Sie sind auf Seite 1von 12

PERTANIAN

PENGARUH WAKTU PANEN TERHADAP HASIL DAN KUALITAS


UMBI BEBERAPA VARIETAS UBI JALAR
(Ipomoea batatas L.)

Effect of Harvest Time on the Yield And Tuber Quality of Some


Varieties Sweet Potato (Ipomoea batatas L.)
Gregorio Quintao, Denna E Munandar* dan Tri Agus Siswoyo*

Program Pascasarjana Agronomi, Fakultas Pertanian, Universitas Jember (UNEJ)


Jl. Kalimantan 37, Kampus Tegal Boto, Jember 68121
E-mail : qgoris@yahoo.com

ABSTRACT

Sweet potato ( Ipomoea batatas L. ) is one of the paternal commodities from tubers
that have to be developed as it has an important role for the communitis as a food
ingredient . To get results and good quality , sweet potatoes should be harvested at a
certain age in accordance with each of the varieties grown. The purpose of this
research is to obtain results that sweet potatoes have a high quantity and quality
through proper harvest time of some varieties of sweet potatoes. This experiment had
been done in Agrotechnopark research area, Jember University on Jubung Village,
Sukorambi Sub District of Jember and sweet potato tuber quality test conducted at
the Laboratory of Food Analysis, Department of Agricultural Technology, Politeknik
of Jember. The research began in March 2014 up to September 2014. The experiment
was carried out using Factorial Randomized Block Design (RBD) repeated in three
blocks. Experiments using two factors, the first factor is the time of harvest, consists
of 3 months, 4 months and 5 months. The second factor is the variety, consisting of
varieties local Jember, local Mutin, Hohrae 2 and Hohrae 3. Data of the experiment
analyzed by analysis of variance if data were significanly different when tested with
DMRT (Duncan's Multiple Range Test) 5%. The experimental results show that the
interaction between treatment harvest time and varieties that affect yield and quality
of sweet potato tubers. Combination treatment 4 months old harvest time and the use
of varieties of sweet potato varieties Hohrae 3 provides the highest results with tuber
weight per hectare 38.40 ton / ha. Treatment 4 months old harvest time give the best
results, namely the tuber Hohrae 3 varieties gives weights 38.40 tons / ha, Hohrae 2
varieties with weights 34.05 tonnes / ha, Jember local varieties with weights 27, 65
tons / ha and Mutin local varieties of tubers weighing 15.68 tonnes / ha. Harvest time
treatment at the age of 5 months all tested varieties of sweet potato tuber weight
decreased. The quality of sweet potato tubers at harvest age of 3 months is still low
because the water level is still high where the water content Hohrae 3 varieties of
80.15 percent, Hohrae 2 varieties of 75.05 percent, a local variety of Jember by 75.62
percent and local varieties mutin amounted to 72.02 percent.

Keywors : Sweet potato, harvest time, variety, yield and quality.


2

ABSTRAK

Ubi jalar (Ipomoea batatas L.) merupakan salah satu komoditas pangan dari
jenis umbi-umbian yang mempunyai potensi besar untuk dikembangkan karena
memiliki peranan penting bagi masyarakat sebagai bahan pangan. Untuk
mendapatkan hasil dan kualitas yang baik, ubi jalar perlu dipanen pada umur tertentu
sesuai dengan masing-masing varietas yang ditanam. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mendapatkan hasil ubi jalar yang memiliki kuantitas dan kualitas tinggi
melalui penentuan waktu panen yang tepat dari beberapa varietas ubi jalar.
Percobaan ini telah dilaksanakan di lahan penelitian Agrotechnopark Universitas
Jember di Desa Jubung Kecamatan Sukorambi Kabupaten Jember dan uji kualitas
umbi ubi jalar dilakukan di Laboratorium Analisis Pangan, Jurusan Teknologi
Pertanian Politeknik Negeri Jember. Waktu penelitian dimulai pada bulan Maret
2014 sampai dengan bulan September 2014. Percobaan ini dilaksanakan dengan
menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial 3 x 4 yang diulang dalam
tiga blok. Percobaan menggunakan dua faktor, Faktor I adalah waktu panen yang
terdiri dari waktu panen umur 3 bulan, 4 bulan dan 5 bulan. Faktor kedua adalah
varietas yang terdiri dari varietas lokal Jember, lokal Mutin, Hohrae 2 Hohrae 3.
Data hasil percobaan dianalisa dengan menggunakan sidik ragam dan terjadi beda
nyata dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%. Hasil
percobaan menunjukkan bahwa terjadi interaksi anatara waktu panen dan varietas
terhadap hasil dan kualitas umbi ubi jalar. Perlakuan waktu panen pada umur 4 bulan
memberikan hasil umbi ubi jalar yang lebih tinggi, di mana berat umbi per hektar
pada masing-masing varietas adalah varietas Hohrae 3 sebesar 38,40 ton/ha, varietas
Hohrae 2 sebesar 34,05 ton/ha, varietas lokal Jember sebesar 27,65 ton/ha dan
varietas lokal Mutin sebesar 15,68 ton/ha. Kualitas umbi ubi jalar pada umur panen 3
bulan masih rendah karena kadar airnya masih tinggi di mana kadar air pada varietas
Hohrae 3 sebesar 80,15 persen, varietas Hohrae 2 sebesar 75,05 persen, varietas lokal
Jember sebesar 75,62 persen dan varietas lokal mutin sebesar 72,02 persen.

Kata Kunci : Ubi jalar, waktu panen, varietas, hasil dan kualitas.

PENDAHULUAN

Ubi jalar (Ipomoea batatas L.) merupakan salah satu komoditas pangan dari
jenis umbi-umbian yang mempunyai potensi besar untuk dikembangkan karena
memiliki peranan penting bagi masyarakat sebagai bahan pangan. Di Timor Leste
ubi jalar merupakan salah satu produksi bahan pangan pokok selain padi, jagung dan
singkong. Sebagai bahan pangan ubi jalar digunakan untuk makanan sampingan dan
juga digunakan sebagai bahan baku berbagai industri dan pakan ternak (Ambarsari et
3

al., 2009). Kualitas suatu produk pertanian dapat dilihat dari beberapa aspek dan
salah satu diantaranya adalah kandungan zat gizi yang sangat dibutuhkan. Ubi jalar
memiliki komponen-komponen utama seperti karbohidrat, protein, lemak dan kalori
yang cukup tinggi (Muchtadi dan Sugiyono, 2013).
Salah satu upaya untuk meningkatkan produksi ubi jalar adalah menentukan
waktu panen yang tepat dan penggunaan varietas yang unggul. Waktu panen sangat
berpengaruh terhadap hasil umbi ubi jalar yang dihasilkan baik secara kualitas
maupun kuantitasnya. Secara kualitas ditentukan dengan adanya suatu komponen
yang memberikan nilai tambah pada tanaman ubi jalar berupa kandungan gizi yang
dibutuhkan oleh tubuh manusia, sedangkan secara kuantitas ditentukan pada angka
besaran umbi saat panen yang dapat diukur dalam bentuk ton per hektar (Welsh,
1991).
Tanaman ubi jalar terdiri dari bermacam-macam varietas, baik varietas-
varietas lokal maupun varietas-varietas unggul. Setiap varietas mempunyai umur
panen yang berbeda-beda. Varietas ubi jalar yang berumur pendek dipanen pada
umur 3 – 3,5 bulan, sedangkan varietas yang berumur panjang dipanen pada umur
4,5 – 5 bulan (Juanda dan Cahyono, 2000).

METODE PENELITIAN
Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan penelitian Agrotechnopark Universitas
Jember di Desa Jubung Kecamatan Sukorambi Kabupaten Jember dengan ketinggian
tempat 70 meter dpl. Kualitas umbi ubi jalar telah diuji di Laboratorium Analisis
Pangan, Jurusan Teknologi Pertanian Politeknik Negeri Jember. Waktu penelitian
dimulai pada bulan Maret 2014 sampai dengan bulan September 2014.
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari: stek ubi jalar dari
varietas-varietas yang diuji (varietas lokal Jember, varietas lokal Mutin varietas
Hohrae 2 dan varietas Hohrae 3), pupuk NPK pestisida, : larutan NaOH.N2S2O3,
H2SO4, Na2SO4.HgO, HCl, batu didih, NaOH, Luff school, H2SO4, Na2CO3 anhidrat,
Na Phospat, Pb asetat (alumina), Thio sulfat, larutan kanji dan aquades. Stek batang
ubi jalar yang digunakan sebagai bahan penelitian diambil di kebun petani
Sukorambi untuk varietas lokal Jember, sedangkan untuk tiga varietas lainnya
2

diambil di Pusat Penelitian Seed of Life (SOL) Timor Leste. Alat-alat yang
digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah : cangkul, skop, parang, lingis,
meteran gulung, timbangan, jangka sorong, penggaris, timbangan analitis,
erlenmeyer, kertas saring, gelas piala, buret, gelas ukur, pipet ukur dan corong gelas,
dan alat tulis,
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok
(RAK) faktorial 3 x 4 yang diulang dalam tiga blok. Faktor pertama adalah waktu
panen (W) yang terdiri dari tiga level perlakuan yaitu : W1 (Waktu Panen Umur 3
Bulan), W2 (Waktu Panen Umur 4 Bulan) dan W3 (Waktu Panen Umur 5 Bulan).
Faktor kedua adalah varietas (V) yang terdiri dari empat level perlakuan yaitu : V1
(Varietas Lokal Jember), V2 (Varietas Lokal Mutin), V3 (Varietas Unggul Hohrae 2)
dan V4 (Varietas Unggul Hohrae 3). Data hasil percobaan dianalisa dengan
menggunakan sidik ragam dan terjadi beda nyata dilanjutkan dengan uji jarak
berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%.
Parameter yang diamati dalam percobaan ini adalah : ideks luas daun (ILD), berat
kering berangkasan, diameter umbi, berat umbi per petak dan kadar air umbi.
Indeks Luas Daun
Pengamatan indeks luas daun dilakukan pada waktu satu hari sebelum panen. Indeks
luas daun diambil dari tanaman korban yang telah ditentukan dalam setiap petak
percobaan. Pengukuran indeks Luas daun dilakukan dengan menggunakan metode
gravimetri.
Berat Kering Brangkasan
Pengukuran berat kering brangkasan dilakukan dengan jalan menimbang daun
dan batang tanaman ubi jalar yang telah dikeringkan dengan oven. Penimbangan
dilakukan dengan timbangan digital. Pelaksanaan dilakukan pada saat daun dan
batang tanaman dikering ovengkan.
Diameter Umbi
Pengukuran diameter umbi dilakukan dengan jalan mengukur semua umbi
yang terbentuk pada setiap tanaman sampel dalam setiap petak percobaan.
Pengukuran dilakukan pada bagian pangkal, tengah dan ujung umbi dengan
menggunakan jangka sorong. Pelaksanaan dilakukan pada saat panen.
5

Berat Umbi per Hektar


Berat umbi per hektar ditentukan dengan jalan mengkonversikan berat segar
umbi yang terbentuk pada tanaman sampel dalam setiap petak percobaan ke hektar.
Berat umbi per hektar diperoleh dengan menggunakan rumus :
Kadar Air
Uji kadar air pada umbi dilakukan dengan jalan menguji kadar air pada umbi yang
terbentuk per tanaman sampel dalam setiap petak percobaan. Pengujian dilakukan di
Laboratorium Analisis Pangan, Jurusan Teknologi Pertanian Politeknik Negeri
Jember. Pengujian dilakukan dengan menggunakan metode mousture meter
(Rakhmawati et al., 2011). Pelaksanaan dilakukan setelah panen.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil analisi ragam menunjukkan adanya interaksi antara perlakuan waktu panen dan
penggunaan varietas ubi jalar terhadap parameter berat umbi tanaman per hektar dan
kadar air pada umbi ubi jalar. Pada faktor tunggal varietas menunjukkan pengaruh
sangat nyata terhadap indeks luas daun dan berat kering berangkasan.
Indeks Luas Daun
Indeks luas daun merupakan total luas permukaan daun tanaman yang
terbentuk di atas suatu luasan areal yang ditumbuhi oleh tanaman tersebut. Interaksi
antara waktu panen dan varietas berpengaruh tidak nyata terhadap indeks luas daun.
Perlakuan waktu panen juga berpengaruh tidak nyata, sedangkan perlakuan varietas
berpengaruh sangat nyata terhadap indeks luas daun.
Tabel 1. Pengaruh perlakuan macam varietas terhadap indeks luas daun

Varietas Indeks luas daun


V1 (Jember) 3,948 c
V2 (Mutin) 3,497 d
V3 (Hohrae 2) 5,549 b
V4 (Hohrae 3) 6,339 a
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata
pada uji DMRT taraf 5%.
Berdasarkan Tabel 1, menunjukkan bahwa ubi jalar varietas Hohrae 3 (V4),
varietas Hohrae 2 (V3), varietas lokal Jember (V1) dan varietas lokal Mutin (V2)
saling berbeda nyata antara satu dengan lainnya. Ubi jalar varietas Hohrae 3 (V4)
2

menghasilkan indeks luas daun yang tertinggi di antara varietas-varietas lainnya


dengan rata-rata sebesar 6,34.
Selama pertumbuhannya, indeks luas daun tanaman ubi jalar mengalami
peningkatan sejalan dengan meningkatnya luas daun tanaman ubi jalar. Pada masing-
masing varietas ubi jalar yang diamati terdapat perbedaan indeks luas daun jika
dilihat dari bentuk daun pada masing-masing varietas. Dengan meningkatnya indeks
luas daun maka tanaman mampu menyerap radiasi matahari dengan lebih baik
sehingga laju fotosintesis tanaman meningkat yang akhirnya meningkatkan hasil
fotosintat tanaman. Hal ini seperti yang diungkapkan Prasetyo (2004) bahwa nilai
indeks luas daun mencerminkan tingkat potensi permukaan yang difungsikan untuk
proses fotosintesis. Makin tinggi indeks luas daun, makin tinggi potensi penghasil
fotosintat.
Berat Kering Brangkasan
Berat kering berangkasan adalah berat tanaman bagian atas setelah dikering
oven (seluruh bagian tanaman kecuali akar). Interaksi antara waktu panen dan
varietas berpengaruh tidak nyata terhadap berat kering brangkasan. Perlakuan waktu
panen juga berpengaruh tidak nyata, sedangkan perlakuan varietas berpengaruh
sangat nyata terhadap berat kering brangkasan.
Tabel 1. Pengaruh perlakuan macam varietas terhadap indeks luas daun

Varietas Indeks luas daun


V1 (Jember) 3,948 c
V2 (Mutin) 3,497 d
V3 (Hohrae 2) 5,549 b
V4 (Hohrae 3) 6,339 a
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan berbeda
tidak nyata pada uji DMRT taraf 5%.
Berdasarkan Tabel 2, menunjukkan bahwa ubi jalar varietas Hohrae 3 (V4)
berbeda nyata dengan varietas Hohrae 2 (V3), Jember (V1) dan Mutin (V2). Varietas
Hohrae 2 (V3) berbeda tidak nyata dengan varietas lokal Jember (V1), tetapi berbeda
nyata dengan varietas lokal Mutin (V2) dan antara varietas lokal Jember (V1) dan
Mutin (V2) berbeda tidak nyata. Ubi jalar varietas Hohrae 3 (V4) menghasilkan berat
kering brangkasan yang tertinggi di antara varietas-varietas lainnya dengan rata-rata
7

sebesar 101,16 g. Berat kering berangkasan berhubungan erat dengan indeks luas
daun. Berat kering berangkasan tanaman meningkat seiring dengan meningkatnya
indeks luas daun tanaman ubi jalar.
Berat kering tanaman mencerminkan akumulasi senyawa organik yang
berhasil disintesis tanaman dari senyawa anorganik, terutama air dan karbondioksida.
Unsur hara yang telah diserap akar memberi kontribusi terhadap pertambahan berat
kering tanaman. Berat kering tanaman merupakan akibat efisiensi penyerapan dan
pemanfaatan radiasi matahari yang tersedia sepanjang masa pertanaman oleh tajuk
tanaman (Kastono, et al., 2005). Berat kering yang berbeda dari masing-masing
varietas ubi jalar ini menunjukkan adanya pengaruh faktor genetik dari masing-
masing varietas.
Bobot kering tanaman berkorelasi positif nyata dengan luas daun. Semakin
luas daun akan meningkatkan berat kering tanaman dan selanjutnya hasil tanaman
bertambah. Bila terjadi peningkatan total luas daun, maka penerimaan cahaya
matahari sebagai sumber utama dalam proses fotosintesis, akan meningkat. Dengan
meningkatnya fotosintesis diikuti peningkatan respirasi, menyebabkan proses
metabolisme berlangsung lebih baik dan akan mendukung pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Peningkatan hasil fotosintesis di daun akan digunakan untuk
membentuk penyusunan tanaman yaitu asam-asam amino, profirin, karbohidrat,
nukleotida, lipid dan enzim, dengan demikian akan mempengaruhi bobot kering.
Panjang sulur dan berat kering tanaman sebagai komponen pertumbuhan dapat
digunakan sebagai salah satu indikator kesuburan tanaman. Sulur yang panjang dan
bobot kering tanaman yang tinggi akan menghasilkan umbi yang bagus (Astuti, et al,
2010).
Diameter Umbi
Hasil analisis ragam terhadap diameter umbi menunjukkan bahwa interaksi
antara waktu panen dan varietas berpengaruh tidak nyata, sedangkan perlakuan
waktu panen dan varietas berpengaruh sangat nyata terhadap diameter umbi.

Tabel 3. Pengaruh perlakuan waktu panen terhadap diameter umbi


2

Waktu Panen Diameter umbi (mm)


W1 (3 bulan) 58,903 c
W2 (4 bulan) 64,942 b
W3 (5 bulan) 67,055 a
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan berbeda tidak nyata pada uji DMRT taraf 5%.

Tabel 3, menunjukkan bahwa perlakuan waktu panen umur 5 bulan (W3),


waktu panen umur 4 bulan (W2) dan waktu panen umur 3 bulan (W1) saling berbeda
nyata antara satu dengan yang lainnya. Waktu panen umur 5 bulan menghasilkan
diameter umbi yang lebih besar yaitu sebesar 67,06 mm.
Umbi tanaman merupakan hasil panen yang banyak mengandung kadar air
dan karbohidrat disamping bahan penting lainnya (seperti bahan mineral) yang
diperoleh dari hasil fotosintesis. Menurut Susilo (1991), umbi merupakan tempat
penyimpan cadangan makanan seperti karbohidrat dan akan meningkat menurut
umur tanaman. Adanya pengaturan waktu panen menyebabkan penyimpanan
cadangan makanan di dalam umbi juga akan meningkat, peningkatan cadangan
makanan ini akan mempengaruhi terhadap panjang dan diameter umbi.

Tabel 4. Pengaruh perlakuan macam varietas terhadap diameter umbi


Varietas Diameter umbi (mm)
V1 (Jember) 62,570 c
V2 (Mutin) 40,685 d
V3 (Hohrae 2) 71,447 b
V4 (Hohrae 3) 79,830 a
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan berbeda tidak nyata pada uji DMRT taraf 5%.

Hasil uji jarak berganda Duncan (Tabel 4), menunjukkan bahwa ubi jalar
varietas Hohrae 3 (V4), varietas Hohrae 2 (V3), varietas lokal Jember (V1) dan
varietas lokal Mutin (V2) saling berbeda nyata satu dengan lainnya. Varietas Hohrae
3 (V4) menghasilkan rata-rata diameter umbi yang tertinggi di antara ketiga varietas
lainnya dengan rata-rata sebesar 79,83 mm.
Diduga adanya perbedaan yang nyata terhadap diameter umbi ini dipengaruhi oleh
varietas ubi jalar. Umbi tanaman ubi jalar terjadi karena adanya proses diferensiasi
9

akar sebagai akibat terjadinya penimbunan asimilat dari daun yang membentuk umbi.
Umbi tanaman ubi jalar memiliki ukuran, bentuk, warna kulit, dan warna daging
bermacam-macam, tergantung pada varietasnya (Widodo, 1986).
Berat Umbi Tanaman per Hektar
Berat umbi tanaman per hektar adalah konversi berat umbi tanaman per petak
ke produksi ton per hektar. Hasil analisis ragam terhadap berat umbi tanaman per
hektar menunjukkan bahwa interaksi antara waktu panen dan varietas berpengaruh
sangat nyata terhadap berat umbi tanaman per hektar.

Grafik 1. Berat umbi tanaman per hektar (ton/ha)

Hasil uji jarak berganda Duncan yang dipengaruhi interaksi waktu panen dan
varietas ubi jalar terhadap berat umbi tanaman per hektar (Grafik 1), menunjukkan
bahwa pada kombinasi perlakuan waktu panen umur 4 bulan dan penggunaan
varietas hohrae 3 (W2V4) berbeda sangat nyata dengan kombinasi perlakuan lainnya
terhadap berat umbi tanaman per hektar. Kombinasi perlakuan waktu panen umur 4
bulan dan varietas Hohrae 2 (W2V3) tidak berbeda nyata dengan kombinasi
perlakuan waktu panen umur 5 bulan dengan penggunaan varietas Hohrae 3 (W3V4)
dan kombinasi perlakuan waktu panen umur 3 bulan dan penggunaan varietas
Hohrae 3 (W1V4) tidak berbeda nyata dengan kombinasi perlakuan waktu panen
umur 5 bulan dengan penggunaan varietas Hohrae 3 (W3V4) tetapi berbeda sangat
2

nyata dengan kombinasi perlakuan lainnya terhadap berat umbi tanaman per hektar.
Kombinasi perlakuan waktu panen umur 4 bulan dan penggunaan varietas lokal
Jember (W2V1) tidak saling berbeda nyata dengan kombinasi perlakuan waktu
panen umur 5 bulan dengan penggunaan varietas lokal Jember (W3V1) tetapi
berbeda sangat nyata dengan kombinasi perlakuan lainnya terhadap berat umbi
tanaman ubi jalar per hektar. Kombinasi perlakuan waktu panen umur 4 bulan dan
penggunaan varietas lokal Mutin (W2V2) tidak saling berbeda nyata dengan
kombinasi perlakuan waktu panen umur 5 bulan dengan penggunaan varietas lokal
Mutin (W3V2) tetapi berbeda sangat nyata dengan kombinasi perlakuan lainnya
terhadap berat umbi tanaman ubi jalar per hektar.
Kombinasi perlakuan waktu panen 4 bulan dan ubi jalar varietas Hohrae 3
(W2V4) menghasilkan berat umbi tanaman per hektar tertinggi dengan rata-rata
sebesar 38,40 ton. Pengaturan waktu panen pada setiap varietas ubi jalar
meningkatkan berat umbi tanaman. Hal ini sesuai dengan pendapatan Welsh (1991),
penentuan waktu panen sangat berpengaruh terhadap hasil umbi ubi jalar yang
dihasilkan, baik secara kualitas maupun kuantitasnya. Secara kualitas ditentukan
dengan adanya suatu komponen yang memberikan nilai tambah pada tanaman ubi
jalar berupa kandungan gizi yang dibutuhkan oleh tubuh manusia, sedangkan secara
kuantitas ditentukan pada angka besaran umbi saat panen yang dapat diukur dalam
bentuk ton per hektar.
Kadar Air
Kadar air merupakan kandungan air yang tersedia dalam suatu bahan. Hasil
analisis ragam terhadap kadar air menunjukkan bahwa interaksi antara waktu panen
dan varietas berpengaruh sangat nyata, demikian halnya dengan perlakuan waktu
panen dan varietas berpengaruh sangat nyata terhadap kadar air.
11

Grafik 2. Kadar air umbi ubi jalar (%)

Hasil uji jarak berganda Duncan yang dipengaruhi interaksi waktu panen dan
varietas ubi jalar terhadap kadar air (Grafik 2), menunjukkan bahwa pada pada
kombinasi perlakuan waktu panen umur 3 bulan dengan penggunaan varietas Hohrae
3 berbeda sangat nyata dengan kombinasi perlakuan yang lainnya terhadap kadar air.
Kombinasi perlakuan waktu panen umur 4 bulan dengan varietas Hohrae 3 (W2V4)
dan waktu panen umur 3 bulan dengan penggunaan varietas lokal Mutin tidak saling
berbeda nyata tetapi berbeda sangat nyata dengan kombinasi perlakuan yang lainnya
terhadap kadar air. Kombinasi perlakuan waktu panen 3 bulan dan ubi jalar varietas
Hohrae 3 (W1V4) menghasilkan kadar air tertinggi dengan rata-rata sebesar 80,15%.
Kadar air merupakan persentase kandungan air suatu bahan. Menurut Winarno
(1997), semua bahan makanan mengandung air dalam jumlah yang berbeda-beda,
baik itu makanan nabati atau hewani. Kandungan air dalam bahan makanan dapat
mengurangi daya tahan makanan terhadap serangan mikroorganisme. Adanya kadar
air yang semakin rendah maka menunjukkan kualitas bahan makanan juga semakin
tinggi.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan tentang pengaruh waktu panen terhadap
hasil dan kualitas umbi beberapa varietas ubi jalar (Ipomoea batatas L.), maka dapat
2

disimpulkan bahwa perlakuan waktu panen pada umur 4 bulan memberikan hasil
umbi ubi jalar yang lebih tinggi, di mana berat umbi per hektar pada masing-masing
varietas adalah varietas Hohrae 3 sebesar 38,40 ton/ha, varietas Hohrae 2 sebesar
34,05 ton/ha, varietas lokal Jember sebesar 27,65 ton/ha dan varietas lokal Mutin
sebesar 15,68 ton/ha. Kualitas umbi ubi jalar pada umur panen 3 bulan masih rendah
karena kadar airnya masih tinggi di mana kadar air pada varietas Hohrae 3 sebesar
80,15 persen, varietas Hohrae 2 sebesar 75,05 persen, varietas lokal Jember sebesar
75,62 persen dan varietas lokal mutin sebesar 72,02 persen.

DAFTAR PUSTAKA

Ambarsari I, Sajana dan A. Choliq. 2009. Rekomendasi dalam Penetapan Standar


Mutu Tepung Ubi Jalar. Jurnal Standarisasi. Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian Jawa Tengah. 11(3) : 212-219.

Astuti, Linda Tri Wira, Hapsoh, dan Luthfi. A. M. Siregar. 2010. Pertumbuhan Ubi
Jalar (Ipomoea batatas. L) Varietas Sari dan Beta 2 Akibat Aplikasi Kompos
dan Pupuk KCl. Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian USU.
Medan.

Muchtadi, T. R dan Sugiyono. 2013. Prinsip Proses dan Teknologi Pangan. Alfabeta.
Bandung.

Juanda, J. D., dan Cahyono B. 2000. Budidaya dan Analisa Usaha Tani Ubi Jalar.
Kanisius. Yogyakarta.

Kastono, D. H. Sawitri, dan Siswandono. 2005. Pengaruh Nomor Ruas Setek dan
Dosis Pupuk Urea Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kucing. Jurnal Ilmu
Pertanian. 12(1): 56-64.

Prasetyo. 2004. Budidaya Tanaman Kapulaga Sebagai Tanaman Sela Pada Tegakan
Sengon. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian Indonesia. 6(1):22-31.

Welsh. 1991. Dasar-Dasar Genetika dan Pemuliaan Tanaman. Erlangga. Jakarta.


Widodo, W.D. 1996. Memperpanjang Umur Produktif Cabai 60 Kali Petik. Surabaya
Trubus Agrisarana.

Winarno, F.G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi, Cetakan Kedelapan, Penerbit PT
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Das könnte Ihnen auch gefallen