Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Abstract: The purpose of this study is to analyze the method in the debate of “school literacy culture” conducted by
postgraduate students of the Muhammadiyah University of Surakarta in language skills learning. The data of this
study are words and sentences in the orthographic transcriptional results of the “school literacy culture” debate. The
data source is the result of a debate from a graduate student at the Muhammadiyah University of Surakarta under
the title “culture of school literacy”. The method used in this research is a qualitative descriptive approach. Data
collection used the record method and continued with the note taking technique. Data analysis used the referential
equivalent method and was strengthened by the intralingual method. The results of this study are the method of
analysis in the discussion begins with an interesting opening, then the statement delivered by the debate participants in
accordance with the debate theme, the debate participants' thinking lines are clear and coherent, the priority scale has
been fulfilled, the time allocation is appropriate, and the closing submission has been cover the whole idea. The
conclusion from this research is that the debate has been going well but there are still parties who dominate.
Keywords: debate, method, language skills
Abstrak: Penelitian ini bertujuan menganalisis method dalam debat “budaya literasi sekolah” yang
dilakukan oleh mahasiswa pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta dalam pembelajaran
keterampilan berbahasa. Data penelitian ini adalah kata dan kalimat dalam hasil transkripsi
ortografis debat “budaya literasi sekolah”. Sumber data adalah hasil debat dari mahasiswa
pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta dengan judul “budaya literasi sekolah”. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini dengan pendekatan deskriptif kualitatif. Pengumpulan data
menggunakan metode rekam dan dilanjutkan dengan teknik catat. Analisis data menggunakan
metode padan referensial dan diperkuat dengan metode padan intralingual. Hasil dari penelitian ini
adalah analisis method dalam diskusi diawali dengan pembukaan yang menarik, kemudian pernyataan
yang disampaikan oleh peserta debat sesuai dengan tema debat, alur berpikir peserta debat sudah
jelas dan runtut, skala prioritas sudah terpenuhi, alokasi waktu sudah sesuai, dan penyampaian
penutup sudah mencakup keseluruhan ide. Simpulan dari penelitian ini adalah debat telah
berlangsung dengan baik tetapi masih ada pihak yang mendominasi.
Kata kunci: debat, kualitas argumentasi, keterampilan berbahasa
Lupita Sari Pitra Wardani, Atiqa Sabardila
apa yang disampaikan. Hal ini sesuai tersampaikan. Apabila argumen tidak
dengan yang dinyatakan Supratmi & diorganisir dengan baik, maka yang akan
Safitri (2011); Nurdin (2016); Aizah sering terjadi adalah ada argumen yang
(2019); Marsono (2019); dan Hawa (2018) tidak tersampaikan saat berdebat atau alur
bahwa debat harus disertai dengan berpikir dari argumen tersebut
pendapat-pendapat dan argumen- melompat–lompat, hal tersebut membuat
argumen yang diawali dari analisis sebuah adjudicator sulit untuk mengikut alur dari
permasalahan hingga sampai dengan argumen dari debater yang berakibat pada
mempertahankan sebuah keputusan yang kekalahan (Pratama et al., 2016). Jadi,
telah diambilnya disertai dengan yang dimaksud dengan method dalam
argumen-argumen yang rasional dan sebuah debat adalah cara debater dalam
logis. Berdasarkan hal tersebut mengorganisasikan argumen-argumen
menunjukkan bahwa dalam berdebat yang telah dimiliki sehingga akan
didasarkan pada argumentasi yang menghasilkan argumentasi yang
didasarkan pada sejumlah data-data untuk berkualitas dan tidak terbantahkan.
memperkuat argumentasi yang Berkaitan dengan cara
disampaikan. mengorganisasikan argumentasi terdapat
Debat merupakan salah satu cara enam hal yang menjadi perhatian.
yang dapat digunakan untuk melatih Keenam hal tersebut adalah (1)
seseorang untuk tampil di ruang publik pembukaan yang menarik, (2) pernyataan
dalam rangka menyampaikan suatu (3) tujuan dalam debat, (4) alur berpikir,
gagasan, ide atau pemikiran. Manfaat (5) skala prioritas dan (6) alokasi waktu
debat tersebut juga dinyatakan Nurdin (Paul-Erik, 2005).
(2016); Soelistyawati (2019); Pudjantoro Berdasarkan uraian tersebut
(2016); Suratiyanti (2015) dan Simarmata Penelitian ini bertujuan menganalisis
& Sulastri (2018) melalui debat dapat method dalam debat “budaya literasi
memicu keberanian mahasiswa untuk sekolah” yang dilakukan oleh mahasiswa
dapat berbicara, menyampaikan pendapat, pascasarjana Universitas Muhammadiyah
menanggapi pendapat yang lain, Surakarta dalam pembelajaran
mempertahankan pendapat, sehingga keterampilan berbahasa..
mahasiswa secara maksimal aktif diskusi
dalam kelas maupun di luar kelas. B. METODE
Garminah & Suartama (2016) Metode yang digunakan dalam
mengemukakan debat sangat berperan penelitian ini dengan pendekatan
dalam meningkatkan keterampilan deskriptif kualitatif. Data penelitian ini
berbicara menggunakan bahasa Indonesia adalah kata dan kalimat dari hasil
dan membuat siswa lebih berani dan aktif transkripsi ortografis debat “budaya
untuk mengemukakan pendapatnya literasi sekolah”. Sumber data penelitian
secara lisan di depan umum jika ini adalah tuturan dalam wacana debat
pelaksanaannya dilakukan sesuai mahasiswa pascasarjana Universitas
prosedur. Muhammadiyah Surakarta dengan tema
Analisis method adalah analisis “Budaya Literasi Sekolah”. Pengumpulan
mengenai cara menyusun dalam data pada penelitian ini menggunakan
penyampaian sebuah debat. Dalam metode rekam dan dilanjutkan dengan
sebuah debat tentunya ada sebuah teknik catat. Analisis data pada penelitian
argumen. Argumen yang terorganisir ini menggunakan metode padan
dalam suatu debat akan mempermudah referensial (Sudaryanto, 2015) dan
adjudicator untuk memahami isi debat, diperkuat dengan metode padan
sehingga poin dari argumen lebih mudah intralingual (Mahsun, 2014).
Pengumpulan data dalam penelitian ini sharing dan bertukar pendapat tentang budaya
menggunakan teknik rekam dan teknik literasi sekolah. Nah eeee budaya literasi
catat. Peneliti melakukan perekaman sekolah itu yang seperti apa terus nanti di
ujaran debat untuk mendapatkan data lapangan itu seperti apa mari kita saling eeeee
berupa ujaran lisan, dan dilakukan beri pendapat” (AQ, 6/3/2020).
transkripsi ortografis guna mengiden-
tifikasi aspek kebahasaan pada naskah Data A adalah pembukaan yang
debat. dilakukan oleh moderator. Moderator
Pengumpulan data penelitian ini mengucapkan salam, kemudian peserta
dilakukan di ruang kelas. Proses debat menjawab salam tersebut.
pengumpulan data diawali dengan Moderator menyampaikan tema yang
pembagian kelompok dan penentuan akan digunakan untuk bahan diskusi pada
tema debat. Terdapat tiga kelompok kesempatan tersebut. Debat tersebut
debat dengan tema yang berbeda, ada memiliki tema budaya literasi sekolah.
kelompok satu bertema Literasi, Tuturan yang dikemukakan oleh
kelompok dua bertema Merdeka Belajar, moderator mengenai penyampaian tema
kelompok tiga bertema Kenakalan Anak dalam debat sudah menarik dan terdapat
SD. Setiap kelompok juga menentukan salam dalam pembukanya. Kalimat
peran pro dan kontra yang menstimulus pembuka dalam sebuah argumentasi akan
mahasiswa lebih aktif dalam diskusi dan menunjukkan pengembangan berpikir
persiapan materi serta pembagian tugas pada inti argumentasi dalam debat
debat. Kegiatan berdebat pada masing- (Firdauzi, Widiantie, & Handayani, 2019).
masing kelompok dengan durasi 30 Pada konteks tersebut, inti debat terletak
menit. pada budaya literasi sekolah.
Moderator menyampaikan pem-
C. PEMBAHASAN bukaan dengan bahasa yang tidak baku,
Ada enam hal yang dianalisis dalam terlihat dari kata gini dan
pengorganisasian suatu argumen sehingga menyampaikannya kurang lancar “Nah
dapat memberikan efek lebih meyakinkan “eeee” budaya literasi sekolah itu yang seperti
terhadap argumen yang dibawakan. apa terus nanti di lapangan itu seperti apa mari
Adapun enam hal tersebut adalah sebagai kita saling “eeeee” beri pendapat”. Cara
berikut (Paul-Erik, 2005) pembukaan bertutur moderator terlalu banyak
yang menarik, pernyataan tujuan dalam menggunakan ‘eeee’, jadi terkesan kurang
debat, alur berpikir, skala prioritas dan indah.
alokasi waktu.
2. Pernyataan Tujuan dalam Debat
1. Pembukaan yang Menarik Pernyataan mengenai tujuan dari
Pembukaan yang menarik ialah debat yang jelas. Ketika tujuan dari
Pembukaan yang dapat menarik perhatian argumen jelas terungkap maka akan lebih
adjudicator dan audien agar mendorong mudah bagi adjudicator untuk mengikuti
mereka untuk lebih memperhatikan cara alur pikir dari argumen debater.
berbicara.
Data B
Data A “Ya, menurut saya budaya literasi di sekolah
“Assalamualaikum wr. wb.” (AQ, itu suatu hal yang memang harus digerakkan.
6/3/2020). Eee karena eeee tiga fondasi penting dari
“Waalaikumussalam wr. wb.” (All, pendidikan abad 21 gerakan literasi sekolah.
6/3/2020). Oleh karena itu perlunya gerakan literasi itu
“Gini teman-teman, siang ini kita mau eeeee diberdayakan, dan dibudidayakan ke anak-
melakukan survei juga terkait dengan atau saya juga saya setuju juga kalau semisal di
merespons dengan gerakan literasi yang ada di sekolahan itu. Menurut saya itu sangat setuju
Indonesia. Tapi, eeee respons atau survei dari karena di dalam pembelajaran itu juga harus ee
Kemendikbud tidak sejelek yang disampaikan gimana ya istilahnya kan sekarang ee budaya
oleh mbak Itin tadi. Artinya, tidak seburuk itu literasi itu kayak apa namanya menurun iya
literasi anak-anak atau siswa di Indonesia itu. gak sih, soalnya di dalam sekolah itu ee kita
Nah, kebijakan apa yang sudah diambil dari harus apa namanya? Eeee lebih meningkatkan
gerakan literasi membaca 15 menit sebelum literasi untuk diterapkan di sekolah-sekolahan
proses belajar? Kemudian ada proses pengayaan seperti itu” (HK, 6/3/2020).
teks, artinya dinding-dinding sekolah kemudian
kelas dalam sekolah itu diberi teks-teks Data G merupakan gagasan yang
ataupun hal yang memotivasi. Nah dalam hal disampaikan oleh pihak netral. Pada
ini, literasi sebenarnya tahapannya ada 3 di tuturan tersebut, pihak netral. Bahasa
dalam sekolah yang pertama adalah eeee proses yang digunakan kurang efektif dan
pembiasaan literasi kemudian pemberdayaan efisien. Bahasa yang digunakan tidak
literasi dan nanti akhirnya yang ketiga adalah baku. Dan argumen yang diutarakan tidak
literasi masuk dalam pengajaran itu. Nah ada tersusun runtut.
yang memang kurang, kurang berjalan karena
memang kebijakan ini belum direspons dengan 4. Skala Prioritas
baik oleh sekolahnya sendiri. Gitu terima kasih Penyusunan skala prioritas terhadap
mbak Itin” (HK, 6/3/2020). argumen yang akan dibawakan Seringkali,
seorang debater memiliki banyak ide untuk
Data E penyajian ide-ide yang diolah menjadi argumen, maka yang
dituangkan dalam argumen tersebut diperlukan adalah penyusunan skala
sudah tampak jelas dan runtut, serta ide– prioritas dari ide-ide dan argumen-
ide yang akan disampaikan dalam argumen yang akan dibawakan.
argumen sudah runtut dan jelas
strukturnya sehingga mudah dimengerti. Data H
“Untuk menyiasati itu sebenarnya kita kan
Data F memiliki yang namanya gadget itu, saya yakin
“Nah saya ingin menambahkan, eeee apakah setiap guru memiliki itu, tapi ketika bahan
gerakan 15 menit berliterasi sebelum kegiatan di pustaka itu tidak ada di perpustakaan maka
sekolah itu sudah diterapkan sekolah seluruh guru, salah satu guru itu juga harus
Indonesia mas?” (HK, 6/3/2020). mendayagunakan teknologi. Artinya apa?
Siswa ini harus sudah dekat dengan digital,
Data F merupakan argumen yang dengan handphone ini. Kita literasikan, kita
disampaikan oleh pihak kontra. Pihak tingkatkan melalui HP. Misalnya cerita-cerita
kontra tetap mempertahankan yang panjang itu dibuat dari cerita yang pendek-
argumennya, dan mempertanyakan pendek seperti dialog. Nah itu siswa, anak-
kembali apakah literasi benar-benar telah anak itu akan sangat senang dibandingkan
dilaksanakan. membaca cerita yang panjang, salah satunya
seperti itu, tapi apakah iya suatu sekolah tidak
Data G ada guru yang memiliki handphone atau tidak
“Menurut Z, eeee apakah yang di sampaikan ada guru yang mau melakukan gerakan
oleh hari tadi itu efektif gak sih untuk eee literasi? begitu. Saya yakin bahwa pasti setiap
pembentukan atau penerapan budaya literasi di sekolah ada salah satu yang dapat dijadikan
sekolah?” (AQ, 6/3/2020). sebagai inisiator, caranya dengan melaksanakan
“kalau menurut saya itu eeee kalau menurut kerja sama dengan pihak dinas pendidikan
saya ya, itu sangat efektif karena diiiii, menurut setempat baik Kecamatan ataupun Kabupaten.
Pasti dinas pendidikan Kabupaten juga akan baik akan mampu menarik siswa untuk mau
membantu” (HK, 6/3/2020). berliterasi, salah satunya itu. Nah, yang ada
yaitu persepsi kita ketika datang ke sekolah
Data H merupakan argumen dari perpustakaannya berada di pojok, dekat kamar
pihak pro. Skala prioritas pada data ini mandi, dan pencahayaan hanya gelap, gitu”
sudah tersusun dengan rapi. Argumen- (HK, 6/3/2020).
argumen di tuturkan secara runtut, dan
ide-ide yang ada disampaikan dengan Data I merupakan tuturan penutup
jelas. Bahasa yang digunakan masih ada debat dari salah pihak pro. Penutup
yang tidak baku, tetapi sudah runtut. sudah mencakup keseluruhan argumen
dari pihak pro dan ide-ide yang
5. Alokasi Waktu diutarakan. Penutup diutarakan secara
Alokasi waktu dalam debat ini adalah runtut dan memiliki solusi dari setiap
30 menit. Tetapi ada yang mendominasi permasalahan.
dalam 30 menit ini. Peserta debat tidak
semuanya sama dalam waktu pengutaraan Data J
argumen. “Nyatanya seperti itu ya. Oke jadi ini sebuah
realita yang sangat memprihatinkan.
6. Kalimat Penutup yang Sebenarnya ya, di dunia pendidikan masih ada
Mengesankan hal yang seperti ini. Jadi kesimpulannya adalah
Kalimat penutup speech sering salah satu faktor yang menentukan suksesnya
diabaikan oleh debater. Terutama debater budaya literasi sekolah adalah perpustakaan itu
pemula yang kurang bisa menyesuaikan sendiri, selain yang pastinya yang utamanya
alokasi waktu dan prioritas argumen. adalah SDM ya. Jadi mengubah mindset dan
Kesalahan yang sering dilakukan adalah paradigma cara berpikir seorang guru untuk
pada menit terakhir, debater mempercepat mengembangkan budaya literasi sekolah. Terus
rate of speech-nya dengan harapan dapat Faktor yang kedua adalah sarana dan
menambahkan argumen-argumen yang prasarana itu adalah benar sekali. Saya setuju.
tidak sempat dibawakan. Padahal Faktor sarana dan prasarananya menentukan
sebenarnya menit terakhir dalam dapat sekali budaya literasi sekolah. Kenapa? Betul
digunakan kesempatan untuk menutup sekali mas hari tadi. Faktanya? Kenapa di
argumen dengan sebuah kalimat yang sekolah itu tadi budaya literasi nggak jalan?
disusun sedemikian rupa sehingga Ternyata perpustakaan sekolah
menimbulkan efek yang mengesankan perpustakaannya di belakang, gelap,
bagi adjudicator. pencahayaannya kurang, terus itu kan bikin
nggak tertarik, cuma lihat saja kayaknya ogah
Data I ya. Perpustakaan itu diletakkan di depan,
“Budaya literasi belum jalan itu karena faktor seperti yang mas hari tadi bilang, kemudian
gurunya, kepala sekolahnya berpengaruh penting dengan desain interior yang bikin siswa tertarik.
itu. Sebenarnya kalau kondisi sekolah itu Mungkin dicat dengan colorful, kemudian
memang mindset kita perlu kita ubah. Para bukunya juga up to date, bukan buku-buku
kepala sekolah, guru, juga perlu diubah jadul sudah berdebu. Jadi kesimpulannya
mindsetnya. Kesan pertama kalau kita datang adalah bahwa budaya literasi...” (AQ,
ke sekolah yang kita cari perpustakaannya, 6/3/2020).
pasti berada di pojok, di belakang, dan
pencahayaannya sangat gelap. Perpustakaan di Data J merupakan penutup yang
taruh di depan, misalnya di samping halaman disampaikan oleh moderator. Moderator
depan dengan pencahayaan yang cukup bagus menyampaikan simpulan dan hasil debat
dan interior atau interior perpustakaan yang dari keseluruhan proses debat yang telah