Sie sind auf Seite 1von 12

BAB II

FUNGSI KERJA DAN EVALUASI SAFETY


PADA HOT LOW PRESSURE STRIPPER 260C101

Pada bab II ini akan dibahas mengenai deskripsi proses


pemisahan gas-liquid, sistem pengendalian dan
SafetyInstrumented System serta evaluasi safety pada Hot Low
Pressure Stripper 260C101

2.1 Deskripsi Proses Pemisahan Gas-Liquid pada Hot Low


Pressure Stripper 260C101.
Kolom stripper [1] merupakan salah satu peralatan utama
dalam proses distilasi karena kolom ini berfungsi untuk
mempertajam pemisahan komponen – komponen, sehingga bisa
memperbaiki mutu suatu produk dengan memisahkan fraksi
ringan yang tidak dikehendaki dalam produk tersebut. Pada
dasarnya prinsip kerja kolom stripper adalah proses penguapan
biasa, pada temperatur tertentu fraksi ringan yang temperatur
didihnya lebih rendah dari temperatur top kolom akan menguap
dan keluar melalui top kolom. Secara umum untuk membantu
penguapan dilakukan dengan injeksi steam atau dengan bantuan
alat penukar panas reboiler untuk menaikkan temperatur.
Untuk meningkatkan kualitas produk olahan (YIELD)
yang berupa base oil, dibutuhkan HC murni yang terbebas dari
unsur lain seperti H2, H2S ataupun H2O. Maka dalam usaha
mendapatkan HC murni liquid (HC/LIQ) dari campuran
HC+H2+H2S+H2O 2 fasa (terdiri dari liquid dan gas ) dengan
pressure dan temperature yang tinggi, pada area 260 atau HTU
(Hydro Treating Unit) LOC III PT PERTAMINA (Persero) RU
IV Cilacap. terdapat 2 tahapan pemisahan untuk kategori Hot
Separation, yaitu Hot High Pressure (HP) Separation oleh Hot
HP Separator 260V102 tipe vertical dan Hot Low Pressure (LP)
Separation oleh Hot LP Stripper 260C101. Pemisahan fasa
dengan Hot HP Separator 260V102 tidaklah sempurna, karena
pemisahan fasa hanya didasarkan pada perbedaan density dengan
bantuan gravitasi. Maka pemisahan fasa yang sempurna hanya
7
8

terjadi pada campuran fasa dengan density yang jauh berbeda.


Karena keluaran Hot HP Separator 260V102 tetap dalam bentuk
campuran HC+H2+H2S+H2O 2 fasa, maka dibutuhkan pemisahan
fasa selanjutnya dengan Hot LP Stripper 260C101.

Gambar 2.1 Skema Kontak Gas-Liquid dalam Menara Plat [2]

Hot LP Stripper 260C101 mendapatkan feed dari Hot HP


Separator 260V102 berupa campuran HC+H2+H2S+H2O 2 fasa,
namun dengan pressure yang rendah karena pressure drop oleh
control valve 260LV008 dan 260LV009 pada keluaran dari Hot
HP Separator 260V102. Feed masukan stripper juga mendapat
tambahan HC/LIQ yang merupakan startup recycle dari Heat
Exchanger 260E161 yang akan membuat kemurnian HC dalam
campuran HC+H2+H2S+H2O 2 fasa akan lebih tinggi. Di dalam
Hot LP Stripper 260C101, feed masukan jatuh melalui tray-tray
pada tower kolom stripper. Melalui tray-tray tersebut terjadi
proses pemisahan yaitu berupa proses penguapan fraksi-fraksi
ringan oleh steam kering yang diinjeksikan masuk dan melewati
tray tersebut. Sehingga setelah melalui proses tersebut,
didapatkan liquid HC murni (HLPS) dan stripper OVHD (vapor
HC+H2+H2S+H2O) sebagai keluarannya. HC diteruskan ke
Redistilation Unit Feed Pump 260P151A/B untuk proses
pengolahan HC liquid terhadap pressure dan temperaturenya,
sedangkan OVHD ke Hot LP Gas Cooler 260E121.
9

Untuk melihat aliran proses beserta instrumen-instrumen


pengendalian yang ada pada Hot LP Stripper 260C101 di PT
PERTAMINA (Persero) RU IV Cilacap secara visual dapat
dilihat dalam Process Flow Diagram berikut :

HC+H2+H2O+H2S gas

HC+H2+H2O+H2S two phase

260V102

OVHD (HC+H2+H2O+H2S)

260 HC/LIQ
FIC
018

HC+H2+H2O+H2S two phase


I
p
260F151

260C101 260FV018
260
FT
260 260 018
LT LIC
031 031

MP

260
FIC
031

I
p

260
FT
031
HC/LIQ

HC/LIQ

260FV031

260P151

Gambar 2.2 Process Flow Diagram Hot Low Pressure


Stripper 260C101[3]

Dan berikut ini adalah gambar penampang dan Hot Low


Pressure Stripper 260C101 di PT PERTAMINA (Persero) RU IV
Cilacap.
10

Gambar 2.3 Hot Low Pressure Stripper 260C101


di PT PERTAMINA (Persero) RU IV Cilacap[3]
2.2 Sistem Pengendalian pada Hot Low Pressure Stripper
260C101
Pengendalian utama pada Hot LP Stripper 260C101 di
PT PERTAMINA (Persero) RU IV Cilacap adalah pengendalian
level penampungan liquid HC murni hasil separasi atau
11

pemisahan saat pada bagian tray. Untuk Basic Process Control


System, level transmitter 270LT013 digunakan untuk
mentranmisikan sinyal ke 260LIC013. 260 LT013 mendapat
sinyal dari DP cell [4] yang mengukur perbedaan pressure high
dan low pada level tertentu. Pengendalian level pada stripper ini
bersifat non- self regulation [5], karena keluran stripper liquid
HC murni diteruskan ke Redistilation Unit Feed Pump
260P151A/B yang akan menjaga agar flow yang melewati pompa
selalu konstan berapapun level pada Hot LP Stripper 260C101.
Hal ini mengakibatkan keseimbangan sulit tercapai kaitannya
antara flow input, level, flow output dari Hot LP Stripper
260C101. Oleh karena itu sinyal kontrol dari 260LIC013 tidak
langsung mengontrol final element pada output Hot LP Stripper
260C101, melainkan bersifat cascade control dengan secondary
controller 260FIC031 untuk inlet Redistilation Unit Feed Heater
260F151 atau 260FIC050 untuk outlet Redistillation Bottom
Cooler 260P152A/B/C (mode presulfinding). Cascade control
control berarti 260LIC013 sebagai master controller akan
memberikan setpoint bagi 260FIC031 untuk mengontrol control
valve (yang digunakan adalah globe valve) [6] 260FV031 yang
akan memberikan bukaan yang disesuaikan dengan level yang
terdeteksi oleh 260LT013.
Dalam mendukung pemisahan atau separasi pada Hot
LP Stripper 260C101, steam kering yang diinjeksikan ( Medium
Pressure Steam ) juga dikendalikan. 260FT018 yang mendapat
masukan dari sensor 260FE018 yang mengukur flow berdasarkan
perbedaan tekanan upstream dan downstream, mengirmkan
sinyal ke 260FIC018. Sinyal kontrol dari 260FIC018 dikonversi
dahulu dengan I/P converter karena final element control valve
260FV018 adalah ATO (Air to Open) atau membutuhkan sinyal
pneumatic untuk membuka. Bukaan dari control valve tentunya
disesuaikan dengan sinyal kontrol dari 260FIC018 yang telah
diset untuk mengolah selisih sinyal dari transmitter dengan set
point yang ditetapkan untuk aliran steam yang harus masuk Hot
LP Stripper 260C101 untuk proses pemisahan fasa. Seluruh
controller dalam Basic Process Control System ini terdistribusi
dalam DCS ( Honeywell TDC3000).
12

2.3 Safety Instrumented System Pada Hot Low Pressure


Stripper 260C101
Pada prinsip utamanya, Safety Instrumented System
digunakan untuk mengamankan proses pada suatu plant secara
keseluruhan. Pada Hot LP Stripper 260C101, Safety
Instrumented System yang digunakan didasarkan pada level
liquid yang tertampung didalamnya. 260LT011 yang juga berupa
DP cell mengirimkan sinyal ke PLC dan menjadikan sinyal
tersebut untuk mengontrol dua kondisi Safety. Saat level liquid
terlalu tinggi (high high level), dan operator tidak dapat
mengatasi masalah tersebut setelah alarm aktif, PLC akan
membuat solenoid valve de-energize yang berarti akan menutup
control valve 260FV016 yang melewatkan steam kering (Medium
Pressure Steam). Hal ini karena saat three-way solenoid valve de-
energize, sehingga control valve 260FV016 yang bersifat ATO
tidak mendapatkan sinyal kontrol dari 260FIC018 untuk
membuka valve. Aliran steam kering ditutup dengan tujuan agar
tidak terjadi hammering, yaitu hentakan keras saat bertemunya
steam kering dengan liquid HC yang tertampung pada level yang
terlalu tinggi. Safety Instrumented System ini dinamakan high
level safeguarding system. Saat level dari liquid didalam Hot LP
Stripper 260C101 terlalu rendah (low low level), operator tidak
mampu menanganinya setelah alarm low level aktif, maka
seharusnya tidak ada penggunaan liquid HC keluran Hot LP
Stripper 260C101 untuk proses selanjutnya. Oleh karena itu PLC
akan membuat pompa 260P151A/B shutdown agar tidak lagi
memompa liquid HC untuk proses selanjutnya. Hal ini juga
berkaitan dengan sifat pengendalian level non-self regulating
yang membuat fungsi pompa mengalirkan liquid keluaran Hot LP
Stripper 260C101 dengan flow yang tetap dengan berapapun
level liquid didalam Hot LP Stripper 260C101. Safety
Instrumented System ini dinamakan pump safeguarding system.
Controller yang digunakan untuk sistem safety pada Hot LP
Stripper 260C101adalah PLC type CS300E (August System Inc.)
Sebagai tambahan Safety diluar Safety Instrumented
System, terutama untuk over pressure dalam kolom Hot LP
13

Stripper 260C101, dipasang mechanical safety equipment berupa


PSV (Pressure Safety Valve) secara redundant, yaitu
260PSV042A dengan setting 8,7 kg/cm2, 260PSV042B dengan
setting 9,1 kg/cm2, 260PSV042C dengan setting 8,7 kg/cm2,

2.4 Evaluasi Safety


Safety Integrity Level (SIL) [7,8] merupakan suatu nilai
performansi Safety Instrumented System (SIS) [7,8] pada kondisi
spesifik pada periode waktu tertentu. Performansi tersebut adalah
seberapa besar kemampuan suatu SIS untukk mengamankan
suatu proses yang gagal dikendalikan sistem pengendalian
ataupun oleh operator. Performansi tersebut diukur dari PFDavg
dari komponen-komponen yang membentuk fungsi Safety
Instrumented System yang merupakan fungsi dari failure rate (λ)
dan time interval (TI). Komponen-komponen yang meliputi SIS
adalah sensor, logic system, dan final element [7,8]. Maka
PFDavg dari suatu SIS dapat didapatkan dengan :

(2.1)
Dimana :
PFDA = final element PFDavg,
PFDS = sensor PFDavg,
PFDL = logic solver PFDavg,
PFDPS = power supply PFDavg,
PFDSIS = PFDavg untuk SIS
i menunjukkan jumlah dari setiap tipe komponen yang
merupakan bagian dari SIS spesifik [7]

Untuk PFDavg dari setiap komponen secara umum [7]

(2.2)
Dimana
14

λ = failure rate (failure rate) suatu peralatan


TI = Test interval (TI)

Sedangkan

1
λ= (2.3)
MTTF
MTTF = Mean Time to Failure [9]

Adapun untuk mendapatkan Reliability data seperti


failure rate dapat diperoleh dengan beberapa referensi [10]
diantaranya:
1. Field Experience
Yaitu reliability data yang diperoleh berdasarkan data hasil
maintenance suatu perusahaan. Tentunya dalam hal ini
adalah data maintanance PT PERTAMINA (Persero) RU IV
Cilacap.
2. Data Base
Yaitu reliability data yang diperoleh dari database-database
yang berkaitan dengan proses yang dijalankan industri. Pada
bahasan ini akan digunakan OREDA (Offshore Reliability
Data) tahun 2002 [11]. Digunakan jika data maintanance
pada field experience kurang lengkap)

Dalam membantu analisa sistem untuk mendapatkan


PFDavg dapat juga digunakan metode Fault Tree Analysis (FTA)
[8,10]. FTA memiliki prisip menggunakan analisa deduktif yang
diawali dari unwanted event yang telah dipilih, menggunakan
representasi grafis dan mengkombinasi causes menggunakan
logical operator (AND, OR, dll) [8,10].
FTA memiliki kelebihan tersendiri karena dapat
dimungkinkan analisa secara kualitatif melalui penentuan
kejadian-kejadian (event) yang terjadi pada suatu sistem,
membuatnya dalam suatu standard grafis (simbol-simbol yang
telah disepakati) dan menyederhanakannya dalam suatu cutset.
Selain itu juga dapat dilakukan analisa secara kuantitaif dengan
standard perhitungan tertentu untuk mendapatkan PFDavg. Salah
15

satu Standard simbol atau perhitungan adalah ISA-TR84.00.03-


2002 [8].
Untuk standard penentuan Safety Integrity Level
berdasarkan PFD avg yang telah didapatkan adalah sebagai
berikut :

Tabel 2.1 Safety Integrity Level and Required Safety System


Performance for Low Demand Mode System [10]
Risk
Safety Probability Safety
Reduction
Integrated Failure on Availability
Factor
Level (SIL) Demand (PFD) (1-PFD)
(RRF)
99.99 - 10000 -
4 .0001 - .00001 99.999% 100000
99.9 -
3 .001 - .0001 99.99% 1000 - 10000
2 .01 - .001 99 - 99.9% 100 - 1000
1 .1 - .01 90 - 99% 10 - 100

Setelah didapatkan SIL dengan melihat tabel diatas


berdasarkan PFDavg nya, kita juga bisa melihat bahwa dengan
tingkatan SIL yang lebih tinggi akan didapatkan Risk Reduction
Factor (RRF) yang semakin besar. Contohnya SIL 2 memiliki
RRF yang lebih besar daripada SIL 1. Hal ini berarti untuk
mereduksi resiko (kombinasi severity dan probability dari
hazardous event) yang besar dibutuhkan tingkatan SIL yang
lebih besar yang berarti PFDavg sekecil mungkin.
Pada Hot LP Stripper 260C101 dengan proses, sistem
pengendalian, dan Safety Instrumented System yang telah
dideskripsikan pada subbab 2.1, 2.2, 2.3 secara berurutan, akan
dianalisa bagaimana SIL pada plant tersebut dengan
menggunakan standard ISA-TR84.00.03-2002 [8] pada bab
berikutnya. Jika memang didapatkan SIL yang kecil, akan
dilakukan redesain pada SIS Hot LP Stripper 260C101 dengan
maksud untuk lebih meningkatkan performansinya, yaitu agar
dapat mereduksi resiko sebesar mungkin. Peningkatan SIL akan
disesuaikan dengan evaluasi Risk Assesment Matrix [12] PT
16

PERTAMINA (Persero) RU IV Cilacap atau sesuai standard IEC


61508 [10] yaitu SIL 2 (Medium High Risk). Redesain dilakukan
dengan menggunakan metode Fault Tree Analysis. Peningkatan
SIL ini juga merupakan sebagai langkah preventive untuk
mereduksi resiko yang besar akibat kegagalan plant melakukan
fungsinya. Resiko yang dihadapi bukan hanya dari segi
kecelakaan pada area sekitar plant, namun tentunya dari segi
finasial yang akan mengakibatkan kerugian yang luar biasa. Hal
ini dikarenakan Hot LP Stripper 260C101 memiliki peranan yang
penting untuk memisahkan HC murni dari campurannya yang
merupakan bahan dasar dari base oil.
SIL ditentukan oleh PFDavg, sedangkan PFDavg
merupakan fungsi failure rate (λ) dan time interval (TI). Maka
untuk meningkatkan SIL sebenarnya ada 2 parameter yang bisa
dirubah, yaitu failure rate (λ) dan time interval (TI). Di PT
PERTAMINA (Persero) RU IV Cilacap, time interval untuk
melakukan retest (test terhadap fungsi kerja SIS dengan
melakukan simulasi pada SIS tersebut) adalah setiap 4 bulan
sekali. Sebenarnya regulasi tersebut sudah cukup bagus, oleh
karena itu peningkatan SIL tidak dilakukan dengan merubah time
intervalnya. Konsekuensinya, untuk meningkatkan SIL adalah
dengan merekayasa failure ratenya ( laju seberapa sering suatu
elemen gagal dalam periode waktu penggunaannya ). Caranya
dengan melakukan redesain arsitektur [12] komponen atau
elemen penyusun SIS Hot LP Stripper 260C10. Redesain yang
dimaksud adalah dengan menambah jumlah atau redundant pada
komponen-komponen terkait, terutama komponen dengan failure
rate yang tinggi. Kembali lagi untuk mewujudkan fungsi
permissive (agar proses berjalan aman), preventive
(mengendalikan proses saat terjadi gangguan), dan mitigation
(mengurangi konsekuensi bahaya) dari SIS [12], langkah
melakukan redesain arsitektur SIS Hot LP Stripper 260C10 di PT
PERTAMINA (Persero) RU IV Cilacap perlu dipertimbangkan
dengan juga melihat kondisi terbatasnya Sumber Daya Manusia
(SDM) di bidang pekerjaan tersebut. Disisi lain juga penggunaan
PLC yang memiliki arsitektur 2oo3 [13] untuk keperluan ini
17

kurang maksimal jika sensor dan final element masih


berarsitektur 1oo1.
Desain secara konseptual harus memenuhi standard
relevansi yang dipakai perusahaan. Rangkuman referensi
perusahaan yang berhubungan dengan SIL dalam pemilihan
hardware adalah sebagai berikut :

Tabel 2.2 Desain SIS yang Berkaitan dengan SIL [12]

Maka dari tabel diatas, dapat kita ketahui bahwa untuk


SIL 1 keseluruhan arsitektur komponen penyusun SIS tidak
memiliki redundant sama sekali, arsitektur inilah yang saat ini
masih digunakan di Hot LP Stripper 260C10 PT PERTAMINA
(Persero) RU IV Cilacap. Kegagalan salah satu komponen pada
arsitektur tersebut akan mengakibatkan kegagalan secara
keseluruhan dari fungsi SIS, hal itulah yang disebut bahwa Risk
Reduction Factornya sangat kecil dan akan mengakibatkan resiko
yang besar. Oleh karena itu dibutuhkan suatu redesain pada SIS
Hot LP Stripper 260C10 PT PERTAMINA (Persero) RU IV
Cilacap dengan penyesuaian kondisi dilapangan, tentunya dengan
tujuan utama mereduksi resiko yang akan dihadapai karena
pentingnya plant ini untuk pemisahan bahan utama base oil dan
juga pertimbangan penyesuaian dengan hasil evaluasi Risk
Assesment Matrix PT PERTAMINA (Persero) RU IV Cilacap.
18

Das könnte Ihnen auch gefallen