Sie sind auf Seite 1von 20

Jurnal Tarbiyah: Jurnal Ilmiah Kependidikan

Vol. 7 No. 2. Juli –

p-ISSN: 2088-6991
e-ISSN: 2548-8376 Desember 2018 (145-162)
Desember 2018

PEMEROLEHAN BAHASA DALAM PERSPEKTIF


PSIKOLINGUISTIK DAN ALQURAN
Ahmad Muradi
Prodi Pendidikan Bahasa Arab Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Antasari Banjarmasin ahmadmuradi@uin-
antasari.ac.id

ABSTRACT
Language acquisition is a process experienced by humans in the development of natural
languages. The purpose of this paper is 1) to describe the theory of language acquisition in
the perspective of psycholinguistics and the Qur'an, 2) to describe the process of acquiring
language in a psycholinguistic and Qur'anic perspective. Three theories carefully discuss
the acquisition of this language, namely behavioristic, nativis and functional theory. The
behavioristic theory said that the acquisition of language through verbal behavior, that is
by responding to stimuli and finally giving rise to language. The nativis theory said that the
acquisition of language with genetic capacity influences the ability to understand the
language around us, and produces a construct of a language system that is embedded in
itself. Functional theory says that language acquisition depends on cognitive development.
So, someone based on output language, then process it by giving meaning and finally
giving birth to language as input. In the Qur'an, the process of acquiring language through
speech and stimulus from outside is then welcomed by the potential that is owned and
assisted by existing tools. Humans digest messages that arrive and process them with the
thought processes and memories they have and then continue to understand them and
ultimately create a 'new' language.
Kata Kunci: language acquisition; language input; response; language output

ABSTRAK
Pemerolehan bahasa merupakan proses yang dialami manusia dalam perkembangan bahasa
yang bersifat alami. Tujuan penulisan ini adalah 1) mendeskripsikan teori pemerolehan
bahasa dalam perspektif psikolinguistik dan Alquran, 2) mendeskripsikan proses
pemerolehan bahasa dalam perspektif psikolinguistik dan Alquran. Tiga teori membahas
secara cermat terhadap pemerolehan bahasa ini, yakni teori behavioristik, nativis dan
fungsional. Teori behavioristik mengatakan bahwa pemerolehan bahasa melalui perilaku
verbal, yaitu dengan merespon stimulus dan akhirnya menimbulkan bahasa. Teori nativis
mengatakan bahwa pemerolehan bahasa dengan kapasitas genetik yang mempengaruhi
kemampuan dalam memahami bahasa di sekitar kita, dan menghasilkan sebuah konstruksi
sistem bahasa yang tertanam dalam diri. Teori fungsional mengatakan bahwa pemerolehan
bahasa bergantung pada perkembangan kognitif. Jadi, seseorang berdasar output bahasa,
lalu memprosesnya dengan memberi makna dan akhirnya melahirkan bahasa sebagai input.
Dalam Alquran, proses pemerolehan bahasa melalui ujaran dan stimulus dari luar
kemudian disambut oleh potensi yang dimiliki dan dibantu dengan piranti yang ada.
Manusia mencerna pesan yang sampai dan mengolahnya dengan proses berpikir dan
memori yang dimiliki lalu diteruskan dengan memahaminya dan pada akhirnya tercipta
bahasa „baru‟.

145
Jurnal Tarbiyah: Jurnal Ilmiah Kependidikan
Vol. 7 No. 2. Juli – Desember 2018 (145-162)

Kata Kunci: pemerolehan bahasa; input bahasa; respon; output bahasa

dengan alam, yakni suara dari alam seperti

PENDAHULUAN suara hembusan angin, gemercik air,


Bahasa dalam konteks linguistik kicauan burung yang ditirukan manusia.
dipandang sebagai sebuah sistem bunyi Mengkaji tentang pemerolehan
yang arbriter, konvensional, dan bahasa berarti juga mengkaji tentang
dipergunakan oleh manusia sebagai sarana perkembangan manusia itu sendiri dari
komunikasi. (Kholid A. Harras dan Andika aspek fisik dan psikis. Manusia diberikan
Dutha Bachari, 2009:1). Definsi ini anugrah berupa fitrah atau kemampuan
menunjukkan bahwa tidak ada kaitan untuk berkembang. Perkembangan
antara bahasa dengan fenomena lain, manusia yang dimaksud adalah
artinya ia berdiri sendiri dan ia bertujuan perkembangan kognitif, afektif dan
sebagai alat komunikasi. Namun jika psikomotorik yang dimiliki manusia.
bahasa dikaitkan dengan proses Aspek bahasa juga berkembang seiring
pemerolehannya maka bahasa tidak berada dengan perkembangan ketiga aspek
secara mandiri melainkan terdapat oknum tersebut.
lain yang terlibat dalam pembentukannya.
Menurut Nana Jumhana (2014:
Dalam teori kemunculan bahasa 110) proses pemerolehan bahasa
dijelaskan bahwa bahasa muncul dengan memberikan gambaran tentang
berbagai sumber baik dari dalam diri perkembangan salah satu fungsi terpenting
manusia maupun dari luar diri manusia. pada manusia dan kajian terhadapnya
Dari dalam diri manusia maksudnya merupakan topik pokok dalam
adalah kemampuan manusia dalam psikolinguistik.
menciptakan bahasa dengan proses yang
Makalah ini mencoba menelaah
mesti dilalui berupa respon terhadap
garis besar permasalahan dalam
rangsangan dari luar berupa gerak dan
pemerolehan bahasa Arab dalam
suara manusia sendiri seperti tertawa,
perspektif psikolinguistik dan Alquran.
menangis dan lainnya. Sedangkan dengan
Dengan demikian, yang menjadi pokok
bahasa berasal dari diri manusia seperti
masalah dalam penulisan makalah ini
teori bahwa bahasa adalah wahyu Allah
adalah 1) Bagaimana teori pemerolehan
Swt dan juga teori interaksi manusia
bahasa dalam perspektif psiklinguistik dan
146
Jurnal Tarbiyah: Jurnal Ilmiah Kependidikan
Vol. 7 No. 2. Juli – Desember 2018 (145-162)

Alquran. 2) Bagaimana proses Dengan pendekatan linguistik,


pemerolehan bahasa dalam perspektif khususnya linguistik strukturalis dan
psiklinguistik dan Alquran. Sedangkan post-strukturalis, ia menunjukan
tujuan penulisan ini adalah 1) untuk biasbias tradisi Arab dalam penafsiran
mendeskripsikan teori pemerolehan bahasa terhadap ayat-ayat yang berkaitan
dalam perspektif psiklinguistik dan dengan kedudukan perempuan.
Alquran. 2) untuk mendeskripsikan proses 3. Hubungan Akibat Antara Turunnya
pemerolehan bahasa dalam perspektif Ayat-ayat Alquran dan Adat Kebiasaan
psikolinguistik dan Alquran. dalam Tradisi Kebudayaan Arab
Jahiliyah yang ditulis oleh Imam
Pertanyaannya adalah mengapa
Muchlas. Ia menjelaskan berbagai adat
tulisan ini tidak hanya disorot dengan
kebiasaan orang Arab dan bagaimana
psikolinguistik tetapi juga dengan
sikap Alquran terhadapnya. Melalui
Alquran? Jawabannya adalah Alquran
pendekatan sosiologis-antropologis, dia
merupakan pedoman hidup muslim, ia
menganalisis keberadaan adat tersebut
juga merupakan samudra pengetahuan
melalui jalur asbabun nuzul.
yang dapat dilihat dari berbagai sudut
4. Ali Sodiqin juga mengadakan kajian
pandang. Dalam tulisan Ali Sodikin (2008:
terhadap Alquran dalam kacamata
12-21), terdapat kajian-kajian tentang
antropologi. Ia menjelaskan tentang
Alquran seperti:
enkulturasi Alquran terhadap tradisi
1. Mafhum aN-Nash Dirasah fi Ulum Arab yang menghasilkan konsep
Alquran yang ditulis Nasr Hamid Abu reproduksi kebudayaan yang
Zayd. Tulisannya terkait dengan berdasarkan worldview-nya, yaitu
dialektika antara teks (Alquran) dengan tauhid atau monoteisme dan etika sosial
konteks (situasi sosial masyarakat) atau moralitas.
mengungkapkan dialektika tersebut Demikian keempat kajian diatas
dengan mengkritisi konsep-konsep yang juga mengkaji Alquran dalam
dalam ilmu-ilmu Alquran klasik. perspektif yang berbeda. Nasr Hamid dan
2. Menggugat Otentisitas Wahyu Tuhan: Aksin Wijaya menggunakan perspektif
Kritik Atas Nalar Tafsir Gender yang linguistik dan Muchlas menggunakan
ditulis oleh Aksin Wijaya mengatakan perspektif historis sedangkan Ali Soqidin
bahwa kuatnya otoritas tradisi Arab menggunakan perspektif antropologi.
dalam penafsiran terhadap Alquran. Adapun yang penulis lakukan adalah

147
Jurnal Tarbiyah: Jurnal Ilmiah Kependidikan
Vol. 7 No. 2. Juli – Desember 2018 (145-162)

kajian tentang pemerolehan bahasa dalam komunikasi daripada bentuk bahasanya.


perspektif psikolinguistik dan Alquran. Pemerolehan bahasa anak-anak dapat
dikataka mempunyai ciri kesinambungan,
PEMBAHASAN
memiliki suatu rangkaian kesatuan, yang
1. Pengertian Pemerolehan Bahasa
bergerak dari ucapak satu kata sederhana
Kata pemerolehan merupakan kata
menuju gabungan kata yang lebih rumit.
turunan dari kata oleh (KBBI, 1997:702).
Pemerolehan berarti proses, perbuatan, dan Pemerolehan bahasa pertama erat
cara memperoleh. Pemerolehan disebut sekali kaitannya dengan perkembangan
dalam bahasa Inggris dengan acquisition sosial anak dan karenanya juga erat
yang berarti proses penguasaan bahasa hubungannya dengan pembentukan
yang dilakukan oleh anak secara alami identitas sosial. Menurut Nana Jumhana
terhadap bahasa ibunya (native language). (2014:112) mempelajari bahasa pertama
Pemerolehan bahasa adalah proses yang merupakan salah satu perkembangan
berlangsung di dalam otak seorang anak menyeluruh anak menjadi anggota penuh
ketika dia memperoleh bahasa pertamanya suatu masyarakat. Guru juga memiliki
atau bahasa ibunya. (Abdul Chair, andil dalam mengajarkan bahasa pada
2003:167). Dari definisi di atas dapat anak (Faqihatuddiniyah dan Harun Rasyid
dikatakan bahwa pemerolehan bahasa 2017). Bahasa memudahkan anak
merupakan proses tertentu yang dilakukan mengekpresikan gagasan, kemauannya
otak manusia dalam memperoleh bahasa dengan cara yang benar-benar dapat
yang didapat dari hasil interaksi dari luar diterima secara sosial. Bahasa merupakan
lalu kemudian diolah sesuai dengan media yang dapat digunakan anak untuk
kemampuan dan pertumbuhan otak memperoleh niali-nilai budaya, moral,
manusia. agama, dan nila-nilai lain dalam
masyarakat. Dalam melangsungkan upaya
Proses anak mulai mengenal
memperoleh bahasa, anak dibimbing oleh
komunikasi dengan lingkungannya secara
prinsip „jadilah orang lain dengan sedikit
verbal disebut dengan pemerolehan bahasa
perbedaan‟, atau „dapatkan dan perolehlah
anak. Pemerolehan bahasa pertama (B1)
suatu identitas sosial di dalamnya, dan
anak terjadi jika anak yang sejak semula
kembangkan identitas pribadi Anda
tanpa bahasa kini telah memperoleh satu
sendiri‟ (Nana Jumhana, 2014: 112)
bahasa. Pada masa pemerolehan bahasa
anak, anak lebih mengarah pada fungsi 2. Teori Pemerolehan Bahasa

148
Jurnal Tarbiyah: Jurnal Ilmiah Kependidikan
Vol. 7 No. 2. Juli – Desember 2018 (145-162)

Sebelum penulis seorang pakar psikologi membahas


membahas tentang teori-teori pemerolehan masalah fungsi psikologis setiap
bagian dari manusia, maka dia harus
bahasa, ada baiknya dibahas terlebih melihat karakteristik dari keadaan
dahulu tentang psikologi yaitu yang akan dia deskripsikan fungsi
psikologisnya. Dan ketika seorang
ilmu yang membahas tentang diri akan membahas tetang fungsi
manusia secara umum. Sedangkan psikologis bahasa, mau tidak mau
harus kembali kepada ilmu bahasa.
psikolinguistik adalah ilmu yang
Meskipun sebenarnya
membahas tentang fungsi psikologis masukanmasukan yang diberikan
bahasa. Jadi terdapat perbedaan dari sisi linguistik belum sepenuhnya bisa
menjawab ilmu psikologi. Persoalan ini
objek pembahasan dari kedua ilmu tidak akan jelas hakekatnya, kecuali kalau
tersebut. Sementara itu Effendy (2005:10- hubungan antara bahasa dan fenomena
dasar komunikasi manusia terutama yang
12) dalam bukunya Metodologi
berkaitan dengan fungsi bahasa sebagai
Pengajaran Bahasa Arab ketika berbicara simbol jelas juga hakekatnya.
tentang dasar-dasar teoritis pengajaran Selain masalah fungsi bahasa hal
bahasa hanya menyebutkan psikologi dan yang juga menjadi persoalan adalah,
apakah tahapan anak memperoleh
linguistik, sementara itu Effendy tidak
bahasa menjadi wilayah kajian
membicarakan tentang psikolinguistik psikologi ataukah ilmu bahasa?
sebagai dasar ilmu pemerolehan bahasa. Bagaimanapun, perkembangan bahasa
anak termasuk dalam wilayah
Untuk lebih jelasnya titik psikologi perkembangan. Akan tetapi
yang bisa menjawab secara detail
perbedaan antara psikologi dan proses-proses pemerolehannya, baik
psikolinguistik, berikut semantik sintaksis ataupun
fonologinya adalah ilmu bahasa.
penulis kutip pendapat dari
Mamluatul Hasanah (2010:55-56) Dari pendapat Mamluatul Hasanah
dalam bukunya Proses Manusia di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat
Berbahasa menyatakan: tiga cabang ilmu yang masing-masing
mempunyai fungsi yang berbeda terkait
Pemerolehan bahasa merupakan
salah satu bahasan penting yang ada masalah manusia, yaitu psikologi,
dalam psikolinguistik selain juga linguistik, dan psikolinguistik. Psikologi
psikologi. Ketika membicarakan
adalah ilmu yang membahas tentang
masalah pemerolehan bahasa agak
sulit memang, kalau harus dipilah fungsi psikologis dalam diri manusia.
mana yang menjadi bagian dari Sedangkan linguistik merupakan ilmu
psikolinguistik, mana yang menjadi
bagian dari psikologi. Kesulitan ini yang membahas tentang proses
bisa digambarkan ketika misalnya pemerolehan bahasa. Sementara

149
Jurnal Tarbiyah: Jurnal Ilmiah Kependidikan
Vol. 7 No. 2. Juli – Desember 2018 (145-162)

psikolinguistik adalah ilmu yang terkondisikan. Proses perilaku berbahasa


membahas tentang yang menjadi potensi dapat dilihat pada bagan 1 berikut:
atau fitrah pemerolehan bahasa bagi
S (stimulus) R (Respons) Bahasa
manusia.
Bagan 1: Proses perilaku berbahasa
Berikut penulis uraikan teori-teori
pemerolehan bahasa bagi manusia. Karena teori behavioristik itu harus

Douglas Brown (2008: 27-36) membagi menjelaskan kelakukan belajar semua

teori pemerolehan bahasa bagi manusia makhluk hidup, maka tidak ada tempat

kepada tiga, yaitu teori behavioristik, untuk pengertian mentalistik, seperti

Nativis, dan fungsional. kesadaran, rencana, maksud, dan konsep.


Analisis kelakuan behavioristik didasarkan
a. Teori Behavioristik
atas aksioma: 1) semua perilaku
Salah satu upaya yang paling
merupakan akibat rangsangan faktor-faktor
masyhur untuk membangun model
lingkungan, 2) perilaku dapat diubah
behavioristik atas perilaku linguistik
sesuai dengan perkembangan lingkungan.
tertuang dalam karya klasik B. F.
(Nama Junhana: 2014, 113)
Skinner, Verbal Behavior (1957).
Pada tahun 1968, Skinner
Behaviorisme adalah aliran psikologi
mengatakan bahwa berbahasa haruslah
yang mempelajari tingkah laku yang
ditanggapi sebagai satu respon operan
nyata yang dapat diukur secara obyektif.
berkondisi terhadap stimulus tersembunyi
Dan bahasa dalam konsep behavioristik
baik yang internal atau eksternal.
adalah perilaku verbal.
(Mamluatul Hasanah: 68) Kondisi operan
Teori ini mendeskripsikan dan
atau operant conditioning adalah
menjelaskan perilaku bahasa dengan
pengkondisian untuk membuat organisme
bantuan model S-R (Stimulus-Respon).
manusia memberi tanggapan, atau operant
Pada teori ini ada hubungan antara situasi
(berupa kalimat atau ujaran), secara
stimulus (S) dari luar atau dalam
spontan; operant itu dipertahankan (atau
organismenya dan suatu reaksi (R) dari
dilatih) dengan perangsang tertentu
organisme tersebut. Jadi perilaku bahasa
(misalnya, respons positif dari orang lain,
yang efektif sebagai wujud tanggapan
baik verbal maupun nonverbal).
yang tepat terhadap stimulus. Jika
respons tertentu dirangsang berulang- Sebagai penjelasan lebih lanjut dari
ulang, ia lantas menjadi kebiasaan, atau teori ini bisa digambarkan tentang

150
Jurnal Tarbiyah: Jurnal Ilmiah Kependidikan
Vol. 7 No. 2. Juli – Desember 2018 (145-162)

bagaimana seorang bayi mulai berbahasa. Menurut Chomsky, proses belajar bahasa
Pada tahapan ketika anak memperoleh adalah proses pembentukan kaidah (rule
sistem bunyi bahasa ibunya, semula dia formation process), bukan proses
mengucapkan sistem bunyi yang ada di pembentukan kebiasaan (habit formation
semua bahasa yang ada di dunia ini. Akan process). Ia berpendapat bahwa manusia
tetapi karena lingkungan telah memiliki apa yang disebut “innate
memberikan contoh terus-menerus capacity”, suatu kemampuan pada dirinya
terhadap sistem bunyi yang ada pada untuk memahami dan menciptakan
bahasa ibunya, dan dimotivasi terus untuk ungkapan-ungkapan baru. (Mujandto
menirukan sistem bahasa ibunya, maka Sumadi: 1996, 19) inilah kritik Chomsky
yang akhirnya dikuasai adalah sistem terhadap teori psikologi behavior yaitu
bahasa ibunya. (Mamluatul Hasanah: 68- untuk landasan pembelajaran bahasa
69) karena kemampuan bahasa tidak hanya
ditentukan oleh faktor dari luar (eksternal),
b. Teori Nativis
melainkan juga faktor dari dalam
Istilah nativis diambil dari
(internal).
pernyataan dasar mereka bahwa
pemerolehan bahasa sudah ditentukan dari McNeill dalam Douglas Brown
sananya, bahwa kita lahir dengan kapasitas (2008:31) memaparkan LAD meliputi
genetik yang mempengaruhi kemampuan empat perlengkapan linguistik bawaan: 1)
kita memahami bahasa di sekitar kita, yang kemampuan membedakan bunyi wicara
hasilnya adalah sebuah konstruksi sistem dari bunyi-bunyi lain di lingkungan
bahasa yang tertanam dalam diri kita. sekitar. 2) kemampuan menata data
linguistik ke dalam berbagai kelas yang
Chomsky (1965) mengemukakan
bisa disempurnakan kemudian. 3)
adanya ciri-ciri bawaan bahasa untuk
pengetahuan bahwa hanya jenis sistem
menjelaskan pemerolehan bahasa asli pada
linguistik tertentu yang mungkin
anak-anak dalam tempo begitu singkat
sedangkan yang lainnya tidak. 4)
sekalipun ada sifat amat abstrak dalam
kemampuan untuk terus mengevaluasi
kaidah-kaidah bahasa tersebut. Sebenarnya
sistem linguistik yang berkembang untuk
setiap manusia memiliki kemampuan
membangun kemungkinan sistem paling
belajar bahasa yang dibawa sejak lahir
sederhana berdasarkan masukan linguistik
yang disebut dengan jihaz iktisab al-lugah
yang tersedia.
atau Language Acquistion Device (LAD).

151
Jurnal Tarbiyah: Jurnal Ilmiah Kependidikan
Vol. 7 No. 2. Juli – Desember 2018 (145-162)

McNeill dan para peneliti lain dewasa. Seorang anak menangkap


dalam tradisi Chomskyan secara sejumlah ujaran yang sebagian besar tidak
meyakinkan berpendapat mengenai gramatikal. Dari korpus yang tidak
sasaran LAD, yang sangat bertolak berstruktur tersebut, yang masuk sebagai
belakang dengan teori stimulus-respons input pada LAD, dibentuklah tata bahasa
(S-R) aliran behavioristik yang begitu sebagai input. Proses tersebut dapat
terbatas dalam menjelaskan kreativitas digambarkan bagan 2 berikut:
yang terdapat dalam bahasa anak-anak.
(Douglas Brown (2008:31)
Input bahasa: Output
Nana Jumhana (2014:115) Kumpulan
LAD
Ujaran bahasa
menjelaskan bahwa LAD merupakan
piranti pemerolehan bahasa. Titik tolaknya Bagan 2: Proses Pemerolehan Bahasa

adalah perbedaan antara struktur lahir dan Menurut Teori Nativis

struktur batin pada kalimat. Kedua struktur Dengan bantuan LAD, seorang
tersebut saling berhubungan melalui anak dapat menemukan struktur batin
transformasi. Tiap kalimat memiliki kalimat-kalimat yang dijumpainya dan
struktur abstrak di bawah permukaannya kemudian ia dapat membentuk kalimat
dan LAD memungkinkan anak menyusun yang sebelumnya belum pernah
hipotesis tetang struktur bawah bahasa dijumpainya. Gramatika yang dibentuk
yang diperolehnya. Anak tidak sadar dengan bantuan LAD itu mengandung
terhadap proses ini. Hipotesis-hipotesis sifat-sifat khas suatu bahasa tertentu, tetapi
yang disusun anak tanpa sadar, kemudian di atas itu juga mengandung sifatsifat
dicoba dalam pemakaiannya. universal.
Hipotesishipotesis ini terus-menerus
c. Teori Fungsional
dicoba kebenarannya pada data yang
Dalam catatan Douglas Brown
dikumpulkan anak selama ia mendengar
(2008:35) terdapat pergeseran dalam
dan berbicara. Oleh karena itu
polapola penelitian tentang bahasa.
hepotesishepotesis tersebut diubah dan
Pergeseran ini tidak jauh dari matarantai
disesuaikan secara struktur.
generatif/kognitif menuju esensi bahasa.
Dari proses yang disebut di atas, Dua penekanan muncul: 1) para peneliti
lama-kelamaan berkembanglah sistem mulai melihat bahwa bahasa hanyalah
kaidah bahasa anak secara sistematis ke salah satu manifestasi kemampuan kognitif
arah sistem kaidah yang dimiliki orang dan afektif manusia dalam kaitannya
152
Jurnal Tarbiyah: Jurnal Ilmiah Kependidikan
Vol. 7 No. 2. Juli – Desember 2018 (145-162)

dengan dunia, orang lain, dan dengan diri ditentukan oleh kompleksitas semantik
sendiri. 2) lebih jauh, kaidahkaidah ketimbang kompleksitas struktural.
generatif yang ditawarkan oleh kaum Maknanya, ketika anak memperoleh
nativis adalah abstrak, formal, eksplisit, bahasa dari luar, ia akan memproses
dan logis, tetapi mereka hanya bersentuhan bahasa tersebut dengan memahami makna
dengan bantuk-bentuk bahasa dan tidak yang sesuai dengan kontek munculnya
dengan makna, sesuatu yang terletak pada bahasa tersebut sesuai dengan kemampuan
tataran fungsional yang lebih mendalam kognitifnya tanpa mengindahkan struktur
yang terbangun dari interaksi sosial. yang ada.
Contoh bentuk–bentuk bahasa adalah
Berikut proses pemerolehan
morfem kata, kalimat, dan kaidah yang
bahasa menurut teori fungisonal seperti
mengatur semua itu. Fungsi adalah tujuan
dalam bagan 3:
interaktif dan bermakna di dalam suatu
konteks sosial (pragmatis) yang penuh Input Pemero Output
bahasa sesan bahasa
dengan bentuk-bentuk. Bahasa:
Pemak
Gleitman dan Wanner (1982)
naan
mengatakan dalam tinjauannya atas
kemajuan terbaru penelitian bahasa
Bagan 3: Proses Pemerolehan Bahasa
anakanak, “cara anak-anak belajar bahasa
Menurut Teori Fungsional
dilengkapi dengan kemampuan
interpretatif konseptual untuk Dari bagan 3 di atas dapat dilihat
mengkategorikan dunia. Para pembelajar bahwa input bahasa masuk kepada diri
digiring untuk memetakan tiap-tiap ide manusia untuk diproses dan diberikan
semantik atas unit linguistik kata”. Dari pemaknaan tanpa mengindahkan struktur.
pendapat Gleitman dan Wanner di atas Lalu kemudian, hasil pemaknaan itu
dapat dikatakan bahwa belajar bahasa dikeluarkan dengan bahasa sendiri.
tergantung dengan perkembangan kognitif 3. Pemerolehan Bahasa dalam
dan kompleksitas bahasa yang dipelajari. Perspektif Alquran
Hal ini juga dikatakan Slobin (dalam Pembahasan tentang pemerolehan
Douglas Brown: 2008, 37) bahwa dalam bahasa dalam perspektif Alquran terdiri
semua bahasa, pembelajaran semantik atas lima pembahasan, yaitu fitrah
bergantung kepada perkembangan kognitif berbahasa dalam Alquran, piranti bahasa
dan rangkaian perkembangan lebih

153
Jurnal Tarbiyah: Jurnal Ilmiah Kependidikan
Vol. 7 No. 2. Juli – Desember 2018 (145-162)

dalam Alquran, memori dalam Alquran, mengenai nama-nama atas benda-benda


dan berpikir dalam Alquran. yang ada disekitarnya. Maka, dengan
demikian telah terjadi komunikasi
a. Fitrah Berbahasa dalam Alquran
berbahasa antara Allah Swt. dengan Nabi
Dalam Alquran telah disebutkan
Adam As. Jadi ayat tersebut juga
tentang potensi manusia dalam berbahasa.
menunjukkan bahwa manusia (dalam hal
Diantara ayat yang menjelaskan hal
ini Adam As.) memiliki potensi untuk
tersebut adalah Q.S. AlBaqarah/2: 31-32:
berbahasa.
        
           Juga dalam Q.S. Al-Nisa/4:164:
       
            
     
  
           
           
 
     
       
     
  
 
“Dan Dia mengajarkan kepada Adam 

Nama-nama (benda-benda) seluruhnya,


“Dan (kami telah mengutus) Rasul-rasul
kemudian mengemukakannya kepada Para
yang sungguh telah Kami kisahkan tentang
Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah
mereka kepadamu dahulu, dan Rasul-rasul
kepada-Ku nama benda-benda itu jika
yang tidak Kami kisahkan tentang mereka
kamu mamang benar orang-orang yang
kepadamu. dan Allah telah berbicara
benar!" (31) Mereka menjawab: "Maha
kepada Musa dengan langsung”
suci Engkau, tidak ada yang Kami ketahui
selain dari apa yang telah Engkau ajarkan Pada ayat di atas (Q.S.

kepada kami; Sesungguhnya Engkaulah alNisa/4:164) menyatakan telah terjadi

yang Maha mengetahui lagi Maha interaksi komunikasi dengan ungkapan

Bijaksana". (32) “kallama” bahwa Allah Swt. telah


berbicara dengan Nabi Musa As. Secara
Ayat di atas menjelaskan bahwa
langsung. Jadi, dengan demikian dapat
Nabi Adam As telah diberikan pelajaran
dikatakan bahwa manusia telah memiliki

154
Jurnal Tarbiyah: Jurnal Ilmiah Kependidikan
Vol. 7 No. 2. Juli – Desember 2018 (145-162)

potensi yang sudah dipersiapkan Allah “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut
Swt. untuk menerima wahyu-Nya melalui ibumu dalam Keadaan tidak mengetahui
kalam untuk dilaksanakan dan sesuatupun, dan Dia memberi kamu
disampaikan kepada umat manusia. pendengaran, penglihatan dan hati, agar
kamu bersyukur.” 2. Surah al-
Dari penjelasan di atas tentang
Mukminun/23: 78
fitrah/potensi yang ada, manusia diberi
kemampuan untuk berbahasa dan siap         
menerima, merespon serta mengolahnya
  
sehingga ia dapat memahami pesan yang
sampai kepadanya dan dapat mengirimkan    
pesan baru kepada lawan bicara.
   

b. Piranti Bahasa dalam Alquran   


Dalam Alquran terdapat empat ayat
 
pada empat surah yang berbeda mengenai
piranti bahasa atau alat yang digunakan “Dan Dialah yang telah menciptakan bagi
dalam proses berbahasa. Empat ayat dan kamu sekalian, pendengaran, penglihatan
empat surat yang dimaksud adalah: 1. dan hati. Amat sedikitlah kamu
Surah al-Nahl/68: 78 bersyukur.” 3. Surah

      al-Mulk/67:23


        
       
      
     

      


   
     
     “Katakanlah: "Dia-lah yang menciptakan
kamu dan menjadikan bagi kamu
   
pendengaran, penglihatan dan hati".
   (tetapi) Amat sedikit kamu bersyukur.”
4. Surah al-Sajadah/32: 9
 
       
    

155
Jurnal Tarbiyah: Jurnal Ilmiah Kependidikan
Vol. 7 No. 2. Juli – Desember 2018 (145-162)

     Berikut penjelasan


  Alquran mengenai fungsi penglihatan
  yaitu dengan melihat ayat-ayat Allah

 Swt. untuk menjadi renungan, pelajaran

 dan i‟tibar bagi manusia dalam


mengarungi hidup di dunia. Ayat yang
 
dimaksud adalah Q.S.
 
Fuhsshilat/41:53:
 
        
     
“Kemudian Dia menyempurnakan dan
meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)Nya         

dan Dia menjadikan bagi kamu      


pendengaran, penglihatan dan hati;   
(tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.”     
Dari empat di atas dengan redaksi   
yang hampir serupa menyebutkan tiga  
piranti bahasa bagi manusia yaitu sam’a
„Kami akan memperlihatkan kepada
(pendengaran), abshar (penglihatan) dan
mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di
af’idah (hati). Meski dalam sudut pandang
segala wilayah bumi dan pada diri mereka
struktur tubuh manusia bahwa ketiga
sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa
piranti itu pancaindra manusia, namun
Al Quran itu adalah benar. Tiadakah
dalam pandangan ilmu bahasa bahwa
cukup bahwa Sesungguhnya Tuhanmu
ketiga piranti itu merupakan alat untuk
menjadi saksi atas segala sesuatu?”
dapat berkomunikasi dan memperluas
Jadi ayat di atas mengisyaratkan
pengetahuan yang dengan sendirinya turut
bahwa Allah Swt. memerintahkan kepada
dapat mengembangkan bahasa. Sebab
manusia untuk mempergunakan
melalui suara dan bunyi yang didengar
penglihatannya dengan melihat dan
akan menjadi stimulus atau rangsangan
memperhatikan tanda-tanda (kekuasaan)
dari luar bagi manusia untuk
Allah Swt. Sehingga dengan demikian
memprosesnya. Lalu kemudian dipahami
manusia terus merasa bersyukur atas
pesan yang sampai melalui penglihatan
anugerah yang diberikan dan
dan fungsi hati yaitu pemahaman itu
mempergunakannya sesuai dengan
sendiri dalam diri manusia.

156
Jurnal Tarbiyah: Jurnal Ilmiah Kependidikan
Vol. 7 No. 2. Juli – Desember 2018 (145-162)

tuntutnan dan pedoman dari Allah Swt. Dari penjelasan tiga ayat di atas
dan Rasul-Nya. Namun jika manusia tetap tentang piranti bahasa yang dimiliki
membangkang dengan tidak bersyukur dan manusia dapat dikatakan bahwa manusia
tidak mempergunakan piranti tersebut dengan piranti yang ada telah siap
akan mendapatkan murka dari Allah Swt. menerima dan mengolah pesan yang
yaitu pada surat alA‟raaf/7 ayat 179 : disampaikan kepadanya.

         c. Memori dalam Alquran


Daya ingat (memori) mempunyai
       
posisi yang penting dalam kehidupan
          
manusia, sebab ingatan dapat membantu
          
seorang manusa menghadapi sebuah
            
persolan yang sedang dihadapi, dan
            
membantu manusia untuk merancang masa

depan. Selain itu ingatan juga membantu
       
manusia untuk memperoleh informasi-
  
  informasi baru, mengungkap realitas-
realitas baru yang semuanya dapat

meningkatkan ilmu pengetahuan dan
“Dan Sesungguhnya Kami jadikan untuk
budaya manusia. (Mamluatul Hasanah:
(isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin
2010, 122)
dan manusia, mereka mempunyai hati,
tetapi tidak dipergunakannya untuk Selain fungsi diatas, ingatan juga

memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka punya posisi penting dalam beragama.

mempunyai mata (tetapi) tidak Manusia selalu dianjurkan oleh Alquran

dipergunakannya untuk melihat untuk selalu mengingat Allah, tanda-tanda

(tandatanda kekuasaan Allah), dan mereka kekuasaan-Nya yang terdapat di alam

mempunyai telinga (tetapi) tidak semesta. Berikut beberapa ayat yang

dipergunakannya untuk mendengar menunjukkan betapa pentingnya

(ayatayat Allah). Mereka itu sebagai mengingat sebagai alat untuk mengambil

binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat pelajaran.

lagi. Mereka itulah orang-orang yang


lalai.”
Surat Ibrahim/41:52

157
Jurnal Tarbiyah: Jurnal Ilmiah Kependidikan
Vol. 7 No. 2. Juli – Desember 2018 (145-162)

        Surat al-Dukhan/44:58

               
      
         

        “Sesungguhnya Kami mudahkan Al Quran


itu dengan bahasamu supaya mereka
    
mendapat pelajaran.”

“(Al Quran) ini adalah penjelasan yang Kemampuan lain yang diberikan

sempurna bagi manusia, dan supaya Allah Swt. kepada manusia adalah

mereka diberi peringatan dengan-Nya, dan kemampuan mengingat. Dengan

supaya mereka mengetahui bahwasanya kemampuan ini manusia dapat

Dia adalah Tuhan yang Maha Esa dan agar mereproduksi dan mengolah kembali

orang-orang yang berakal mengambil pesan/bahasa yang telah diterima. Lalu

pelajaran.” kemudian diujarkan atau disampaikan


kepada lawan bicara.
Surat al-Qashash/28:46
d. Berpikir dalam Alquran
        Berbahasa adalah proses
      mengeluarkan pikiran dan perasaan (dari
         otak) secara lisan. Proses berbahasa ini

    melibatkan berbagai organ yang terkait,


baik pendengaran, alat ucap lisan, dan otak
  
sebagai pusat penyimpanan dan sekaligus
     
pengolah materi berbicara. Setiap orang
    
memiliki kualitas organ yang berbeda.
“Dan Tiadalah kamu berada di dekat Bagi orang yang normal tentu dapat
gunung Thur ketika Kami menyeru berbahasa dengan baik. Sebaliknya, bila
(Musa), tetapi (kami beritahukan itu terjadi kelainan fungsi otak dan alat
kepadamu) sebagai rahmat dari Tuhanmu, bicaranya, tentu mereka mempunyai
supaya kamu memberi peringatan kepada kesulitan untuk berbahasa, baik produktif
kaum (Quraisy) yang sekali-kali belum maupun reseptif. Dalam proses berbahasa
datang kepada mereka pemberi peringatan tersebut tidak hanya alat organ yang
sebelum kamu agar mereka ingat.” terlibat, tetapi juga proses mental manusia.

158
Jurnal Tarbiyah: Jurnal Ilmiah Kependidikan
Vol. 7 No. 2. Juli – Desember 2018 (145-162)

(Rohmani Nur Indah dan Abdurrahman, kehidupan bisa tertangkap oleh akal.
2008: 51). Jadi dari pernyataan di atas Berpikir bersifat fitrah yang melekat pada
bahwa berpikir merupakan bagian penting manusia dan dengan sifat itu manusia
dalam berbahasa. Sebab ketika seorang berusaha memenuhi kebutuhannya.
akan berbicara, maka ia akan memproses Sedang pikiran adalah aktivitas pikiran.
bahan bicara dengan cara berpikir dalam
Berpikir merupakan salah satu
hati dan kemudian ia ucapkan pesan yang
fungsi kejiwaan manusia yang tidak
ingin disampaikan kepada lawan bicara.
dimiliki oleh makhluk selain manusia.
Dalam Kamus Besar Bahasa Oleh karena itu, melalui berpikir manusia
Indonesia disebutkan bahwa kata pikir dapat menciptakan kemajuan peradaban
adalah akal budi; ingatan; kata dalam hati. atau kebudayaan yang selalu berkembang,
Sedang berpikir adalah menggunakan akal dan dengan berpikir itu pula manusia
budi untuk mempertimbangkan dan mampu beragama dan bertingkah laku
memutuskan sesuatu; susila. Berpikir erat hubungannya dengan
menimbangnimbang dalam ingatan. daya-daya jiwa yang lain, seperti
(KBBI: 1997:682) tanggapan, ingatan, pengertian, dan

Pengertian „berpikir‟ dalam kamus perasaan. Tanggapan memegang peranan

Lisan Arab, adalah mendayagunakan penting dalam berpikir, meskipun ada

khatir (suara hati, benak, jiwa) dalam kalanya dapat mengganggu jalannya

memahami sesuatu. (Ibnu pikiran. Ingatan merupakan syarat-syarat

Manzhur: yang harus ada dalam berpikir, karena


memberikan pengalaman-pengalaman dan
Maktabah Syamilah). Dalam Mu’jam
pengalaman yang telah lampau. Perasaan
alWasith, berpikir berarti menggunakan
selalu menyertai pula, ia merupakan dasar
akal terhadap sesuatu dan menyusun hal-
yang mendukung suasana hati, atau
hal yang sedang dipelajari itu agar bisa
pemberi keterangan dan ketekunan yang
memahami sesuatu yang belum diketahui.
dibutuhkan untuk memecahkan masalah.
(Ibrahim Mustofa: Maktabah Syamilah).
Pikiran adalah wadah yang memuat Jadi, pengertian berpikir adalah

imajinasi, ilusi dan ingatan. Pikiran adalah menggunakan pikiran untuk merenung dan

sesuatu yang bersifat maknawi menafsirkan segala urusan dunia maupun

(immaterial) yang memiliki pengaruh agama. Ia merupakan aktivitas manusia

materiil, sebab semua fenomena yang alatnya menggunakan akal, buahnya

159
Jurnal Tarbiyah: Jurnal Ilmiah Kependidikan
Vol. 7 No. 2. Juli – Desember 2018 (145-162)

berupa pendapat, ilmu dan pengetahuan. Allah Swt mendorong manusia


Aktivitas berpikir tersebut melahirkan untuk memikirkan alam, memperhatikan
filsafat, sehingga filsafat hanyalah hasil fenomena-fenomena alam yang beragam,
pemikiran akal dan hati manusia. Bisa serta memikirkan keindahan ciptaan-Nya
dikatakan bahwa filsafat merupakan hasil dan keterpaduan sistem-Nya. Allah Swt
menjadi-sadarnya manusia mengenai mendorong manusia untuk memperoleh
dirinya sendiri sebagai pemikir, dan ilmu pengetahuan tentang hukum-hukum
menjadi-kritisnya manusia terhadap Allah di semua bidang pengetahuan yang
dirinya sendiri sebagai pemikir di dalam beragam. Dorongan untuk mengadakan
dunia yang dipikirkannya. (Louis O. observasi, berpikir, meneliti, dan
Kattsoff: 2004,7) memperoleh ilmu tersebut. Terdapat dalam
beberapa ayat Alquran. (Muhammad
Berpikir kita lakukan untuk
Utsman Najati: 2005, 216217). Misalnya
menghadapi dan memahami realitas
surah al-Ankabut/29 ayat 20:
dengan menarik kesimpulan dan meneliti
berbagai kemungkinan penjelasan dari
       
realitas eksternal dan internal. Sehingga,      
mengenai hal ini, Taylor (1977)
        
mendefiniskan berpikir sebagai proses
   
penarikan kesimpulan. (Eri
Kurniawan:2002,12)      
   
Dalam kehidupan beragama
   
manusia tidak akan dapat menghayati
ajaran agamanya dan bahkan keyakinan Katakanlah: "Berjalanlah di
tentang adanya Tuhan sedalam-dalamnya, (muka) bumi, Maka
tanpa menggunakan akal pikiran perhatikanlah bagaimana Allah
sebaikbaiknya. Dalam hal ini Nabi menciptakan (manusia) dari
bersabda bahwa „Agama adalah akal dan permulaannya, kemudian Allah
tidaklah ada agama bagi orang yang tidak menjadikannya sekali lagi. Sesungguhnya
berakal‟. „manusia paling utama adalah Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
manusia yang paling berakal‟.
Surah Yunus/10 ayat 101:
‫وقال عطاء عن ابن عباس رفعه إلى النبي صلى هللا‬
‫)كتاب بغية‬.‫ أفضل الناس أعقل الناس‬:‫عليه وسلم قال‬
(‫الحارس‬

160
Jurnal Tarbiyah: Jurnal Ilmiah Kependidikan
Vol. 7 No. 2. Juli – Desember 2018 (145-162)

         Kepribadian (Al-Syakhshiyyah)


menurut Islam yaitu dalam diri manusia
        
memiliki pola pikir (aqliyah) dan pola

         sikap (nafsiyyah). pola pikir (aqliyah)


adalah mengaitkan fakta (waqi’) dan
      pemahaman sebelumnya (al-ma’lumat
alsabiqah) di dalam otak melalui panca
Katakanlah: "Perhatikanlah
indera. Proses berpikir bertujuan untuk
apa yaag ada di langit dan di bumi.
menghasilkan sebuah pemahaman.
tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah
Komponen-komponen berpikir manusia ,
dan Rasul-rasul yang memberi peringatan
yaitu adanya 1) Fakta (waqi’), 2) Panca
bagi orang-orang yang tidak beriman".
Indera (hawas), 3) Otak (al-dimagh), dan
4) Pemahaman (al-ma’lumat al-sabiqah).

Surah al-Hajj/20 ayat 46: Potensi itulah yang dikehendaki


oleh Sang Maha supaya
       
manusia mempergunakannya
      
     dengan sebaikbaiknya.
Motivasi-motivasi yang Tuhan berikan
           
kepada manusia dengan berbagai
       
ungkapan seperti yang ditampilkan
        dalam Alquran, yaitu seperti dalam
         Alquran QS.
 Yunus/10 ayat 101:

“Maka Apakah mereka tidak



berjalan di muka bumi, lalu mereka     
     
mempunyai hati yang dengan itu mereka
dapat memahami atau mempunyai telinga
“Katakanlah: “Perhatikanlah apa
yang dengan itu mereka dapat mendengar?
yang ada di langit dan di bumi…”.
karena Sesungguhnya bukanlah mata itu
yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang
di dalam dada”.

161
Jurnal Tarbiyah: Jurnal Ilmiah Kependidikan
Vol. 7 No. 2. Juli – Desember 2018 (145-162)

Ayat ini mengajak manusia pada yang sampai, mengolahnya. Lalu


sumber pengetahuan diteruskan dengan memahaminya dan pada
(epistemologi) dengan cara akhirnya tercipta bahasa „baru‟ dan
memperhatikan, melihat, dan merenung diucapkan kepada lawan bicara.
alam.
PENUTUP
Jadi, selain memori atau Dari penjelasan di atas, dapat
kemampuan mengingat, manusia juga ditarik beberapa simpulan, yaitu:
memiliki kemampuan berpikir sebagai
Bagi teori behavioristik, stimulus
alat dalam mencerna, mengolah
atau rangsangan merupakan
dan meproduksi kembali
faktor penentu bagi munculnya respon
pesan/bahasa yang telah sampai
untuk dapat memperoleh bahasa. Jika
kepadanya. Sehingga, dengan
stimulus dilakukan terus-menerus dan
demikian manusia dapat membuat dan
bentuk positif, maka respon akan
berkreasi dengan bahasa baru.
mengikutinya dan menirukannya. Artinya
Berikut bagan proses pemerolehan dalam berbahasa, menurut teori behavior
bahasa dalam perspektif Alquran: ini bahwa manusia dapat berbahasa karena
adanya stimulus dari luar. Sementara itu,
Input Fitrah/P
Me teori nativis bertolak belakang dari teori
bahasa: otensi
mori
Kumpul Manusia: behavior yang mengatakan bahwa manusia
an Output
Respons bahasa memiliki LAD untuk memperoleh bahasa
Ujaran
dengan Berpi
Piranti tanpa bergantung pada stimulus.
kir
Stimulus Bahasa Maknanya bahwa dalam diri manusia
sudah ada potensi yang dapat mengolah
Bagan 4: Proses Pemerolehan Bahasa dan memproduksi bahasa baru.
Menurut Alquran
Teori ketiga adalah teori
Dari bagan 4 di atas, dapat fungsional. Dapat dikatakan bahwa teori
dipahami bahwa sebelum manusia dapat ini merupakan lanjutan dari nativis. Di
berbahasa, terlebih dahulu ia mendapatkan mana perbedaannya adalah bahwa bahasa
ujaran dan stimulus dari luar. Dan yang diperoleh dari luar akan diproses
kemudian disambut oleh potensi yang dengan memberikan pemaknaan tanpa
dimiliki dan dibantu dengan piranti yang terikat dengan struktur yang sudah ada.
ada. Dari situ, manusia mencerna pesan

162
Jurnal Tarbiyah: Jurnal Ilmiah Kependidikan
Vol. 7 No. 2. Juli – Desember 2018 (145-162)

Adapun pemerolehan bahasa dalam Bahasa Pada Anak (Kajian Teoritis


Tentang Pemerolehan Bahasa
perspektif Alquran lebih lengkap dan
Pertama), Jurnal al-Ittijah,
memuat berbagai potensi dan piranti Pendidikan Bahasa Arab Fakultas
bahasa yang diperlukan. Tidak sampai di Tarbiyah dan Keguruan Sultan
Maulana Hasnuddin Banten,
situ saja, namun ditambah dengan Volume 6, Nomor 2.
kemampuan lain berupa memori dan Kamus Besar Bahasa Indonesia Cet-9.
kemampuan berpikir. Lalu bahasa atau 1997. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan-Balai
ujaran yang masuk diproses, diolah dan
Pustaka.
dipahami. Lalu dari hasil pemahaman
Kattsoff, Louis O. 2004. Pengantar
berupa bahasa „baru‟ disampaikan kepada Filsafat. Alih Bahasa: Soejono
Soemargono dari Elements Of
lawan bicara.
Philosophy. Yogyakarta: Tiara
Wacana.

Kurniawan, Eri. 2002 Pembudayaan


Keterampilan Berpikir Kritis Di
DAFTAR PUSTAKA
Perguruan Tinggi Melalui
Chaer, Abdul. 2003. Psikolinguistik Cognitive Coaching, Makalah
Kajian Teoritis. Jakarta: Rineka Diajukan untuk memenuhi salah
Cipta. satu syarat Pemilihan Mahasiswa
Berprestasi 2002. Universitas
Effendi, Ahmad Fuad. 2005. Metodologi
Pendidikan Indonesia, Bandung,
Pengajaran Bahasa Arab. Malang:
Misykat. Manzhur, Ibnu. Lisan Arab. Maktabah
Syamilah, V/65
Faqihatuddiniyah dan Harun
Rasyid. 2017. Persepsi orang tua Mustofa, Ibrahim dkk. Al-Mu’jam
dan guru mengenai bahasa inggris alWasith, Maktabah
pada anak usia dini di Syamilah,
TK ABA II/311
Karangmalang Yogyakarta. Jurnal
Tarbiyah (Jurnal Ilmiah
Kependidikan). Vol.6, No.2. Najati, Muhammad Utsman. 2005.
Psikologi dalam Al-qur’an Terapi
Harras, Kholid A. dan Andika Dutha
Qur’ani Dalam Penyembuhan
Bachari. 2009. Dasar-dasar
Gangguan Kejiwaan. Bandung:
Psikolinguistik. Bandung: Pustaka Setia.
UPIPress.
Sodiqin, Ali. 2008. Antropologi Al-Quran,
Hasanah, Mamluatul. Proses Manusia Model dialektika Wahyu
Berbahasa Perspektif al-Qur’an dan Budaya. Jogjakarta: Ar-
dan Psikolinguistik (Malang: UIN Ruzz Media.
Press, 2010)
Sumardi, Muljanto (ed). 1996. Berbagai
Jumhana, Nana. 2004. Pemerolehan Pendekatan dalam Pengajaran

163
Jurnal Tarbiyah: Jurnal Ilmiah Kependidikan
Vol. 7 No. 2. Juli – Desember 2018 (145-162)

Bahasa dan Sastra Press.


Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan.
Rohmani, Nur Indah dan Abdurrahman.
2008. Psikolinguistik, Konsep dan
Isu Umumi. Malang: UIN-Malang

164

Das könnte Ihnen auch gefallen