Sie sind auf Seite 1von 7

KINETIKA REAKSI PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK GORENG BEKAS

(JELANTAH) DAN METANOL DENGAN KATALISATOR KOH


Murni Yuniwati, Amelia Abdul Karim
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri
Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta
Jl. Kalisahak no 28 Balapan Yogyakarta 55222
murni_yuniwati@yahoo.com

ABSTRACT  

 Biodiesel is a fuel source alternative to diesel fuel made from vegetable oils or animal fats, contain
no sulfur and no aromatic.    Biodiesel is produced by reacting vegetable oils with alcohols using
alkaline substances as catalysts in the temperature and composition.  In this study used coconut oil
used (jelantah) which can be used to manufacture biodiesel raw material

 In this study used coconut oil (jelantah) processed through two stages of reactions, esterification
and transesterification.    Esterification stage is to reduce levels of free fatty acids in the oil.  
Esterification of oil with methanol and a catalyst H2SO4, heated at a temperature of 60 º C with a
time of 30 minutes.    The results of esterification , reacted with methanol and a catalyst KOH at
room temperature, the reaction is the transesterification.   

 Reaction kinetics of biodiesel production from coconut oil used (jelantah) and methanol with KOH
catalyst is a second order reaction.    By using 100 mL of oil and 126.5 mL of methanol and 1.5
grams of catalyst works at room temperature and atmospheric pressure is obtained optimum
results the reaction rate constants to the right (k 1) for 3,49.10 -4, the reaction rate constants to the
left ( k 2) for 1,89.10 -4 and the value of the reaction equilibrium constant (K) of 1.85 with the
equilibrium conversion of 80.28%.  

 Keywords: biodiesel, esterification, transesterification  

INTISARI
Biodiesel merupakan sumber bahan bakar alternatif pengganti solar yang terbuat dari
minyak tumbuhan atau lemak hewan, tidak mengandung sulfur dan tidak beraroma. Biodiesel
dihasilkan dengan mereaksikan minyak tumbuhan dengan alkohol menggunakan basa sebagai
katalis pada suhu dan komposisi tertentu. Dalam penelitian ini digunakan minyak kelapa bekas
(jelantah) yang bisa dimanfaatkan menjadi bahan baku pembuatan biodiesel.
Pada penelitian ini minyak kelapa bekas (jelantah) diproses melalui dua tahap reaksi yaitu,
reaksi esterifikasi dan reaksi transesterifikasi. Tahap esterifikasi dilakukan untuk menurunkan
kadar asam lemak bebas dalam minyak. Minyak diesterifikasi dengan methanol dan katalisator
H2SO4,dipanaskan pada suhu 60 ºC dengan waktu 30 menit. Hasil reaksi esterifikasi, direaksikan
lagi dengan metanol dan katalisator KOH pada suhu kamar, reaksi yang terjadi adalah reaksi
transesterifikasi.
Kinetika reaksi pembuatan biodiesel dari minyak kelapa bekas (jelantah) dan metanol
dengan katalisator KOH merupakan reaksi orde dua. Dengan menggunakan 100 mL minyak dan
126,5 mL metanol dan 1,5 gram katalisator bekerja pada suhu kamar dan tekanan atmosferis
diperoleh hasil optimal yaitu konstanta kecepatan reaksi ke kanan (k1) sebesar 3,49.10-4, konstanta
kecepatan reaksi ke kiri (k2) sebesar 1,89.10-4 dan nilai konstanta kesetimbangan reaksi (K)
sebesar 1,85 dengan konversi kesetimbangan sebesar 80,28 %.

Kata kunci: biodiesel, esterifikasi, transesterifikasi

PENDAHULUAN menggantikan minyak solar. Namun,


Latar Belakang karena masalah teknis yang sulit diatasi,
Keterbatasan sumber energi yang terjadi sekalipun dengan memodifikasi motor
di mana-mana dan terus berlanjut, pada akhir yang akhirnya hanya menambah biaya,
tahun 1970-an minyak nabati di Eropa telah minyak nabati kemudian diolah menjadi
digunakan sebagai bahan bakar motor diesel biodiesel dan mulai dikembangkan sejak

130 Yuniwati, Kinetika Reaksi Pembuatan Biodiesel dari Minyak Goreng Bekas (Jelantah) dan
Metanol dengan Katalisator Koh
 
 

pertengahan tahun 1980-an. Biodiesel bentuk persamaan kecepatan reaksinya


merupakan sumber bahan bakar alternatif dan berapa nilai konstanta kecepatan
pengganti solar yang terbuat dari minyak teaksinya, kemudian dari data kinetika
tumbuhan atau lemak hewan, tidak maupun data ter-modinamikanya, dapat
mengandung sulfur dan tidak beraroma, ditentukan ukuran reakstor dan kondisi
terutama di Jerman dan Austria, biodiesel operasi yang baik untuk reaksi tersebut.
diproduksi dari minyak rapeseed (Swern,1964).
Pemanfatan minyak tumbuhan dan hewan BATASAN MASALAH
sebagai bahan baku biodiesel dirasakan mahal, Batasan masalah dalam penelitian
karena pada umumnya minyak tumbuhan dan ini adalah hanya untuk mengetahui
minyak hewan pada umumnya digunakan kinetika reaksi transesterifikasi minyak
sebagai bahan makanan,sehingga harus dipilih kelapa bekas (jelantah) menjadi biodiesel
minyak tumbuhan yang tidak digunakan sebagai dengan variabel jumlah katalisator.
bahan makan misalnya minyak jarak, minyak biji
kapuk dan sebagainya. HIPOTESIS
Minyak kelapa bekas (jelantah) Dari percobaan pendahuluan yang
merupakan minyak tumbuhan yang sudah dilakukan, serta dari hasil penelitian yang
digunakan untuk menggoreng. Penggunaan sejenis yang sudah dilakukan, reaksi
minyak tumbuhan bekas sebagai bahan baku pembuatan esterifikasi pada awal reaksi
biodisel menjadi sangat dimungkinkan karena akan terjadi perubahan konversi reaktan
nilai ekonomis minyak bekas ini sudah turun yang cukup besar, kemudian semakin
dibanding minyak tumbuhan yang belum turun dan akhirnya berhenti pada konversi
digunakan. Disamping itu, dengan sifat tertentu. Hal ini menunjukan adanya
karsinogenik minyak bekas yang berbahaya indikasi reaksi yang terjadi ádalah reaksi
bagi tubuh, proses pembuatan biodisel dari bolak balik. Adapun order reaksi maupun
minyak goreng menjadi alternative nilai konstanta kecepatan reaksinya dapat
penyelesaian masalah yang patut dihitung berdasarkan eksperimen yang
dipertimbangkan. akan dilakukan.
Di Indonesia, pemanfaatan minyak kelapa
bekas (jelantah) masih kontraversial. Sampai TINJAUAN PUSTAKA
saat ini sebagian minyak kelapa bekas (jelantah) Minyak atau asam lemak
dari perusahaan besar dijual ke pedagang kaki merupakan senyawa yang tidak larut
lima dan kemudian digunakan untuk dalam air dan keduanya merupakan
menggoreng makanan dagangannya dan kondensasi dari satu molekul gliserol dan
sebagian lain dibuang begitu saja ke saluran tiga molekul asam lemak membentuk
pembuangan. Bila ditinjau dari komposisi trigliserida (Swern, 1964). Minyak, lemak,
kimianya, minyak kelapa bekas (jelantah) steroid dan terpentin termasuk golongan
mengandung senyawa-senyawa yang bersifat lipida dengan ikatan kimia yang terbentuk
karsinogenik, yang terjadi selama proses secara alami. Zat ini memang tidak larut
penggorengan. Senyawa-senyawa itu sangat dalam air tetapi larut dalam pelarut
berbahaya bagi tubuh manusia. Sehingga organik nonpolar misal eter (Fessenden
muncul inovasi untuk memanfaatkan minyak and Fessenden, 1979). Gliserida dari
kelapa bekas (jelantah) menjadi biodiesel. asam jenuh dengan rantai panjang
Dalam penelitian ini akan dipelajari kinetika mempunyai titik leleh yang lebih tinggi
reaksi pembuatan biodiesel dari minyak kelapa daripada yang terbuat dari asam jenuh
bekas (jelantah) dan methanol dengan dengan rantai pendek atau tak jenuh.
katalisator KOH yang sangat diperlukan dalam Methyl ester (biodiesel) dari
perancangan reaktornya. minyak kelapa bekas (jelantah) dapat
dihasilkan melalui proses transesterifikasi,
TUJUAN PENELITIAN yaitu dengan cara mengeluarkan gliserin
Penelitian ini bertujuan untuk dari minyak dan mereaksikan asam lemak
mempelajari kinetika reaksi pada bebasnya dengan alkohol (misalnya
transesterifikasi minyak kelapa bekas (jelantah) methanol) menjadi alkohol ester (Fatty
menggunakan katalisator KOH dengan variabel Acid Methyl Ester/FAME), atau biodiesel.
jumlah katalisator. Methanol lebih umum digunakan untuk
proses transesterifikasi karena harganya
RUMUSAN MASALAH. lebih murah dan lebih mudah untuk
Untuk merancang reaktor pem- buatan direcovery. Transesterifikasi merupakan
biodiesel dari minyak goreng bekas, diperlukan suatu reaksi kesetimbangan. Untuk
data kinetika reaksi antara lain bagaimana mendorong reaksi agar bergerak ke

Jurnal Teknologi, Volume 2 Nomor 2 , Desember 2009, 130-136  131


 
 
kanan sehingga dihasilkan methyl ester Persamaan reaksi alkoholisis dapat ditulis
(biodiesel) maka perlu digunakan alkohol dalam sebagai berikut:
jumlah berlebih atau salah satu produk yang
dihasilkan harus dipisahkan. M+3A G+3E
Pada penelitian ini reaksi pembuatan
biodiesel dilakukan melalui dua tahap reaksi, dC m
yaitu reaksi esterifikasi asam lemak bebas rm = − = k1C mt C au − k 2 C gv C ew
dalam minyak minyak kelapa bekas (jelantah) dt
dengan metanol menggunakan katalisator M=minyak, A=alkohol, G=gliserol, E=ester
H2SO4, kemudian dilanjutkan dengan reaksi
transesterifikasi minyak kelapa bekas (jelantah) rm = kecepatan reaksi
hasil reaksi tahap pertama dan metanol k1, k2 = konstanta kecepatan reaksi
menggunakan katalisator KOH. Penggunaan x = konversi
katalis asam disamping katalis basa guna t, u, v, w= orde reaksi
menurunkan kadar asam lemak bebas dalam Cm,Ca = konsentrasi minyak, alkohol
minyak kelapa bekas (jelantah). Karena minyak Cg,Ce = konsentrasi gliserol dan ester
kelapa bekas (jelantah) yang digunakan berasal
dari minyak kelapa yang didalamnya Penentuan orde reaksi metanolisis
mengandung asam lemak seperti asam kaprilat minyak kelapa bekas (jelantah) dilakukan
8%, asam kaprat 7%, asam laurat 48%, asam dengan coba-coba (trial error) besarnya
miristat 17,5%, asam palmitat 8,8%, asam orde reaksi sampai diketemukan
stearat 2%, asam oleat 6% dan asam linoleat persamaan reaksi yang sesuai dengan
2,5%.(Kirk Othmer, 1951) Reaksi esterifikasi data hasil penelitian. Misalnya dicoba
yang berkatalis asam berjalan lebih lambat reaksi ke kanan maupun ke kiri orde dua
namun metode ini lebih sesuai untuk minyak maka persamaan kecepatan reaksi
atau lemak yang memiliki kandungan asam menjadi:
lemak bebas relatif tinggi ((Freedman and
Mounts,1984). Dengan esterifikasi, kandungan dCm
asam lemak bebas dapat diminimalisir hingga rm = − = k1CmCa − k 2C g Ce
dt
2% dan diperoleh tambahan ester (Ramadhas
dCAo(1− x)
= k1Cmo(1− x)(Cao −3Cmox) −3k2Cmo x2
dkk. 2005). 2

Faktor utama yang mempengaruhi kadar dt


ester dalam hasil reaksi transesterifikasi adalah
rasio molar antara trigliserida dan alkohol, jenis Pada saat reaksi telah setimbang
katalis yang digunakan, suhu reaksi, waktu maka dicapai konversi kesetimbangan xe,
reaksi, kandungan air dan kandungan asam dengan konstanta kesetimbangan (K)
lemak bebas pada bahan baku yang dapat sebagai berikut:
menghambat reaksi. Faktor lain yang k1 Cg Ce
mempengaruhi kandungan ester pada biodiesel, K= =
diantaranya kandungan gliserol, jenis alkohol k 2 Cm Cn
yang digunakan pada reaksi transesterifikasi,
jumlah katalis sisa. (Ramadhas dkk. 2005).
C mo xe ⋅ (3C mo x e )
Dalam penelitian kinetika reaksi K=
pembuatan biodiesel dari minyak kelapa bekas C mo (1 − xe ) ⋅ (C ao − 3C mo xe )
(jelantah) perhitungan konversi dilakukan 2
dengan menganalisis kadar gliserol dalam hasil 3C mo x 2e
K=
reaksi. Analisis gliserol dalam bahan dapat (1 − xe ) ⋅ (C ao − 3C mo xe )
dilakukan dengan metode asetin (Griffin,1958).
Y= Cmo{ (1− x)(Cao − 3Cmox) − 3Cmox }
Penelitian sejenis dengan dua tahap reaksi 1 2
pernah dilakukan sebelumnya menggunakan K
metode analisa Iodometri-Asam Periodat
dx
(Prasetyo, 2006; Winoto, 2006) Maka = k1Y
dt
LANDASAN TEORI dx
Senyawa-senyawa yang ada selama Juka dibuat grafik vs Y merupakan
proses alkoholisis adalah trigliserida (minyak dt
kelapa bekas (jelantah)), alkohol (metanol), garis lurus maka reaksi orde 2 dan
gliserol, ester baru dan katalisator KOH. konstanta kecepatan reaksinya adalah
Menurut Schmidt,1998 dan Butt, 1999. gradien dari garis tersebut. Tetapi, apabila
bukan garis lurus maka dicoba orde
reaksi yang lain. Kesesuaian data

132 Yuniwati, Kinetika Reaksi Pembuatan Biodiesel dari Minyak Goreng Bekas (Jelantah) dan
Metanol dengan Katalisator Koh
 
 

penelitian dengan persamaan kecepatan reaksi lapisan atas berupa ester dan sisa
maupun nilai k bisa dihitung dengan least minyak, kemudian gliserol dipisahkan
square. dengan corong pisah, gliserolnya
dianalisis sedangkan esterdan sisa
METODOLOGI PENELITIAN minyak dicuci dengan aquadest dan 2 mL
Pada penelitian ini reaksi pembuatan asam asetat untuk memisahkan sisa
biodiesel dilakukan melalui dua tahap reaksi, katalis yang dimungkinkan masih ada
yaitu reaksi esterifikasi minyak kelapa bekas dalam ester menggunakan pengaduk
(jelantah) dengan metanol menggunakan mercury dengan kecepatan 500 rpm
katalisator H2SO4 untuk menghilangkan asam selama 15 menit pencucian dilakukan dua
lemak bebas, dan reaksi transesterifikasi minyak kali. Setelah itu ester hasil pencucian
kelapa bekas (jelantah) metanol menggunakan dimasukkan ke dalam corong pisah.
katalisator KOH (Prasetyo,2006 dan Winoto, Biarkan sebentar membentuk 2 lapisan,
2006). ester di atas dan air di bawah (dibuang).
Ester dimasukkan ke dalam beker gelas
o
1). Tahap Reaksi Esterifikasi kemudian dipanaskan pada suhu 100 C
Minyak kelapa bekas (jelantah) sebanyak 150 selama 1 jam untuk menguapkan sisa air
ml dimasukkan ke dalam labu leher tiga yang masih ada setelah pencucian.
kemudian ditambahkan H2SO4 pekat sebanyak Proses di atas diulang dengan variasi
0,2 mL (0,25% berat minyak), kemudian berat katalis 1,1 gram, 1,3 gram, 1,5 gram
dipanaskan sampai suhu 60oC. Metanol dan 1,7 gram.
sebanyak 185 mL dimasukkan ke erlenmeyer
yang telah dilengkapi pendingin balik, kemudian
dipanaskan dengan kompor listrik hingga
mencapai titik didih. Selanjutnya metanol dima-
sukkan ke dalam reaktor berpengaduk melalui
saluran pendingin balik. Suhu dalam reaktor
diusahakan tetap pada 60oC selama 30 menit.
Setelah 30 menit, reaksi dihentikan kemudian
hasil reaksi dimasukkan ke dalam corong pisah
dan didiamkan sampai mencapai suhu kamar
(dibiarkan selama satu malam).
Hasil reaksi kemudian minyak hasil reaksi dicuci
dengan 150 mL aquadest dalam gelas beker
dengan magnetic stirrer selama 15 menit
(dilakukan dua kali pencucian). Setelah itu
minyak dan aquadest dipisahkan dengan corong
pisah, minyak kemudian dipanaskan dalam oven
pada suhu 100oC sampai berat konstan.
Langkah-langkah tersebut diulang selama
beberapa kali sampai didapatkan minyak hasil
yang mencukupi untuk tahap reaksi
transesterifikasi.
Keterangan :
2).Tahap Reaksi Transesterifikasi 1. Labu leher tiga 7. Erlenmeyer
KOH pellet 0,9 gram dilarutkan dalam 2. Pemanas mantel 8. Kompor listrik
metanol yang berada di dalam gelas beker 600 3. Pendingin balik 9. Pengambil cuplikan
ml diaduk dengan magnetic stirrer. 100 ml 4. Motor pengaduk 10. Penampung cuplikan
minyak dimasukkan ke dalam gelas beker yang 5. Pengaduk 11. Karet penghisap
berisi metanol-KOH. Campuran diaduk dengan 6. Termometer
magnetic stirrer selama 15 menit,kemudian
Gambar 1. Rangkaian Alat Esterifikasi
campuran didiamkan selama satu malam.
Proses yang sama dilakukan untuk berat katalis
0,9 gr dengan variasi waktu 30 menit, 45 menit,
60 menit, dan 75 menit.
Campuran hasil reaksi dimasukkan ke
dalam vacuum distillation untuk memisahkan
metanol. Setelah ester dan gliserol terbentuk
menjadi 2 lapisan sempurna, vacuum distillation
dihentikan. Lapisan bawah berupa gliserol dan

Jurnal Teknologi, Volume 2 Nomor 2 , Desember 2009, 130-136  133


 
 
4 W4 = berat gliserol yang dianalisis, g
3 Vb = volume HCl titrasi blangko, mL
Vs = volume HCL titrasi sampel, mL
2 NHCL = normalitas larutan HCl, mgrek/L

Konversi (Xm) dihitung dengan


5 persamaan:
1 G
Xm =
Keterangan : 6
Go
1. Stirrer. 4. Plastik penutup Go= gliserol total mula-mula, mgrek
2. Pengaduk . 5. pipet sampel Go = S × A
3. Gelas beker. 6. Steker S = Ekivalen asam lemak total mgrek/gr
minyak
Gambar 2. Rangkaian Alat Transesterifikasi A= berat minyak,gr

Analisis hasil Penentuan ekuivalen asam lemak total


Analisis hasil dilakukan dengan metode asetin Minyak sebanyak 5 gr dimasukkan
dengan prosedur berikut Gliserol yang telah dalam Erlenmeyer kemudian ditambah 50
dipisahkan dari campuran hasil, ditimbang ml NaOH 0,5 N. Erlenmeyer ini kemudian
beratnya kemudian gliserol dipanaskan di dalam dilengkapi dengan pendingin balik dan
oven pada suhu 100oC selama 5 menit supaya dipanaskan selama 30 menit. Selanjutnya
cairan yang terikat dalam gliserol teruapkan. setelah didinginkan, larutan ini ditambah 3
Setelah itu, gliserol bersih (gliserol setelah tetes indicator pp dan dititrasi dengan
dipanaskan) ditimbang kembali, diambil 1,5 g larutan HCl 0,5 N sampai warna berubah
gliserol bersih dimasukkan ke dalam erlenmeyer bening.
250 mL, dan ditambahkan 3 gram natrium asetat
dan 7,5 mL asam asetat anhidrid, kemudian (VBlangko − Vtitrasi)
dididihkan selama 1 jam. Selanjutnya campuran EALT = .NHCl
didinginkan sampai kurang lebih 80oC, MMinyak
penambahan air suling sebanyak 50 mL pada
EALT = ekivalen asam lemak total,
suhu 80oC melalui corong pendingin balik.
mgrek/gram.
Setelah itu campuran didinginkan sampai suhu
VBlangko = volume HCl titrasi blangko, mL
kamar, pendingin balik dilepas, kemudian
VTitrasi = volume HCl titrasi sampel, mL
ditambah 2 mL indikator phenolphtalein. Setelah
NHCl = normalitas HCl, grek/L
itu, cairan dinetralkan dengan larutan NaOH 6 N
sampai timbul warna merah muda, lalu
PEMBAHASAN
ditambahkan lagi 10 mL larutan NaOH 1 N.
Data hasil penelitian kinetika reaksi
Setelah pendingin balik dipasang, campuran
pembuatan biodiesel dari minyak jelantah
dididihkan kembali selama 15 menit. Cairan
dan methanol menggunakan katalisator
didinginkan secepat mungkin kemudian dititrasi
KOH dengan variable jumlah katalis
dengan HCl 0,1 N sampai warna merah muda
adalah sebagai berikut.
hilang. Kemudian volume HCl yang
dipergunakan untuk titrasi dicatat. Disamping itu, Tabel 1.Hubungan antara Konversi dan
dilakukan titrasi blangko dengan cara yang Konsentrasi Katalis
sama, tetapi tanpa cuplikan. Kemudian HCl (Minyak = 100 ml, Methanol = 126,5 ml, P = 1 atm,
o
Suhu Kamar=29 C)
untuk analisis ini juga dicatat. Jumlah gliserol Wak Konversi Pada Berbagai Jumlah Katalis
bebas pada akhir reaksi dinyatakan dengan tu,
persamaan : menit 0.9 gr 1.1 gr 1.3 gr 1.5 gr 1.7 gr
W1 .W3
G= .(Vb − Vs ).N HCl 15 0.0622 0.1564 0.188 0.144 0.184
W2 .W4
30 0.1292 0.2553 0.285 0.264 0.304
Karena berat campuran dan berat sampel sama
maka persamaan menjadi: 45 0.1800 0.3590 0.371 0.369 0.399

W3 60 0.2096 0.4340 0.435 0.453 0.469


G= .(Vb − Vs ).N HCl ) 75 0.2258 0.4784 0.484 0.515 0.526
W4
G = jumlah gliserol yang dihasilkan, mgrek
W1 = berat campuran, g Dari tabel 1. dapat dilihat semakin lama
W2 = berat sampel yang diambil, g waktu yang digunakan untuk reaksi
W3 = berat gliserol setelah dipanaskan, g semakin besar pula konversi yang

134 Yuniwati, Kinetika Reaksi Pembuatan Biodiesel dari Minyak Goreng Bekas (Jelantah) dan
Metanol dengan Katalisator Koh
 
 

dicapai, hal ini menunjukkan bahwa semakin bisa ditentukan bahwa persamaan
lama waktu reaksi maka semakin besar kecepatan reaksi orde 2 dengan
kesempatan untuk bereaksi, disamping itu persamaan kecepatan reaksi
kecepatan reaksi ke kanan masih lebih besar dCm
dari pada kecepatan reaksi ke kiri, sehingga rm = − = k1CmCa − k 2C g Ce .
konversi masih terus meningkat. Pada dt
umumnya untuk waktu yang sama, konversi naik Dengan cara least square dapat
dengan semakin besarnya penambahan dihitung nilai k1 dan k2 yang hasilnya
katalisator, karena semakin besar katalisator dapat dilihat pada Tabel 3.
maka reaktan semakin reaktif dengan turunnya
energi aktivasi yang dimiliki, namun pada berat Tabel 3. Hubungan antara berat katalis
katalisator 1,5 gram tercapai konversi pada dengan K, k1, k2
Berat
awal reaksi lebih kecil dari pada konversi pada Katalis K k1 K2
penambahan 1,3 gram katalisator. Hal ini (gr)
mungkin disebabkan dengan penambahan
0.9 0.335555 0.00018 0.000540
katalisator sebesar 1,5 gram, reaksi ke kanan
lebih besar namun reaksi ke kiripun lebih besar, 1.1 0.896120 0.00034 0.000386
karena konsentrasi produk menjadi lebih besar.
Sehingga konversi ke kanan menjadi lebihkecil. 1,3 1.283941 0.00035 0.000277
Untuk memperoleh data konversi pada
kondisi keseimbangan, maka dilakukan 1,5 1.848521 0.00034 0.000189
percobaan pada masing masing berat
1,7 1.556136 0.00041 0.000265
katalisator dengan waktu cukup lama (8 jam),
dengan anggapan pada waktu tersebut sudah
terjadi kese-imbangan, karena dari percobaan Dari data yang ditunjukkan pada tabel 3
pen-dahuluan dengan menggunakan kata-lisator kemudian dibuat grafik hubungan antara
0,9 gram pada saat 4 jam sudah tercapai berat katalis dengan k1, k2 yang dapat
keseimbangan yang ditandai dengan konversi dilihat pada gambar 4 dan hubungan
yang tetap tidak berubah lagi. Setelah diperoleh berat katalis dengan K yang dapat dilihat
data konversi keseimbangan maka dapat pada gambar 5.
dihitung konstanta keseimbangan. Mengguna- 0,0006
konstanta kecepatan reaksi

kan persamaan:
0,0005
2
3C mo x 2e
K=
0,0004
k1
(1 − xe ) ⋅ (C ao − 3C mo xe ) 0,0003
k2
0,0002

0,0001
Tabel 2 Data kesetimbangan
0
Katalis 0.9 gr 1.1 gr 1.3 gr 1.5 gr 1.7 gr
0 0,5 1 1,5 2
Xe (%) 44.83 70.39 75.5 80.28 78.10 Berat katalis, gr

K 0.33 0.89 1.28 1.84 1.556


   Gambar 4. Grafik Hubungan Berat Katalis vs k1, k2 
Untuk menentukan oder reaksi maupun
besarnya konstanta kecepatan reaksi dibuat
grafik sebagai berikut: 2
Konstanta keseimbangan, K

1,8
0,01 1,6
0,9 g
0,009
1,4
0,008
1,2
0,007 1,1 g
0,006
1
dx/dt

0,005 0,8
1,3 g
0,004 0,6
0,003 0,4
0,002 1,5 g 0,2
0,001 0
0
1,7 g 0 0,5 1 1,5 2
0 5 10 15
Y Berat katalisator, gr

Gambar 3. Grafik hubungan antara Y vs dx/dt


Gambar 5. Grafik Hubungan Berat Katalis vs K
Dari gambar 3 dapat dilihat bah-wa grafik
hubungan
dx vs Y mendekati garis lurus maka Dari Tabel 3 dan Gambar 4 menunjukkan
dt bahwa konstanta kecepatan reaksi yang
Jurnal Teknologi, Volume 2 Nomor 2 , Desember 2009, 130-136  135
 
 
berjalan ke arah kanan naik bertahap seiring Freedman, B. E. H. and T. L. Mounts.,
bertambahnya jumlah katalis, sedangkan 1984, Variabel Affecting th Yields
konstanta kecepatan reaksi ke kiri cenderung of Fatty Esters from
menurun. Hal ini me-nunjukkan bahwa Kalium Transesterified Vegetable Oils, J.
hidroksida (KOH) mempercepat reaksi ke kanan Am. Oil Chem. Soc, 61, pp. 1638-
antara trigliserid dan metanol, dan 1643
memperlambat reaksi ke kiri antara gliserol dan Griffin, R.C.,1958, Technical Methods of
ester. Semakin besar jumlah katalis maka nilai Analysis, 2nd ed, MGraw-Hill Book
konstanta kese-timbangan reaksi semakin besar Company,Inc.,New York.
sebagai-mana ditujukkan Gambar 5. Tetapi Kirk, R.E. and Othmer, D.F, 1951,
pada penambahan berat katalisator KOH 1,7 Encyclopedia of Chemical
gram terjadi penurunan nilai konstanta Technology, vol. 5, pp. 781-790,
kesetimbangan reaksi. Hal ini menun-jukkan Interscience Incyclopedia Inc.,
bahwa penggunaan katalisator lebih besar 1,5 New York
gram, menyebabkan kecepatan reaksi ke kanan Ramadhas, 2005, Pembuatan Biodiesel
menurun dan kecepatan reaksi ke kiri semakin dari Minyak Sawit dengan
besar. Esterifikasi Dua Tahap, Laporan
Penelitian, Laboraturium Proses
KESIMPULAN Kimia, Jurusan Teknik Kimia,
1. Reaksi metanolisis yang dilakukan melalui Universitas Gadjah Mada,
dua tahap reaksi yaitu esterifikasi asam Yogyakarta.
lemak bebas dengan methanol Schmidt, L.D.,1998, The Engineering of
menggunakan katalisator H2SO4 menjadi Chemical Reactions, Oxford
ester dan air serta transesterifikasi minyak University Press, New York.
dengan methanol menggunakan katalisator Swern, 1964, Bailey’s Industrial Oil and
KOH menghasilkan ester dan gliserol. Reaksi Fats Products, pp.948-951,
transesterifikasi merupakan reaksi orde dua Interscience Publisher, Inc., New
dengan persamaan kecepatan reaksi: York.
dCm Winoto, G., 2006, Pembuatan Bio-diesel
rm = − = k1CmCa −k2CgCe dari Minyak Kemiri (Aleurites
dt moluccana) Laporan Penelitian,
2. Dengan menggunakan 100 ml minyak dan Laboraturium Proses Kimia,
126,5 ml methanol yang direaksikan pada Jurusan Teknik Kimia UGM,
tekanan atmosferis dan suhu kamar Yogyakarta
diperoleh hasil terbaik pada penelitian ini Prasetyo, A., 2006, Pembuatan Biodiesel
dengan menggunakan 1,5 gram katalisator Minyak Kemiri (Aleurites
KOH. Pada kondisi tersebut diperoleh nilai moluccana) dengan Dua Tahap
kecepatan reaksi ke kanan (k1) sebesar Proses, Laporan Penelitian,
3,4905.10-4, kecepatan reaksi ke kiri (k2) Laboraturium Proses Kimia,
sebesar 1,89.10-4, dan nilai konstanta Jurusan Teknik Kimia UGM,
kesetimbangan (K) sebesar 1,8485 dengan Yogyakarta 
konversi kesetimbangan ( Xe ) sebesar 80,28
%.
3. Katalisator KOH mempercepat reaksi ke
kanan antara trigliserid dan alkohol
sebaliknya memperlambat reaksi ke kiri yaitu
reaksi antara gliserol dan ester.

DAFTAR PUSTAKA
Butt, J.B.,1999, Reaction Kinetics and Reactor
Design, 2nd ed, rev. and expanded,
Marcel Dekker, New York.
Fessenden and Fessenden,1986,Organic
Chemistry,3thed., Wadsworth,Inc.,
Belmont,California.

136 Yuniwati, Kinetika Reaksi Pembuatan Biodiesel dari Minyak Goreng Bekas (Jelantah) dan
Metanol dengan Katalisator Koh

Das könnte Ihnen auch gefallen