Sie sind auf Seite 1von 10

KEPEDULIAN DAN PENGETAHUAN PELAKU BISNIS

MENGENAI GREEN ACCOUNTING

I Putu Edy Arizona


I Wayan Suarjana
(Universitas Mahasaraswati Denpasar)
Email: edyarizona@gmail.com

Abstract

This research aims to know the extent to which businesses care about the environment and
have knowledge of green accounting. This research was conducted in Denpasar city by taking
the research object of 60 businessmen (small medium enterprises) home packed with conducting
a survey using a questionnaire that included several criteria which is about awareness and
concern for the environment, business knowledge about the cost of the effort and the cost of the
environment, the style of spending every business person individually and what they treasure
in the effort they went through it. Based on the results of the research that has been done, then
it can be inferred that the perpetrators of the attempt (SMEs) restaurants in Denpasar city more
concerned with quality, profits and turnover in the activity of his business than to the handling
of waste. This happens because the SMEs are usually more oriented to profit (profit oriented),
so to obtain the profit and turnover is high, then they keep the quality of its products, so for
the environmental cost of expenditure are often negligible. On the other hand, the perpetrator
of such business actually cares for the environment, but they do not know clearly about the
environment and environmental accounting (green accounting).

Key words : Green Accounting, environment care, environment cost

PENDAHULUAN permasalahan lingkungan hidup di sekitarnya.


1.1 Latar Belakang Suatu industri dikatakan memiliki perhatian
Pencemaran lingkungan yang terjadi yang baik manakala mempunyai keterlibatan
di Indonesia sudah mencapai pada tahap dalam kegiatan peduli lingkungan hidup
yang menghawatirkan. Lingkungan saat ataupun konservasinya. Hal ini harus diikuti
ini sudah semakin tercemar oleh limbah dengan pelaporan akuntansi lingkungan
yang dihasilkan dari aktivitas industri. yang ada di perusahaan. Tahapan akhir dari
Banyak industri yang tidak menghiraukan wujud kepedulian ini adalah adanya audit
kelestarian lingkungan alam dengan lingkungan yang dengannya efektivitas dan
membuang limbah tanpa proses pengelolaan efisiensi dari program peduli lingkungan
tersebut diukur (Musyarofah, 2013). Dari
limbah yang berwawasan lingkungan. Hal ini
upaya merawat lingkungan tersebut maka
tentunya akan merugikan manusia dan juga
timbul pengaruh terhadap bidang akuntansi
ekosistem di sekitar lingkungan tersebut.
di Indonesia dengan munculnya istilah green
Perhatian akan isu lingkungan menjadi
accounting (Susilo, 2008).
sangat penting. Isu-isu mengenai lingkungan
Green accounting merupakan jenis
sudah mulai banyak dibicarakan. Masyarakat
akuntansi yang mencoba memasukkan
mulai sadar betapa pentingnya kelestarian
faktor biaya lingkungan kedalam hasil
lingkungan untuk kelangsungan hidup
keuangan usaha (Kartikasari, 2012).
manusia dimasa depan. Isu-isu lingkungan
Perilaku akuntan dengan memasukan
baik langsung maupun tidak langsung
biaya lingkungan dalam komponen biaya-
mempengaruhi kegiatan bisnis pada suatu
biaya perusahaan akan menghasilkan
organisasi. Semakin berkembangnya kegiatan
penilaian kuantitatif tentang biaya dan efek
perusahaan dalam menghasilkan laba
perlindungan lingkungan perusahaan. Green
secara otomatis menimbulkan konsekuensi
accounting juga secara khusus membahas
lingkungan hidup di sekitarnya.
tentang identifikasi, pengukuran dan
Kepedulian industri terhadap
alokasi biaya lingkungan, mengintegrasikan
permasalahan lingkungan dapat dilihat
biaya lingkungan ke dalam bisnis dan
dari perhatian industri tersebut terhadap

Vol.7 No.2,September 2017 Jurnal Riset Akuntansi JUARA 157


mengidentifikasi kewajiban terhadap II. TINJAUAN PUSTAKA
lingkungan. Kehadiran green accounting 2.1 Teori Legitimasi
sendiri bertujuan sebagai alat manajemen Menurut Kamus Bahasa Indonesia
lingkungan untuk menilai keefektifan (2008), kata “legitimasi” memiliki arti:
kegiatan konservasi berdasarkan ringkasan pernyataan yang diakui keabsahannya;
dan klasifikasi biaya konservasi lingkungan pengesahan; hal atau keadaan sah. Teori
(Pramanik et al. 2008). Namun untuk ini mengupas tentang status individu atau
menerapkan green accounting di Indonesia organisasi dianggap sah, individu atau
diperlukan adanya proses akulturasi sikap organisasi dianggap eksis keberadaannya jika
dan perilaku ekonomi berbasis ekologi yang diakui oleh masyarakat. Menurut Suchman
tidak serta merta dapat berlaku dalam suatu dalam Musyarofah (2013), legitimasi dapat
wilayah akuntansi sosial, atau memberi dianggap sebagai menyamakan persepsi atau
efek spektrum yang begitu luas pada bidang asumsi bahwa tindakan yang dilakukan oleh
suatu entitas adalah merupakan tindakan
lain (Jafar dan Kartikasari, 2012). Proses
yang diinginkan, pantas ataupun sesuai
akulturasi tersebut membutuhkan kesiapan
dengan sistem norma, nilai, kepercayaan
pengetahuan, teknologi, dan terutama
atau definisi yang dikembangkan secara
kesadaran konvensional dalam praktik
sosial. Menurut Dowling dan Pfeffer dalam
bisnis dan yang pasti memerlukan waktu
Musyarofah (2013), untuk mencapai tujuan,
yang tidak singkat dalam penerapannya. organisasi berusaha untuk mengembangkan
Salah satu sektor industri yang keselarasan antara nilai-nilai sosial yang
merupakan pilar penyangga perekonomian dihubungkan atau diimplikasikan dengan
di Indonesia adalah sektor Usaha Kecil dan kegiatannya dan norma-norma dari perilaku
Menengah (UKM). Peran UKM sendiri terlihat yang diterima dalam sistem sosial yang
dari jumlah unit usaha dan daya serap tenaga lebih besar dimana organisasi itu berada
kerja oleh UKM yang cukup signifikan. Akan serta menjadi bagiannya. Teori legitimasi
tetapi rendahnya kesadaran sektor UKM mengatakan bahwa organisasi secara terus
dalam kepedulian lingkungan membawa menerus mencoba untuk meyakinkan bahwa
pengaruh buruk bagi kualitas lingkungan. mereka melakukan kegiatan sesuai dengan
Kenyataanya UKM menjalankan usaha batasan dan norma-norma masyarakat
tanpa melihat dari sisi ekologis dan hanya dimana mereka berada.
berorientasi pada profit saja (Purwaningsih, Implikasi teori legitimasi terhadap
2008). pertanggungjawaban perusahaan terkait
Penelitian ini dilakukan pada jenis permasalahan lingkungan hidup yaitu
usaha rumah makan yang terdapat di kota bahwa pengungkapan tanggungjawab sosial
Denpasar. Jenis usaha rumah makan ini dilakukan perusahaan dalam upayanya
dipilih karena jenis usaha ini memberi untuk mendapatkan legitimasi dari
pengaruh yang cukup besar dalam pelestarian komunitas dimana perusahaan itu berada.
alam, karena para pemilik rumah makan Legitimasi ini pada tahapan berikutnya akan
sering membuang limbah seperti plastik, mengamankan perusahaan dari hal-hal yang
sabun cuci, minyak, dan lain-lain secara tidak diinginkan. Lebih jauh lagi legitimasi
sembarangan (Maharani dan Damayanti, ini akan meningkatkan reputasi perusahaan
2013). Terkait dengan hal tersebut, penelitian yang pada akhirnya akan berpengaruh pada
ini membahas sejauh mana pelaku bisnis nilai perusahaan tersebut (Musyarofah,
2013).
sebagai salah satu unsur utama peduli akan
lingkungan dan mengetahui serta memiliki
2.2 Green Accounting
pengetahuan mengenai green accounting.
Akuntansi merupakan suatu ilmu
Berdasarkan pemaparan latar
yang dipengaruhi dan mempengaruhi
belakang di atas, maka dapat dirumuskan
lingkungannya. Eksistensinya tidak bebas
permasalahan penelitian sebagai berikut: nilai terhadap perkembangan masa. Metode-
1) Apakah pelaku bisnis rumah makan metode pembukuan juga terus berkembang
di kota Denpasar peduli dengan mengikuti kompleksitas bisnis yang
lingkungan? semakin tinggi. Ketika kepedulian terhadap
2) Apakah pelaku bisnis rumah makan di lingkungan mulai mendapat perhatian
kota Denpasar memiliki pengetahuan masyarakat, akuntansi berbenah diri agar
mengenai konsep green accounting? siap menginternalisasi berbagai eksternalitas.
158 KEPEDULIAN DAN PENGETAHUAN PELAKU BISNIS MENGENAI GREEN ACCOUNTING
Belkoui dan Ronald (1991) dalam Idris (2012) kinerja organisasi. Oleh karena itu dapat
menjelaskan bahwa budaya merupakan disimpulkan setidaknya diperlukan empat
faktor utama yang mempengaruhi faktor dalam hal tanggungjawab organisasi
perkembangan struktur bisnis dan terhadap lingkungan adalah kepedulian
lingkungan sosial, yang pada akhirnya akan lingkungan, keterlibatan lingkungan, laporan
mempengaruhi akuntansi. Konsekuensi dari lingkungan, dan audit lingkungan.
wacana akuntansi sosial dan lingkungan ini Menurut Kwarto (2010) Beberapa
pada akhirnya memunculkan konsep Socio pertimbangan bagi perusahaan untuk
Economic Environmental Accounting (SEEC) menerapkan akuntansi lingkungan sebagai
yang sebenarnya merupakan penjelasan bagian dari sistem akuntansi perusahaan
singkat pengertian Triple Bottom Line, yaitu: (1) Memungkinkan mengurangi
yaitu pelaporan akuntansi ke publik tidak dan menghilangkan biaya lingkungan.
saja mencakup kinerja ekonomi tetapi juga (2) Meningkatkan kinerja lingkungan
kinerja lingkungan dan sosialnya. perusahaan yang mungkin memiliki
Green accounting yang terkadang dampak negatif pada manusia, kesehatan
dikenal sebagai Environmental Accounting dan keberhasilan bisnis perusahaan. (3)
menurut Ikhsan (2008) adalah istilah diharapkan menghasilkan biaya atau harga
yang berkaitan dengan dimasukkannya yang lebih akurat terhadap produk dari
biaya lingkungan (environmental costs) ke proses lingkungan yang diinginkan dan
dalam praktek akuntansi perusahaan atau memungkinkan untuk memenuhi kebutuhan
lembaga pemerintah. Akuntansi lingkungan pelanggan yang mengharapkan produk yang
(Green Accounting) merupakan sarana untuk lebih baik/ jasa lingkungan.
melaporkan operasional suatu lembaga
(negara/kota/perusahaan/organisasi) yang 2.3 Biaya Lingkungan
dikaitkan dengan lingkungan. Tujuannya Biaya lingkungan merupakan dampak
adalah memberikan informasi mengenai yang timbul dari sisi keuangan maupun non
kinerja operasional perusahaan yang keuangan yang harus dipikul sebagai akibat
berbasis pada perlindungan dan kepedulian dari kegiatan yang mempengaruhi kualitas
terhadap lingkungan. lingkungan (Ikhsan, 2008). Biaya lingkungan
Perusahaan yang tergolong UKM, yang terjadi dalam perusahaan merupakan
biasanya hanya mementingkan profit dan salah satu biaya overhead pabrik yang sulit
tidak peduli pada lingkungan (Martusa, sekali untuk diidentifikasi secara langsung
2009). Oleh karena itu, pemahaman mengenai dikarenakan biaya-biaya tersebut seringkali
akuntansi lingkungan (green accounting) tersembunyi dalam pusat biaya dan tidak
menjadi sangat penting bagi pelaku usaha ada bukti pencatatan ataupun pelaporan
di UKM karena ketika para pemilik UKM yang sangat jelas terkait dengan biaya-biaya
mengerti mengenai akuntansi lingkungan lingkungan (Ikhsan, 2008).
dan peduli terhadap lingkungan tempat Aktivitas-aktivitas dalam pelaksanaan
mereka berusaha maka upaya mengurangi green accounting tentunya mengeluarkan
permasalahan-permasalahan lingkungan biaya. Aktivitas tersebut merupakan biaya
yang dihadapi saat ini akan terwujud. yang harus dibebankan oleh perusahaan
Penelitian Teoh dan Thong (1986) yang timbul bersamaan dengan penyediaan
dalam Musyarofah (2013) menyatakan barang dan jasa kepada konsumen. Dengan
bahwa suatu organisasi dapat dikategorikan beban yang telah dialokasikan diharapkan
ikut andil dalam menjaga lingkungan hidup akan membentuk lingkungan yang sehat dan
jika memiliki perhatian terhadap lingkungan terjaga kelestariannya. Kinerja lingkungan
hidup (Environmental awareness) itu sendiri, merupakan salah satu pengukuran penting
yang selanjutnya diikuti dengan keterlibatan dalam menunjang keberhasilan perusahaan.
organisasi tersebut terhadap permasalahan Beberapa alasan yang dapat mendukung
lingkungan (Environmental Involvement). Hal pelaksanaan akuntansi lingkungan antara
ini perlu diikuti dengan pelaporan lingkungan lain (Fasua, 2011):
(Environmental Reporting), terutama kinerja 1) Biaya lingkungan secara signifikan
organisasi dalam mengatasi dampak dapat dikurangi atau dihilangkan
kegiatan organisasi terhadap lingkungan, sebagai hasil dari keputusan
yang kemudian disempurnakan dengan bisnis, mulai dari perubahan dalam
kegiatan audit lingkungan (Environmental operasional dan pemeliharaan
Auditing) untuk mengukur dan mengevaluasi untuk diinvestasikan dalam proses
Vol.7 No.2,September 2017 Jurnal Riset Akuntansi JUARA 159
yang berteknologi hijau serta untuk 2) Kepedulian lingkungan.
perancangan kembali produk yang Variabel ini menunjukan nilai dasar
dihasilkan. dan sikap dari pelaku usaha dalam
2) Biaya lingkungan jika tidak mendapatkan memperhatikan dan bertindak proaktif
perhatian khusus akan menjadi tidak terhadap kondisi atau keadaan disekitar
jelas dan masuk dalam akun overhead lingkungan usaha. Menunjukan sikap
atau bahkan akan diabaikan. keberpihakan untuk melibatkan diri
3) Banyak perusahaan telah menemukan dalam persoalan lingkungan dan
bahwa biaya lingkungan dapat diimbangi
perlakuan terhadap limbah usaha.
dengan menghasilkan pendapatan
3) Kesadaran biaya lingkungan.
melalui penjualan limbah sebagai suatu
Variabel ini menunjukan pengertian yang
produk.
4) Pengelolaan biaya lingkungan yang lebih mendalam pada diri pelaku usaha yang
baik dapat menghasilkan perbaikan terwujud dalam pemikiran sikap dan
kinerja lingkungan dan memberikan tingkah laku dan tanggungjawab pelaku
manfaat yang signifikan bagi kesehatan usaha mengenai biaya lingkungan yang
manusia serta keberhasilan perusahaan. terjadi dalam usahanya.
5) Memahami biaya lingkungan dan kinerja 4) Pengetahuan biaya usaha.
proses dan produk dapat mendorong Variabel ini menunjukan pengetahuan
penetapan biaya dan harga produk biaya pada pelaku usaha dalam
lebih akurat dan dapat membantu pengelolaan biaya dan pengorbanan
perusahaan dalam mendesain proses usaha untuk memperoleh manfaat.
produksi, barang dan jasa yang lebih 5) Pengetahuan biaya lingkungan.
ramah lingkungan untuk masa depan. Variabel ini menunjukan pengetahuan
6) Perusahaan mempunyai keunggulan pelaku usaha dalam mengelola biaya
kompetitif yang didapat dari proses, lingkungan serta pembebanan biaya
barang, dan jasa yang bersifat ramah
lingkungan dalam biaya usaha.
lingkungan.
6) Gaya pengeluaran individu.
7) Akuntansi untuk biaya lingkungan dan
Variabel ini menunjukan perilaku pelaku
kinerja lingkungan dapat mendukung
perkembangan perusahaan dan operasi usaha dalam melakukan pengeluaran
dari sistem manajemen lingkungan dan menata keuangan usaha sehingga
secara keseluruhan. dapat mengetahui sikap pelaku usaha
8) Pengungkapan biaya lingkungan akan dalam mengelola keuangan.
meningkatkan nilai dari pemegang
saham karena kepedulian perusahaan 3.3 Jenis dan Sumber Data
terhadap pelestarian lingkungan. Jenis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data primer, yaitu
III. METODE PENELITIAN dengan observasi, wawancara dan pembagian
3.1 Lokasi Penelitian kuesioner kepada pelaku bisnis usaha rumah
Penelitian ini dilakukan pada bisnis makan.
rumah makan yang terdapat di Kota Denpasar.
Pemilihan Jenis usaha ini karena jenis usaha 3.4 Metode Penentuan Sampel
ini memberi pengaruh yang cukup besar Populasi dalam penelitian ini adalah
dalam pelestarian alam, karena para pemilik
usaha rumah makan yang ada di kota
rumah makan sering membuang limbah seperti
Denpasar. Sampel penelitian diambil dengan
plastik, sabun cuci, minyak, dan lain-lain secara
metode random sampling dimana pengambilan
sembarangan.
anggota sampel dari populasinya dilakukan
3.2 Definisi Operasional Variabel secara acak tanpa memperhatikan strata
Adapun variabel yang digunakan dalam (tingkatan) yang ada dalam populasi tersebut.
penelitian ini: Penetuan banyaknya responden atau sampel
1) Preferensi kepentingan. dalam penelitian ini menggunakan rumus rule
Variabel ini untuk mengukur persepsi of the thumb yaitu 5-10 kali jumlah variabel
responden mengenai tingkat kepentingan bebas yang diteliti. Banyaknya sampel dalam
dalam usaha. penelitian ini yaitu 10 x 6 = 60 responden.
160 KEPEDULIAN DAN PENGETAHUAN PELAKU BISNIS MENGENAI GREEN ACCOUNTING
3.5 Pengukuran Variabel Penelitian 3.7 Teknik Analisis Data
Data yang telah dikumpulkan kemudian Dari kuesioner yang disebar, maka
dilakukan skala pengukuran dan pemberian dilakukan scoring atas data tersebut,
skor. Untuk preferensi kepentingan diukur kemudian dihitung nilai rata-rata tertimbang
dengan memberikan kode (coding) untuk dari tiap item pernyataan yang terdapat dalam
mengubah persepsi/opini secara kualitatif koesioner tersebut. Nilai interpretasi akan
kedalam suatu urutan kuantitatif. Skala digambarkan melalui kata-kata atau kalimat,
pengukuran yang digunakan tersebut yang dipisahkan berdasarkan kategori untuk
bertujuan untuk mengukur persepsi responden memperoleh kesimpulan dari survey tersebut
mengenai tingkat kepentingan dalam usaha. menjadi dasar untuk menginterpretasikan
Masing-masing indikator akan diukur dengan kepedulian pelaku usaha dibidang rumah
menggunakan skala pengukuran yang makan di kota Denpasar dan sejauh mana
akan diberi nilai antara 1 sampai 6 yang pengetahuan mereka tentang green accounting,
menunjukkan tingkatan dari masing-masing sekaligus sebagai dasar pemberian saran
indikator. Dengan deskripsi sebagai berikut, dalam rangka persiapan tersebut. Pembuatan
nilai 1 = sangat penting, 2 = penting, 3 = cukup kategori dilakukan dengan metode three box
penting, 4 = kurang penting, 5 = tidak penting method (Ferdinand, 2006). Maka kategori
dan 6 = sangat tidak penting. Sedangkan yang ada adalah sebagai berikut dimana
untuk kesadaran dan kepedulian pelaku angka 1-3 = kurang peduli dan tahu tentang
bisnis terhadap lingkungan, pengetahuan green accounting, 4 – 5 = cukup peduli dan
tentang biaya usaha dan biaya lingkungan, tahu tentang green accounting, 6 – 7 = sangat
gaya pengeluaran setiap pelaku bisnis secara peduli dan tahu tentang green accounting.
individu dan apa yang mereka utamakan dalam
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
usaha yang mereka jalani. Kriteria-kriteria
4.1 Karakteristik Responden
tersebut diukur dengan menggunakan skala
Karakteristik responden didapatkan dalam
likert dari angka 1-7 dimana angka 1= sangat proses penyebaran kuisioner, maka dalam
tidak setuju, 2 = tidak setuju, 3 = kurang setuju, penelitian ini akan dianalisis keterkaitan
4 = biasa, 5 = cukup setuju, 6 = setuju, dan 7= karakteristik responden, yaitu jenis kelamin
sangat setuju. responden dan usia responden.
1) Karakteristik responden berdasarkan
3.6 Uji Instrumen Penelitian jenis kelamin
Untuk memastikan bahwa kuesioner yang
Tabel 4.1
digunakan sudah valid dan dapat dipercaya
Jenis Kelamin Responden
sebagai alat pengumpul data, maka dilakukan
uji instrumen terhadap kuesioner tersebut,
yaitu uji validitas dan reliabilitas. Uji validitas
ini dimaksudkan untuk menguji seberapa baik
instrumen penelitian mengukur konsep yang
seharusnya diukur. Dengan ketentuan-ketentuan
penilaian tertentu, Sugiyono (2008) menyatakan Berdasarkan Tabel 4.1 menunjukkan bahwa
butir yang mempunyai korelasi positif dengan sebagian besar responden adalah berjenis
kriteria (skor total) serta korelasinya tinggi, kelamin perempuan, yaitu sebesar 57%.
menunjukkan bahwa butir tersebut mempunyai
validitas yang tinggi pula. Syarat minimum untuk 2) Karakteristik responden berdasarkan
dianggap memenuhi syarat adalah nilai r = 0,3 usia
jika nilai r <0,3 maka dinyatakan tidak valid. Tabel 4.2
Sedangkan uji konstruk reliabilitas merupakan Usia Responden
bentuk uji kualitas data yang menunjukkan
stabilitas dan konsistensi dari instrumen untuk
mengukur konstruk atau variabel (Sugiyono,
2008). Variabel dapat dinyatakan reliabel apabila
Koefisien Alpha Cronbach ≥ 0,7 artinya tingkat
reliabilitas sebesar 0,7 merupakan indikasi
reliabelnya sebuah konstruk.
Vol.7 No.2,September 2017 Jurnal Riset Akuntansi JUARA 161
Berdasarkan Tabel 4.2 menunjukkan bahwa seluruh variabel memiliki nilai Cronbach’s
jumlah terbesar responden pengusaha Alpha lebih besar dari 0,7 sehingga dapat
rumah makan di Kota Denpasar berada pada disimpulkan bahwa semua intrumen penelitian
usia di bawah 30 tahun sebanyak 21 orang reliabel.
dengan persentase 35%. Sedangkan jumlah
terendah berada pada usia di atas 50 Tahun 4.3 Preferensi Kepentingan
yaitu sebanyak 6 orang, dengan presentase Preferensi kepentingan digunakan untuk
10%. mengukur prioritas masing-masing pengusaha
dalam menentukan kepentingan usaha. para
4.2 Hasil Pengujian Instrumen pelaku usaha diminta untuk mengurutkan
Hasil pengujian validitas variabel
mana hal yang menurut mereka paling
kepedulian lingkungan, kesadaran biaya
penting. Beberapa hal tersebut adalah omzet,
lingkungan, pengetahuan biaya usaha,
pengetahuan biaya lingkungan dan gaya laba, biaya usaha rendah, kualitas jasa/
pengeluaran individu menunjukkan nilai produk, produk/jasa yang ramah lingkungan
pearson correlation > 0,3 sehingga seluruh dan limbah yang tidak mencemari lingkungan.
pertanyaan dalam kuisioner yang digunakan Hasil pengukuran preferensi kepentingan
valid. Hasil uji validitas menunjukkan bahwa dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 4.3
Preferensi Kepentingan Pelaku Usaha

Dari Tabel 4.3, dapat diketahui bahwa pelaku usaha karena para pemilik usaha tersebut
usaha rumah makan di Kota Denpasar menganggap bahwa mereka telah membayar
menganggap kualitas merupakan hal yang uang kebersihan. Para pemilik usaha juga
sangat penting dalam usahanya, disusul tidak memikirkan kemana limbah akan
dengan laba dan omzet penjualan, sedangkan dibuang atau diolah.
limbah dan biaya usaha redah bukan
merupakan prioritas bagi para pelaku usaha 4.4 Kepedulian Lingkungan
tersebut. Dari hasil hasil tersebut, terlihat Kepedulian para pelaku usaha
bahwa para pelaku usaha tidak terlalu terhadap lingkungan merupakan hal yang
penting, namun kepedulian lingkungan
mementingkan limbah yang mencemari
masing-masing pelaku bisnis berbeda-
lingkungan sekitar mereka. Hal yang sangat
beda. Lingkungan menjadi salah satu hal
wajar, karena UKM merupakan organisasi penting dalam menjalankan usaha. Apabila
yang berorientasi pada keuntungan (profit lingkungan kurang mendukung, maka
oriented) yang dari sejak awal didirikan produk yang dihasilkan dapat menjadi
bertujuan untuk mendapatkan keuntungan. kurang maksimal. Hasil pengukuran terhadap
Limbah yang mencemari lingkungan tidak kepedulian pelaku usaha rumah makan di
terlalu diperhatikan oleh para pemilik Denpasar dapat dilihat dalam tabel berikut:
162 KEPEDULIAN DAN PENGETAHUAN PELAKU BISNIS MENGENAI GREEN ACCOUNTING
Tabel 4.4
Kepedulian Lingkungan

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa para mereka yang menganggap semua peralatan
pelaku usaha telah mengetahui bagaimana sama saja karena para pemilik usaha lebih
menjaga lingkungan. Dalam melakukan mementingkan fungsi dan kualitas dari
usahanya, mereka telah menggunakan peralatan yang mereka beli dan biaya yang
perlengkapan serta bahan baku yang ramah harus mereka keluarkan untuk mendapatkan
lingkungan, namun masih sedikit kurang peralatan tersebut.
peduli dalam penanganan limbah. Dalam
penanganan limbah usaha, pemilahan 4.5 Kesadaran Biaya Lingkungan
limbah organik dan non organik terkadang Pelaku usaha seringkali mengganggap
diabaikan. Mereka langsung mencampur bahwa biaya lingkungan hanya merupakan
limbah yang mereka buang dalam satu biaya pendukung karena dalam usahanya
wadah/tempat sampah karena menurut karena biaya tersebut tidak berkaitan
mereka lebih praktis dan efisien dari segi langsung dengan proses produksi, sehingga
waktu. Dari hasil analisa, para pelaku biaya lingkungan dalam kegiatan usaha
usaha kurang mau untuk mengeluarkan sering kali diabaikan. Berikut merupakan
uang yang lebih untuk membeli barang yang hasil pengukuran terhadap kesadaran
ramah lingkungan. Rata-rata banyak dari pelaku usaha terhadap biaya lingkungan:

Tabel 4.5
Kesadaran Biaya Lingkungan

Vol.7 No.2,September 2017 Jurnal Riset Akuntansi JUARA 163


Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa 4.6 Pengetahuan Biaya usaha
para pelaku usaha mengetahui bahwa Biaya usaha merupakan salah satu
komponen penting dalam suatu perusahaan.
biaya lingkungan merupakan bagian
Biaya usaha merupakan suatu pengorbanan
tanggungjawab usaha karena lingkungan yang dilakukan untuk mendatangkan laba.
disekitar usaha sangat mempengaruhi Biaya usaha terbagi menjadi dua jenis, yaitu
kinerja serta hasil produksi sehingga biaya langsung dan biaya tidak langsung.
Biaya limbah semestinya masuk didalam
lingkungan sekitar usaha harus dipelihara. biaya tidak langsung yaitu biaya overhead
Meskipun pelaku usaha mengetahui dari usaha (carter dan Usri, 2006:40). Tetapi
tentang biaya lingkungan, tapi tetap saja UKM umumnya belum menggunakan laporan
biaya tersebut tidak dialokasikan kedalam keuangan maka biaya tersebut seharusnya
diklasifikasikan dalam alokasi biaya-biaya
biaya overhead dan hanya memperlakukan tertentu. Berikut merupakan tabel yang
sebagai biaya pendukung saja dan tidak menunjukan pengetahuan pelaku bisnis
dibebankan kedalam beban usaha. mengenai biaya usaha:

Tabel 4.6
Pengetahuan Biaya Usaha

Dari tabel 4.6 di atas terlihat bahwa pada 4.7 Pengetahuan Biaya Lingkungan
umumnya pelaku usaha rumah makan di Biaya lingkungan yang terjadi dalam
Kota denpasar telah memiliki pengetahuan perusahaan merupakan salah satu biaya
mengenai biaya usaha. Walaupun pelaku overhead yang sulit sekali untuk diidentifikasi
usaha tersebut kurang mengetahui komponen- secara langsung dikarenakan biaya-biaya
komponen biaya usaha, namun mereka telah tersebut seringkali tersembunyi dalam pusat
mengetahui cara membebankan biaya usaha biaya dan tidak ada bukti pencatatan atau
yang dikeluarkan sehingga mereka dapat pelaporan yang jelas terkait dengan biaya
lingkungan (Ikhsan, 2008). Para pelaku usaha
mengetahui profit (keuntungan) yang mereka
menganggap bahwa mereka telah memiliki
peroleh, sehingga dapat mengukur kinerja
pengetahuan mengenai biaya lingkungan,
usahanya. Sebagian besar dari mereka telah
tetapi sebagian dari mereka belum paham
memilah antara biaya usaha dengan biaya bagaimana membebankan biaya lingkungan
pribadi. Dengan demikian mereka dapat tersebut dalam biaya usahanya. Pengetahuan
megetahui berapa keuntungan yang mereka pelaku usaha mengenai biaya lingkungan
dapatkan dari kegiatan usahanya. dapat dilihat sebagai berikut:
164 KEPEDULIAN DAN PENGETAHUAN PELAKU BISNIS MENGENAI GREEN ACCOUNTING
Tabel 4.7
Pengetahuan Biaya Lingkungan

Dari hasil di atas dapat dilihat bahwa rata- 4.8 Gaya Pengeluaran Pribadi
rata pelaku usaha rumah makan di Kota Pengaturan biaya usaha sangat
denpasar belum terlalu paham mengenai dipengaruhi oleh cara pelaku usaha
biaya lingkungan. Mereka belum cukup mengendalikan keuangannya. Pelaku
pengalaman dalam mengelola biaya usaha harus mampu memilah-milah
lingkungan dan membebankan biaya keuangan untuk kepentingan usaha
lingkungan tersebut dalam biaya usaha. dengan kepentingan pribadinya. Dengan
Apabila terjadi pengeluaran mengenai demikian pelaku usaha dapat mengetahui
lingkungan, mereka menganggap itu adalah keuntungan yang sebenarnya yang
pengeluaran menggunakan uang pribadi, diperoleh dari usahanya.
sehingga biaya lingkungan tersebut sering Berikut disajikan tabel gaya
tidak dimasukkan ke dalam komponen biaya pengeluaran pribadi pelaku usaha
usaha. sebagai berikut:

Tabel 4.8
Gaya Pengeluaran Individu

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui usaha mereka. Mereka akan memeriksa
bahwa sangat penting bagi pelaku usaha dalam keuangannya sebelum memutuskan untuk
melakukan pengeluaran. Mereka tidak ingin membeli sesuatu. Mereka akan lebih berhati-
melakukan pengeluaran yang sia-sia. Bagi hati ketika ingin melakukan pengeluaran
mereka semua pengeluaran usaha adalah hal untuk kepentingan pribadi dibandingkan
yang penting sehingga menjadi hal yang tidak dengan ketika melakukan pengeluaran untuk
boleh diabaikan karena akan mengganggu kepentingan usahanya.
Vol.7 No.2,September 2017 Jurnal Riset Akuntansi JUARA 165
V. KESIMPULAN DAN SARAN Usaha Warung Makan di Kota Salatiga).
5.1 Kesimpulan Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Berdasarkan hasil penelitian yang telah Universitas Kristen Satya Wacana,
dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa Salatiga.
para pelaku usaha (UKM) rumah makan di Dunk, A.S. 2002. Product Quality,
Kota Denpasar lebih mementingkan kualitas, Environmental Accounting and Quality
laba dan omzet dalam kegiatan usahanya Performance. Accounting, Auditing &
dari pada untuk penanganan limbah. Hal ini Accountability Journal. Vol. 15 No. 5, pp.
terjadi karena memang UKM biasanya lebih 719-732. MCB Up Limited.
berorientasi pada profit (profit oriented), Gray, R., Bebbington, J., dan Walters, D.
2001. Accounting for the environment.
sehingga untuk memperoleh laba dan omzet
R. H. Gray & The Certified Accountants
yang tinggi, maka mereka menjaga kualitas
Educational Projects.
produknya, sehingga untuk pengeluaran
Harahap, Sofyan Syafri. 2002. Teori Akuntansi.
biaya lingkungan sering kali diabaikan. Disisi PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
lain, pelaku usaha tersebut sebenarnya Ikhsan, Arfan. 2008. Akuntansi Lingkungan
peduli terhadap lingkungan, namun mereka dan Pengungkapannya. Yogyakarta :
tidak mengetahui secara jelas tentang biaya Graha Ilmu.
lingkungan dan akuntansi lingkungan (green Istijanto. 2006. Riset Sumber Daya Manusia.
accounting). Edisi kedua. Jakarta : PT. Gramedia
Pustaka.
5.2 Saran Kartikasari, Lisa. 2012. Niat Akuntan dan
Dari kesimpulan di atas, maka sebaiknya Akuntansi Lingkungan. Universitas
dalam menjalankan usahanya, pelaku usaha Islam Sultan Agung.
mengetahui akan adanya biaya lingkungan Kwarto, F. 2010. Synchronization Of Green
(green akunting), sehingga dalam menjalankan Accounting With Company Managerial
usahanya tidak hanya mengejar profit, tetapi Accounting; A Corporate Financial
juga tetap peduli terhadap lingkungan dengan Department Perspective.
memasukkan pengeluaran atau biaya-biaya Musyarofah, Siti. 2013. Analisis Penerapan
yang terkait dengan pemeliharaan lingkungan. Green Accounting di Kota Semarang.
Jumlah populasi dalam penelitian ini masih Fakultas Ekonomi Universitas Negeri
belum jelas, sehingga untuk menentukan Semarang.
jumlah sampel hanya berdasarkan jumlah Priyatno, Duwi. 2011. Buku Saku Analisis
variabel yang diteliti sehingga belum mampu Statistik Data SPSS. Yogyakarta:
menggambarkan keadaan yang sebenarnya. MediaKom.
Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat Sanjaya, Pipien. 2014. Kepedulian dan
mencari jumlah populasi yang sebenarnya, Pengetahuan Pelaku Bisnis Mengenai
sehingga akan lebih akurat dalam penentuan Green Accounting (Studi Kasus Pada
sampel penelitian. Usaha Tempe di Kota Salatiga). Fakultas
Ekonomika dan Bisnis Universitas
Kristen Satya Wacana, Salatiga.
DAFTAR PUSTAKA Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Bisnis
(Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
Barr et al,. 2010. Tata Kelola Keuangan dan R&D). CV. Alfabeta. Bandung.
Pelajaran dari Dana Reboisasi (DR) di Susilo, Joko. 2008. Green Accounting Di
Indonesia. Maret : No. 20. Daerah Istimewa Yogyakarta: Studi
Cahyono, Budi. 2002. Pengaruh kualitas Kasus Antara Kabupaten Sleman Dan
manajemen lingkungan terhadap kinerja Kabupaten Bantul. Program D3 Ekonomi
pada industri manufaktur di Kota Universitas Islam Indonesia.
Semarang. Jurnal bisnis strategi Program Sutanta. 2010. Faktor-faktor Penyebab
MM Undip, Vol. 9/Juli/Th.VII. Tidak Berkembangnya Kawasan
Cowen, et al. 1987. The impact of corporate Industri Nguter Kabupaten Sukoharjo.
characteristics on social responsibility Tesis. Semarang : Fakultas Ekonomi
disclosure: a typology and frequency- Universitas Diponegoro.
based analysis. Accounting, Organisations Wulandari, Ery Dyah. 2007. Analisis Biaya
and society, vol. 12 No. 2, pp. 111-22 Manfaat Pengelolaan Lingkungan Sentra
Dias, Jennifer Mirielle. 2014. Kepedulian dan Industri Kecil Tahu Jomblang Kota
Pengetahuan Pelaku Bisnis Mengenai Semarang. Tugas Akhir. Semarang :
Green Accounting (Studi Kasus Pada Fakultas Teknik Universitas Diponegoro.

166 KEPEDULIAN DAN PENGETAHUAN PELAKU BISNIS MENGENAI GREEN ACCOUNTING

Das könnte Ihnen auch gefallen