Sie sind auf Seite 1von 4

Safitri 220360041

Hutan Lindung

PENDAHULUAN

Penyerapan karbon dioksida (CO2) melalui kegiatan rehabilitasi hutan dan penghijauan
dikarenakan Deforestasi oleh pihak yang tidak berwajib, pada negara-negara berkembang
termasuk di Indonesia, memiliki peran penting dalam mitigasi perubahan iklim. Banyak survei
dan kegiatan penelitian yang telah dilakukan untuk berkontribusi dalam konservasi hutan dan
penghijauan di daerah tropis salah satunya melalui kerja sama internasional antara Indonesia
dan Jepang yaitu dalam sebuah lembaga Japan International Cooperation Agency (JICA). Untuk
membuat masyarakat lokal tertentu di negara berkembang agar memahami pentingnya
konservasi hutan dan penghijauan (courtesy), hal ini adalah prasyarat untuk mendapatkan
penghidupan masyarakat lokal (makanan dan pakaian). Kunci keberhasilan dalam kegiatan
rehabilitasi adalah menciptakan aliran manfaat secara berkelanjutan bagi masyarakat lokal.
Inilah sebabnya mengapa proyek rehabilitasi harus menyiapkan rencana jangka panjang untuk
memperbaiki taraf hidup masyarakat setempat. Mengamankan hak guna lahan masyarakat lokal
untuk memanen penanaman pohon dengan produk kayu atau hak untuk mengumpulkan hasil
hutan bukan kayu yang merupakan kunci sukses. Harapannya adalah agar dapat membuat
jembatan antara reboisasi dan peningkatan mata pencaharian masyarakat lokal melalui kerja
sama internasional.

Namun, Deforestasi dan degradasi hutan yang terjadi secara terus menerus di negara-
negara berkembang disebabkan oleh perladangan berpindah, pembalakan liar oleh masyarakat
lokal untuk penghidupan atau mata pencaharian dan juga akibat kebakaran hutan dll. Hal itu
tidak akan terselesaikan kecuali masalah sosial dan ekonomi masyarakat lokal terselesaikan.
Praktik aktual untuk rehabilitasi hutan dan penghijauan dengan ukuran peningkatan taraf hidup
masyarakat setempat dianggap penting, berdasarkan suatu hasil penelitian akademis.
TEORI

Menurut bahasa, hutan lindung merupakan hutan yang mempunyai keadaan alam
demikian rupa sehingga pengaruhnya yang baik terhadap tanah, alam, dan tata air perlu
dipertahankan dan dilindungi.

Berdasarkan Undang-Undang RI No. 41 tahun 1999, hutan lindung didefinisikan sebagai


kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga
kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air
laut dan memelihara kesuburan tanah.

Berdasarkan Master Plan Kehutanan (1975/1976; Manan) hutan lindung dibagi menjadi
dua, yakni sebagai berikut:

1. Hutan lindung mutlak, yaitu hutan lindung karena keadaan alamnya sama sekali tidak
dapat atau tidak diperbolehkan melakukan pemungutan berupa kayu, tetapi hasil hutan
berupa kayu boleh dipungut.
2. Hutan lindung terbatas, yaitu hutan lindung karena keadaan alamnya dapat atau
diperbolehkan diadakan pemungutan hasil berupa kayu secara terbatas tanpa
mengurangi fungsi lindungnya.

Pengelolaan hutan lindung diatur dalam Peraturan Pemerintah no. 6 thn 2007 dan PP
no. 3 thn 2008. Pengelolaan ini mempunyai maksud meliputi: tata hutan dan penyusunan
rencana pengelolaan hutan lindung, pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan lindung,
rehabilitasi dan reklamasi hutan lindung dan perlindungan hutan dan konservasi alam di hutan
lindung. Tujuan dilakukannya pengelolaan kawasan lindung:

1. Meningkatkan fungsi lindung terhadap tanah, air, iklim, tumbuhan dan satwa serta nilai
sejarah dan budaya bangsa.
2. Mempertahankan keanekaragaman tumbuhan, satwa, tipe ekosistem dan keunikan
alam.

Sebagai kawasan yang dilindungi, pemerintah mengatur kriteria penetapan suatu


kawasan sebagai kawasan lindung berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia 44
tahun 2004 tentang Perencanaan Kehutanan, bahwa hutan lindung mempunyai enam kriteria :

1. Kawasan hutan yang mempunyai lereng lapangan 40 persen atau lebih.


2. Kawasan hutan yang mempunyai ketinggian di atas permukaan laut 2000 meter atau
lebih.
3. Kawasan hutan dengan faktor kelas lereng, jenis tanah dan intensitas hujan setelah
masing-masing dikalikan dengan angka penimbang mempunyai jumlah nilai skor 175
atau lebih.
4. Kawasan hutan yang mempunyai tanah sangat peka terhadap erosi dengan lereng
lapangan lebih dari 15 persen.
5. Kawasan hutan yang merupakan daerah resapan air.
6. Kawasan hutan yang merupakan daerah perlindungan pantai.
Dalam kriteria tersebut bisa disimpulkan bahwa fungsi utamanya untuk perlindungan
ekosistem, bukan untuk produksi kayu atau perolehan pendapatan dalam jumlah besar dalam
waktu yang singkat.

PEMBAHASAN
Reforestasi atau reboisasi adalah penanaman kembali hutan atau penghijauan hutan
dikarenakan kebakaran hutan yang berulang, hutan alam telah terdegradasi dan berubah
menjadi padang alang-alang dan semak belukar. Hal ini tentu sangat memprihatinkan karena
berkaitan dengan penurunan fungsi konservasi air dan keanekaragaman hayati. Pemanenan
kayu dilarang keras di hutan lindung bisa menyebabkan perladangan berpindah, pembalakan
liar oleh masyarakat lokal untuk penghidupan atau mata pencaharian dan juga akibat kebakaran
hutan dll. Serta digantikan dengan pohon karet, pohon rambutan hutan, pohon manggis hutan
atau pohon lain untuk penanaman berbagai spesies sehingga masyarakat bisa mendapatkan
keuntungan dari getah karet atau hasil pohon lainnya sebagai hasil hutan non kayu tanpa
menebang pohon dan buah-buahan dari pohon serbaguna yang ditanam tanpa memotong
pohon yang ditanam dengan cara berpartisipasi.

Tahapan-tahapan pada reforestasi hutan lindung ialah:

1. Pemilihan dan pengemasan bibit : pemilihan ialah memisahkan bibit yang baik dari bibit
yang jelek. Bibit yang baik adalah bibit yang memenuhi kriteria tertentu yang telah
ditetapkan. Sedangkan pengemasan ialah memasukkan bibit hasil seleksi ke dalam
keranjang atau tempat tertentu. Dengan kriteria kualitas bibit siap tanam yang menjadi
prioritas pertama untuk ditanam adalah:
1. Bibit dengan tinggi 30 cm dan umur 5-6 bulan;
2. Batang lurus, pucuk dalam keadaan dorman (tidur) dan tidak patah;
3. Batang semai kokoh dengan diameter pada leher akar minimal 3 mm;
4. Akar dengan media membentuk gumpalan kompak dan padat; dan
5. Bibit sehat, tidak terserang hama dan penyakit yang membahayakan.

2. Pemeliharaan dan proses aklimatisasi bibit di persemaian lapangan: pemeliharaan bibit


ialah kegiatan merawat dan memelihara bibit, agar tumbuh dengan baik dan berkualitas
serta mencegahnya dari serangan hama dan penyakit. Sedangkan aklimatisasi bibit
ialah penyesuaian bibit dengan kondisi cuaca yang terbuka seperti di lokasi penanaman.

3. Penanaman ialah kegiatan penghutanan kembali lahan kritis atau lahan terdegredasi
dengan menanami lokasi tersebut dengan jenis tanaman lokal yang dapat tumbuh di
tempat tersebut.

4. Pemeliharaan dan perlindungan tanaman ialah kegiatan merawat, menjaga dan


mendukung optimalnya pertumbuhan tanaman. Kegiatan pemeliharaan tanaman berupa
penyulaman bibit yang mati, pemeliharaan dengan penyiangan tanaman untuk
membebaskan tanaman dari gulma atau tumbuhan pengganggu lainnya, pemeliharaan
dengan pendangiran dan pemeliharaan dengan pencegahan dari bahaya kebakaran
serta hama dan penyakit.

Oleh karena itu, Tujuan reforestasi hutan lindung untuk meningkatkan kualitas kehidupan
masyarakat Indonesia yang dimana masyarakat dapat memperoleh manfaat langsung dari
pohon yang ditanam dengan memanen hasil hutan bukan kayu yang bisa menyebabkan hutan
menjadi gundul. Dimana fungsi utama pada hutan lindung ialah untuk perlindungan ekosistem.

DAFTAR PUSTAKA

1. Reforestasi Hutan Lindung Partisipatif; Universitas Wesada, Jepang &


Universitas Lambung Mangkurat, Indonesia, W- Bridge for development of global
environment; Mei 2017
2. Panduan Penanaman Pohon Program Reforestasi; Mahyudi Abdi dkk; Indonesia-
Australia Forest Carbon Partnership

Das könnte Ihnen auch gefallen