ISSN : 2339-1553
Hj. Hasmawaty. AR
Abstrak
Limbah cair dari industri agro banyak mengandung sludge.Perencanaan kawasan industri
seharusnya mempunyai Istalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang efektif dan efisen.Baku
mutu limbah cair untuk rencana industri harus mengacu peraturan Gubernur.Oleh sebab itu,
penelitian ini bertujuan mendapatkan IPAL yang cocok untuk kawasan industri sejenis
seperti industri kelapa sawit.Tahapan treatment yang direncanakan terdiri dari; pre, primary,
dan secondary.Variabel (unit) treatment dipilih yang paling efisien dan efektif dengan spill
basin dan sludge thickner. Penyelesaian dengan perhitungan neraca massa, dan parameter
yang dianalisis dari output IPAL, seperti Q, TSS, dan BOD. Diharapkan rancangan IPAL
untuk kawasan industri kelapa sawit dapat sebagai pengembangan ilmu pengetahuan
lingkungan dalam mengantisipasi air limbah industri agro, agar kelestarian sungai tetap
terjaga. Hasil perhitungan, mendapatkan TSS sebesar 7,7mg/L dan BOD sebesar 2,83
mg/L
Abstract
Liquid waste from agro industry contain a lot of sludge. Industry area planning should have
a Waste Water Treatment Plant (WWTP) that is efficient and effective. Waste water
standards for industry planning must consider the Rules of the Governor. Because of that,
this experiment has a goal to get a WWTP which is appropriate for areas of industry like the
coconut oil industry. The treatment process which has been planned contains; pre, primary,
and secondary treatment. The variable (unit) that was chosen for treatment that is most
efficient and effective uses a spill basin and sludge thickner. The output of the WWTP is
calculated using a mass balance calculation that analyzes parameters such as Q, TSS, and
BOD. The plan for WWTP in areas where there is coconut oil industry is considered as a
way to expand environmental science in anticipating the waste water from agro industry, in
order to guard the purity of local rivers. The calculation result found TTS as great as 7,7
mg/L and BOD as great as 2,83 mg/L.
1151
SEMINAR NASIONAL RISET INOVATIF II, TAHUN 2014
ISSN : 2339-1553
1152
SEMINAR NASIONAL RISET INOVATIF II, TAHUN 2014
ISSN : 2339-1553
2007) (c) Flokulasi bertujuan membuat Air Limbah yang masih mengandung
gumpalan yang lebih besar dari pada padatan tersuspensi yang disebut lumpur
gumpalan yang terbentuk selama koagulasi mentah ditampung pada tangki pengendap.
seperti: dengan penambahan polimer, waktu Keluaran sebagai outlet dari primary clarifier
tinggal untuk reaksi biasanya antara 20 dialirkan ke tangki pengendap yang disebut
sampai 30 menit, dan slow mixer digunakan dengan sludge thickener.Sludge thickener,
dengan kecepatan antara 20 sampai 60 rpm, adalah suatu alat untuk mengentalkan
sedangkan penggunaan bahan kimia antara lumpur dengan cara meningkatkan
2 sampai 5 mg/L (Sakti, 2005). Untuk konsentrasi padatan (lumpur) dan
mengontakkan seluruh zat kimia yang mengurangi volume dengan metode gravity
dipakai dengan air limbah menggunakan thickening yang dilakukan pada bak bulat
pengaduk seperti agitator. yang serupa dengan bak sedimentasi. Air
Proses pengendapan dengan penambahan pada bagian atas relatif bersih sedangkan
zat kimia tersebut untuk mengendapkan lapisan bawahnya adalah sedimen atau
padatan jenis limbah anorganik seperti lumpur kemudian lumpur yang sudah kental
aluminium, besi, timbal, nikel dan lain-lain, di masukkan ke sludge mixing. (Lycon1994).
dimana akan menghasilkan butiran zat yang
lebih besar sehingga berat jenisnya juga 2.2.3.Tahap Proses di Secondary
lebih besar dari air. Effluent dari primary Treatment
clarifier adalah air limbah yang telah Secondary treatment adalah proses
dinetralkan tersebut, dialirkan ke spill basin, treatment kedua yang disebut secondary
ke equalization basin, dan ke sludge clarifer, dimana tahapan prosesnya adalah
thickener untuk diproses lebih lanjut.Spill proses kimia, dan didominasi proses biologi,
basin, adalah suatu alat berfungsi untuk tujuannya untuk menghasilkan air limbah
melindungi proses bagian bawah dari yang lebih bersih dari tahapan proses
pengaruh aliran puncak dengan cara sebelumnya. Secondary clarifer, adalah
menyediakan volume ekstra agar aliran bisa aktifitas untuk memperkaya lumpur dengan
seimbang. Equalization basin, adalah suatu melibatkan proses biologis prosesnya
alat proses pengolahan dengan tangki disebut activated sludge process, tujuan
perataan air yang bertujuan meratakan proses ini untuk menghilangkan zat organik
konsentrasi, dan untuk menangani variasi dalam air limbah yaitu melalui oksidasi
laju alir atau dengan kata lain equalization biokimia. Pilihan proses biologis bergantung
basin dibuat untuk meredam fluktuasi limbah pada banyak faktor, misalnya kuantitas air
cair, dan untuk menghindari fluktuasi yang limbah dan luas areal. Proses biologis
mendadak. Sedangkan untuk menahan banyak menggunakan reaktor lumpur aktif
terjadinya lonjakan, maka air limbah dan tricking filter. Pada proses lumpur aktif
dikumpulkan dahulu di dalam bak kecepatan aktivitas bakteri ditingkatkan
penyangga, dengan melakukan sehingga lebih banyak mengalami kontak
homogenisasi sebelum proses lebih lanjut. dengan air buangan, yang sebelumnya telah
Dengan adanya bak equalization basin maka mengalami kontak beberapa jam di dalam
pH, COD dan hidraulic loadakan relatif lebih tangki aerasi. Selama proses berlangsung
konstan dan seragam. Posisi equalization bahan buangan organik dipecah dengan cara
basin dapat ditempatkan setelah pengolahan memasukkan udara (aerasi) dan lumpur aktif
primer, ini biasanya disebabkan oleh yang mengandung bakteri ke dalam tangki,
masalah-masalah yang ditimbulkan oleh menjadi senyawa-senyawa yang sederhana.
sludge dan buih. Jika posisi equalization Proses penanganan sekunder ini diakhiri
basin diletakkan sebelum pengolahan primer dengan proses klorinasi. Lumpur yang
dan pengolahan biologis, maka pada proses mengandung bakteri dapat digunakan lagi
equalization basin diperlukan pengadukan dengan mengalirkan kembali ke dalam tangki
bertujuan mencegah pengendapan, dan juga dan mencampurnya dengan air buangan
dipasang alat aerasi bertujuan mencegah yang baru dan udara atau oksigen murni.
timbulnya bau. Volume bak equalitation basin Suatu sistem lumpur aktif yang efisien dapat
harus dibuat lebih besar dari volume teori menghilangkan padatan tersuspensi dan
(Lycon 1994), karena pengoperasian alat BOD sampai 90%, sedangkan sistem
aerasi dan pengadukan secara kontinu dapat penyaring trickling dapat menghilangkan
menyebabkan air meluap berlebihan, dan padatan tersuspensi dan BOD sampai 80-
mengantisipasi perubahan aliran yang 85% (Kristanto, 2006).
secara tiba-tiba, juga memperhitungkan Proses aerobik pada activated sludge
adanya aliran recycle dari spill basin. ditandai oleh adanya molekul oksigen yang
terlarut atau proses anaerobik yang tidak
1153
SEMINAR NASIONAL RISET INOVATIF II, TAHUN 2014
ISSN : 2339-1553
1154
SEMINAR NASIONAL RISET INOVATIF II, TAHUN 2014
ISSN : 2339-1553
TR2 = (1-F) (c3 + c4F) (16) membentuk dua zona, melalui baik pada
BR2 = BS1 (17) tahapan proses fisika maupun kimia. Proses
TS1 + XS1 kimia yang dilakukan yaitu dengan cara
Q R2 = (R)(QS1 )
TR2 + XR2 (18) koagulasi, zat kimia yang dipilih adalah lime
(kapur) dengan formula kimianya CaCO 3.
QS2= QS1 – QR2 (19) Penambahan CaCO3 ini harus tetap dijaga
Q S1 TS1 – Q R2 TR2 pH limbahnya di antara 6,5-8,5 (Utomo,
TS2 = 2007).
Q S2 (20)
Pada secondary treatment,aktivated sludge
BS2 = BS1 (21)
f. Neraca Massa di Sludge Dewatere berasal dari equalizatin basin, Di reaktor
diinjeksikan udara, nitrogen dan fosfor
TR1 = (1-F) (d3 + d4F + d5F2) (22)
BR1 = BS4 (23) tujuannya untuk proses anaerobik kemudian
(TS4 + X S4 ) sebagai waste flow tersebut dibuang ke
Q R1 = R Q S4 (24) sungai, sedangkan sludge dialirkan ke unit
TR1 + X R1 sludge mixing bercampur dengan aliran
QS5 = QS4 – QR1 (25) lumpur dari sludge thickener, ke-2 (dua)
(QS4 TS4 )−(QR1bTR1b) (26)
TS5 = aliran lumpur tersebut diproses lebih lanjut
S5Q
pada sludge akhir yaitu unit sludge
dewatering.
3. Luaran dan Spesifikasi
Tahapan IPAL dalam prakteknya tidak
4.2. Hasil Perhitungan Neraca Massa
memenuhi syarat teoritis yang semestinya,
Hasil perhitungan saat awal proses treatment,
banyak ditemukan kadar output limbah tidak
dengan satuan mg/L,
memenuhi baku mutu lingkungan yang
diizinkan. Ini perlu beberapa proses pada
Tabel 2.Neraca Massa Debit Air Limbah
tahapan treatment harus diinovasi agar
Unit Neraca Q
sludge dan BOD dalam air limbah yang akan
T r ea t m e n t Balance ton/hari
dibuang ke badan air limit mendekati nol jauh Primary Clarifier I1 E1 + S1 2,32 x10
4
dibawah ambang batas yang ditentukan. Spill Basin I2 E2 2,32 x10
4
4. Pembahasan Hasil
4.1. Analisis Tahapan Treatment
Tabel 3.Analisis TSS dan BOD di IPAL
Dalam tahapan awal proses di
primarytreatment adalah proses
IPALIndustri Sawit, dengan Q
primaryclarifier, tujuannya untuk memisahkan Influent (ton/hari)
air limbah dan lumpur (sludge) sehingga
1155
SEMINAR NASIONAL RISET INOVATIF II, TAHUN 2014
ISSN : 2339-1553
1156