Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Abstract
This research aims to know the extent to which businesses care about the environment and
have knowledge of green accounting. This research was conducted in Denpasar city by taking
the research object of 60 businessmen (small medium enterprises) home packed with conducting
a survey using a questionnaire that included several criteria which is about awareness and
concern for the environment, business knowledge about the cost of the effort and the cost of the
environment, the style of spending every business person individually and what they treasure
in the effort they went through it. Based on the results of the research that has been done, then
it can be inferred that the perpetrators of the attempt (SMEs) restaurants in Denpasar city more
concerned with quality, profits and turnover in the activity of his business than to the handling
of waste. This happens because the SMEs are usually more oriented to profit (profit oriented),
so to obtain the profit and turnover is high, then they keep the quality of its products, so for
the environmental cost of expenditure are often negligible. On the other hand, the perpetrator
of such business actually cares for the environment, but they do not know clearly about the
environment and environmental accounting (green accounting).
Tabel 4.3
Preferensi Kepentingan Pelaku Usaha
Dari Tabel 4.3, dapat diketahui bahwa pelaku usaha karena para pemilik usaha tersebut
usaha rumah makan di Kota Denpasar menganggap bahwa mereka telah membayar
menganggap kualitas merupakan hal yang uang kebersihan. Para pemilik usaha juga
sangat penting dalam usahanya, disusul tidak memikirkan kemana limbah akan
dengan laba dan omzet penjualan, sedangkan dibuang atau diolah.
limbah dan biaya usaha redah bukan
merupakan prioritas bagi para pelaku usaha 4.4 Kepedulian Lingkungan
tersebut. Dari hasil hasil tersebut, terlihat Kepedulian para pelaku usaha
bahwa para pelaku usaha tidak terlalu terhadap lingkungan merupakan hal yang
penting, namun kepedulian lingkungan
mementingkan limbah yang mencemari
masing-masing pelaku bisnis berbeda-
lingkungan sekitar mereka. Hal yang sangat
beda. Lingkungan menjadi salah satu hal
wajar, karena UKM merupakan organisasi penting dalam menjalankan usaha. Apabila
yang berorientasi pada keuntungan (profit lingkungan kurang mendukung, maka
oriented) yang dari sejak awal didirikan produk yang dihasilkan dapat menjadi
bertujuan untuk mendapatkan keuntungan. kurang maksimal. Hasil pengukuran terhadap
Limbah yang mencemari lingkungan tidak kepedulian pelaku usaha rumah makan di
terlalu diperhatikan oleh para pemilik Denpasar dapat dilihat dalam tabel berikut:
162 KEPEDULIAN DAN PENGETAHUAN PELAKU BISNIS MENGENAI GREEN ACCOUNTING
Tabel 4.4
Kepedulian Lingkungan
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa para mereka yang menganggap semua peralatan
pelaku usaha telah mengetahui bagaimana sama saja karena para pemilik usaha lebih
menjaga lingkungan. Dalam melakukan mementingkan fungsi dan kualitas dari
usahanya, mereka telah menggunakan peralatan yang mereka beli dan biaya yang
perlengkapan serta bahan baku yang ramah harus mereka keluarkan untuk mendapatkan
lingkungan, namun masih sedikit kurang peralatan tersebut.
peduli dalam penanganan limbah. Dalam
penanganan limbah usaha, pemilahan 4.5 Kesadaran Biaya Lingkungan
limbah organik dan non organik terkadang Pelaku usaha seringkali mengganggap
diabaikan. Mereka langsung mencampur bahwa biaya lingkungan hanya merupakan
limbah yang mereka buang dalam satu biaya pendukung karena dalam usahanya
wadah/tempat sampah karena menurut karena biaya tersebut tidak berkaitan
mereka lebih praktis dan efisien dari segi langsung dengan proses produksi, sehingga
waktu. Dari hasil analisa, para pelaku biaya lingkungan dalam kegiatan usaha
usaha kurang mau untuk mengeluarkan sering kali diabaikan. Berikut merupakan
uang yang lebih untuk membeli barang yang hasil pengukuran terhadap kesadaran
ramah lingkungan. Rata-rata banyak dari pelaku usaha terhadap biaya lingkungan:
Tabel 4.5
Kesadaran Biaya Lingkungan
Tabel 4.6
Pengetahuan Biaya Usaha
Dari tabel 4.6 di atas terlihat bahwa pada 4.7 Pengetahuan Biaya Lingkungan
umumnya pelaku usaha rumah makan di Biaya lingkungan yang terjadi dalam
Kota denpasar telah memiliki pengetahuan perusahaan merupakan salah satu biaya
mengenai biaya usaha. Walaupun pelaku overhead yang sulit sekali untuk diidentifikasi
usaha tersebut kurang mengetahui komponen- secara langsung dikarenakan biaya-biaya
komponen biaya usaha, namun mereka telah tersebut seringkali tersembunyi dalam pusat
mengetahui cara membebankan biaya usaha biaya dan tidak ada bukti pencatatan atau
yang dikeluarkan sehingga mereka dapat pelaporan yang jelas terkait dengan biaya
lingkungan (Ikhsan, 2008). Para pelaku usaha
mengetahui profit (keuntungan) yang mereka
menganggap bahwa mereka telah memiliki
peroleh, sehingga dapat mengukur kinerja
pengetahuan mengenai biaya lingkungan,
usahanya. Sebagian besar dari mereka telah
tetapi sebagian dari mereka belum paham
memilah antara biaya usaha dengan biaya bagaimana membebankan biaya lingkungan
pribadi. Dengan demikian mereka dapat tersebut dalam biaya usahanya. Pengetahuan
megetahui berapa keuntungan yang mereka pelaku usaha mengenai biaya lingkungan
dapatkan dari kegiatan usahanya. dapat dilihat sebagai berikut:
164 KEPEDULIAN DAN PENGETAHUAN PELAKU BISNIS MENGENAI GREEN ACCOUNTING
Tabel 4.7
Pengetahuan Biaya Lingkungan
Dari hasil di atas dapat dilihat bahwa rata- 4.8 Gaya Pengeluaran Pribadi
rata pelaku usaha rumah makan di Kota Pengaturan biaya usaha sangat
denpasar belum terlalu paham mengenai dipengaruhi oleh cara pelaku usaha
biaya lingkungan. Mereka belum cukup mengendalikan keuangannya. Pelaku
pengalaman dalam mengelola biaya usaha harus mampu memilah-milah
lingkungan dan membebankan biaya keuangan untuk kepentingan usaha
lingkungan tersebut dalam biaya usaha. dengan kepentingan pribadinya. Dengan
Apabila terjadi pengeluaran mengenai demikian pelaku usaha dapat mengetahui
lingkungan, mereka menganggap itu adalah keuntungan yang sebenarnya yang
pengeluaran menggunakan uang pribadi, diperoleh dari usahanya.
sehingga biaya lingkungan tersebut sering Berikut disajikan tabel gaya
tidak dimasukkan ke dalam komponen biaya pengeluaran pribadi pelaku usaha
usaha. sebagai berikut:
Tabel 4.8
Gaya Pengeluaran Individu
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui usaha mereka. Mereka akan memeriksa
bahwa sangat penting bagi pelaku usaha dalam keuangannya sebelum memutuskan untuk
melakukan pengeluaran. Mereka tidak ingin membeli sesuatu. Mereka akan lebih berhati-
melakukan pengeluaran yang sia-sia. Bagi hati ketika ingin melakukan pengeluaran
mereka semua pengeluaran usaha adalah hal untuk kepentingan pribadi dibandingkan
yang penting sehingga menjadi hal yang tidak dengan ketika melakukan pengeluaran untuk
boleh diabaikan karena akan mengganggu kepentingan usahanya.
Vol.7 No.2,September 2017 Jurnal Riset Akuntansi JUARA 165
V. KESIMPULAN DAN SARAN Usaha Warung Makan di Kota Salatiga).
5.1 Kesimpulan Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Berdasarkan hasil penelitian yang telah Universitas Kristen Satya Wacana,
dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa Salatiga.
para pelaku usaha (UKM) rumah makan di Dunk, A.S. 2002. Product Quality,
Kota Denpasar lebih mementingkan kualitas, Environmental Accounting and Quality
laba dan omzet dalam kegiatan usahanya Performance. Accounting, Auditing &
dari pada untuk penanganan limbah. Hal ini Accountability Journal. Vol. 15 No. 5, pp.
terjadi karena memang UKM biasanya lebih 719-732. MCB Up Limited.
berorientasi pada profit (profit oriented), Gray, R., Bebbington, J., dan Walters, D.
2001. Accounting for the environment.
sehingga untuk memperoleh laba dan omzet
R. H. Gray & The Certified Accountants
yang tinggi, maka mereka menjaga kualitas
Educational Projects.
produknya, sehingga untuk pengeluaran
Harahap, Sofyan Syafri. 2002. Teori Akuntansi.
biaya lingkungan sering kali diabaikan. Disisi PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
lain, pelaku usaha tersebut sebenarnya Ikhsan, Arfan. 2008. Akuntansi Lingkungan
peduli terhadap lingkungan, namun mereka dan Pengungkapannya. Yogyakarta :
tidak mengetahui secara jelas tentang biaya Graha Ilmu.
lingkungan dan akuntansi lingkungan (green Istijanto. 2006. Riset Sumber Daya Manusia.
accounting). Edisi kedua. Jakarta : PT. Gramedia
Pustaka.
5.2 Saran Kartikasari, Lisa. 2012. Niat Akuntan dan
Dari kesimpulan di atas, maka sebaiknya Akuntansi Lingkungan. Universitas
dalam menjalankan usahanya, pelaku usaha Islam Sultan Agung.
mengetahui akan adanya biaya lingkungan Kwarto, F. 2010. Synchronization Of Green
(green akunting), sehingga dalam menjalankan Accounting With Company Managerial
usahanya tidak hanya mengejar profit, tetapi Accounting; A Corporate Financial
juga tetap peduli terhadap lingkungan dengan Department Perspective.
memasukkan pengeluaran atau biaya-biaya Musyarofah, Siti. 2013. Analisis Penerapan
yang terkait dengan pemeliharaan lingkungan. Green Accounting di Kota Semarang.
Jumlah populasi dalam penelitian ini masih Fakultas Ekonomi Universitas Negeri
belum jelas, sehingga untuk menentukan Semarang.
jumlah sampel hanya berdasarkan jumlah Priyatno, Duwi. 2011. Buku Saku Analisis
variabel yang diteliti sehingga belum mampu Statistik Data SPSS. Yogyakarta:
menggambarkan keadaan yang sebenarnya. MediaKom.
Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat Sanjaya, Pipien. 2014. Kepedulian dan
mencari jumlah populasi yang sebenarnya, Pengetahuan Pelaku Bisnis Mengenai
sehingga akan lebih akurat dalam penentuan Green Accounting (Studi Kasus Pada
sampel penelitian. Usaha Tempe di Kota Salatiga). Fakultas
Ekonomika dan Bisnis Universitas
Kristen Satya Wacana, Salatiga.
DAFTAR PUSTAKA Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Bisnis
(Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
Barr et al,. 2010. Tata Kelola Keuangan dan R&D). CV. Alfabeta. Bandung.
Pelajaran dari Dana Reboisasi (DR) di Susilo, Joko. 2008. Green Accounting Di
Indonesia. Maret : No. 20. Daerah Istimewa Yogyakarta: Studi
Cahyono, Budi. 2002. Pengaruh kualitas Kasus Antara Kabupaten Sleman Dan
manajemen lingkungan terhadap kinerja Kabupaten Bantul. Program D3 Ekonomi
pada industri manufaktur di Kota Universitas Islam Indonesia.
Semarang. Jurnal bisnis strategi Program Sutanta. 2010. Faktor-faktor Penyebab
MM Undip, Vol. 9/Juli/Th.VII. Tidak Berkembangnya Kawasan
Cowen, et al. 1987. The impact of corporate Industri Nguter Kabupaten Sukoharjo.
characteristics on social responsibility Tesis. Semarang : Fakultas Ekonomi
disclosure: a typology and frequency- Universitas Diponegoro.
based analysis. Accounting, Organisations Wulandari, Ery Dyah. 2007. Analisis Biaya
and society, vol. 12 No. 2, pp. 111-22 Manfaat Pengelolaan Lingkungan Sentra
Dias, Jennifer Mirielle. 2014. Kepedulian dan Industri Kecil Tahu Jomblang Kota
Pengetahuan Pelaku Bisnis Mengenai Semarang. Tugas Akhir. Semarang :
Green Accounting (Studi Kasus Pada Fakultas Teknik Universitas Diponegoro.