung lainnya.
pemanggilan kembali), manipulasi dan analisis data,
serta keluaran sebagai hasil akhir (output). Hasil akhir 3.2 Fungsi Sistem Informasi Geografi
(output) dapat dijadikan acuan dalam pengambilan
keputusan pada masalah yang berhubungan dengan Berdasarkan desain awalnya tugas utama SIG adalah
geografi (Aronoff, 1989). untuk melakukan analisis data spasial. Dilihat dari
Chrisman (1997) menyatakan bahwa Sistem sudut pemrosesan data geografik, SIG bukanlah
Informasi Geogragi (SIG) adalah sistem yang terdiri penemuan baru. Pemprosesan data geografik sudah
atas perangkat keras, perangkat lunak, data, manusia lama dilakukan oleh berbagai macam bidang ilmu,
(brainware), organisasi dan lembaga yang digunakan yangmembedakannya dengan pemrosesan lama
untuk mengumpulkan, menyimpan, menganalisis, dan hanyalah digunakannya data digital. Beberapa fungsi
menyebarkan informasi-informasi mengenai daerah- SIG adalah sebagai berikut [4]:
daerah di permukaan bumi. a. Input Data, sebelum data geografis digunakan
Sementara Budianto (2010) mendefinisikan dalam SIG, data tersebut harus dikonversi terlebih
Sistem Informasi Geografi (SIG) sebagai sistem dahulu ke dalam bentuk digital. Proses konversi
komputer yang memiliki kemampuan untuk data dari peta kertas atau foto ke dalam bentuk
mengambil, menyimpan, menganalisa, dan digital disebut dengan digitizing. SIG modern bisa
menampilkan informasi dengan referensi georafis. melakukan proses ini secara otomatis
Sedangkan menurut sumber ESRI (1990), SIG menggunakan teknologi scanning.
merupakan kumpulan terorganisasi dari perangkat b. Pembuatan peta, proses pembuatan peta dalam SIG
keras komputer, perangkat lunak, data geografi dan lebih fleksibel dibandingkan dengan cara manual
personil yan dirancang secara efisien untuk atau pendekatan kartografi otomatis. Prosesnya
memperoleh, menyimpan, mengupdate, diawali dengan pembuatan database. Peta kertas
memanipulasi, menganalisis dan menampilkan semua dapat didigitalkan dan informasi digital tersebut
bentuk informasi yang bereferensi geografis dapat diterjemahkan ke dalam SIG. Peta yang
(Prahasta, 2006). dihasilkan dapat dibuat dengan berbagai skala dan
Berdasarkan beberapa definisi SIG tersebut, dapat menunjukkan informasi yang dipilih sesuai
dapat ditarik kesimpulan bahwa SIG merupakan suatu dengan karakteristik tertentu.
integrasi antara perangkat keras, perangkat lunak, data c. Manipulasi data, data dalam SIG akan
manusia (brainware) yang bekerjasama dalam membutuhkan transformasi atau manipulasi untuk
mengolah data dimulai dari manajemen data, membuat data-data tersebut kompatibel dengan
manipulasi dan analisis data sehingga menghasilkan sistem. Teknologi SIG menyediakan berbagai
output atau hasil akhir yang dapat digunakan sebagai macam alat bantu untuk memanipulasi data yang
Riwayatiningsih & Purnaweni, H. Sistem Informasi Geografi dalam Pariwisata 159

ada dan menghilangkan data-data yang tidak Tabel 1. Kemampuan SIG dalam Pariwisata
dibutuhkan.
d. Manajemen file, ketika volume data yang ada Kemampuan
Pertanyaan Dasar Aplikasi
semakin besar dan jumlah data user semakin Fungsional
tentang SIG Pariwisata
SIG
banyak, maka hal terbaik yang harus dilakukan
1. Data entry, lokasi Apa itu? Persediaan
adalah menggunakan database management penyimpanan, sumber daya
system (DBMS) untuk membantu menyimpan, dan pariwisata
mengatur, dan mengelola data. manipulasi
e. Analisis query, SIG menyediakan kapabilitas untuk 2. Produksi Kondisi Dimana itu? Identifikasi
menampilkan query dan alat bantu untuk peta lokasi yang
paling sesuai
menganalisis informasi yang ada. Teknologi SIG untuk
digunakan untuk menganalisis data geografis pembangunan
untuk melihat pola dan tren.
f. Memvisualisasikan hasil, untuk berbagai macam 3. Integrasi Tren Apa yang Mengukur
tipe operasi geografis, hasil akhirnya dan berubah? dampak
pengelolaan pariwisata
divisualisasikan dalam bentuk peta atau graf. Peta database
sangat efisien untuk menyimpan dan
mengkomunikasikan informasi geografis. Namun 4. Data query Rute Mana rute Pengelolaan
saat ini SIG juga sudah mengintegrasikan tampilan dan pencarian terbaik? pengunjung/
peta dengan menambahkan laporan, tampilan tiga arus
dimensi, dan multimedia. 5. Analisis Pola Apa Menganalisis
(http://www.westminster.edu/staff/athrock/GIS/GIS.p spasial polanya? hubungan
df) yang terkait
dengan
penggunaan
4. SISTEM INFORMASI GEOGRAFI sumber daya
DALAM PARIWISATA
6. Permodelan Bagaimana Kaji potensi
Penggunaan Sistem Informasi Geografi (SIG) dalam Permodelan jika….? dampak
spasial pembangunan
penelitian pariwisata masih sangat sedikit dilakukan pariwisata
meskipun teknologi SIG telah dibahas dalam literatur
pariwisata lebih dari satu dekade terakhir (Gunn dan 7. Dukungan
Larsen, 1988) dalam Rimbawanti (2003). Teknologi keputusan
ini telah digunakan dalam penelitian yang Sumber: Bahaire and Elliot-White 1999, p. 159
berhubungan dengan perencanaan ekowisata
(Bunruamkaew & Murayama, 2011), (Bunruamkaew Tabel 2: Isu-isu umum terkait pariwisata dan aplikasi GIS
& Murayama, 2012) dan (Rahayuningsih et al., 2016)
penilaian sumber daya visual dan manajemen, Permasalahan Aplikasi GIS
identifikasi lokasi yang cocok, dan bahkan telah Database Inventarisasi sistematis sumber
digunakan dalam aplikasi yang berkaitan dengan daya pariwisata
pemasaran pariwisata. Manajemen Memfasilitasi pemantauan
Pariwisata merupakan kegiatan yang sangat lingkungan indikator spesifik
bergantung pada sumber daya lingkungan sehingga
diperlukan sebuah perencanaan yang tepat dalam Konflik Konflik pemetaan rekreasi, konflik
pengelolaannya. Teknologi Sistem Informasi pemetaan satwa liar, konflik
Geografis (SIG) dapat diterapkan dalam rangka pengguna
pencapaian pembangunan pariwisata berkelanjutan. Perilaku Persepsi tentang hutan
Tabel berikut menggambarkan kemampuan pariwisata
fungsional dan potensi GIS yang luar biasa. Rhind
(1990) mengkategorikan aplikasi GIS dalam Daya tampung Identifikasi lokasi yang sesuai
pendekatan terstruktur sesuai dengan pertanyaan untuk pengembangan pariwisata
generik yang sering digunakan untuk penyelidikan.
Prediksi Simulasi dan permodelan spasial
Sementara, Bahaire dan Elliot-White (1999)
dari usulan pengembangan
menghubungkan kategori ini dengan aplikasi dasar di
pariwisata
bidang pariwisata, dan juga fungsi GIS.
Integrasi data Mengintegrasikan data sosial
ekonomi dan lingkungan dalam
unit spasial tertentu

Arah dan Sistem pendukung keputusan


pengendalian
pengembangan
Sumber: Diadaptasi dari Butler 1993, hal. 33 (dikutip
dalam Bahaire dan Elliott-White (1999), hal.162).
160 Proceeding Biology Education Conference Vol. 14 (1): 154-161, Oktober 2017

sebagai alat pendukung keputusan untuk perencanaan


Dari tabel diatas tampak jelas bahwa SIG dan pengembangan pariwisata yang berkelanjutan.
mempunyai banyak manfaat dalam pengelolaan dan
perencanaan pariwisata. Beberapa fitur utama SIG 5. SIMPULAN
yang bermanfaat bagi perencanaan wisata meliputi:
a. Kemampuan memanipulasi data dan atribut spasial Sistem Informasi Geografi (SIG) merupakan suatu
b. Menyediakan informasi nilai tambah yang teknologi yang sangat berguna dalam mendukung
diperlukan pengambilan suatu keputusan dalam bidang
c. Kemudahan dalam mengalokasikan sumber daya pariwisata. Hal ini dikarenakan Sistem Informasi
d. Kemampuan beradaptasi dalam menyediakan dan Geografi (SIG) mampu untuk mengumpulkan
merubah data dari waktu ke waktu informasi dan data serta menganalisisnya secara
e. Kemampuan untuk mengidentifikasi pola atau relasi spasial yang kemudian menampilkannya dalam
berdasarkan kriteria tertentu dalam pengambilan bentuk grafik atau peta yang lebih efektif dan lebih
keputusan mudah untuk dipahami oleh penggunanya.
Teknologi SIG dalam pariwisata dapat
digunakan sebagai alat pendukung dalam proses
pengambilan keputusan. Selain itu, SIG dapat
6. UCAPAN TERIMAKSIH
digunakan untuk memberikan pendekatan yang lebih
holistik terhadap pemecahan terhadap suatu masalah Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada
dimana didalamnya terdapat data kualitatif dan BAPPENAS atas beasiswa yang diberikan selama
kuantitatif yang harus diproses. Pada umumnya, menempuh studi, keluarga tercinta dan pihak yang
teknologi ini digunakan untuk mengumpulkan telah mendukung dalam penulisan artikel ini.
informasi, data, dan analisis spasial yang kemudian
ditampilkan dalam bentuk grafik atau peta yang lebih 7. DAFTAR PUSTAKA
efektif yang lebih mudah untuk dipahami oleh
pengguna. Aronoff, S. (1989). A Review of Geographic
Poin, garis dan poligon merupakan tiga elemen Information System : a management perspective.
penting yang digunakan untuk mewakili informasi Ottawa: WDL Publications. pp.294.
spasial dan ketiga istilah ini sering digunakan di SIG Bahaire, T. & Elliott-White, M. (1999). The
untuk mewakili data spasial. Dalam penelitian application of Geographical Information Systems
pariwisata SIG digunakan untuk mengkarakterisasi (GIS) in sustainable tourism planning: A review.
tujuan wisata dengan menggunakan titik, garis dan International Journal of Sustainable Tourism, 7
poligon terutama bentang alam yang berbeda. Fitur (2), 159-174.
titik mewakili tempat-tempat wisata individu, Budianto, Eko. (2010). Sistem Informasi Geografis
misalnya, sebuah perkemahan di taman, atau situs dengan Arc View GIS. Yogyakarta: Andi Offset.
bersejarah di sepanjang jalan raya. Pantai dan resor Bunruamkaew, K., & Murayama, Y. (2011). Site
pantai sering mengikuti pola linier, sementara taman Suitability Evaluation for Ecotourism Using GIS
bertema besar atau taman alam merupakan ciri khas & AHP : A Case Study of Surat Thani Province ,
fitur poligon (Giles, 2003) dalam Rahman (2010). Thailand. Journal of Procedia Social and
Namun, karena kurangnya anggaran dan Behavioral Science 21, 269–278.
kurangnya database yang sesuai, penerapan teknologi https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2011.07.024
ini dalam ekowisata masih sangat terbatas. Misalnya, Bunruamkaew, K., & Murayama, Y. (2012). Land Use
hanya ada sedikit informasi spesifik lokasi tentang and Natural Resources Planning for Sustainable
sumber asal dan tujuan pengunjung, motivasi Ecotourism Using GIS in Surat Thani, Thailand,
perjalanan, pola tata ruang rekreasi dan penggunaan Journal of Sustainability 4, 412–429.
pariwisata, pola belanja pengunjung, tingkat https://doi.org/10.3390/su4030412
penggunaan dan dampak, dan kesesuaian situs untuk Chrisman, NR. (1997). Exploring Geographic
pengembangan rekreasi atau pariwisata yang Information Systems. John Wilwy, 298 pp (First
kesemuanya merupakan bidang aplikasi SIG yang Edition).
sesuai. Oleh karena itu, aplikasi SIG dalam Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. (2009).
pengembangan ekowisata terbatas pada pengelolaan Undang- Undang Republik Indonesia No 10
lahan berbasis pariwisata, inventarisasi fasilitas Tentang Kepariwisataan.
rekreasi, penilaian dampak pengunjung, konflik Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Kendal,
rekreasi-satwa liar, pemetaan persepsi padang gurun, (2015). Rencana Induk Pengembangan
sistem manajemen informasi pariwisata dan sistem Kepariwisataan Kabupaten Kendal. Semarang:
pendukung keputusan (Giles, 2003) dalam Rahman CV. Gajendra.
(2010). Fandeli, Chafid. (1995). Dasar-Dasar Management
Kapasitas SIG yang disebutkan di atas dan Kepariwisataan Alam. Jogjakarta: Liberty.
penerapan SIG di bidang pariwisata memberikan Fauzi, A. (2004). Ekonomi Sumber Daya Alam dan
gambaran umum tentang permintaan SIG di bidang Lingkungan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
pariwisata. Namun, SIG bukanlah alat yang umum di Fung, T & Wong, F.K.K. (2007). Ecotourism planning
bidang pariwisata namun memiliki potensi yang using multiple criteria evaluation with GIS.
cukup untuk digunakan dalam perencanaan pariwisata Journal of Geocarto Internatinal. 22(2), 87-105.
Riwayatiningsih & Purnaweni, H. Sistem Informasi Geografi dalam Pariwisata 161

Gunn, C.A. (1994) Tourism Planning (3rd ed). New Rahayuningsih, T., Muntasib, E. K. S. H., & Budi, L.
York: Taylor and Francis. (2016). Nature Based Tourism Resources
Giles. (2003) dalam Rahman, M.A. (2010). Assessment Using Geographic Information
Application of GIS in Ecotourism Development: System ( GIS ): Case Study in Bogor. Journal
A Case Study in Sundarbans, Bangladesh. A Procedia Environmental 33, 365–375.
masters Thesis. Mid-Sweden University. https://doi.org/10.1016/j.proenv.2016.03.087
Hai-ling, G. (2011). A GIS-based approach for Rais. (2005) dalam Aini, Anisah (n.d). Sistem
information management in ecotourism region. Informasi Geografi: Pengertian dan Aplikasinya.
Journal of Procedia Engineering 15, 1988-1992. Retrived at
https://doi.org/10.1016/j.proeng.2011.08.371 http://s3.amazonaws.com/academia.edu.docume
http://www.westminster.edu/staff/athrock/GIS/GIS.p nts/44545640/02_-
df _STMIK_AMIKOM_Yogyakarta_Sistem_Infor
Kementrian Pariwisata. (2015). Rencana Strategis: masi_Geografi__Pengertian_dan_Pemanfaatann
Pengembangan Destinasi dan Industri ya.pdf?AWSAccessKeyId=AKIAIWOWYYGZ
Pariwisata Tahun 2015-2019. Kementrian 2Y53UL3A&Expires=1500382179&Signature=
Pariwisata. qDCaT9BQYoAIaJfEXuqmoCmeF4A%3D&res
Kurniawati, R. (n.d.). Modul pariwisata ponse-content-
berkelanjutan. disposition=inline%3B%20filename%3DSISTE
Marpaung, Happy. (2002). Pengetahuan M_INFORMASI_GEOGRAFIS_PENGERTIA
Kepariwisataan. Bandung: Alfabet. N_DA.pdf
Poulicos, P., Hellas, T., Mathematics, C., & Division, Suwantoro, Gamal. (2001). Dasar-dasar Pariwisata.
R. A. (n.d.). GIS Contribution For The Yogyakarta: ANDI.
Evaluation And Planning Of Tourism : A Yoeti, O.A. (2008). Perencanan dan Pengembangan
Sustainable Tourism. Pariwisata. Jakarta: PT. Pradnya paramita.
Prahasta, Eddy. (2006). Sistem Informasi geografis
(Membangun Web Based GIS dengan
Mapserver). Bandung: CV. Informatika.

Das könnte Ihnen auch gefallen