Sie sind auf Seite 1von 17

TUGAS IRIGASI

PERENCANAAN JARINGAN IRIGASI


DAERAH PEPE HULU (BOYOLALI)

Dosen Pengampu : Ir. Drs. Suyitno HP, MT, IP-P.

Disusun Oleh :
WISNU RACHMAD PRIHADI

08505244037

PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2010
BAB II
BANJIR RENCANA

A. URAIAN UMUM

Banjir utama merupakan debit maksimum di sungai atau saluran alami


dengan periode ulang atau rata – rata yang sudah ditentukan yang dapat dialirkan
tanpa membahayakan proyek irigasi dan stabilitas bangunan – bangunan. Debit
banjir ditetapkan dengan cara menganalisa debit puncak dan biasanya dihitung
berdasarkan hasil pengamatan harian tinggi muka air. Untuk keperluan analisa
yang cukup tepat dan akurat, catatan data yang dipakai harus paling tidak
mencakup waktu 20 tahun, persyaratan ini jarang bisa terpenuhi.

Untuk perencanaan bangunan persungaian diantaranya bangunan –


bangunan pengendali banjir, bangunan penangkap air dan bangunan persungaian
lainnya yang perlu apabila banjir diperkirakan akan terjadi.

B. BENDUNG GISIK

Bendung Gisik berada pada kali Pepe dengan kondisi aliran sungai
berbukit-bukit, dimana terdiri dari tanaman dengan daya infiltrasi sedang.

C. PERHITUNGAN DEBIT BANJIR

Perhitungan debit banjir dimaksudkan untuk menentukan kapasitas


bendungan. Metode yang akan dipakai dalam perhitungan debit banjir adalah :

1. Metode FSR Jawa – Sumatra


Rumus :
MAF = 8 x 106 x AREAv x APBAR2.445 x SIMS0.117 x (1 + LAKE)0.85
Dimana :
MAF = Mean Annual Flood (debit banjir tahunan rata-rata tahunan)
ARSA = Daerah Aliran Sungai (km2)
V = 1.02 – 0.0275 log AREA
APBAR = Hujan maksimum rata-rata tahunan yang mewakili DAS
= PBAR x ARF
PBAR = Hujan terpusat maksimum rata-rata tahunan selama 24 jam
ARF = faktor reduksi ( lihat tabel )
SIMS = Indeks kemiringan ( m/km )
= H / MSL
H = Beda ketinggian antara pengamatan dan ujung sungai yang
tertinggi
MSL = Jarak terbesar dari tempat pengamatan sampai batas terjauh
di daerah aliran sepanjang sungai.
LAKE = Indeks danau, jika tidak terdapat danau di ambil nol

Tabel Faktor Reduksi AFR


Luas DAS ( KM2 ) ARF
1 – 10 0.99
10 - 30 0.97
30 – 30000 1.152 – 0.1233 log AREA

 Sehingga debit puncaknya digunakan rumus :


QT = GF(T.AREA) x MAF
Dimana :
QT = Debit banjir dengan periode T tahun
GF = Grown Factor ( Tabel )
MAF = Mean Annual Flood

Tabel Grown Factor ( GF )


Return Catchment Area
Periode < 180 300 600 900 1200 >1500
5 1.28 1.27 1.27 1.22 1.19 1.17
10 1.56 1.54 1.48 1.44 1.41 1.37
20 1.88 1.84 1.78 1.70 1.64 1.59
50 2.35 2.30 2.18 2.10 2.03 1.95
100 2.78 2.72 2.57 2.47 2.37 2.27

Harga PBAR di hitung dengan cara aljabar rata-rata yaitu dengan rumus :
R = 1/ n ( R1 + R2 + R3 + … + Rn )
Dimana :
R = Hujan maksimum rata-rata
n = Jumlah pengamatan
R1 = Hujan maksimum rata-rata pengamatan 1
R2 = Hujan maksimum rata-rata pengamatan 2
R3 = Hujan maksimum rata-rata pengamatan 3
Rn = Hujan maksimum rata-rata pengamatan n
Berdasarkan uraian rumus di atas (metode FSR Jawa – Sumatra), maka dapat
dilakukan perhitungan sebagai berikut :
Data :
AREA = 144.6 km2
MSL = 18,6 km
H=1m
ARF = 1,16
GF = 2,35

Tabel : Data curah hujan Maksimum rata – rata


Pengamatan
Tahun Stasiun
2004 261

2005 262
2006 271

2007 272

2008 270

2003 266

2002 200

2001 534

2000 202

1999 267

1998 203

1997 200

1996 200

1995 202

1994 200

1993 200

1992 200

1991 267

1990 250

1989 334

1988 251

1987 267

1986 251

1985 250

1984 250

1983 251

1982 250

1981 250
1980 250

1979 267

1978 263

1977 284

1976 263

1975 267

1974 263

1973 263

1972 263

1971 263

1970 263

1969 263

1968 263

1967 267

1966 266

1965 271

1964 266

1963 267

1962 266

1961 266

1960 266

1959 266

1958 266

1957 266

1956 266
1955 267

1954 267

∑R = 14253
∑n = 50

14253
R= = 285.06
50
Data :
n=1
R1 = 285.06 mm
Sehingga :
1
R= (R1 + R2)
n
1
= ( 285.06 + 0) = 285.06 mm
1
Selanjutnya :
H 1
SIMS = = = 0,054
MSL 18,6
APBAR = PBAR x ARF
= 285.06 x 1,16 = 330.67
V = 1.02 – 0.0275 log AREA
= 1.02 – 0.0275 log 144.6
= 0,9605
MAF = 8 x 10-6 x AREAv x APBAR2.445 x SIMS0.117 x (1+Lake)-0.85
= 8 x 10-6 x 144.60,9605 x 330.672,445 x 0,0540,117 x (1+0)-0,85
= 976.207 m3/det
Untuk bendung Gisik diambil dengan periode ulang T 100
Q100 = GF(T, AREA) x MAF
= 2,35 x 976.207 = 2294.08 m3/detik
BAB II
BANJIR RENCANA

D. URAIAN UMUM

Banjir utama merupakan debit maksimum di sungai atau saluran alami


dengan periode ulang atau rata – rata yang sudah ditentukan yang dapat dialirkan
tanpa membahayakan proyek irigasi dan stabilitas bangunan – bangunan. Debit
banjir ditetapkan dengan cara menganalisa debit puncak dan biasanya dihitung
berdasarkan hasil pengamatan harian tinggi muka air. Untuk keperluan analisa
yang cukup tepat dan akurat, catatan data yang dipakai harus paling tidak
mencakup waktu 20 tahun, persyaratan ini jarang bisa terpenuhi.

Untuk perencanaan bangunan persungaian diantaranya bangunan –


bangunan pengendali banjir, bangunan penangkap air dan bangunan persungaian
lainnya yang perlu apabila banjir diperkirakan akan terjadi.

E. BENDUNG GISIK

Bendung Gisik berada pada kali Pepe dengan kondisi aliran sungai
berbukit-bukit, dimana terdiri dari tanaman dengan daya infiltrasi sedang.

F. PERHITUNGAN DEBIT BANJIR

Perhitungan debit banjir dimaksudkan untuk menentukan kapasitas


bendungan. Metode yang akan dipakai dalam perhitungan debit banjir adalah :

2. Metode FSR Jawa – Sumatra


Rumus :
MAF = 8 x 106 x AREAv x APBAR2.445 x SIMS0.117 x (1 + LAKE)0.85
Dimana :
MAF = Mean Annual Flood (debit banjir tahunan rata-rata tahunan)
ARSA = Daerah Aliran Sungai (km2)
V = 1.02 – 0.0275 log AREA
APBAR = Hujan maksimum rata-rata tahunan yang mewakili DAS
= PBAR x ARF
PBAR = Hujan terpusat maksimum rata-rata tahunan selama 24 jam
ARF = faktor reduksi ( lihat tabel )
SIMS = Indeks kemiringan ( m/km )
= H / MSL
H = Beda ketinggian antara pengamatan dan ujung sungai yang
tertinggi
MSL = Jarak terbesar dari tempat pengamatan sampai batas terjauh
di daerah aliran sepanjang sungai.
LAKE = Indeks danau, jika tidak terdapat danau di ambil nol

Tabel Faktor Reduksi AFR


Luas DAS ( KM2 ) ARF
1 – 10 0.99
10 - 30 0.97
30 – 30000 1.152 – 0.1233 log AREA

 Sehingga debit puncaknya digunakan rumus :


QT = GF(T.AREA) x MAF
Dimana :
QT = Debit banjir dengan periode T tahun
GF = Grown Factor ( Tabel )
MAF = Mean Annual Flood

Tabel Grown Factor ( GF )


Return Catchment Area
Periode < 180 300 600 900 1200 >1500
5 1.28 1.27 1.27 1.22 1.19 1.17
10 1.56 1.54 1.48 1.44 1.41 1.37
20 1.88 1.84 1.78 1.70 1.64 1.59
50 2.35 2.30 2.18 2.10 2.03 1.95
100 2.78 2.72 2.57 2.47 2.37 2.27

Harga PBAR di hitung dengan cara aljabar rata-rata yaitu dengan rumus :
R = 1/ n ( R1 + R2 + R3 + … + Rn )
Dimana :
R = Hujan maksimum rata-rata
n = Jumlah pengamatan
R1 = Hujan maksimum rata-rata pengamatan 1
R2 = Hujan maksimum rata-rata pengamatan 2
R3 = Hujan maksimum rata-rata pengamatan 3
Rn = Hujan maksimum rata-rata pengamatan n
3. Metode Gumbel
Metode Gumbel dikembangkan dengan menggunakan tecrema factor
frekuensi yang menganalisa data banjir puncak atau hujan lebat maksimum yang
merupakan harga ekstrim dari berbagai tahun pengamatan. Oleh karena itu
analisanya selalu mengikuti dalil distribusi harga ekstrim.
Model perhitungannya selalu dimunculkan dalam bentuk analisa stastik
dengan model dan teori distribusi, dengan demikian perhitungannya akan menjadi
lebih mudah.
Berikut ini akan ditampilkan metode perhitungan debit banjir yang
diselesaikan dengan metode Gumbel.
4. Metode Analisis Kuadrat Terkecil – Gumbel
Metode kuadrat terkecil merupakan salah satu bentuk analisis banjir yang
berakar dari metode Gumbel, dimana metode ini kesalahan subyektif dapat
dilakukan perubahan dengan penyesuaian matematika.
Metode ini lebih banyak dipakai dilapangan karena dapat memberikan
penyesuaian yang menyeluruh dan sedikit memerlukan hitungan. Untuk
rancangan hitungan selanjutnya dapat dilihat pada tabel berikut :
5. Metode Weduwen
Menghitung debit banjir pada suatu sungai dengan metode Weduwen
dibutuhkan data curah hujan, luas catchment area, panjang sungai, elevasi tempat
bending dan titik sepanjang catchment area untuk beda tinggi.
Rumus :
Q70 = F . q1 . R70 / 240
Dimana :
F = Luas catchment area (km2)
q1 =α.β.q
= dapat ditetapkan berdasarkan nomogram atau grafik yaitu
berdasarkan hubungan antara kemiringan dengan luas daerah
pengairan.
R70 = 5/6 M / mp atau R/mp, yaitu hujan terbesar dengan
pengalaman 70th.
Dalam hal ini :
M = curah hujan maksimum pertama
R = curah hujan maksimum kedua
Mp = koefisien selama periode pertama
Maka untuk mencari Q100 menggunakan rumus :
Q100 = 3.6 x Q70
G. DEBIT BANJIR RENCANA
Berdasarkan data analisa perkiraan debit banjir dengan beberapa metode
diatas maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

METODE Q100 m3/dt


FSR JAWA-SUMATERA 951.61
GUMBEL 577.32
DUMBEL KUADRAT TERKECIL 271.66
WEDUWEN 327.05

Untuk analisa konstruksi baik pada bangunan utama maupun jaringan


irigasi dipakai Q terbesar dari keempat metode di atas :
Q100 terpakai = 951.61 m3/detik
BAB III
PERHITUNGAN KEBUTUHAN AIR

H. PERHITUNGAN DEBIT ANDALAN

Perhitungan debit andalan dimanfaatkan untuk melihat sisi hubungan


antara kebutuhan air dengan tersedianya air. Dari data rata-rata curah hujan
bulanan dapat diketahui debit andalan yang tersedia. Selanjutnya perhitungan debit
andalan menggunakan,

Rumus :

F. R. A
Q=
3,6

Dimana :

F = faktor pengaliran, ditetapkan 0,7

R = curah hujan dalam mm/jam ( R= 0,013 r )

A = luas daerah aliran sungai

Q = debit andalan

Data :

 A = 144.6 km2
 Data curah hujan rata-rata bulanan (lihat tabel)

Sehingga :
0,7 . 0,013 r .144.6 m3
Q= =0,365. r
3,6 det

Das könnte Ihnen auch gefallen