Sie sind auf Seite 1von 14

Penurunan Kadar Besi (Fe), Kromiun (Cr), COD dan BOD Limbah Cair Laboratorium…… [Indah Nurhayati,dkk.

PENURUNAN KADAR BESI (Fe), KROMIUM (Cr), COD DAN BOD


LIMBAH CAIR LABORATORIUM DENGAN PENGENCERAN,
KOAGULASI DAN ADSOBSI
Indah Nurhayati*, Sela Vigiani, dan Dian Majid
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas PGRI Adi Buana Surabaya
*Email: indahnurhayati@unipasby.ac.id

ABSTRACT

REDUCITION OF IRON, CHROMIUM, COD, AND BOD CONCENTRATIONS OF


LABORATORY LIQUID WASTE WITH DILUTION, COAGULATION, AND
ADSORPSION

The aims of this work is to perform the effect of flowrate and operating time on decreasing
of Fe, Cr, COD, BOD concentrations, assessing the quality of wastewater after being treated
with dilution, neutralization, coagulation and adsorption techniques, especially for parameters
suck as Cr, Fe, COD, BOD and pH. The variables in this study are the waste water flow that is
100 mL / min and 140 mL / min, with operating time for 60 min. The adsorption process is
carried out continuously with down flow. Adsorbents in the form of activated zeolite and
activated carbon are arranged in stages in a PVC reactor. The results of this study are 100
ml/min discharge can reduce most of Fe concentration. The discharge of 100 ml/min can reduce
Fe by 99.94% from 1,768 ± 1.14 mg / L to 0.98 ± 0.03 mg/L and chrome by 99.07% from
48.35±0.49mg/L to 0.39±0.00 mg/L, COD 99.17% from 35.455±2.1mg/L to 286±1.4 mg/L,
BOD 99% from 15.052±13.5 mg/L to 149.5±2.1mg/L, pH 7.05 - 7.25. The discharge of 140
ml/min can reduce Fe by 99.94% from 1,768±1.14mg/L to 0.99±0.03mg/L and chrome 99.07%
from 48.35±0,49mg/L to 0.45±0.00mg/L, COD 99.08% from 35.485±2.1 mg/L to 325.25±2.12
mg/L, BOD 98% from 15.052±13,5mg/L to 160.5±0.70mg/L, pH 6.95 - 7.25. The quality of
wastewater after being treated have met the quality standard in accordance with the Minister of
Environment Regulation No. 5 of 2014.
Keywords: Adsorption; Coagulation; Dilution; Laboratory Waste.

limbah cair laboratorium. Limbah cair


1. PENDAHULUAN laboratorium jika dilihat dari jumlahnya
Laboratorium dalam suatu lembaga sedikit tetapi termasuk kategori limbah B3
pendidikan merupakan tempat untuk (Nurhayati et al., 2018). Senyawa yang
melakukan praktikum, penelitian dan terkandung dalam limbah cair laboratorium
pengujian sampel. Kegiatan di dalam antara lain Timbal (Pb), Krom (Cr), Besi (Fe),
laboratorium mulai dari persiapan penelitian, Perak (Ag). Hasil penelitian pendahuluan,
praktikum dan pengujian sampel menunjukan bahwa limbah laboratorium TL
menggunakan reagen kimia. Reagen kimia UNIPA khususnya limbah cairnya
yang sering digunakan adalah zat yang mempunyai karakteristik sebagai berikut,
mengandung senyawa organik, anorganik, kandungan Fe = 1.810 ± 0,21 mg/L, Cr =
logam berat, bersifat asam, basa, iritatif, 50,7± 0,21 mg/L, Pb = 6,06 ± 1,4 mg/L, Total
reaktif dan bersifat racun (Nurhayati et al., Dissolved Solid (TDS) = 14.874 ± 1,14 mg/L,
2018). pH= 2,60 ± 00, Total Suspended Solid (TSS)
= 601±1,14 mg/L, Chemical Oksigen Demand
Laboratorium Teknik Lingkungan
(COD) 37.669 ± 2,1 mg/L dan Biological
masih sedikit yang melakukan pengolahan
Oksigen Demand (BOD) 16.502 ± 1,14 mg/L.
sehingga zat kimia yang digunakan di dalam
Dilihat dari karakteristiknya, limbah cair
laboratorium langsung dibuang menjadi
Laboratorium TL UNIPA Surabaya belum
74
ECOTROPHIC14(1):74–87 p-ISSN:1907-5626,e-ISSN:2503-3395
ECOTROPHIC  VOLUME 14 NOMOR 1 TAHUN 2020 p-ISSN:1907-5626,e-ISSN:2503-3395

memenuhi PerRMen LH No. 5 Tahun 2014 melalui rantai makanan (Kristianto, Wilujeng
mengenai baku mutu air limbah. Jika tidak and Wahyudiarto, 2017), di dalam tubuh akan
dilakukan proses pengolahan limbah cair sulit untuk dikeluarkan sehingga kadarnya
laboratorium lebih lanjut maka dapat akan meningkat di dalam tubuh organisme
mencemari lingkungan sekitar (Raimon, (Prastyo et al., 2016). Krom merupakan
2011). logam yang berbahaya bagi kehidupan.
Limbah cair yang mengandung besi Logam krom merupakan logam yang sulit
terlarut dalam bentuk Ferro (Fe2+). Besi dalam didegradasi sehingga dapat bertahan lama
bentuk Ferro mudah teroksidasi menjadi besi dalam perairan (Paramita et al., 2017).
dalam bentuk Ferri (Fe3+) dengan adanya Kandungan senyawa kromium dalam
oksigen di udara (Febrina and Ayuna, 2015). lingkungan yang paling banyak ditemui
Bakteri Crenothrix dan Gallionella dapat adalah dalam krom trivalen (Cr3+) dan krom
memanfaatkan Fe2+ sebagai sumber energi heksa valen (Cr6+). Krom heksavalen
dalam pertumbuhannya dan dapat merupakan senyawa krom yang sangat
mengendapkan Fe3+. Semakin tinggi kadar berbahaya, karena dianggap sangat beracun,
Fe2+ menjadikan pertumbuhan bakteri sangat karsinogen, mutagenik. Ion krom dapat
cepat yang berakibat tersumbatnya saluran menyebabkan kerusakan hati, kerusakan
pipa (Febrina and Ayuna, 2015). Logam besi saluran pernapasan, kerusakan ginjal, kanker
yang berada di dalam tanah mudah paru-paru. (Sy et al., 2016), mutasi gen,
mengalami oksidasi dan reduksi. Dengan bersifat karsinogen dan teratogenic
adanya reaksi biologis dari bakteri pada (Kristianto et al., 2017).
kondisi anaerob, maka unsur Fe dalam tanah Pengolahan air lmbah yang
akan tereduksi sehingga menjadi besi yang mengandung logam berat dapat dilakukan
terlarut. Persitiwa oksidasi dan reduksi besi di secara fisika, kimia atau kombinasi fisika dan
dalam tanah menyebkan besi akan masuk ke kimia. Penyisihan logam berat dalam limbah
dalam irigasi. Kelarutan Fe juga dipengaruhi cair biasanya dilakukan dengan presiptasi,
oleh pH. Kelebihan kandungan besi dalam koagulasi, adsobsi (Ariani and Rahayu, 2016),
lingkungan dapat mengakibatkan air tanah filtrasi atau kombinasi dari semuanya. Metode
terkontaminasi dan mengganggu kombinasi presipitasi dan adsobsi dapat
kelangsungan makhluk hidup lainnya. Logam menyisihkan logam berat pada limbah
Fe di dalam tanah akan diserap oleh tanaman laboratorium hingga 98,09 – 99,99% (Ariani
melalui akar. Kadar Fe yang tinggi di dalam and Rahayu, 2016).
tanah akan menyebabkan tanaman Air limbah yang mengandung logam
mengakumulasi Fe di dalam tubuhnya berat dapat diolah dengan menggunakan
sehingga menyebabkan keracunan (Apriyanti teknologi presipitasi (pengendapan).
and Candra, 2018). Teknologi presipitasi dapat dilakukan dengan
Tingginya kadar besi yang berada penambahan zat terntu sehingga akan
dalam tubuh manusia akan mengakibatkan mengubah logam yang mudah larut menjadi
penyakit seperti keracunan, kanker, liver dan logam yang sukar larut. NaOH merupakan
hemokromatis (Jenti and Nurhayati, 2014). senyawa alkali yang bersifat basa, mudah
Dalam tubuh, besi diperlukan sebagai larut dalam air dan cepat mengendapkan Fe
pembentukan hemoglobin. Dalam dosis yang dan logam yang lain (Apriastuti et al., 2017),
cukup tinggi, besi dapat merusak jaringan larutan NaOH juga berfungsi untuk menaikan
dinding usus (Febrina and Ayuna, 2015). pH air limbah. Pengendapan logam berat
Limbah yang mengandung logam krom dalam air limbah sanga dipengaruhi pH
termasuk kategori limbah B3. Krom termasuk (Ariani and Rahayu, 2016).
logam berat, dan masuk ke dalam kelompok Poly Aluminium Chloride (PAC)
16 besar substansi berbahaya oleh Agency for merupakan koagulan dari garam dari
Toksic Substances and Disease Registry aluminium klorida yang sering diaplikasikan
(ATSDR) (Sy et al., 2016). Krom bersifat dalam pengolahan air limbah maupun air
bioakumulasi di dalam makhluk hidup, bersih karena mempunyai daya koagulasi dan
75
Penurunan Kadar Besi (Fe), Kromiun (Cr), COD dan BOD Limbah Cair Laboratorium…… [Indah Nurhayati,dkk.]

flokulasi lebih kuat jika dibandingkan dengan Demand (COD) limbah industri krisotil
tawas. PAC efektif bekerja pada rentang pH sebesar 63% (Yuliastuti and Cahyono, 2018).
5,0 – 8,0. PAC dapat menurunkan turbidity Keberhasilan proses adsobsi
97,69% dan TSS 99,24% air limbah (Husaini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
et al., 2018). PAC konsentrasi 300 mg/L karakteristik adsorben, meliputi luas
dapat meremoval TDS 13,7%; Cr 97% dan permukaan, ukuran partikel (Sirajuddin and
Pb 93,5% pada air limbah laboratorium Harjanto, 2018), waktu kontak, pH, suhu,
(Nurhayati et al., 2018). konsentrasi adsorbat (Arisna et al., 2016).
Zeolit alam merupakan adalah senyawa Waktu kontak yang diperlukan proses adsobsi
terhidrat dari aluminosilikat yang terdiri dari untuk mencapai equilibrium tidak sama,
dar ikatan SiO4 dan AlO4 terhidrat yang waktu kontak akan dicapai apabila tidak
dihubungkan dengan oksigen (Utami, 2017). terjadi perubahan konsentrasi adsorbat pada
Zeolit banyak dimanfaatkan sebagai adsorben, solute (Sirajuddin and Harjanto, 2018).
ion exchange, katalis pada industry (Anggoro, Pada penelitian terdahulu, pengolahan
2017). Katalis zeolit menyebabkan reaksi limbah cair dilakukan dengan cara netralisasi,
lebih cepat, efisien, sehingga mengurangi koagulasi dan adsobsi menggunakan karbon
penggunaan energy dan pengolahan limbah. aktif ampas tebu dan zeolit yang tidak
Zeolit banyak diaplikasikan dalam proses diaktivasi, dengan debit 140 ml/L, pada menit
adsorbansi polutan karena mempunyai rongga ke-15 dapat menurunkan konsentrasi krom
struktur kristal alumina silika yang berisi ion sebesar 93% dari 5,37 ppm menjadi 0,36
logam (Aidha, 2013). Zeolit mampu ppm, tetapi pada menit ke-30 sampai menit
menurunkan logam Fe sebesar 62,78% dari ke-120, konsentrasi krom mengalami
12,668 mg/L menjadi 1,948 mg/L yang kenaikan yang signifikan (Nurhayati et al.,
terkandung dalam air lindi (Larasati et al., 2018). Oleh karena itu perlu adanya
2016). Penggunaan zeolit tanpa aktivasi, penelitian lanjutan supaya adsorben tidak
karbon aktif dan ijuk sabut kelapa dapat cepat jenuh dan dapat menurunkan polutan
menurunkan Cr 93% dari 5,37 mg/L menjadi lebih besar dengan menggunakan adsorben
0,36 mg/L dalam waktu pengoperasian 15 diaktivasi dan memvariasikan debit waktu
menit (Nurhayati et al., 2018). Proses operasi. Tujuan dari penelitian ini adalah
adsorbsi akan lebih efektif apabila air limbah mengkaji pengaruh debit aliran dan waktu
memiliki pH netral. Kombinasi koagulasi dan operasi terhadap penurunan Fe, Cr COD, dan
adsorbsi dapat menurunkan logam Fe dengan BOD. Menganalisa kualitas limbah cair
tingkat keberhasilan sebesar 62,25% dari setelah diolah dengan pengenceran,
kadar awal 194 ppm menjadi 7,324 ppm netralisasi, koagulasi dan adsobsi terutama
(Audina et al., 2017). untuk parameter Cr, Fe, COD, BOD dan pH.
Adsobsi merupakan salah satu proses
pengolahan limbah yang sederhana dan dapat 2. METODOLOGI
menggunakan adsorben bahan alam yang
tidak terpakai (Widayatno et al., 2017). Penelitian ini dilakukan secara kontinyu
Karbon aktif merupakan karbon yang dengan skala laboratorium. Variable
diaktivasi untuk memmbuka pori-pori penelitian adalah debit aliran yaitu 100
sehingga berfungsi sebagai adsorben. ml/menit dan 140 ml/menit dan waktu operasi
Aktivator yang digunakan biasanya gas CO2, yaitu 15 menit, 30 menit, 45 menit dan 60
uap air atau zat kimia (Polii, 2017). Aktivasi menit.
karbon dengan pemanasan berfungsi untuk
memperluas permukaan, menghilangkan 2.1 Alat dan Bahan
kotoran yang mudah menguap, tar dan Limbah yang diolah adalah limbah
kidrokarbon pengotor (Masthura and Putra, laboratorium Teknik Lingkungan yang
2018). Karbon yang diaktivasi asam phospat diambil yang diambil langsung dari dari
dapat menurunkan Chemical Oksygen wastafel. Reaktor adsobsi berupa berupa pipa
dengan diameter 4 inci dan panjang pipa 145

76
ECOTROPHIC  VOLUME 14 NOMOR 1 TAHUN 2020 p-ISSN:1907-5626,e-ISSN:2503-3395

cm. Adsorben yang digunakan zeolit 2.5 Koagulasi dan Flokulasi


teraktivasi dan karbon aktif, masing-masing Proses koagulasi menggunakan
sebanyak 5 L. koagulan PAC dengan dosis 300 mg/L.
Pengadukan dilakukan dengan jar test
2.2 Aktivasi Adsorben
berkecapatan 204 rpm (Nurhayati et al.,
Aktivasi zeolit dilakukan dengan cara 2018), selama 2 menit kemudian flokulasi
zeolit direndam ke dalam larutan H2SO4 2 N dengan pengadukan lambat 50 rpm selama 5
selama 80 menit kemudian dibilas dengan menit (Yuanita, 2015), dengan harapan akan
aquades. Selanjutnya direndam kembali ke terbentuk flok yang sempurna. Pengadukan
dalam larutan NaOH 4 N selama 80 menit dan yang terlalu lambat pada saat koagulasi
bilas dengan aquades. Zeolit dikeringkan menyebabkan terbentuknya flok juga lambat,
menggunakan oven dengan suhu 300°C sedangan pada saat flokulasi pengadukan
selama 2 jam (Aidha, 2013) Untuk menjaga harus lambat supaya flok yang terbentuk tidak
daya adsrobsi agar tetap baik zeolit disimpan tidak pecah (Rahimah et al., 2016).
ke dalam wadah yang tertutup rapat. Karbon
yang digunakan berbentuk yang diaktivasi 2.6 Adsobsi
dengan cara dipanaskan menggunakan oven Proses adsobsi Dilakukan secara
padan temperatur 150°C selama 120 menit. kontinyu dengan aliran down flow dengan
Agar karbon aktif tetap dalam keadaan baik, debit yang divariasikan yaitu 140 ml/menit
disimpan dalam desikator yang tertutup rapat. dan 100 ml/menit dan waktu operasi yaitu 15
menit, 30 mneit, 45 menit dan 60 menit.
2.3 Pengenceran
Parameter yang diukur adalah Cr, Fe, BOD,
Sebelum diolah, limbah laboratorium COD dan pH. Penentuan kadar Cr
dilakukan pengenceran dengan tujuan menggunakan Spektrofotometer Serapan
konsentrasi pencemar berkurang sehingga Atom (SAA) (SNI 6989,17:2009), kadar Fe
proses adsobsi dapat lebih efektif. menggunakan SAA (SNI 6989,4), konsenrasi
Pengenceran dilakuakn menggunakan BOD menggunakan metode SNI
aquades dengan perbandingan air limbah : 6989.72:2009, konsentrasi COD
aquades adalah 1:2 menggunakan metode SNI 6989.2:2009 dan
pH menggunakan pH meter
2.4 Netralisasi
Dari hasil penelitian pendahuluan air 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
limbah mempunyai pH= 2,60 ± 00, oleh
karena itu dilakukan netralisasi supayaa 3.1 Karakteristik Limbah Cair
proses koagulasi dan adsobsi lebih efektif Laboratorium
menurunkan polutan. Netralisasi dilakukan Hasil pengamatan secara visual limbah
samapi pH sekitar 7 menggunakan NaOH 5N. cair laboratorium berwarna coklat tua, berbau
menyengat dan keruh. Karekteristik awal
limbah cair dijelaskan dalam Tabel 1.

Tabel 1. Karekteristil Limbah Cair Laboratorium TL Sebelum Diolah


Parameter Satuan Hasil uji Baku Mutu Air limbah*
pH - 2,70 ± 0,0 6,0 – 9,0
Fe Total Mg/L 1.768 ± 1,41 5
Cr Total Mg/L 48,35± 0,49 0,5
COD Mg/L 35.485 ± 2,1 300
BOD Mg/L 16.052 ± 3,5 150
*) PerMen LH No. 5 Tahun 2014

77
Penurunan Kadar Besi (Fe), Kromiun (Cr), COD dan BOD Limbah Cair Laboratorium…… [Indah Nurhayati,dkk.]

Dari Tabel 1 menyajikan mengenai terdegradasi maupun yang mudah


limbah cair Laboratorium TL berada diatas terdegradasi yang tinggi. Kadar BOD dan
ambang batas kualitas air limbah di Indonesia. COD yang tinggi menunjukan juga
Air limbah laboratorium dapat mencemari menunjukan kadar oksigen terlarutnya dalam
lingkungan melalui peresapan air ke dalam air limbah kecil oleh karena itu jika dibuang
tanah (Raimon, 2011). Limbah cair ke perairan akan membahayakan
Laboratorium TL memliki pH yang rendah mikroorganisme aquatik.
yaitu 2,70 ± 00 dan bersifat sangat asam.
Limbah yang bersifat sangat asam, pH < 3 3.2 Pengenceran, Netralisasi dan
(PP No. 101 Tahun 2004) bersifat korosif dan Koagulasi
termasuk kategori limbah B3, sehingga dapat Air limbah sebelum diolah mempunyai
merusak properti serta mengganggu kadar polutan yang sangat tinggi. sehingga
organisme. Perairan dengan pH < 4, tidak menyebabkan adsorben mudah mengalami
dapat ditoleransi oleh tumbuhan sehingga kejenuhan (Nurhayati et al., 2018). Untuk
dapat menyebabkan tumbuhan air mati mengurangi beban pencemar tersebut air
(Nurhayati et al., 2018). Oleh sebab itu limbah diencerkan terlebih dahulu. Pada
limbah cair yang akan dibuang untuk diolah penelitian ini sampel air limbah Laboratorium
terlebih dahulu. diencerkan sebanyak dua kali menggunakan
Kadar Cr total dan Fe total air limbah aquades.
sangat tinggi, hal ini disebabkan karena Proses netralisasi air limbah
penelitian mahasiswa dan dosen banyak yang menggunakan larutan NaOH 5N, karena
menganalisis parameter COD dan Biological limbah bersifat asam dengan pH 2,70 ± 00.
Oxygen Demand (BOD) yang mana Peningkatan pH seiring degan penambahan
menggunakan Cr dan Fe. Reagent yang NaOH. Selain itu penambahan NaOH juga
digunakan dalam analisis COD adalah kalium menyebabkan beberapa logam mengendap
dikromat (K2CrO7) dan Fero ammonium dalam bentuk logam hidroksida (Adli, 2012).
sulfat ((NH4)2 Fe(SO4)2). Analisis BOD salah pH juga dapat mempengaruhi kelarutan logam
satunya menggunakan reagen Feri klorida (Said, 2010).
(FeCl3).
Penambahan NaOH akan
Kromium heksavalen (Cr6+) biasanya mengendapkan logam seperti kromium
dalam bentuk kromat (CrO42-) merupakan sebagai Kromium hidroksida Cr(OH)3.
logam yang berbahaya bagi lingkungan Kromium hidroksida merupakan senyawa
(Kurniawati et al., 2017), menimbulkan iritasi yang sukar larut pada pH antara 8.5 – 9.5, dan
pada kulit, menimbulkan keracunan sistemik akan larut pada pH rendah atau suasana asam.
(Asmadi et al., 2009), sehingga dapat Krom hexavalen merupakan senyawa yang
menimbulkan kematian organisme akuatik mudah larut oleh karena itu untuk
(Setiyono and Gustaman, 2017). menghilangkan senyawa tersebut harus
Fe termasuk logam essensial, yaitu direduksi menjadi Cr3+ (Asmadi et al., 2009).
sangat dibutuhkan makhluk hidup dalam Limbah cair setelah ditambah NaOH
jumlah tertentu, tetapi dengan kadar yang menyebabkan ion Fe2+ terikat dengan OH-
melebihi baku mutu dapat menimbukan efek dari NaOH membentuk endapan Fe(OH)2
racun (Kamarati et al., 2018), dan merusak yang berwarna putih. Pada proses
dinding usus (Febrina and Ayuna, 2015). pengendapan terjadi koloid yang akan saling
Febrina melaporkan, kelarutan Fe diatas 10 mengikat membentuk endapan (Apriastuti et
ppm mengakibatkan air tersebut berbau telur al., 2017).
busuk (Febrina and Ayuna, 2015).
Setelah dilakukan netralisasi air limbah
Tingginya kadar BOD dan COD air menjadi berwarna hitam pekat, hal ini karena
limbah menunjukan air limbah laboratorium terbentuknya endapan logam logam yang ada
mengandung zat organik yang sulit
78
ECOTROPHIC  VOLUME 14 NOMOR 1 TAHUN 2020 p-ISSN:1907-5626,e-ISSN:2503-3395

di dalam limbah. Endapan logam yang konsentrasi 300 mg/L. Koagulan PAC
terbentuk berwarna hitam, terjadi karena konsentrasi 300 ppm dapat menghilangkan
peningkatan nilai pH akan mengubah konsentrasi Cr hingga 93,47% pada limbah
senyawa karbonat menjadi senyawa cair Laboratorium TL (Nurhayati et al.,
hidroksida yang berbentuk partikel kecil 2018). Karakteristik air limbah setelah
dalam limbah (Nurhayati et al., 2018). dilakukan pengenceran, netralisasi dan
Penambahan pH juga bertujuan supaya kerja koagulasi dapat disajikan pada Tabel 2.
PAC sebagai koagulan lebih efektif. Secara organoleptis air limbah setelah
Koagulan PAC akan bekerja lebih efektif dilakukan koagulasi flokulasi berwarna hijau,
pada pH 5,0 – 8,0 (Husaini et al., 2018). jernih bagian atas dan bagian bawah terdapat
Proses koagulasi air limbah endapan hitam.
laboratorium menggunakan PAC dengan

Tabel 2. Hasil Uji Air Limbah Laboratorium TL UNIPA Surabaya Setelah Pretreatment
Netralisasi dan Koagulasi
Parameter Satuan Hasil Uji Baku Mutu Air limbah*
pH - 7,2 ± 0,00 6,0 – 9,0
Fe Total mg/L 1,75±0,014 5
Cr Total mg/L 1,37±0,080 0,5
COD mg/L 1.876±1,4 300
BOD Mg/L 404,5 ±0,70 150
*) PerMen LH No. 5 Tahun 2014

Dari Tabel 2 dapat disimpulkan bahwa bahwa limbah cair laboratorium diolah
dengan proses pengenceran, netralisasi dan menggunakan metode presiptasi dengan
koagulasi mampu menurunkan kadar Fe penambahan NaOH samapi pH 7 dapat
sebesar 99,50%, Cr 98,50%, COD 95,2% dan meremoval Cr sebesar 98,85% (Avessa et al.,
BOD 97,30%. Konsentrasi Cr dan Fe total, 2016).
COD, BOD setelah proses pengenceran, Netralisasi, koagulasi dan flokulasi juga
netralisasi dan koagulasi belum memenuhi efektif menurunkan konsentrasi COD dan
PerMen LH No. 5 Tahun 2014 sedangkan BOD, hal ini disebabkan polutan yang mudah
pH=7,2 sudah memenuhi, oleh karena itu terdegradasi maupun yang sulit terdegradsi
diperlukan proses lanjutan supaya konsentrasi dalam air limbah berkurang karena
polutan dapat memenuhi baku mutu. mengalami presipitasi. Pengendapan zat
Proses pengenceran, netralisasi dan organik menyebabkan oksigen terlarut yang
koagulasi dapat meremoval Cr dan Fe diatas digunakan untuk mengoksidasi air limbah
98 %, hal ini dikarenakan penambahan NaOH berkurang, nilai BOD dan COD berkurang
sebagai senyawa alkasi yang besifat basa kuat (Febrina and Ayuna, 2015). Pengendapat zat
menyebabkan krom dan besi yang ada di organik semakin efisien karena proses
dalam air limbah mengendap sebagai presiptasi dilakukan dalam suasana netral.
Kromium hidroksida Cr(OH)3 dan Fe(OH)2. Dengan penambahan NaOH menyebabkan zat
Endapan logam Fe da Cr yang berupa koloid organik yang tersuspeni baik yang mudah
dan flok flok kecil dengan penambahan terdegradasi maupun yang sulit terdegradsi
koagulan PAC dan proses flokukasi akan mengalami pengendapan sehingga BOD dan
diikat sehingga membentuk flok flok besar COD menurun (Wardhani and Dirgawati,
yang mudah mengendap. Penambahan NaOH 2013). Suasana netral juga menyebabkan
menyebabkan pH menjadi netral sehingga penurunan BOD, karena mikroorganisme
koagulan PAC akan bekerja lebih efektif dalam air limbah dapat hidup dengan baik
dalam mengikat logam berat (Nurhayati et al., sehingga dapat melakukan degradsi secara
2018). Penelitian serupa juga didapatkan hasil biologis (Irmanto and Suyata, 2010).
79
Penurunan Kadar Besi (Fe), Kromiun (Cr), COD dan BOD Limbah Cair Laboratorium…… [Indah Nurhayati,dkk.]

Mengacu pada penelitian terdahulu, penyimpanan sesusi aturan tidak boleh


limbah penyamakan kulit setelah dilakukan langsung dibuang ke lingkungan.
presipitasi dengan penambahan NaOH pada
pH 7 dapat menurunkan BOD5 sebesar
97,05% dan COD sebesar 84,22% (Wardhani 3.3 Pengaruh Debit Aliran dan Waktu
and Dirgawati, 2013). Pengendapan zat Operasi Terhadap Kadar Besi (Fe)
organik akan lenih efisien karena setelah
Konsentrasi Fe selama proses adsobsi
proses prespitasi dilakukan koagulasi dengan
disajikan pada grafik dibawah (Gambar 1),
koagulan PAC dan flokulasi. Koagulasi
pada grafik tersebut menunjukan bahwa
flokuasi mengakibatkan partikel organik dari
bahwa proses adsobsi dengan adsorben zeolit
flok flok kecil akan bergabung sehingga
aktif dan karbon aktif secara kontinyu
proses presipitasi akan lebih cepat dan lebih
menggunakan debit 100 ml/menit dan 140
sempurna.
ml/menit sama-sama dapat menurunkan kadar
Pada proses koagulasi dan flokulasi air Fe. Pada menit ke-15 sampai menit ke-45
limbah menggunakan jar test, dan PAC debit 100 ml/menit dapat menurunkan Fe
sebagai koagulan befungsi untuk 43% sedangkan debit 140 ml/menit dapat
mendetsabilisasi partikel koloid di dalam air menurunkan Fe 15%, tetapi pada menit ke-60
limbah untuk membentuk mikro flok. Proses perbedaan debit tidak berpengaruh signfikan
koagulasi dilanjutkan dengan flokulasi yaitu terhadap removal Fe. Pada menit ke-60 menit
partikel-partikel kecil akan bergabung dengan debit 100 ml/menit dapat menurunkan
membentuk flok yang lebih besar untuk Fe sebesar 45%, (1,75 mg/L menjadi 0.971
menyerap zat organik yang larut sehingga mg/L), dan pada debit 140 ml/menit dapat
mengendap dengan cepat (Rahimah et al., menurunkan Fe sebesar 43% (1,75 mg/L
2016). Proses koagulasi akan menyebabkan menjadi 0,99 mg/L). Hal ini terjadi karena
partikel kecil yang tersuspensi saling melekat pada debit yang lebih kecil akan memberikan
sehingga dapat menghilangkan zat terlarut kesempatan larutan melakukan kontak dengan
dengan cara pengendapatn (Yuanita, 2015). adsorben (Ida Rofida et al., 2018). Setelah
Hasil penelitian serupa juga dilakukan melalui proses adsobsi kadar Fe telah
oleh Audiana, kombinasi koagulasi dan memenuhi PerMen LH No. 5 Tahun 2014.
adsorbsi pada pengolahan limbah limbah
Laboratorium Teknik Lingkungan mampu
menurunkan logam Fe dengan efisiensi
sebesar 62,25% (194 mg/L menjadi 7,3 mg/L)
(Audina et al., 2017). Koagulan PAC dapat
meremoval turbidity air limbah tailing dump
sebesar 97,77 % dari 130,74 NTU menjadi
2,92 NTU dan TSS (196,33 ppm menjadi 38,7
ppm) (Husaini, dkk, 2018). Pengolahan
limbah Kolong Tambang 23 Desa Kimhin
Sungaiiat dengan penambahan NaOH 6%
dapat menurunkan kadar Fe sebesar 88,99 %
(Apriastuti et al., 2017). Pengolahan limbah
limbah batik menggunakan PAC 6 gr/L dapat Gambar 1. Pengaruh Debit dan Waktu
rata-rata menurunkan BOD 83,80% (Fitriana Operasi Tehadap Removal Fe
et al., 2015).
Limbah laboratorium setelah dilakukan Penurunan Fe dalam air limbah terjadi
netraliasasi, koagulasi dan flokulasi karena karbon aktif sebagai adsorben
menghasilkan endapan, sebelum dilakukan mengadsobsi Fe pada permukaan karbon aktif
proses adsobsi. Endapan yang terjadi tentunya (Audina et al., 2017). Adsorbat akan
mengandung logam berat, oleh karena berpindah dari permukaan adsorben ke pori-
endapat tersebut harus dilakukan poti adsorben (Yuliastuti and Cahyono, 2018).
80
ECOTROPHIC  VOLUME 14 NOMOR 1 TAHUN 2020 p-ISSN:1907-5626,e-ISSN:2503-3395

Proses adsobsi terjadi karena adanya gaya berarti semakin lama waktu kontak antara
Van Der Waals, sehingga pori karbon aktif adsorben, yaitu karbon aktif dan zeolit aktif
akan menarik partikel pencemar sehingga dengan adosrbat yaitu polutan dalam air
terperangkap (Widayatno et al., 2017). limbah. Waktu kontak yang lebih lama
Logam Fe memiliki elektron valensi yang memberi kesempatan ion Fe bersinggungan
rendah sehingga dalam proses adsorbsi dengan permukaan adsorben sehingga pori-
dengan karbon aktif dan zeolit lebih cepat pori adsorben banyak menyerap ion Fe lebih
tersisihkan. banyak (Marlinawati et al., 2015). Proses
Dalam penelitian ini menggunakan adsobsi secara kontinyu, semakin kecil debit
karbon aktif berbentuk serbuk sehingga aliran yang digunakan dalam menyisihkan
memperbesar daya adsobsi. Karbon aktif logam berat maka kapasitas adsorbsi semakin
berbentuk serbuk mempunyai pori-pori yang besar (Shafirinia et al., 2016).
lebih banyak, sehingga partikel yang
teradsobsi semakin besar pula. Karbon aktif 3.4 Pengaruh Debit dan Waktu Operasi
dapat menurunkan logam Fe sampai efisiensi Terhadap Kadar Kromium (Cr)
62,25% (194 mg/L menjadi 7,324 mg/L) Penurunan krom Total (Cr) selama
(Audina et al., 2017). proses adsosi tersaji pada Gambar 2. Pada
Peran dari zeolit juga menambah Gambar 2 menunjukan bahwa proses adsobsi
kapasitas adsorbsi karena memiliki sifat secara kontinyu menggunakan adsorben
sebagai pengadsorbsi dan penukar ion. Zeolit karbon aktif dan zeolit teraktivasi dengan
yang akan digunakan sebagai adsorben debit 100 ml/menit dapat menurunkan krom
diaktivasi menggunakan H2SO4 untuk total rerata sebesar 70,4% dengan kadar akhir
memperbesar porositas, karena pori-pori krom total 0,39 mg/l, sedangkan pada debit
zeolit terbuka luas, (Nurhayati et al., 2018). 140 ml/menit dapat menurunkan krom total
sehingga keaktifan zeolit meningkat (Aidha, rerata sebesar 66% dengan kadar krom akhir
2013). Penyerapan zat pencemar akan 0.45 mg/L. Kadar krom total setelah treatment
sempurna dengan menggunakan zeolit yang sudah memenuhi baku mutu menurut PerMen
mempunyai pori-pori yang besar (Azamia, LH No. 5 Tahun 2014.
2012).
Dilihat dari waktu operasi, dari menit
ke-15 sampai menit ke-45 removal Fe terjadi
kenaikkan yang signifikan baik pada debit
100 ml/menit maupun debit 140 ml/menit hal
ini terjadi karena pada awal adsobsi laju
berjalan cepat karena pori-pori adsorben
masih kosong dan partikel Fe mudah
menempel pada pori pori adsorben. Pada
menit ke-45 sampai menit ke-60, removal Fe
mengalami penurunan, karena semakin lama
waktu operasi pori-pori adsorben yang kosong
semakin berkurang, oleh karena itu Gambar 2. Pengaruh Debit dan Waktu
kemampuan menyerap Fe juga semakin Operasi Tehadap Removal Cr
berkurang (Puspita et al., 2017).
Adsobsi dengan debit 100 ml/menit Penurunan kadar krom total dalam air
mulai dari menit ke-15 hingga 60 dapat limbah laboratroium disebabkan karbon aktif
meremoval Fe lebih tinggi daripada adsobsi serta zeolit aktif mengadsobsi krom. Ion Cr3+,
dengan debit 140 ml/menit. Pada menit ke-15 Cr6+ dan Fe2+ dalam air limbah mengalir
hingga 60, debit 100ml/menit dapat melalui kolom zeolit dan mengalami
menurunkan Fe rerata 38 % sedangkan pada penukaran dengan adanya ion H+ di dalam
debit 140 ml/menit rerata dapat menurunkan rongga zeolit (Aidha, 2013). Proses adsobsi
Fe 20%. Hal ini dikarena semakin kecil debit dan pertukaran ion ini berlangsung secara
81
Penurunan Kadar Besi (Fe), Kromiun (Cr), COD dan BOD Limbah Cair Laboratorium…… [Indah Nurhayati,dkk.]

berkelanjutan, selama adsorben belum 271,7±0,70 mg/L. Penurunan COD terjadi


mengalami kejenuhan. karena karbon dan zeolit aktif menyerap zat
Kadar logam Cr air limbah setelah organik yang mudah teradsorb dalam air
proses adsorbsi dengan debit 100 ml/menit limbah.
mencapai efisiensi paling baik dibandingkan
debit 140 ml/menit. Semakin kecil debit
berarti semakin lama waktu kontak antara
adsorben dengan polutan yang ada dalam air
limbah. Semakin lama waktu kontak dapat
memberi kesempatan Cr bersinggungan
dengan permukaan adsorben sehingga pori-
pori adsorben menyerap Cr semakin besar
(Marlinawati et al., 2015). Proses ini akan
terus berlangsung selama kondisi adsorben
belum mengalami kejenuhan. Kondisi jenuh
menandakan bahwa pori-pori adsorben sudah
dipenuhi Cr. Gambar 3. Pengaruh Debit dan Waktu
Proses adsobsi dengan debit 100 Operasi Tehadap Removal COD
ml/menit maka kontak adsorben dengan air
limbah lebih lama dan mengakibatkan banyak
ion logam Cr yang terperangkap dalam Gambar 3 juga menunjukan bahwa
karbon aktif dan zeolit. Hasil tersebut sesuai efisiensi removal COD tertinggi pada pada
dengan penelitian Shafirina., dkk., (2016), waktu operasi 15 menit, sedangkan pada
pada variasi debit 100 ml/menit removal menit ke-45 hingga 60 besarnya efisiensi
konsentrasi logam Cr waktu optimumnya fluktuatif tetapi cenderung stabil. Hal ini
lebih cepat dibandingkan dengan debit 50 disebabkan pada menit ke-15 pori-pori
ml/menit dan 75 ml/menit dan removal kadar adsorben masih kosong sehingga terjadi
ion logam Cr pada menit ke 150 menit penyerapan secara optimal. Sedangkan pada
sebesar 36%. Pada menit ke-15 pada debit menit ke-45 - 60 selain terjadi adsobsi, pada
100 m/menit dan debit 140 ml/menit dapat proses ini juga terjadi pelepasan (desorbsi) zat
meremoval krom total sebesar 66%. Pada organik ke dalam limbah sehingga
menit ke-30 hingga 60 penurunan krom tidak mengakibatkan penurunan kadar COD yang
signifikan. Hal ini menandakan karbon aktif teradsorb.
dan zeolit mengalami kejenuhan sehingga Proses adsobsi air limbah dengan
tidak mampu lagi untuk mengadsobsi ion mnggunakan debit 100 dan 140 ml/menit,
logam Cr. Adsorben yang jenuh semua gugus keduanya efektif dalam menurunkan air
adsorben sudah mengikat ion logam Cr, limabah. Pengaturan aliran debit bertujuan
kondisi ini menandakan keseimbangan telah untuk memberikan kesempatan partikel
tercapai, kadar ion logam dalam air limbah adsorben untuk bersinggungan dengan limbah
sama dengan kadar logam dalam adsorben yang akan diserap. Berdasarkan gambar
(Nurhayati et al., 2018). diatas, pada debit 100 ml/menit rerata
penurunan COD sebesar 82,66% sedangkan
3.5 Pengaruh Debit dan Waktu Operasi pada debit 140 ml/menit rerata penurunan
Terhadap Consentarsi COD COD sebesar 79,5%. Debit 100 ml/menit
efisiensi penurunanya lebih besar dari pada
Efisiensi penurunan COD dalam proses
adsorbsi dengan debit 140 ml/menit. Debit
adsobsi dijelaskan pada grafik dibawah ini.
yang kecil mengakibatkan kontak adsorben
Dari gambar 2, menunjukan proses adsobsi
dengan zat organik lebih lama, sehingga
efektif dapat menurunkan COD air limbah.
permukaan adsorben mempunyai kesempatan
Dalam waktu operasi 60 menit adsorben
untuk bersinggungan dengan zat organik dan
karbon dan zeolit aktif dapat meremoval COD
mengakibatkan zat organik akan terserap
sebesar 83% dari 1876 ± 1,4 mg/L menjadi
lebih banyak di dalam pori-pori karbon aktif
82
ECOTROPHIC  VOLUME 14 NOMOR 1 TAHUN 2020 p-ISSN:1907-5626,e-ISSN:2503-3395

dan zeolit (Marlinawati et al., 2015). Proses


adsobsi secara kontinyu, semakin kecil debit
aliran yang digunakan dalam menyisihkan
polutan, maka kapasitas adsorbsi semakin
besar (Shafirinia et al., 2016). Hal yang
serupa telah dilaporkan oleh Wardhani dan
Dirgawati. 2013, Penyisihan COD limbah
penyamakan kulit menggunakan karbon aktif
secara bach dengan variasi waktu kontak pada
0,5; 2,5; dan 5,5 jam, yang paling efektif
menyisihkan COD adalah waktu kontak 5,5
Gambar 4. Pengaruh Debit dan Waktu
jam dengan efisiensi 98,03 5 dari 811,19
Operasi Tehadap Removal BOD
mg/L menjadi 16 mg/L (Wardhani and
Dirgawati, 2013).
3.7 Pengaruh Debit dan Waktu Operasi
Terhadap pH
3.6 Pengaruh Debit dan Waktu Operasi
Terhadap Konsentarsi BOD Salah satu parameter fisik air limbah
adalah pH. Kehidupan mikroorganisme salah
Kadar BOD dalam air limbah
satunya dipengaruhi oleh pH. PH air limbah
menunjukan jumlah kadar zat orgaik yang
yang terlalu asam jika dibuang ke lingkungan
terdegradasi secara biologi oleh bakteri
perairan akan mengganggu kehidupan
(Lasindrang et al., 2014). Removal BOD
makhluk hidup aquatic, beberapa ion logam
dengan adsorben zeolit dan karbon aktif
yang tadinya mengendap akan larut dan
selama waktu operasi 60 menit dengan sistim
merusak perpipaan logam karena korosi
koninyu diajikan dalam Gambar 4. Gambar
(Lasindrang et al., 2014).
tersebut menunjukan bahwa efisiensi tertinggi
terjadi pada menit ke-15 debit 100 L/menit Nila pH selama proses adsobsi
yaitu sebesar 63 % dari 404,5±0,7 menjadi disajikan dalam gambar 5. Selama proses
149,5±0,7. adsobsi pH air limbah berubah fluktuatuf
tetapi tidak terlalu signifikan yaitu antara 6,95
Penurunan BOD terjadi karena zat
± sampai 7,25±0,07, nilai tersebut masih
organik yang terurai oleh bakteri diserap oleh
berada pada rentang yang diperbolehkan
adsorben karbon aktif dan zeolit teraktivasi.
sesuaia baku mutu yaitu 6,0 - 9,0. Waktu
Pada 15 menit pertama pori-pori adsorben
operasi dan debit tidak mempengaruhi nilai
masih kosong sehingga terjadi penyerapan zat
pH air limbah. Nilai pH yang tidak berupah
organik secara optimal. Pada menit ke-30
secara signifkan dan pada rentang pH normal
hingga 60, removal BOD senderung stabil,
menyebabkan proses koagulasi dan adsobsi
hal ini karena pori-pori adsorben sudah
berjalan optimal.
menggalami kejenuhan sehingga tidak
mampu menyerap zat organik lagi. Debit
aliran limbah 100 L/menit selama 60 menit
rata-rata meremoval BOD sebesar 62,5 %
sedangkan debit 140 L/menit rerata dapat
meremoval BOD 57%. Semakin cepat debit
aliran air limbah semakin cepat kontak antara
zat organik dengan adsorben, sehingga
kesempatan zat organik untuk menempati
pori-pori karbon dan zeolit aktif semakin
cepat, sehingga zat organik yang terserap
semakin kecil.
Gambar 5. Nlilai pH

83
Penurunan Kadar Besi (Fe), Kromiun (Cr), COD dan BOD Limbah Cair Laboratorium…… [Indah Nurhayati,dkk.]

3.8 Kombinasi Pengenceran, Netralisasi, menghasilkan air limbah yang sudah sesuai
Koagulasi, Flokukasi Dan Adsobsi PERMEN LH No. 5 Tahun 2014 kecuali
BOD dan COD pada adsobsi dengan debit
Penelitian tentang pengolahan air
140 ml/L. Efsiensi penurunan ion Fe, ion Cr,
limbah laboratirum TL menggunakan
COD dan BOD diatas 99%. Karakteristik air
teknologi kombinasi pengenceran, netralisasi,
limbah sebelum dan sesudah pengolahan dan
koagulasi dan adsobsi dengan adsorben
nilai removal disajikan dalam Tabel 3.
karbon aktif dan zeolit teraktivasi,

Tabel 3. Karakteristik Air Limbah dan Removal Polutan Setelah Koagulasi dan Adsobsi

Paramter Satuan Awal Akhir Removal (%)

pH - 2,70 ± 00 6,95 -7,25

Fe Total Mg/L 1.768 ± 1,14 0.98±0,03 99.94

Cr Total Mg/L 48,35± 0,49 0.39±0,00 99.18

COD Mg/L 35.485 ± 2,1 286± 1,4 99.19

BOD Mg/L 15.052 ± 13.5 149.5±2,1 99.00

mg/L menjadi 0.99±0,03 mg/L dan krom


4. SIMPULAN DAN SARAN total 99,07% dari 48,35± 0,49 mg/L
4.1 Simpulan menjadi 0.45±0,00 mg/L, COD 99.08 %
dari 35.485 ± 2,1 mg/L menjadi 325,25±
Pengolahan limbah cair Laboratorium 2,12 mg/L, BOD 98% dari 15.052 ± 13.5
TL menggunakan kombinasi teknologi mg/L menjadi 160,5 ±0,70 mg/L, pH
pengenceran, netralisasi, koagulasi dan 6,95 – 7,25
adsobsi dengan adsorben karbon aktif dan
zeolit aktif dapat disimpulkan: 5. Kualitas air limbah setelah treatmen
sudah memenuhu baku mutu sesuai
1. Proses adsobsi secara kontinyu, semakin
dengan PerMen LH No. 5 Tahun 2014
kecil debit semakin tinggi removal Fe,
kecuali BOD dan COD pada adsobsi
Cr, COD dan BOD
denga debit 140 ml/L
2. Waktu operasi dari menit ke-15 sampai
ke-16 semakin lama waktu operasi 4.2 Saran
semakin kecil removal Fe, Cr, COD dan Perlu ada penelitian lanjutan mengenai
BOD tingkat kemampuan adsorben terhadap logam
3. Adsobsi dengan debit 100 ml/menit dapat yang lain, dan proses adsobsi dilakukan diatas
menurunkan Fe total sebesar 99,94% dari 60 menit. Selain itu juga perlu dilakukan
1.768 ± 1,14 mg/L menjadi 0.98±0,03 penelitian proses regenerasi adsorben yang
mg/L dan krom total 99,07% dari 48,35± sudah jenuh sehingga bisa digunakan kembali
0,49 mg/L menjadi 0.39±0,00 mg/L, untuk mengolah limbah, dan pengolahan
COD 99.17 % dari 35.485 ± 2,1 mg/L lumpus dari proses koagulasi dan flokulasi.
menjadi 286± 1,4 mg/L, BOD 99% dari
15.052 ± 13.5 mg/L menjadi 149.5±2,1
mg/L, pH 7,05 – 7,25.
4. Debit 140 ml/Menit dapat menurunkan
Fe total sebesar 99,94% dari 1.768 ± 1,14
84
ECOTROPHIC  VOLUME 14 NOMOR 1 TAHUN 2020 p-ISSN:1907-5626,e-ISSN:2503-3395

UCAPAN TERIMA KASIH Audina, M., Apriani, I. and Kadaria, U.


(2017) ‘Pengolahan Limbah Cair
Penelitian ini dibiayai oleh Universitas
Laboratorium Teknik Lingkungan
PGRI Adi Buana Surabaya melalui penelitian
dengan Koagulasi dan Adsorpsi untuk
unggulan hibah adi buana tahun anggaran
Menurunkan Cod, Fe, dan Pb’, Jurnal
2018 No. 089. 18/LPPM/V/2019 tanggal 13
Teknologi Lingkungan Lahan Basah,
Mei 2019
1(5), pp. 1–10.
Avessa, I. et al. (2016) ‘Penurunan Kadar
DAFTAR PUSTAKA Cr3+[Kromium(Iii)] Dan Tss (Total
Suspended Solid) Pada Limbah Cair
Aidha, N. N. (2013) ‘Aktivasi Zeolit Secara Laboratorium Dengan Penggunaan
Fisika Dan Kimia Untuk Menurunkan Metode Presipitasi’, Jurnal kimia
Kadar Kesadahan (Ca dan Mg) Dalam mulawarman, 14(November), pp. 7–12.
Air Tanah (Activation Of Zeolite By
Physical And Chemical Methods’, J. Febrina, L. and Ayuna, A. (2015) ‘Studi
Kimia Kemasan, 35(1), pp. 58–64. Penurunan Kadar Besi (Fe) Dan
Mangan (Mn) Dalam Air Tanah
Anggoro, D. (2017) Teori dan Aplikasi Menggunakan Saringan Keramik’,
Rekayasa Zeolit. Semarang: UNDIP Jurnal Teknologi, 7, pp. 35–40. doi:
Press. 10.24853/jurtek.7.1.35-44.
Apriastuti, E. D., Pitulima, J. and Mardiah Fitriana, W., Kasjono, H. S. and Astuti, D.
(2017) ‘Pengaruh Penambahan NaOH (2015) ‘Keefektifan Poly Alumunium
dan Ca(OH)2 Terhadap Penurunan Chloride (PAC) Dalam Menurunkan
Kadar Logam Berat (Fe) di Kolong Kadar BOD (Biological Oxygen
Tambang 23 Desa Kimhin Kecamatan Demand) Pada Limbah’, Naskah
Sungailiat’, Jurnal Mineral, Publikasi Program Studi kesehatan
2(September), pp. 10–15. masysrakat Universitas Muhammadiyah
Apriyanti, H. and Candra, I. N. (2018) Surakarta.
‘Karakterisasi Isoterm Adsorpsi Dari Husaini, H. et al. (2018) ‘Perbandingan
Ion Logam Besi (Fe) Pada Tanah Di koagulan hasil percobaan dengan
Kota Bengkulu’, Jurnal Pendidikan dan koagulan komersial menggunakan
Ilmu Kimia, 2(1), pp. 14–19. metode jar test’, Jurnal Teknologi
Ariani, M. D. and Rahayu, D. (2016) ‘Review Mineral dan Batubara, 14, p. 31.
Artikel: Penyisihan Logam Berat Dari Ida Rofida, Wahyuningsih, N. E. and
Limbah Cair Laboratorium Kimia’, Nurjazuli (2018) ‘Efektivitas Arang
Farmaka, 14(4), pp. 89–97. Aktif Kayu Dengan Variasi Ukuran
Arisna, R., Zaharah, T. A. and Rudiyansyah Adsorben Dan Debit Aliran Dalam
(2016) ‘Adsorpsi Besi dan Bahan Menurunkan Kadar Kadmium (Cd)
Organik pada Air Gambut oleh Karbon Pada Limbah Cair Pertanian’, Jurnal
Aktif Kulit Durian’, Jurnal Kimia Kesehatan Masyarakat, 6, pp. 150–158.
Khatulistiwa, 5(3), pp. 31–39. Irmanto and Suyata (2010) ‘Optimasi
Asmadi, Endro, S. and Oktiawan, W. (2009) Penurunan Nilai Bod, Cod Dan Tss
‘Pengurangan Chrom (Cr) Dalam Limbah Cair Industri Tapioka
Limbah Cair Industri Kulit Pada Proses Menggunakan Arang Aktif Dari Ampas
Tannery Menggunakan Senyawa Alkali Kopi’, Molekul, 5(1), pp. 22–32.
Ca(Oh)2, Naoh Dan Nahco3 (Studi Jenti, U. B. and Nurhayati, I. (2014)
Kasus Pt . Trimulyo Kencana Mas ‘Pengaruh Penggunaan Media Filtrasi
Semarang)’, J. Air Indonesia, 5(1), pp. Terhadap Kualitas Air Kabupaten
41–54. Sidoarjo’, Waktu, 12, pp. 34–38.

85
Penurunan Kadar Besi (Fe), Kromiun (Cr), COD dan BOD Limbah Cair Laboratorium…… [Indah Nurhayati,dkk.]

Kamarati, K. F. A. et al. (2018) ‘Kandungan Paramita, R. W., Wardhani, E. and


Logam Berat Besi (Fe), Timbal (Pb) Pharmawati, K. (2017) ‘Kandungan
Dan Mangan (Mn) Pada Air Sungai Logam Berat Kadmium ( Cd ) dan
Santan’, Jurnal Peneliti Ekosistem Kromium ( Cr ) di Air Permukaan dan
Dipterokarpa, 4(1), pp. 49–56. Sedimen : Studi Kasus Waduk Saguling
Jawa Barat’, Rekayasa Lingkungan,
Kristianto, S., Wilujeng, S. and Wahyudiarto,
5(2), pp. 1–12.
D. (2017) ‘Analisis Logam Berat
Kromium (Cr) Pada Kali Pelayaran Polii, F. F. (2017) ‘Pengaruh Suhu Dan Lama
Sebagai Bentuk Upaya Penanggulang Aktifasi Terhadap Mutu Arang Aktif
Pencemaran Lingkungan Di Wilayah Dari Kayu Kelapa Effects of Activation
Sidoarjo’, Jurnal Biota, 3(2), pp. 66–70. Temperature and Duration Time on the
Quality of the Active Charcoal of
Kurniawati, S., Nurjazuli and Raharjo, M.
Coconut Wood’, Jurnal Industri Hasil
(2017) ‘Risiko Kesehatan Lingkungan
Perkebunan, 2(12), pp. 21–28.
Pencemaran Logam Berat Kromium
Heksavalen ( Cr VI ) pada Ikan Nila Prastyo, D., Herawati, T. and Iskandar (2016)
( Oreochromis niloticus ) di Aliran ‘Bioakumulasi Logam Kromium (Cr)
Sungai Garang Kota Semarang’, Pada Insang, Hati, Dan Daging Ikan
Higiene, 3(3), pp. 152–160. Yang Tertangkap Di Hulu Sungai
Cimanuk Kabupaten Garut’, Jurnal
Larasati, A. I., Susanawati, L. D. and Suharto,
Kelautan, 7(2), pp. 1–8.
B. (2016) ‘Efektivitas Adsorpsi Logam
Berat Pada Air Lindi Menggunakan Puspita, M., Firdaus, M. L. and Nurmahidah
Media Karbon Aktif, Zeolit, Dan Silika (2017) ‘Pemanfaatan Arang Aktif Sabut
Gel Di Tpa Tlekung, Batu’, Jurnal Kelapa Sawit Sebagai Adsoben Zat
Sumberdaya Alam dan Lingkungan, pp. Warna Sintetis Reactive Red-120 Dan
44–48. Direct Green -26’, Jurnal Pendidikan
dan Ilmu Kimia, 1(1), pp. 75–79.
Lasindrang, M. et al. (2014) ‘Adsorpsi
pencemaran limbah cair industri Rahimah, Z., Heldawati, H. and Syauqiah, I.
penyamakan kulit oleh kitosan yang (2016) ‘Pengolahan Limbah Deterjen
melapisi arang aktif tempurung kelapa’, Dengan Metode Koagulasi-flokulasi
Jurnal Teknosains, 3(2), pp. 132–141. Menggunakan Koagulan Kapur Dan
Pac’, Jurnal Konversi UNLAM, 5(2),
Marlinawati, Yusuf, B. and Alimudin (2015)
pp. 13–19.
‘Pemanfaatan Arang Aktif Dari Kulit
Durian (Durio Zibethinus L) Sebagai Raimon (2011) ‘Pengolahan Air Limbah
Adsorben Ion Logam Kadmium (I)’, J. Laboratorium Terpadu Dengan Sistem
Kimia Mulawarman, 13(1), pp. 23–27. Kontinyu’, Jurnal Dinamika Penelitian
Masthura, M. and Putra, Z. (2018) Industri, 2(22), pp. 18–27.
‘Karakterisasi Mikrostruktur Karbon Said, N. I. (2010) ‘Metoda Penghilangan
Aktif Tempurung Kelapa dan Kayu Logam Berat (As , Cd , Cr , Ag , Cu ,
Bakau’, Elkawnie, 1(4), pp. 45–54. doi: Pb , Ni dan Zn ) Di Dalam Air Limbah
10.22373/ekw.v4i1.3076. Industri’, J. Air Indonesia, 6(2), pp.
136–148.
Nurhayati, I., Sugito and Pertiwi, A. (2018)
‘Pengolahan Limbah Cair Laboratorium Setiyono, A. and Gustaman, R. (2017)
Dengan Adsorpsi Dan Pretreatment ‘Pengendalian Kromium (Cr) Yang
Netralisasi Dan Koagulasi’, J. Sains dan Terdapat Di Limbah Batik Dengan
Teknologi Lingkungan, 10(2), pp. 125– Metode Fitoremediasi’, Unnes Journal
138. of Public Health, 6, p. 155. doi:
10.15294/ujph.v6i3.15754.

86
ECOTROPHIC  VOLUME 14 NOMOR 1 TAHUN 2020 p-ISSN:1907-5626,e-ISSN:2503-3395

Shafirinia, R., Wardhana, I. W. and Oktiawan, Wardhani, E. and Dirgawati, M. (2013)


W. (2016) ‘Pengaruh Variasi Ukuran ‘Kombinasi Proses Presipitasi Dan
Adsorben Dan Debit Aliran Terhadap Adsorpsi Karbon Aktif Dalam
Penurunan Khrom (Cr) Dan Tembaga Pengolahan Air Limbah Industri
(Cu) Dengan Arang Aktif Dari Limbah Penyamakan Kulit’, Lingkungan Tropis,
Kulit Pisang Pada Limbah Cair Industri 7(1), pp. 39–52.
Pelapisan Logam (Elektroplating) Widayatno, T., Yuliawati, T. and Susilo, A.
Krom’, Jurnal Teknik Lingkungan, 5(1),
A. (2017) ‘Adsorpsi Logam Berat (Pb)
pp. 1–9. Dari Limbah Cair Dengan Adsorben
Sirajuddin and Harjanto (2018) ‘Pengaruh Arang Bambu Aktif’, Jurnal Teknologi
Ukuran Adsorben Dan Waktu Adsorpsi Bahan Alam, 1(1), pp. 17–23.
Terhadap Penurunan Kadar Cod Pada Yuanita, Y. A. (2015) ‘Kefektifan Dosis PAC
Limbah Cair Tahu Menggunakan Arang (Poli Aluminium Chloride) Terhadap
Aktif Tempurung Kelapa’, Prosiding Penurunan TSS (Total Suspended
Seminar Hasil Penelitian, 2018, pp. 42– solids) Limbah Industri Penyamakan
46. Kulit Magetan’, Naskah Publikasi UMS,
Sy, S. et al. (2016) ‘Adsorbsi Ion Cr(VI) pp. 1–9. Available at:
Menggunakan Adsorben Dari Limbah http://eprints.ums.ac.id/39281/1/NASK
Padat Lumpur Aktif Industri Crumb AH PUBLIKASI.pdf.
Rubber’, Jurnal Litbang Industri, 2(Vi), Yuliastuti, R. and Cahyono, H. B. (2018)
pp. 135–145. ‘Penggunaan Karbon Aktif yang
Utami, I. (2017) ‘Aktivasi Zeolit Sebagai Teraktivasi Asam Phosphat pada
Adsorben Gas CO2’, Jurnal Teknik Limbah Cair Industri Krisotil’, Jurnal
Kimia, 11(2), pp. 51–55. Teknologi Proses Dan Inovasi Industri,
3(1), pp. 23–26.

87

Das könnte Ihnen auch gefallen