Sie sind auf Seite 1von 7

Jurnal Pertanian Tropik ISSN NO: 2356- 4725/p- ISSN : 2655-7576

Vol.7. No.1. April 2020 (14) 116- 122 https://talenta.usu.ac.id/jpt

Kajian Media Ms Dengan Penambahan Auksin Dan Sitokinin Terhadap Pertumbuhan Dan
Perkembangan Kultur Tunas Aren (Arenga Pinnata (Wurmb) Merr
Study of Ms Media With Addition Of Auxins And Cytokinin on Growth and Development of Arr
(Arenga Pinnata (Wurmb) Merr.) Culture.

Muhammad Alqamari*), Bismar Thalib, Fitra S


Program Studi Agroteknologi, Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Medan, Indonesia
Jl. Kapten Mukhtar Basri N0. 3 Medan 20221
Corresponding author: alqomari484@umsu.ac.id

ABSTRACT

Aren has an important role as a biofuel producer, so research is needed for the development of this
plant. This research has been carried out in the Tissue Culture Laboratory of the Department of
Agrotechnology, Faculty of Agriculture, Muhammadiyah University, North Sumatra, from October
2017 to September 2018. This study aims to obtain a combination of concentrations of growth
regulators of cucinin and cytokines which are best for increasing plant population in vitro culture. ,
as well as to produce large quantities of quality plantlets in a relatively short time. Experiments in
the form of a Completely Randomized Design (CRD) were repeated 3 times with 5 samples of each
treatment to obtain 105 units of experimentation. The first series experiment was the regeneration
stage, shoot tip results were cultured on WPM media with a concentration of 0.25 ppm + 1.0 ppm
Kinetin which was used as explants. Furthermore, the shoots were regenerated in the WPM medium
with the treatment of concentration of growth regulators of auxin and cytokinin which consisted of
7 treatment levels, namely (E0) 0.00 ppm NAA + 0.00 ppm BAP, (El) 0.00 ppm NAA + 0.25 ppm
BAP, (E2) 0.50 ppm NAA + 0.00 ppm BAP, (E3) 0.50 ppm NAA + 0.50 ppm BAP, (E4) 0.00 ppm
NAA + 0.75 ppm BAP, (E5) 0.50 ppm NAA + 0.75 ppm BAP, (E6) 1.00 ppm NAA + 1.00 ppm BAP.
From the observed variables, the percentage of live explants and percentage of explants forming
callus the best results were found in a combination of 1.00 ppm NAA + 1.00 ppm BAP (E6)
concentration.
Keywords: shoots culture, sugar palm, explant, auxin, cytokinin

ABSTRAK

Aren memiliki peran penting sebagai tanaman penghasil bahan bakar nabati (BBN), sehingga
dibutuhkan penelitian untuk pengembangan tanaman ini. Penelitian ini bertujuan untuk
mendapatkan kombinasi konsentrasi zat pengatur tumbuh Auksin dan Sitokinin yang baik untuk
dapatkan bibit aren secara kultur tunas Aren, sekaligus untuk menghasilkan planlet yang
berkualitas dalam jumlah banyak pada waktu yang relatif singkat. Percobaan dalam bentuk
Rancangan Acak Lengkap (RAL) diulang sebanyak 3 kali dengan 5 sampel tiap perlakuan sehingga
diperoleh 105 satuan percobaan. Percobaan seri pertama merupakan tahap regenerasi,
menghasilkan tunas yang dikulturkan pada media MS dengan konsentrasi 0,25 ppm + 1,0 ppm
Kinetin yang digunakan sebagai eksplan. Selanjutnya tunas tersebut diregenerasikan pada media
MS dengan perlakuan kombinasi konsentrasi zat pengatur tumbuh Auksin dan Sitokinin yang terdiri
dari 7 taraf perlakuan, yaitu (E0) 0,00 ppm NAA + 0,00 ppm BAP, (El) 0,00 ppm NAA + 0,25 ppm
BAP, (E2) 0,50 ppm NAA + 0,00 ppm BAP, (E3) 0,50 ppm NAA + 0,50 ppm BAP, (E4) 0,00 ppm
NAA + 0,75 ppm BAP, (E5) 0,50 ppm NAA + 0,75 ppm BAP, (E6) 1,00 ppm NAA + 1,00 ppm
116
Jurnal Pertanian Tropik ISSN NO: 2356- 4725/p- ISSN : 2655-7576
Vol.7. No.1. April 2020 (14) 116- 122 https://talenta.usu.ac.id/jpt

BAP. Dari peubah yang diamati yaitu persentase eksplan yang hidup serta persentase eksplan
membentuk kalus hasil terbaik terdapat pada kombinasi konsentrasi 1,00 ppm NAA + 1,00 ppm
BAP (E6).

Kata kunci: Kultur tunas, aren, eksplan, auksin, sitokinin

PENDAHULUAN kulit serta endosperma aren (Asikin dan


Puspitaningtyas 2000). Hasil Penelitian
Salah satu sumber energi alternatif yang dapat Harahap et al.,( 2019), Identifikasi Karakter
dikembangkan adalah energi yang berasal dari Fenotip Daun Tanaman Aren (Arenga pinnata
bahan bakar nabati (BBN) atau biofuel. Merr) di Kabupate Tapanuli Selatan
Penggunaan BBN telah diatur dalam Instruksi merupakan populasi tanaman aren yang
Presiden Republik Indonesia No. 1 tahun memiliki karakter panjang daun dan panjang
2006, tentang penyediaan dan pemanfaatan rachis paling tinggi dengan jumlah anak daun
BBN sebagai bahan bakar lain serta Keputusan yang paling banyak dan lingkar rachis serta
Presiden Republik Indonesia No. 10 tahun lingkar petiole paling besar.
2006 tentang pengembangan BBN untuk Jumlah daun produktif dan persentase
percepatan pengurangan kemiskinan dan kadar gula nira yang di atas rata-rata Upaya
pengangguran. BBN sangat potensial untuk pematahan dormansi dilakukan dengan
dikembangkan karena sumber energi ini berbagai metode, diantaranya: secara
bersifat terbarukan. Selain itu, Indonesia mekanis/fisik (Saleh 2004; Rofik dan Murniati
sebagai negara agraris memiliki berbagai 2008), kimia (Sirait 2010; Saleh 2003), media
sumber daya alam yang dapat dieksplorasi tanam (Usman 2006) dan pencahayaan (Saleh
untuk mengembangkan BBN. Menurut BPPP, dan Wardah 2010). Selain dormansi, kendala
Indonesia memiliki berbagai jenis tanaman lain yang ditemui pada perbanyakan bibit aren
penghasil minyak yang dapat diolah menjadi adalah penggunaan benih matang fisiologis
BBN, di antaranya: kosambi (Schleichera sebagai bahan tanam, sedangkan untuk
oleosa Merr.), nyamplung (Calophyllum pematangan benih membutuh-kan waktu 36
inophyllum L.), wijen (Sesamum indicum L.), bulan. Penelitian berbagai tingkat kematangan
kemalakian (Croton tiglium), jarak kepyar benih sebagai bahan tanam oleh Usman (2006)
(Ricinus comunis L.), bunga matahari menunjukkan daya berkecambah benih dari
(Helianthus annuus L.), kemiri minyak buah muda (kulit buah berwarna hijau) hanya
(Aleurites trisperma Blanco), kelapa (Cocos sebesar 7.5%, sedangkan benih dari buah tua
nucifera L.), sagu (Metroxylon sago) dan aren (matang fisiologis) mencapai 26.7%. Kedua
(Arenga pinnata Merr.). Tanaman yang akan faktor tersebut menjadi penghambat
dikembangkan sebagai sumber BBN sebaiknya perbanyakan bibit untuk budidaya dan
bukan berasal dari tanaman pangan untuk program pemuliaan tanaman ren di Indonesia.
menjaga kestabilan pangan nasional. Mengatasi masalah perbanyakan enau
Perbanyakan tanaman aren dilakukan secara generatif melalui biji, telah dilakukan
secara konvensional melalui benih. antara lain penelitian Rozen (1989),yaitu
Perbanyakan melalui teknik ini membutuhkan perendaman benih dalam air panas pada suhu
waktu 1-12 bulan atau bahkan mencapai 24 awal 60 - 70 oC, dapat memperpendek masa
bulan sebagai akibat adanya dormansi benih. dormansi selama 16 minggu dengan daya
Dormasi benih aren diakibatkan oleh kecambah rata-rata 21%. Selanjutnya Rusmin
peningkatan kandungan lignin dan tanin pada (1992) juga melaporkan bahwa perlakuan lama
kulit benih (Widyawati et al. 2009) dan adanya periode gelap antara 10 - 50 hari pada benih
inhibitor perkecambahan (asam absisat) pada enau memberikan persentase kecambah rata-
117
Jurnal Pertanian Tropik ISSN NO: 2356- 4725/p- ISSN : 2655-7576
Vol.7. No.1. April 2020 (14) 116- 122 https://talenta.usu.ac.id/jpt

rata 26% dalam waktu pemecahan dormansi tumbuh yang digunakan. Sedangkan menurut
98 hari. Namun demikian hasil penelitian yang Wetherell (1982) menyatakan bahwa ada tiga
dicapai Rozen (1989) dan Rusmin (1992) hal yang penting yang berpengaruh terhadap
masih kurang menguntungkan terutama dalam respon in vitro, yaitu : kemapuan regenerasi,
hal waktu dan daya kecambah yang masih tingkat fisiologis, dan kesehatan tanaman
rendah, di samping kualitas bibit yang induk. Sedangkan menurut Murashige (1985),
dihasilkan tidak terjamin. dan George dan Shernington (1984)
Eksplorasi dan Identifikasi Tanaman mengemukakan ada empat faktor yang
Aren (Arenga pinnata Merr) di Kabupaten mempengaruhi pertumbuhan dan morfogenesis
Tapanuli Selatan dengan keanekaragaman dalam kultur in vitro, yaitu : Genotip, media
aksesi aren yang tersebar di Kabupaten kultur, lingkungan tumbuh, dan eksplan yang
Tapanuli Selatan dan mengelompokkan digunakan.
populasi seleksi untuk mendapatkan produksi Zat pengatur tumbuh golongan auksin
yang tinggi. Delapan puluh aksesi aren dan sitokinin dalam keseimbagannya
populasi alam asal empat kecamatan (Harahap merupakan keberhasilan penerapan teknik
et al., 2019). Mengingat permasalahan pada kultur jaringan. Sitokinin sebagai senyawa
perbanyakan secara generatif, maka penlu organik yang dikombinasikan dengan Auksin
dicari alternatif pemecahannya. Perbanyakan akan mendorong pembelahan sel dan
secara vegetatif dengan metode konvensional menentukan arah diferensiasi sel tanaman, jika
seperti tempelan, cangkok, dan sambung juga konsentrasi Auksin dalam jaringan tanaman
tidak mungkin dilakukan. Salah satu metode tinggi maka kemungkinan akan terbentuk
yang dapat mengatasi masalah tersebut adalah kalus, dan akar dan bila konsentrasi Sitokinin
pengembangan tanaman secara Teknik Kultur tinggi maka kemungkinan akan terbentuk
Jaringan (In vitro) berupa mikro propagasi tunas (Wattimena, 1988).
akan memberikan harapan untuk Kalus merupakan kumpulan sel
dikembangkan pada tanaman enau, karena cara parenkim yang amorf dan terikat secara
ini mampu menghasilkan tanaman secara renggang (Dodds, dan Roberts, 1999), dan
cepat, dalam jumlah banyak, berkualitas lebih terbentuk karena pembelahan sel yang aktif
baik, tidak tergantung pada musim, tidak secara in vitro atau alami baik pada tanaman
membutuhkan ruangan yang luas, bebas yang dilukai ataupun tanaman yang
penyakit sistemik dan sumber penyimpanan mengalami cekaman, disamping itu juga dapat
plasma nutfah. terbentuk karena serangan mikroorganisme
Perbanyakan dengan teknik kultur atau serangga.
jaringan ditujukan antara lain untuk jenis Penelitian ini bertujuan mendapat-kan
tanaman yang menghadapi masalah seperti : kombinasi konsentrasi zat pengatur tumbuh
daya berkecambah bijinya rendah, tanaman Auksin dan Sitonin yang terbaik dalam
dengan pertumbuhannya yang lambat, dan meningkatkan populasi tanaman secara kultur
tanaman yang akan dieksploitasi secara massal tunas.
(Wiendi, Wattimena, dan Gunawan, 1991).
Kegiatan kultur jaringan sangat ditentukan BAHAN DAN METODE
oleh ketelitian dalam menggunakan alat dan
bahan yang akan digunakan. Tidak hanya Penelitian ini telah dilaksanakan di laborato-
ketelitian, ketepatan menentukan komposisi rium Kultur Jaringan Jurusan Agroteknologi
media yang akan digunakan sebagai media Fakultas Pertanian Universitas
tanam juga penting dalam keberhasilan kultur Muhammadiyah Sumatera Utara, dari bulan
jaringan. Komposisi media terutama Oktober 2017 sampai September 2018.
kebutuhan zat pengatur tumbuh khususnya Bahan yang digunakan dalam penelitian
kombinasi dan konsentrasi zat pengatur adalah tunas aren yang diambil dari tanaman
118
Jurnal Pertanian Tropik ISSN NO: 2356- 4725/p- ISSN : 2655-7576
Vol.7. No.1. April 2020 (14) 116- 122 https://talenta.usu.ac.id/jpt

pucuk tanaman aren; nutrisi untuk penyusun mengalir dan direndam dalam larutan deterjen
media MS, streptomycin, vitamin, sukrosa) selama 20 menit, kemudian direndam dengan
bacto agar, ZPT, alkohol 70%, spiritus, larutan streptomycin dan dithane-45 masing-
aquades, benlate, plastik wrap, arang aktif, masing 0.2% selama ± 24 jam. Di dalam
tween 80, bayclin 10%, Asam askorbir, dan laminar air flow cabinet, sterilisasi dilanjutkan
sebagainya. dengan merendam eksplan berturut-turut, yaitu
Alat digunakan adalah, laminar air flow pada alkohol 70% selama 1 menit, bayclin
cabinet,gelas piala, corong gelas, timbangan, 10% selama 10 menit, bayclin 5 % selama 5
pinset, autoklaf, oven, gelas ukur, , pH meter, menit dan beberapa tetes betadine selama 30
gunting, mata skalpel, skalpel, pemanas menit.Setelah dilakukan prosedur sterilisasi di
elektnik, petridish, botol kultur dan atas, eksplan ditanam pada media prekondisi
sebagainya. berupa media Hyponex 0.2% selama satu
Perlakuan dan Rancangan minggu untuk mendapatkan eksplan yang
Penelitian ini terdiri mengunakan Rancangan bebas dari kontaminan cendawan dan bakteri.
Acak Lengkap (RAL). dengan perlakuan kom- Eksplan yang steril kemudian dipindahkan ke
binasi konsentrasi zat pengatur tumbuh Auksin media MS yang ditambah dengan BAP 3 ppm
dan Sitokinin yang terdiri dari 7 taraf selama empat minggu untuk menumbuhkan
perlakuan, yaitu : (E0) 0 ,00 ppm NAA + 0,00 tunas in vitro. Penyeragaman sumber eksplan
ppm BAP, (El) 0,00 ppm NAA + 0,25 ppm dilakukan dengan memotong tunas yang telah
BAP, (E2) 0,50 ppm NAA + 0,00 ppm BAP, tumbuh dan mempunyai 3-4 buku kemudian
(E3) 0,50 ppm NAA + 0,50 ppm BAP, (E4) ditanam ke media MS (MS tanpa ZPT) selama
0,00 ppm NAA + 0,75 ppm BAP, (E5) 0,50 empat minggu. Data yang diperoleh dari hasil
ppm NAA + 0,75 ppm BAP, (E6) 1,00 ppm penelitian dianalisis secara statistik dengan
NAA + 1,00 ppm BAP. sidik ragam dan dilanjutkan dengan uji lanjut
Setiap perlakuan diulang 3 kali dengan Duncan’s New Multiple Range Test
menggunakan 5 sampel tiap perlakuan tiap (DNMRT) pada taraf 5 %. (Gomes and
ulangan, sehingga diperoleh 105 satuan Gomes, 1995)
percobaan. Peubah yang diamati Persentase
eksplan yang hidup,persentase eksplan HASIL DAN PEMBAHASAN
membentuk kalus Persentase Eksplan yang Hidup
Persiapan Bahan Tanam Percobaan kombinasi konsentrasi zat
Sebelum dilakukan penelitian dengan pengatur tumbuh NAA (Auksin) dan BAP
serangkaian percobaan tersebut, dilakukan (Sitokinin) pada persentase eksplan aren yang
persiapan bahan tanam untuk sumber eksplan hidup, melihatkan adanya pengaruh yang
berupa kultur tanaman dengan media MS nyata. terlihat pada Tabel 1.
secara in vitro yang dilaksanakan pada bulan konsentrasi NAA dan BAP yang
Januari 2017. Bahan tanam berupa bibit berbeda memberikan pengaruh yang berbeda
tanaman Aren yang diambil pucuk tunas yang pula terhadap persentase eksplan yang hidup.
kemudian disterilisasi dan ditumbuhkan secara Dari ketujuh perlakuan kombinasi konsentrasi
in vitro pada media prekondisi untuk NAA dan BAP ternyata perlakuan kombinasi
mendapatkan sumber eksplan in vitro. konsentrasi 1,00 ppm NAA + 1,00 ppm BAP
menunjukkan persentase eksplan yang hidup
Sterilisasi Eksplan terbaik (Tabel 1).
Tahap sterilisasi eksplan dilakukan dengan
mencuci pucuk dan buku pada air yang

119
Jurnal Pertanian Tropik ISSN NO: 2356- 4725/p- ISSN : 2655-7576
Vol.7. No.1. April 2020 (14) 116- 122 https://talenta.usu.ac.id/jpt

Tabel 1. Persentase Eksplan yang Hidup


Perlakuan Persentase eksplan hidup (%)
(E6) 1,00 ppm NAA+ 1,00 ppm BAP 64,8 a
(E5) 0,50 ppm NAA+ 0,75ppm BAP 53,6 ab
(E4) 0,00 ppm NAA + 0,75 ppm BAP 51,4 ab
(E3) 0,50 ppm NAA + 0,50 ppm BAP 43,6 abc
(E2) 0,50 ppm NAA + 0,00 ppm BAP 36,7 bcd
(E1) 0,00 ppm NAA + 0,25 ppm BAP 35,3 cd
(E0) 0,00 ppm NAA + 0,00 ppm BAP 28,0 d
KK = 47,76%
Keterangan : Angka - angka pada kolom yang sama untuk beberapa komposisi media
Auksin Sitokinin yang diikuti oleh huruf yang sama masing-masing berbeda tidak nyata
menurut DNMRT pada taraf nyata 5%

Hal ini disebabkan karena berbagai konsentrasi zat pengatur tumbuh Auksin dan
kombinasi konsentrasi Auksin dan Sitokinin Sitokinin dalam jaringan eksplan merupakan
yang terdapat dalam jaringan eksplan, mampu faktor pembatas dan suatu pertumbuhan dan
mendorong pertumbuhan dan perkembangan morfogenesis eksplan.
eksplan serta eksplan mempunyai kemapuan
untuk dapat hidup sampai akhir percobaan Persentase Eksplan Membentuk Kalus
disetiap perlakuan memiliki perbedaan dalam Pemberian perlakuan kombinasi
jumlah dan panjang tunasnya, hal ini diduga konsentrasi NAA dan BAP terhadap
karena adanya perbedaan dalam menyerap persentase eksplan membentuk kalus
nutrisi/suplay makan beserta hormon yang menunjukkan adanya pengaruh yang berbeda
diberikan pada media (Yusrianti, 2002 dalam nyata diantara perlakuan. Hal ini dapat dilihat
Julianti,2014). Konsentrasi auksin yang relatif pada Tabel 2.
lebih rendah dibandingkan konsentrasi Hasil penelitian menunjukkan
sitokinin dapat memacu pertumbuhan tunas perlakuan kombinasi konsentrasi NAA dan
(Gunawan, 1995). BAP yang berbeda memberikan pengaruh
Moore (1979); George dan Sherrington yang berbeda terhadap persentase eksplan
(1984); dan Satria, Dwipa, Jamsari (1999) membentuk kalus. Dari ketujuh perlakuan
melaporkan bahwa pemberian zat pengatur tersebut diatas, ternyata kombinasi konsentrasi
tumbuh Auksin dan Sitokinin pada konsentrasi 1,00 ppm NAA + 1,00 ppm BAP (E6)
rendah mampu merangsang pertumbuhan dan memperlihatkan persentase eksplan
perkembangan eksplan serta mempertahankan membentuk kalus yang terbaik (Tabel 2). Hal
daya hidup jaringan eksplan, tetapi pada ini disebabkan karena berbagai kombinasi
konsentrasi yang tinggi, zat pengatur tumbuh konsentrasi Auksin dan Sitokinin mampu
tersebut dapat bersifat menghambat membuat eksplan membentuk kalus. enurut
perkembangan morfogenesis eksplan. Widiastoety (1985) menyatakan bahwa pem-
Perimbagan konsentrasi zat pengatur tumbuh bentukan kalus terjadi jika perbandingan
Auksin dan Sitokinin dalam jaringan eksplan antara konsentrasi Auksin dan Sitokinin dalam
dapat meningkatkan kemampuan hidup, keadaan seimbang. Dalam kultur jaringan
pertumbuhan dan perkembangan jaringan kebanyakan tanaman membutuhkan sitokinin
eksplan (Satria, et al, 1999). untuk pembentukan tunas dan daun, sedangkan
Selanjutnya menurut Evans, Sharp, dan auksin bersifat menghambat (Bhojwani dalam
Ammivato, (1986) menyatakan bahwa Karjadi, 2007).

120
Jurnal Pertanian Tropik ISSN NO: 2356- 4725/p- ISSN : 2655-7576
Vol.7. No.1. April 2020 (14) 116- 122 https://talenta.usu.ac.id/jpt

Tabel 2. Persentase eksplan membentuk kalus


Persentase eksplan membentuk
Perlakuan
kalus (%)
(E6) 1,00 ppm NAA+ 1,00 ppm BAP 6,63 a
(E5) 0,50 ppm NAA+ 0,75 ppm BAP 5,30 ab
(E4) 0,00 ppm NAA + 0,75 ppm BAP 5,84 ab
(E3) 0,50 ppm NAA + 0,50 ppm BAP 4,38 bc
(E2) 0,50 ppm NAA + 0,00 ppm BAP 3,15 bc
(E1) 0,00 ppm NAA + 0,25 ppm BAP 3,19 bc
(E0) 0,00 ppm NAA + 0,00 ppm BAP 0,61 c
KK = 17,64%
Keterangan: Angka - angka pada kolom yang sama untuk beberapa komposisi media
Auksin Sitokinin yang diikuti oleh huruf besar yang sama masing-masing berbeda tidak
nyata menurut DNMRT pada taraf nyata 5%.

Perbedaan bagian atau bahan eksplan akan Maret 7- 9; Cibinong, Indonesia.


mempengaruhi kemampuan eksplan Cibinong (ID). hlm 411-419.
membentuk kalus, sebagaimana menurut Doods AH, Roberts LW. 1999. Experiments in
pendapat Wiendi, Wattimena, dan Gunawan Plant Tissue Culture 3rd Ed. Cambridge
(1991) bahwa kemapuan eksplan membentuk (GB). Cambridge University Press.
kalus dan laju pertumbuhannya dapat berbeda Harahap, P., Harahap, E.M., Harahap, D.E.
antar bagian dan jaringan eksplan. Hal ini and Harahap, F.S., 2018. Eksplorasi dan
sesuai dengan hasil penelitian Masyudi Identifikasi Tanaman Aren (Arenga
(1993), dimana terdapat perbedaan kemapuan pinnata Merr) di Kabupaten Tapanuli
eksplan membentuk kalus dan daya regenerasi Selatan. Jurnal Pertanian Tropik
kalus antara bagian - bagian dari jaringan (Indonesian Tropical Agriculture
eksplan tanaman Journal) accredited by KEMENRISTEK
DIKTI No: 21/E/KPT/2018, 5(3, Dec),
SIMPULAN pp.423-427.
Harahap, P., Harahap, M.K. and Harahap, F.S.,
Perlakuan kombinasi konsentrasi NAA dan 2019. Identifikasi Karakter Fenotip Daun
BAP mampu meningkatkan eksplan tunas Tanaman Aren (Arenga pinnata Merr) di
mampu bertahan hidup dan membentuk kalus. Kabupaten Tapanuli Selatan. Jurnal
Kombinasi konsentrasi 1,00 ppm NAA + Pertanian Tropik (Tropical Agriculture
1,00 ppm BAP menunjukkan perlakuan yang Journal) accredited by KEMENRISTEK
terbaik dalam persentase eksplan yang hidup DIKTI No: 21/E/KPT/2018, 6(3, Dec),
dan persentase eksplan mernbentuk kalus. pp.472-476.
George EF, Sherrington PD. 1984. Plant
Propagation by Tissue Culture:
DAFTAR PUSTAKA Handbook and Directory of Commercial
Laboratories. England (GB): Exegetic
Asikin D, Puspitaningtyas DM. 2000. Studi Ltd.
perkecambahan biji aren (Arenga Gomez, K.A. and Gomez, A.A., 1995.
pinnata (Wurm) Merr.) secara in vitro Prosedur statistik untuk penelitian
dan in vivo. Di dalam: Prosiding pertanian. Edisi ke, 2.
Seminar Hasil Penelitian dan
Pengembangan Bioteknologi III. 2000
121
Jurnal Pertanian Tropik ISSN NO: 2356- 4725/p- ISSN : 2655-7576
Vol.7. No.1. April 2020 (14) 116- 122 https://talenta.usu.ac.id/jpt

Gunawan LW. 1987. Teknik Kultur Jaringan. Kultur Jaringan Tembakau Nicotiana
Bogor (ID): Pusat Antar Universitas tabacum var. Prancak 95. Jurnal Sains
(PAU) IPB. Dan Seni Pomits
Julianti, Reine Suci Wulandari, dan Herlina Saleh MS, Wardah. 2010. Perkecambahan
Darwati. 2013. Penambahan NAA dan benih aren dalam kondisi terang dan
BAP Terhadap Multiplikasi Subkultur gelap pada berbagai konsentrasi GA3. J.
Tunas Gaharu (Aquilaria Malaccensis Agrivigor. 10:18-25.
Lamk). Jurrnal Hutan Lestari. Satria, B. 1995. Perbanyakkan manggis
Karjadi,AK dan A.Buchori. 2007. (Garcinia mangostana L.) dengan
Perkecambahan dan Perbanyakan menggunakan eksplan hipokotil .pada
Gaharu secara In Vitro. Jurnal Hort. kombinasi dosis arang aktif dengan
Rofik A, Murniati E. 2008. Pengaruh komposisi konsentrasi BAP dan NAA
perlakuan deoperkulasi benih dan media secara in vitro. Universitas Andalas
perkecambahan untuk meningkatkan Padang. 105 hal.
viabilitas benih aren (Arenga pinnata Sirait D. 2010. Pengaruh skarifikasi bagian-
(Wurmb) Merr.). Bul Agron. 36: 33-40. bagian benih dan konsentrasi asam
Rozen, Nalwida. 1989. Pengaruh suhu awal giberelat (GA3) terhadap
perendaman terhadap pemecahan perkecambahan benih aren (Arenga
dormansi enau (Arenga pinna/a pinnata L.) [Skripsi]. Medan (ID):
(Wumrb) Merr) dan pertumbuhan bibit Universitas Sumatera Utara.
dipersemaian. Tesis. Fakultas Pertanian Usman MA. 2006. Pengaruh tingkat
Universitas Andalas Padang. kemasakan dan pematahan dormansi
Rusmin, Devi. 1992. Pengaruh lama benih aren (Arenga pinnata (Wurmb.)
pemberian periode gelap terhadap Merr.) pada kondisi media yang berbeda
perkecambahan benih enau (Arenga [Skripsi]. Bogor (ID): Instititut Pertanian
pinnata (Wumrb) Men) dan Bogor’
pertumbuhan bibit di persemaian Tesis. Wattimena GA. 1988. Zat Pengatur Tumbuh
Fakultas Pertanian Universitas Andalas. Tanaman. Bogor (ID): Pusat Antar
Padang. Universitas (PAU) IPB.
Masyudi, M.F. 1992. Pengaruh zat pengatur Wattimena GA, Gunawan LW, Mattjik NA,
tumbuh 2,4- D dan BAP pada kultur Syamsudin E, Wiendi NMA, Ernawati
jaringan biji padi rnasak panen, dalam; A. 1992. Bogor (ID): Pusat Antar
Bulettin Pertanian. Jakarta. 12 (1). P: 1 - Universitas (PAU) IPB.
7. Widyawati N, Tohari, Yudono P, Soemardi I.
Moore, T.C. 1979. Biochemistry and 2009. Permeabilitas dan perkecambahan
Physiology of plant hormones. benih aren (Arenga pinnata (Wurmb.)
Springger-verlag, New York. 174 p. Merr). J. Agron. Indonesia. 37:152-158.
Murashige T, Huang LC. 1985. Organogenesis
in vitro: structural, physiological, and
biochemical aspects. Di dalam:
Biotechology in International
Agricultural Research. International
Agricultural Research Center (IARCs)
and Biotehnology; 1984 April 23-27;
Manila (PH): IRRI. hlm 227-240.
Nisak, K., Tutik Nurhidayati, dan Kristanti
I.Purwani. (2012). Pengaruh Kombinasi
konsentrasi ZPT NAA dan BAP pada
122

Das könnte Ihnen auch gefallen