Sie sind auf Seite 1von 11

STUDI KESESUAIAN FARMASEUTIK RESEP RACIKAN

NON STERIL PADA PASIEN PEDIATRI DI INSTALASI


RAWAT JALAN RSUD AERAMO MBAY NAGEKEO
PROVINSI NTT

Yuyun S. Ningsi, Mirawati, A.Maulana K.P Lolo


, Fakultas Farnasi, Universitas Muslim Indonesia,Makassar
Email : yuyunningsi17@gmail.com

ABSTRACT

Compounding drugs is the process of combining, mixing, or changing the ingredient in


drugs manufacture to meet patient needs. This study aimed to determine the pharmaceutics
feasibility from non-sterile prescriptions on outpatient pediatric patients by looking at dosage
form, strenght, stability, and incompatibility of the drug. This study used descriptive method with
purposive sampling techniques and retrospective data collection. The sample in this were all 58
sheets of compounding prescription for children in the form of pulveres. The results of the study
have shown that all prescription dosage forms are powder, the strength of the drug is entirely listed
on the prescription. Based on the literature, several prescriptions have the potential for instability,
namely prescriptions containing Ambroxol (1.72%), Cetirizine (3.44%), Codeine (1.72%),
Dexamethasone (1.72%), Methylprednisolone (3.44%) ), Isoniazid (1.72%), Metronidazole
(5.17%), Nifedipine (1.72%), Omeprazole (1.72%), Paracetamol (5.17%), Propylturacil (3.44%),
Ranitidine (3.44%), Rifampicin (1.72%), Salbutamol (10.34%), Tiprolidine HCl +
Pseudoephedrine HCl (3.44%), Vitamin B complex (1.72%), and Vitamin C ( 3.44%), and
obtained 1 sheet of prescription containing drugs that have the potential to experience
immiscibility, namely drug N. acetylcysteine and Erythromycin.
.
Keywords: Pediatric prescription, pharmaceutical aspects
PENDAHULUAN
Pasien anak (pediatri) merupakan pasien lansia. Salah satu poliklinik di Rumah Sakit
yang banyak memiliki jalur administrasi obat Umum Daerah Aeramo adalah Poliklinik Anak.
mulai dari oral dengan bentuk sediaan Resep racikan adalah resep yang diresepkan
pulveres, kapsul, sirup, inhalasi sampai pada pasien pediatri rawat jalan. Mengingat
parenteral. Pediatri rentan untuk memperoleh pasien pediatri lebih memilih berobat ke
penyakit sehingga seringkali mengalami Rumah Sakit, maka kesalahan dalam
kesakitan yang membutuhkan perawatan di penanganan resep mungkin dapat terjadi,
rumah sakit. Pediatri rentan menderita penyakit seperti kesalahan dalam Aspek Farmaseutik
dikarenakan sistem imun dan fungsi fisiologi yang meliputi bentuk sediaan, kekuatan
organ belum berkembang sempurna. Selain itu sediaan, stabilitas dan ikompatibilitas obat
pediatri merupakan tahap tumbuh kembang yang dapat mengganggu efikasi obat.
terhadap lingkungan dan aktivitas bermain Resep adalah suatu permintaan tertulis
dengan lingkungan sekitar yang tidak bisa dari dokter yang ditujukan kepada apoteker
dijamin higienitasnya. untuk membuat atau meracik obat dalam
Rumah sakit adalah institusi pelayanan bentuk sediaan tertentu yang selanjutnya
kesehatan bagi masyrakat. Rumah sakit diserahkan kepada pasien (Syamsuni, 2006).
memiliki pelayanan kefamasian yang Peracikan obat berdasarkan resep adalah suatu
menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu. proses menggabungkan, mencampur atau
Rumah Sakit Umum Daerah Aeramo adalah mengubah suatu bahan dalam pembuatan obat
satu-satunya Rumah Sakit yang berada di yang disesuaikan dengan kebutuhan individu
Kabupaten Nagekeo. Rumah Sakit Umum atau pasien. Obat racikan sampai saat ini masih
Daerah Aeramo adalah Rumah Sakit bertype C. diresepkan oleh dokter saat melakukan
Dibandingkan Puskesmas, masyarakat lebih pelayanan kesehatan terhadap pasien pediatri.
memilih untuk berobat secara langsung ke Bentuk racikan yang banyak diresepkan adalah
Rumah Sakit, baik dari anak-anak hingga dalam bentuk sediaan padat yaitu pulveres.
Obat racikan biasanya diberikan pada pasien Aeramo Mbay Nagekeo Provinsi NTT. Dimana
pediatri dikarenakan pasien pediatri sulit untuk penelitian ini dilakukan berdasarkan masalah-
menelan obat. masalah peresepan pada resep racikan non
Namun demikian, resep racikan terdiri steril pada pasien pediatri yang sering terjadi
dari banyak komponen sehingga yang telah dibuktikan oleh penelitian
mengakibatkan produk akhir dari sediaan sebelumnya yang ditinjau dari aspek
racikantidak diketahui dengan pasti kandungan farmaseutik. Sehingga mendasari penelitian ini
kompleksnya, dimana dapat memungkinkan yang dilakukan di Rsud Aeramo Mbay
terjadinya masalah yang meliputi masalah Nagekeo Provinsi NTT.
ketidakseragaman dosis, ketidakstabilan kimia,
fisika dan kemungkinan terdapat cemaran METODE PENELITIAN
mikroba yang dapat mempengaruhi efikasi dan Penelitian yang dilakukan merupakan
keamanan obat . Maka dari itu perlu dilakukan penelitian observasional dengan pengambilan
pengawasan dalam menjaga kualitas sediaan data secara retrospektif.Teknik pengambilan
racikan pulveres. sampel yang digunakan dalam penelitian ini
Masalah pelayanan resep pada aspek adalah teknik Purposive sampling, yakni teknik
kesesuaian farmaseutik yang meliputi bentuk pengambilan sampel yang berdasarkan atas
sediaan, kekuatan sediaan, stabilitas dan suatu pertimbangan tertentu seperti sifat-sifat
inkompatibilitas obat pada resep racikan anak populasi ataupun ciri-ciri yang sudah diketahui
sering terjadi. Ketidakstabilan suatu sediaan sebelumnya (Notoadmojo, 2010).
farmasi dapat dideteksi melalui perubahan sifat Pengumpulan Data
fisika, kimia serta penampilan dari suatu Dikumpulkan semua resep pasien pediatri
sediaan farmasi. Besarnya perubahan kimia di RSUD Aeramo Mbay Nagekeo Provinsi
sediaan farmasi ditentukan dari laju penguraian NTT periode Mei – Oktober 2020. Kemudian
obat melalui hubungan antara kadar obat dilakukan pemilihan resep racikan non steril
dengan waktu, atau berdasarkan derajat pada pasien pediatri sesuai dengan kriteria
degradasi dari suatu obat yang jika dipandang inklusi dan eksklusi.
dari segi kimia, stabilitas obat dapat diketahui Pengolahan Data
dari ada atau tidaknya penurunan kadar selama Data yang telah disampling berdasarkan
penyimpanan (Ansel, 1989; Lachman et al, kriteria inklusi dan eklusi selanjutnya
1994). Inkompatibilitas merupakan suatu dilakukan pengakajian berdasarkan pustaka.
kejadian obat yang tidak tercampurkan secara Data yang diperoleh dibuat dalam tabulasi
fisika maupun kimia dan berakibat pada menggunakan Aplikasi Statistik dengan metode
hilangnya potensi, meningkatnya toksisitas analisis data Descriptive statistics Frequencies
atau efek samping yang lain sesuai aspek-aspek farmaseutik resep yang
(Rochjana,2019).Hal ini dibuktikan dengan diamati.
adanya beberapa penelitian yang telah Analisis Data
dilakukan sebelumnya. Berdasarkan penelitian Data yang diperoleh kemudian dilakukan
yang dilakukan oleh Rochjana (2019), masalah analisis dengan menggunakan Metode anaslisis
inkompatibilitas obat pada resep racikan Descriptive statistics Frequencies yang
pediatri rawat jalan disalah satu rumah sakit di menggambarkan kesesuaian atau tidaknya
Kabupaten Bogor Sebesar 3,4 %.Laporan lain terkait aspek farmaseutik.
dalam penelitian Octavia, (2011) mendapatkan Kriteria Inklusi
kesalahan penulisan bentuk sediaan sebanyak Kriteria inklusi pada penilitian ini yaitu :
60,2%, rute pemberian 84,2% dan frekuensi 1. Resep pediatri yang mengandung racikan.
penggunaan obat 75,5%. Penelitian oleh Ali, 2. Resep dengan bentuk sediaan pulveres
dkk.( 2014) menyatakan bahwa kejadian 3. Resep racikan pasien pediatri yang
kesalahan penulisan resep mencakup tidak mendapatkan ≥ 1 macam obat.
adanya pencantuman dosis sebanyak 53,36%, 4. Resep racikan pediatri di instalasi Rawat
kekuatan sediaan sebanyak 11,80%, dan dosis Jalan.
yang salah sebanyak 21,36%. Dan pada Kriteria Eksklusi
penelitian Kurniawan (2013) menunjukkan Kriteria eksklusi pada penelitian ini yaitu:
perubahan stabilitas fisika sebesar 100%. 1. Tulisan Dokter yang tidak dapat dibaca
Dari penelitian-penelitian yang telah dengan jelas.
dilakukan sebelumnya, maka dilakukan 2. Resep racikan yang berasal dari luar RSUD
penelitian ini yaitu mengenai Studi Kesesuaian Aeramo Mbay Nagekeo Provinsi NTT
Farmaseutik Resep Racikan Non Steril Pada
Pasien Pediatri Di Instalasi Rawat Jalan Rsud
HASIL DAN PEMBAHASAN dilakukan pengkajian masing-masing obat
Penelitian ini adalah penelitian tentang berdasarkan literatur megenai aspek
pengkajian resep racikan non steril pada pasien farmaseutik. Di Indonesia resep racikan
pediatri yang ditinjau dari aspek farmaseutik diberikan pada pasien peditatri, dikarenakan
yang dilihat dari bentuk sediaan, kekuatan pasien pediatri memiliki sitem imun dan fungsi
sediaan, stabilitas dan inkompatibilitas obat fisiologi organ yang belum berkembang
berdasarkan literatur. sempurna sehingga sulit untuk menelan obat
Resep racikan non steril pasien pediatri dan dokter memberikan resep racikan sebab
di instalasi rawat jalan di kumpulkan dari peracikan obat umumnya menjadi solusi
Instalasi Farmasi RSUD Aeramo, kemudian terhadap keterbatasan formula obat untuk anak.
A. Profil Peresepan
Tabel 1. Profil Peresepan Resep Anak Berdasarkan Lembar Resep di Instalasi Rawat Jalan
Rumah Sakit Umum Daerah Aeramo Mbay Nagekeo Periode Mei 2020 – Oktober
2020
No Bulan Jumlah Lembar Resep
1. Mei 2020 15
2. Juni 2020 34
3. Juli 2020 38
4. Agustus 2020 40
5. September 2020 39
6. Oktober 2020 50
Total 216
Pada tabel 1 dapat dilihat bahwa dalam jumlah lembar resep sebanyak 50 lembar
penelitian ini periode Mei 2020 - Oktober resep. Dari 216 populasi yang telahh
2020 didapatkan jumlah populasi resep anak didapatkan dari penelitian ini, selanjutnya
di Intalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum dilakukan pengambilan sampel dengan
Daerah Aeramo adalah 216 lembar resep, menggunakan teknik Purposive sampling.
dengan total resep anak paling banyak Sampel yang dideroleh dalam penelitian ini
terdapat pada bulan Oktober 2020 dengan dapat dilihat pada Tabel 2 berikut.
Tabel 2 : Profil Peresepan Resep Racikan Anak Berdasarkan Lembar Resep di Instalasi Rawat
Jalan Rumah Sakit Umum Daerah Aeramo Mbay Nagekeo Periode Mei 2020 – Oktober
2020.

Sampel
Bulan Lebih dari 1 1 obat Total Presentase
No Obat
1. Mei 2020 1 1 2 3,44%
2. Juni 2020 3 6 9 15,51%
3. Juli 2020 5 7 12 20,68%
4. Agustus 2020 2 6 8 13,79%
5. September 2020 8 10 18 31,03%
6. Oktober 2020 7 2 9 15,51%
Total 26 32 58 100%
Dalam penelitian ini diperoleh Jumlah 1 obat dengan total 32 lembar resep memiliki
sampel resep racikan non steril adalah 58 persentase sebesar 55,2 %, dimana total
lembar resep. Lembar resep racikan non steril persentase adalah 100% yang mana masing-
pasien pediatri paling banyak terdapat pada masiing variabel memiliki interval kebenaran
bulan September 2020 dengan resep racikan yang mendukung untuk menunjukkan bahwa
sebanyak 18 lembar resep dan presentase sampel yang diperoleh 100% benar atau valid.
31,03%. Pada lembar resep racikan pediatri,
Dengan Berdasarkan analisa statisktik Profil identitas pasien yang di cantumkan
dengan metode Descriptive statistics hanya Jenis kelamin dan Berat Badan,
Frequencies diketahui bahwa selama periode sedangkan umur dari pasien tidak dicantumkan.
penelitian Mei-Oktober 2020 sampel yang Profil identitas pasien yang menggunakan resep
lebih dari 1 obat dengan total 26 lembar resep racikan obat berdasarkan jenis kelamin dapat
memiliki persentase sebesar 44,8% dan untuk dilihat pada table 3.
Tabel 3 Profil Peresepan Resep Racikan Non Steril Pasien Pediatri Berdasarkan Jenis Kelamin
Periode Mei - Oktober 2020
No Identifikasi Jenis Kelamin Jumlah Lembar Resep Presentase
1. Laki-laki 26 44,82 %
2. Perempuan 32 55,17%
Total 58 100%

Pencantuman jenis kelamin dalam resep di cantumkan adalah Berat Badan. Tujuan
sangat penting dikarenakan memudahkan pencantuman Berat Badan adalah untuk
dalam mengenal pasien laki-laki atau melihat kembali ketepatan dosis obat yang
perempuan. Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa digunakan, dalam beberapa obat penggunaan
Jumlah pasien anak laki-laki yang dosis harus disesuaikan dengan berat badan
mendapatkan resep sebanyak 26 lembar resep pasien, khususnya peresepan obat untuk anak-
dengan presentase 44, 82 % dan pasien anak anak (Rauf,2020). Profil identitas pasien yang
perempuan sebanyak 32 lembar resep dengan menggunakan resep racikan obat berdasarkan
presentase 55,17 %.Berdasarkan tabel 3 dapat interval Berat Badan di buat berdasarkan
diketahui bahwa pasien anak yang lebih pembagian berat badan anak menurut WHO.
mendominasi adalah dengan jenis kelamin Profil identitas pasien yang menggunakan resep
perempuan. racikan obat berdasarkan interval Berat Badan
Profil identitas pasien yang selanjutnya dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4 Profil Peresepan Resep Racikan Non Steril Pasien Pediatri Berdasarkan Berat Badan
Periode Mei - Oktober 2020
No Interval Berat Badan (Kg) Jumlah Lembar Resep Presentase
1. 3-5 11 18,96 %
2. 5-7 5 8,62 %
3. 7-9 25 43,10%
4. 10-12 6 10,34%
5. 12-14 1 1,72 %
6. 14-16 6 10,34%
7. 16-18 0 0
8. 18-20 2 3,44 %
9. 20-22 1 1,72 %
10. 22-24 0 0
11. 24-26 0 0
12. 26-28 1 1,72 %
13. 28-30 1 1,72 %
Total 58 100%
Pada tabel 4 dapat dilihat bahwa pasien obat dalam lembar resep racikan pasien pediatri
pediatri yang banyak mendapatkan resep rawat jalan yaitu Kemoterapeutik ( antibiotik
racikan adalah pasien pasien pediatri dengan dan antivirus), Sistem Respirasi (mukolitik,
berat badan pada interval Berat Badan 7-9 Kg antihistamin, bronkodilator dan Antitusif),
dengan jumlah resep sebanyak 25 lembar resep Kardiovaskular (Diuretik dan Antihipertensi),
dengan presentase 43,10 %. Vitamin, Endokrin (Antitiroid dan
Resep racikan pasien pediatri rawat kortikosteroid), Saluran cerna (Antasida),
jalan diberikan seseuai dengan penyakit yang NSAID (analgesik–antipiretik), SSP
diderita oleh pasien. Setiap resesp racikan yang (Antikovulsan, Antipsikotik, Antidepresan)
diberikan memiliki berbagai kelas terapi obat Anti Tuberkulosis dan Pelarut batu empedu,
dengan jenis obat yang berbeda-beda. Dimana dengan obat kelas terapi yang sering
kelas terapi obat dan jenis obat yang diresepkan adalah kelas terapi kemoterapeutik
diresepkan pada resep racikan pasien pediatri (Antibiotik) dengan jumlah resep sebanyak 10
dapat dilihat pada tabel 5 dan 6. lembar resep dengan presentase sebesar 17,24
Pada tabel 5 terdapat 10 kelas terapi %.
Tabel 5 Profil Kelas Terapi Obat yang di Racik di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum
Daerah Aeramo Mbay Nagekeo Periode Mei 2020 – Oktober 2020
No Kelas Terapi Jumlah Resep Presentase
1. Kemoterapeutik Antibiotik 10 17,24 %
Antivirus 2 3,44 %
2. Sistem Respirasi Mukolitik 9 15,51 %
Bronkodilator 6 10,34%
Antitusif 1 1,72 %
Antihistamin 4 6,89 %
3. Kardiovaskular Diuretik 4 6,89 %
Antihipertensi 2 3,44 %
4. Vitamin 3 5,17 %
5. Endokrin Kortikosteroid 3 5,17 %
Antitiroid 2 3,44 %
6. Saluran Cerna Antasida 3 5,17 %
7. NSAID Analgesik antipiretik 3 5,17 %
8. SSP Antikonvulsan 2 3,44%
Antidepresan 1 1,72 %
Neuroleptik 1 1,72 %
9. Anti Tuberkulosis 1 1,72 %
10. Pelarut batu empedu 1 3,44%
Total 58 100%

Tabel 6 Profil Jenis Obat yang diracik pada Resep Racikan Anak di Instalasi Rawat Jalan Rumah
Sakit Umum Daerah Aeramo Mbay Nagekeo Periode Mei 2020 – Oktober 2020.
No Nama Obat Jumlah Resep Obat Persentase
1. N. acetylcysteine 8 13,79%
2. Salbutamol 6 10,34%
3. Paracetamol 3 5,17%
4. Isoniazid 2 3,44%
5. Sprironolakton 2 3,44%
6. Urdafalk 1 1,72%
7. Metrodinazole 3 5,17%
8 Furosemid 2 3,44%
9 Metylprednisolon 2 3,44%
10 Cetrizine 2 3,44%
11 Cefixime 1 1,72%
.
12 Vit. C (Asam Askorbat) 2 3,44%
.
13 Triprolidine HCl dan Pseudoefedrin HCl 2 3,44%
.
14 Eritromisin 2 3,44%
.
15 Dexamethasone 1 1,72%
.
16 Acyclovir 2 3,44%
.
17 Amoxicillin 1 1,72%
.
18 Ranitidin 2 3,44%
.
19 Propiltuirasil 2 3,44%
.
20 Phenobarbital 1 1,72%
.
21 Vit. B kompleks 1 1,72%
.
22 Lisinopril 1 1,72%
.
23 Prazinamid 1 1,72%
.
24 Amitriptilin 1 1,72%
.
25 Codein 1 1,72%
.
26 Ambroxol 1 1,72%
.
27 Haloperidol 1 1,72%
.
28 Fenitoin 1 1,72%
.
29 Omeprazole 1 1,72%
.
30 Rifampfisin 1 1,72%
.
31 Nipedifin 1 1,72%
.
Total 58 100 %
Jenis obat perlu diketahui agar yang tidak stabil serta lingkungan dan pola
memudahkan peneliti dalam mengolah data hidup yang kurang sehat. Disisi lain banyak
untuk menentukan aspek farmaseutik dari resep penduduk Nagekeo yang tinggal didaerah
racikan pasien pediatri. Jenis obat yang pegunungan dimana pada daerah pegunungan
diresepkan pada resep racikan pasien pediatri memiliki suhu yang dingin. Anak-anak yang
dapat dilihat pada Tabel 6. tidak tahan terhadap suhu tersebut akan mudah
Hasil analisis data menggunakan untuk terserang penyakit terutama pada saluran
metode Descriptive statistics Frequencies pernafasannya sehingga mengakibatkan banyak
menunjukkan terdapat 31 jenis obat yang pasien pediatri dengan keluhan pada area
diperoleh dalam penelitian ini, dengan jenis pernafasannya.
obat yang sering diresepkan adalah N. Resep racikan dapat mengandung satu
Acetylcysteine (21,6%) dan Salbutamol obat ataupun lebih obat. Untuk melihat ada
(16,2%). N. Acetylcysteine adalah obat tidaknya potensi inkompatibilitas pada resep
golongan kelas terapi mukolitik yang racikan maka perlu diketahui obat apa saja
digunakan untuk mengencerkan dahak pada yang dikombinasi resep racikan pasien pediatri
saluran pernafasan sedangkan salbutamol di instalasi rawat jalan RSUD Aeramo.
adalah bronkodilator golongan β2-agonis yang Kombinasi obat pada peresepan Resep racikan
digunakan untuk mengobati asma. Adapun non steril pasien peditari yang dikombinasi
alasan anak-anak banyak menderita penyakit berbeda-beda dapat dilihat pada tabel 7.
pada saluran pernafasan, dikarenakan Cuaca
Tabel 7. Pofil Peresepan Resep Racikan Pediatri Non Steril Berdasarkan Kombinasi Resep Obat
Racikan yang Berbeda
No Jenis kombinasi Obat Jumlah Presentase
Resep Kombinasi
Obat
1. N. Acetylcysteine + Salbutamol+ Metylprednisolon 1 3,84%
2. Phenobarbital + Sprinolakton + Furosemid 1 3,84%
3. N. Acetylcysteine + Salbutamol 8 30,76%
4. N. Acetylcysteine + Salbutamol+ Cetrizine 1 3,84%
5. Cefixime + Paracetamol 1 3,84%
6. Vit. C+ (Triprolidine HCl dan Pseudoefedrin HCl) 1 3,84%
7. N. acetylcysteine + Vit.C 1 3,84%
8. Vit. B kompleks+B1+B6+B12 1 3,84%
9. N. Acetylcysteine + Ursodeoxycholic Acid 2 7,69%
10. N. Acetylcysteine + Salbutamol+ Eritromicin 1 3,84%
11. Furesemid + Lisinopril + Sprinolakton 1 3,84%
12.
N. acetylcysteine + Triprolidine HCl dan Pseudoefedrin HCl 1 3,84%
13. Rimpafisin+ Isoniazid+ Pyrazinamide 1 3,84%
14. PCT + Amitriptilin + Codein 1 3,84%
15. PCT + Dexamethason 1 3,84%
16. Cetrizine + Salbutamol 1 3,84%
17. Ambroxol + Salbutamol 1 3,84%
18. Amoxicillin + cetirizine + dexamethasone 1 3,84%
Total 26 100%
Tabel 7 menunjukkan bahwa jumlah 2007, RPS21th dan Brithis pharmacope 2016 .
kombinasi resep racikan anak non steril yang Pada penelusuran pustaka yang
berbeda sebanyak 18 kombinasi obat pada dilakukan dalam penelitian ini di dapatkan data
resep yang mengandung dua sampai tiga obat stabilitas dan kompatibilitas yang berkaitan
didalamnya, dengan kombinasi obat yang dengan obat yang terdapat di dalam resep
sering diresepkan berulang terdapat 8 lembar racikan pasien pediatri di Instalasi rawat jalan
resep dengan presentase sebesar 30,67% Rumah Sakit Umum Daerah Aeramo dimana
dengan jenis kombinasi didalamnya adalah N. data ini merupakan data awal yang menjadi
acetylcysteine + salbutamol. dasar untuk menganalisa potensi kemungkinan
Setelah ditentukan profil peresepan pada terjadinya instabilitas (ketidakstabilan) dan
data penelitian, selanjutnya dilakukan studi Inkompatibilitas.
kesesuiana farmaseutik. Berdasarkan Penulusuran pustaka
B. Studi Kesesuaian Farmaseutik diketahui bahwa ada beberapa obat yang
Berdasarka Peraturan Menteri mengalami higroskopis. Higroskopis adalah
Kesehatan RI No. 72 tahun 2016 tentang kemampuan suatu bahan untuk menarik dan
pelayanan kefarmasian di rumah sakit, aspek mengikat molekul air dari udara atmosfer yang
farmaseutik meliputi bentuk sediaan, kekuatan ada di lingkungan sekitar pada suhu kamar
sediaan, stabilitas dan inkompatibilitas obat. (Arigo et al 2018).
Bentuk sediaan dari penelitian ini sudah Stabilitas produk farmasi tergantung
diketahui dengan jelas bahwa sediaan akhir pada faktor-faktor Lingkungan seperti suhu,
yang diteliti adalah pulveres. Dimana bentuk kelembababan, dan cahaya; pada sisi lain dapat
sediaan obat yang yang didapatkan dalam disebabkan karena adanya faktor-faktor yang
penelitian ini adalah 100% dalam bentuk tablet berhubungan dengan produk, seperti sifat kimia
yang sediaan akhirnya 100% dalam bentuk dan fisika dari bahan aktif dan eksipien, bentuk
puyer atau pulveres. Dan untuk kekuatan sediaan dan komposisinya. Seperti kita ketaui
sediaan 100% tidak dicantumkan pada setiap bahwa dalam pembuataan obat, suatu industri
lembar resep (dicantumkan tetapi bukan tulisan farmasi telah mempertimbangkan semua
dokter melainkan apoteker), tetapi dokter tahapan untuk membuat suatu obat mulai dari
mencantumkan dosis pada setiap obat sehingg awal obat di formulasi sampai pada tahap
apoteker dapat memilih kekuatan sediaan yang pengemasan agar zat aktif yang dibuat dalam
sesuai untuk digunakan. Dokter menyerahkan bentuk sediaan tetap dalam keadaan stabil.
sepenuhnya kepada Apoteker dalam Dengan adanya peracikan, zat aktif obat yang
menentukan kekuatan sediaannya asalkan bersifat higroskopis dapat mempengaruhi
dosisnya tercapai, maka tidak terjadinya kestabilan dari obat itu sendiri. Suatu sediaan
kesalahan dalam kekuatan sediaan. Pada yang telah dibuat sedemikian rupa agar
penelitian ini, instabilitas obat dapat terjadi stabilitasnya terjaga potensi terjadinya
pada resep racikan yang mengandung satu obat perubahan stabilitas sangat mungkin karena
atau lebih. dalam peracikan dilakukan proses
Pengolahan data mengenai stabilitas dan penghancuran, pencampuran dan pengemasan
inkompatibilitas obat pada resep racikan non kembali, dalam proses tersebut zat aktif obat
steril pada pasien pediatri di instalasi rawat tentunya terpapar di udara, terpapar cahaya dan
jalan RSUD Aeramo, ditinjau berdasarkan terpapar kelembaban. Adapun Resep Racikan
berbagai literatur yaitu Martindale 36th, Non Steril pada pasien Pediatri yang
Pharmaceutical Codex Twelfth Edition, berpotensi tidak stabil karena higroskopis pada
Farmakope Indonesia Edisi VI, Excipient 6th penelitian ini dapat dilihat pada tabel 8.
edition, Handbook of Vitamins fourth edition
Tabel 8 Resep Racikan Non Steril Pasien Pediatri yang berpotensi tidak stabil karena higroskopis
Periode Mei-Oktober 2020
No Nama Obat Jumlah Resep yang Mengandung obat
Higroskopis
1. Asam askorbat (Vit.C) 2
2. Triprolidine HCl dan Pseudoefedrin 2
HCl
3. Eritromisin 2
4. Ranitidin hydrochloride 2
5. Vit. B kompleks (Thiamine) 1
Total 9
Presentase instabilitas 15,51 %
Beberapa obat pada penelitian ini yang menyerap air dari udara, sehingga pada saat
mengalami higroskopis yaitu Vitamin C , dicampurkan dengan obat-obat lain serbuk
Vitamin B kompleks yang dimana akan menjadi basah, obat ini sebaiknya
mengandung zat aktif (vitamin B1 (Thiamine) disimpan dalam wadah tertutup rapat agar
yang bersifat higroskopis) menurut Brithis dapat memperlambat basahnya serbuk. Obat-
pharmacope 2016, Ranitidin hydrochloride, obat yang dipengaruhi kelembapan dapat
Tiprolidine HCl+Pseudoefedrin HCl dan obat memicu pertumbuhan mikroba, merusak
Eritromycin yang bersifat higrokopis menurut estetika dan merusak bahan aktif. Adapun
martindale 36th. Menurut penelitian Potensi persenan instabilitas pada penelitian ini
Nurjannah,2021 menyatakan bahwa Vitamin C adalah pada obat Vitamin C 3,44%, Vitamin
mempunyai sifat higroskopis dan tidak tahan B1 1,72%, Tremenza 3,44% dan Ranitidin
terhadap kelembapan dan Ranitidin HCL HCL 3,44%.
merupakan senyawa higroskopis yang Pada hasil penelusuran pustaka secara
mengabsorbsi kelembapan dari lingkungan. stabilitas terdapat obat yang sensitif terhadap
Tremenza yang mengandung bahan cahaya seperti Metilprednisolone, Nifedipin,
Triprolidine HCl dan Pseudoefedrin HCl, dan Metronidazole karena stabilitas dari obat
meskipun disimpan dalam wadah tertutup rapat tersebut dipengaruhi oleh adanya cahaya
masih bisa mengalami penurunan stabilitas (fotolisis). Obat Metronidazole berubah
(Kurniawan 2013). Tremenza yang menjadi gelap ketika terpapar cahaya,
mengandung zat aktif Triprolidine HCl dan Haloperidol bersifat sensitif terhadap cahaya
Pseudoefedrin HCl bersifat higrokopis, dan Rifamipisin yang tidak stabil terhadap
menurut penelitian Kurniawan BR (2013) cahaya, panas, udara dan kelembapan dimana
bahwa tremenza bersifat Hygroskopik ini sesuai dengan penenelitian yang telah
(kemampuan suatu zat untuk menyerap dilakukan oleh Yanti et al, 2016. Adapun obat-
molekul air dari lingkungan sehingga terjadi obat yang mengalami fotolisis pada penelitian
lembab) dan deliquescent (kemampuan suatu ini dapat dilihat pada tabel 9 berikut.
zat menyerap kelembaban dari atmosfer
sehingga zat tersebut menjadi cair) akan
Tabel 9 Resep Racikan Non Steril Pasien Pediatri yang berpotensi tidak stabil karena sifat fotolisis
Periode Mei - Oktober 2020
No Nama Obat Jumlah Resep Yang Mengandung Obat
Fotolisis
Salbutamol 6
Paracetamol 3
Isoniazid 2
Metrodinazole 3
Metylprednisolon 2
Cetrizine HCl 2
Vitamin C 2
Triprolidine HCl+ 2
Pseudoefedrin HCl
Dexamethasone 1
10. Ranitidin 2
11. Propiltuirasil 2
12. Vitamin B kompleks (Pyridoxine) 1
13. Amitriptylin 1
14. Codein 1
15. Ambroxol 1
16. Haloperidol 1
17. Omeprazole 1
18. Rimfampisin 1
19. Nipedifin 1
Total 35
Persen instabilitas 60.34%
Dari tabel 9 dapat dilihat bahwa terdapat paracetamol harus di simpan pada suhu kurang
obat yang mengalami fotolisis dan tidak dari 45 lebih disukai antara 15-30 oC dan
mengalami fotolisis. Obat mengalami fotolisis amoxicillin harus disimpan pada suhu 20 oC
artinya obat tersebut dipengaruhi oleh adanya atau lebih rendah. Apotek Rumah Sakit Umum
cahaya sedangkan tidak mengalami fotolisis Daerah Aeramo sendiri memiliki pengatur suhu
(Non fotolisis) artinya tidak dipengaruhi oleh ruangan yang Baik yaitu dengan menjaga suhu
cahaya. Obat yang mengalami fotolisis akan ruangan dengan suhu 25oC, dengan kondisi
mengalami perubahan warna, bau, tekstur, seperti ini dimana suhu ruangan yang terjaga
bentuk atau penampilan. Untuk mengatasi maka memungkinkan tidak terjadinya potensi
bahan obat yang tidak stabil terhadap cahaya instabilitas suhu terhadap sediaan obat racikan.
matahari atau sinar UV, pada saat proses Potensi persenan instabilitas fotolisis pada
pembuatan dan penyimpanan harus dijauhkan penelitian ini adalah yaitu Ambroxol (1,72%),
dari jangkauan sinar matahari dan tidak boleh Cetirizine (3,44%), Codein (1,72 %),
dikemas dalam plastik klip biasa karena dapat Dexametasone (1,72 %), Metilprednisolone
merusak obat. (3,44%), Isoniazid (1,72 %), Metronidazole
Tabel 9 menunjukkan bahwa Obat yang (5,17%), Nifedipin (1,72 %), Omeprazole
mengalami fotolisis yaitu Obat Ambroxol, (1,72%), Paracetamol (5,17%), Propilturasil
Amitriptylin, Cetirizine, Codein, Haloperidol, (3,44%), Ranitidin (3,44%), Rifampisin (1,72
Isoniazid, Metilprednisolone, Metronidazole, %), Salbutamol (10,34%), Tiprolidin
Nifedipin, Omeprazole, Paracetamol, HCl+Pseudoefedrin HCl (3,44%), Vitamin B
Propilturasil, Ranitidin, Rifampisin, kompleks (1,72%), dan Vitamin C (3,44%).
Salbutamol, Triprolidin HCl+Pseudoefedrin Dalam proses peracikan puyer, biasanya
HCl, Vitamin B kompleks dari B 6 melakukan perubahan bentuk sediaan dengan
(Pyridoxine) dan vitamin C stabilitasnya membentuk sediaan lainnya (tablet diubah
dipengaruhi oleh adanya cahaya dimana menjadi bentuk serbuk, menjadi bentuk larutan,
mengakibatkan terjadi fotodegrasi pada obat. bentuk suspensi dan lain-lain). Perlakuan
Obat vitamin B Kompleks yang memiliki tersebut dapat merubahn stabilitas suatu obat.
kandungan zat aktif Vitamin B6 Menurut Dimana stabilitas produk farmasi dapat
Handbook of Vitamin Fourth edition vitamin dipengaruhi oleh lingkungan seperti cahaya,
B6 bersifat fotosensitif dimana jika terpapar suhu dan kelembapan.
cahaya mengakibatkan hilangnya efektifitas Selain stabilitas obat yang dapat
dari vitamin B6. Selain itu adapun obat mengalami perubahan, inkompatibilitas obat
Nifedipine menurut The Pharmaceutical mungkin akan terjadi. Inkompatibilitas adalah
Codex Twelfth Edition apabila terkena cahaya ketidakcampuran obat baik secara fisika
siang hari dan cahaya buatan dengan panjang maupun kimia dan akan berakibat hilangnya
gelombang tertentu, maka dengan mudah efek terapi serta dapat meningkatkan toksisitas
berubah menjadi turunan ataupun efek samping lainnya. Inkompatibilitas
nitrosophenylpyridine. dapat terjadi pada resep racikan yang
Potensi instabilitas yang di pengaruhi mengandung lebih dari satu obat. Pada
oleh hidrolisis karena suhu yaitu obat penelitian ini obat yang berpotensi mengalami
Paracetamol dan Amoxicillin menurut AHFS inkompatibilitas dapat dilihat pada tabel 10
Drug Information 2004 dimana obat berikut.
Tabel 10. Resep Racikan Non Steril Pasien Pediatri yang berpotensi inkompatibilitas pada obat-
obat kombinasi Periode Mei 2020 - Oktober 2020.
Jenis Kombinasi Obat Jumlah Resep Yang Berpotensi
Inkompatibilitas
N. acetylcysteine + Salbutamol+ 1
Eritromisin
Persen Inkompatibilitas 3,84%
Pada tabel 21 dapat dilihat bahwa terdapat inkompatibilitas sebesar 3,84%. Potensi
satu lembar resep yang berpotensi mengalami Inkompatibilitas dari obat N. acetylcysteine +
inkompatibilitas yaitu racikan obat N. Salbutamol + Eritromisin menyebakan
acetylcysteine + Salbutamol + Eritromicin hilangnya efek terapi dan meningkatkan
yang berjumlah 1 lembar resep dengan persen toksisitas pada obat. Menurut Martindale36th
menyatakan bahwa Asetilsistein tidak cocok Pseudoefedrin HCl (3,44%), Ranitidin
dengan beberapa logam, termasuk besi dan (3,44%), dan Eritromisin (3,44%).
tembaga, dengan karet, dan dengan oksigen b. Obat yang berpotensi mengalami
dan zat pengoksidasi. Beberapa antimikroba instabilitas Fotolisis yaitu Ambroxol
termasuk amfoterisin B, natrium ampisilin, (1,72%), Cetirizine (3,44%), Codein
eritromisin laktobionat, dan beberapa (1,72 %), Dexametasone (1,72 %),
tetrasiklin secara fisik tidak sesuai dengan, atau Metilprednisolone (3,44%), Isoniazid
mungkin dinonaktifkan pada campuran dengan (1,72 %), Metronidazole (5,17%),
asetilsistein.. Berdasarkan penjelasan literatur, Nifedipin (1,72 %), Omeprazole
peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa (1,72%), Paracetamol (5,17%),
potensi inkompatibilitas pada resep tersebut Propilturasil (3,44%), Ranitidin
dapat terjadi (3,44%), Rifampisin (1,72 %),
Menurut buku Excipient 6th edition Salbutamol (10,34%), Triprolidine HCl
Vitamin C Inkompatibel terhadap alkali, ion + Pseudoefedrin HCl (3,44%), Vitamin
logam berat, terutama tembaga dan besi, bahan B kompleks (1,72%), dan Vitamin C
pengoksidasi, methenamine, phenylephrine (3,44%).
hydrochloride, pyrilamine maleate, 3. Keseusaian dari segi Inkompatibilitas
salicylamide, sodium nitrit, sodium salicylate, ditemukan 3,84% resep (1 lembar resep)
theobromine salicylate, dan picotamide, yang mengalami inkompatibilitas yaitu obat
dimana berdasarkan resep diatas tidak N. Acetylcysteine + Salbutamol +
ditemukan kombinasi Vitamin C dengan Eritromicin dan sebanyak 96,15 % (25
bahan-bahan yang diinkompatibelkan. lembar resep) di temukan pada sampel
Sementara untuk Ambroxol, Amoxicilin, penelitian ini berpotensi tidak mengalami
Cetirizine, Dexametasone, Metilprednisolone, inkompatibilitas.
Paracetamol, Nifedipin, Isoniazid, Furosemid,
Cefixime, Spironolakton, Lisinopril,
(Tiprolidin HCl+Pseudoefedrin HCl), SARAN
Ursodeoxycholic Acid, Acyclovir, Ranitidin, Adapun saran dalam penelitian ini yaitu:
Prazinamid, Phenobarital, Haloperidol, a. Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat
Fenitoin, Omeprazole dan Salbutamol tidak di dijadikan sebagai bahan pertimbangan
dapatkan inkompatibilitas dengan obat yang dalam penanganan resep racikan pasien
lain. Sehingga disimpulkan bahwa tidak terjadi pediatri dalam bentuk puyer.
inkompatibilitas pada kombinasi obat resep b. Untuk obat yang berpotensi mengalami
racikan tersebut yang berjumlah 25 lembar higroskopis sebaiknya disimpan dalam
resep dengan persen inkompatiilitas sebesar wadah kedap udara dan dalam proses
96,15%. pembuatannya ditambahkan bahan yang
bersifat adsorben, misalnya seperti
KESIMPULAN Saccharum lactis.
Berdasarkan hasil penelitian yang c. Untuk obat yang berpotensi mengalami
dilakukan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit fotolisis pada saat proses pembuatan dan
Umum Daerah Aeramo Periode Mei 2020 – penyimpanan harus dijauhkan dari
Oktober 2020 dapat ditarik kesimpulan bahwa jangkauan sinar matahari dan tidak boleh
Kesesuaian farmasetik yang diperoleh dikemas dalam plastik klip biasa karena
mengenai: dapat merusak obat. Sebaiknya disimpan
1. Kekuatan sediaan 100% tidak dicantumkan dalam wadah tertutup rapat dan terlindung
pada setiap lembar resep, tetapi dokter dari sinar matahari atau UV.
mencantumkan dosis pada setiap obat d. Untuk obat yang berpotensi mengalami
sehingga apoteker dapat memilih kekuatan inkompatibilitas, sebaiknya Dokter dan
sediaan yang sesuai untuk digunakan,maka Apoteker saling berkomunikasi dalam
tidak terjadinya kesalahan dalam kekuatan pemilihan obat yang tepat untuk pasien,
sediaan. sehingga tidak terjadinya potensi
2. Kesesuaian stabilitas terjadi potensi inkompatbilitas obat.
instabilitas berupa higroskopis dan fotolisis
obat pada resep. DAFTAR PUSTAKA
a. Obat yang berpotensi mengalami Ansel, H.C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan
instabilitas Higroskopis yaitu Vitamin Farmasi, diterjemahkan oleh
B kompleks (1,72%), Vitamin C, Farida Ibrahim, Asmanizar, Iis
(3,44%), Triprolidine HCl + Aisyah, Edisi keempat, UI
Press, Jakarta
Sweetman, S.C. 2009. Martindale: The
British Pharmacopoiea Commision. (2016). Complete Drug Reference 36th
British pharmacopoeia. edition,Pharmaceutical
London: The Pharmaceutical Press,London
Press.
Rochjana Anna U. H,Mahdi Jufri, Retnosari
David, B.T, 2005, Remington. The Scince and Andrajati, Ratu A. D. Sartika,
Practice of Pharmacy Edisi 21. 2019., Masalah Farmasetika dan
Lippincot William, Philadelpia Interaksi Obat pada Resep
Racikan Pasien Pediatri: Studi
Daftar Obat Esensial Nasional 2008, Retrospektif pada Salah Satu
Departemen Kesehatan Rumah Sakit di Kabupaten
Republik Indonesia, Jakarta Bogor, Jurnal Farmasi Klinik
Indonesia,Vol. 8 No. 1, hlm 42–
Kurniawan, B.R 2013, Stabilitas Resep 48, ISSN: 2252–6218
Racikan Yang Berpotensi
Mengalami Inkompatibilitas Rucker, R.B., Zempleni, J.,Suttie, J.W.,
Farmaseutik Yang Di Simpan McCormick, D.B. (2007).
Pada Wadah Tertutup Baik, Handbook of Vitamins, Fourth
Universitas Surabaya, Surabaya, Edition. CRC Press
Vol 2, no. 2, pp 9, 11-12.
Scoville 1957, The Art of Compounding, In
Lachman, L., Lieberman, H.A., and Kanig, McGraw-Hill Book Company
J.L., 1994, Teori dan Praktik Niath edition, New York, pp
Industri Farmasi, 436, 441 dan 450.
diterjemahkan oleh Suyatmi,
S., UI Press, Jakarta Syamsuni, H.A. 2006, Ilmu Resep, Penerbit:
Buku Kedokteran EGC,
Lund, Walter 1994, The Pharmaceutical codex, Jakarta.
12th edition, The
Pharmaceutical Press London. Yanti Aryanti, Fetri Lestari, Umi Yuniarni,
2016, Studi Peresepan Obat
Mc Evoy, GK 2004, AHFS Drug Information, Racikan Untuk Anak di Satu
Bethesda, American Society of Klinik di Kota Bandung: Kajian
Health System Pharmacists. Permasalahn Stabilitas, Prodi
Farmasi, Fakultas Matematika
Notoatmodjo, S. 2010, Metodologi Penelitian dan Ilmu Pengetahuan Aalam,
Kesehatan, Rineka Cipta, Universitas Islam Bandung
Jakarta

Rauf Afrisusnawati., Hurria., Annisa Ika Muhri


Jannah, 2020, tudy of
Prescription Screening for
Administratives and
Pharmaceuticals Aspects at CS
Farma Pharmacy in the Period
June-December 2018, Vol. 3,
No. 1, Juni 2020, Hal. 33 – 39,
ISSN: 2654-7392, E-ISSN:
2654-6973

Rowe, R.C., Sheskey, P.J. and Owen, S.C,


2009, Handbook of
Phamrmaceutical Excipients
Sixth Edition. Pharmaceutical
Press,London

Das könnte Ihnen auch gefallen