Sie sind auf Seite 1von 24
4. INSTRUMEN SURVEI AKREDITAS! KARS UNTUK PELAYANAN DAN ASUHAN PASIEN (PAP) Gambaran Umum Tanggung jawab rumah sakit dan staf yang terpenting adalah memberikan asuhan dan pelayanan pasien yang efektif dan aman. Hal ini membutuhkan komunikasi yang efektif, kolaborasi, dan standardisasi proses untuk memastikan bahwa rencana, koordinasi, dan implementasi asuhan mendukung serta merespons setiap kebutuhan unik pasien dan target. ‘Asuhan tersebut dapat berupa upaya pencegahan, paliatif, kuratif, atau interprofessional termasuk anestesia, tindakan bedah, pengobatan, terapi suportif, atau kombinasinya, yang berdasar atas pengkajian awal dan pengkajian ulang pasien. ‘Area asuhan risiko tinggi (termastk resusitasi dan transfusi) serta asuhan untuk pasien risiko tinggi atau kebutuhan populasi khusus yang membutuhkan perhatian tambahan. Asuhan pasien dilakukan oleh professional pemberi asuhan (PPA) dengan banyak disiplin dan staf klinis lain. Semua staf yang terfibat dalam asuhan pasien harus memiliki peran yang jelas, ditentukan oleh kompetensi dan kewenangan, kredensial, sertifikasi, hukum dan regulasi, keterampilan individu, pengetahuan, pengalaman, dan kebijakan rumah sakit, atau uraian tugas wewenang (UTW). Beberapa asuhan dapat dilakukan oleh pasien/keluarganya atau pemberi asuhan terlatih (caregiver). Pelaksanaan asuhan dan pelayanan harus dikoordinasikan dan diintegrasikan oleh semua profesional pemberi asuhan (PPA) dapat dibantu oleh staf klinis. Asuhan pasien terintegrasi dilaksanakan dengan beberapa elemen: a. Dokter penanggung jawab pelayanan (DPIP) sebagai pimpinan klinis/ketua tim PPA (clinical leader). b. PPA bekerja sebagai tim interdisiplin dengan kolaborasi_ interprofesional, menggunakan panduan praktik klinis (PPK), alur klinis/clinical pathway terintegrasi, algoritma, protokol, prosedur, standing order, dan catatan perkembangan pasien terintegrasi (CPPT) . Manajer Pelayanan Pasien (MPP)/Case Manager menjaga kesinambungan pelayanan. 4d. Keterlibatan serta pemberdayaan pasien dan keluarga dalam asuhan bersama PPA harus memastikan: 1) Asuhan direncanakan untuk memenuhi kebutuhan pasien yang unik berdasar atas pengkajian; 2) Rencana asuhan diberikan kepada tiap pa: 3) Respons pasien terhadap asuhan dipantau; dan 4) Rencana asuhan dimodifikasi bila perlu berdasarkan respons pasien. Fokus Standar Pelayanan dan Asuhan Pasien (PAP) meliputi: a. Pemberian pelayanan yang seragam; b._Pelayanan pasien risiko tinggi dan penyediaan pelayaann risiko tinggi; ‘c. Pemberian makanan dan terapi nutrisi; d. Pengelolaan nyeri; dan e._@. Pelayanan menjelang akhir hayat. ‘A._PEMBERIAN PELAYANAN UNTUK SEMUA PASIEN Standar PAP 1 Pelayanan yang seragam dan terintegrasi diberikan untuk semua pasien sesuai peraturan perundang-undangan. ‘Maksud dan Tujuan PAP 1 Pasien dengan masalah kesehatan dan kebutuhan pelayanan yang sama berhak mendapat mutu asuhan yang seragam di rumah sakit. Untuk melaksanakan prinsip mutu asuhan yang setingkat, pimpinan harus merencanakan dan mengkoordinasi pelayanan pasien. Secara khusus, pelayanan yang diberikan kepada populasi pasien yang sama pada berbagai unit kerja sesuai dengan regulasi yang ditetapkan rumah sakit. Sebagai tambahan, pimpinan harus menjamin bahwa rumah sakit menyediakan tingkat mutu asuhan yang sara setiap hari dalam seminggu dan pada setiap shift. Regulasi tersebut harus sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku sehingga membentuk proses pelayanan pasien dan dikembangkan secara kolaboratif. ‘Asuhan pasien yang seragam tercermin dalam hal-hal berikut: a) Akses untuk mendapatkan asuhan dan pengobatan tidak bergantung pada kemampuan pasien untuk membayar atau sumber pembayaran. b) Akses untuk mendapatkan asuhan dan pengobatan yang diberikan oleh PPA yang, kompeten tidak bergantung pada hari atau jam yaitu 7 (tujuh) hari, 24 (dua puluh empat) jam. ¢) Kondisi pasien menentukan sumber daya yang akan dialokasikan untuk memenuhi kebutuhannya. d) Pemberian asuhan yang diberikan kepada pasien, sama di semua unit pelayanan di rumah sakit misalnya pelayanan anestesi. e) Pasien yang membutuhkan asuhan keperawatan yang sama akan menerima tingkat asuhan keperawatan yang sama di semua unit pelayanan di rumah sakit. Keseragaman dalam memberikan asuhan pada semua pasien akan menghasilkan penggunaan sumber daya yang efektif dan memungkinkan dilakukan evaluasi terhadap hasil asuhan yang sama di semua unit pelayanan di rumah sakit. Elemen Penilaian PAP 1 Instrumen Survei KARS Skor 1. Rumah sakit menetapkan R | Regulasi tentang pelayanan 10] TL regulasi tentang Pelayanan dan dan Asuhan Pasien, meliputi: | 5 | TS Asuhan Pasien (PAP) yang a) Pemberian pelayanan yang | 0 | TT meliputi poin a) - e) dalam seragam; gambaran umum. b) Pelayanan pasien risiko tinggi dan penyediaan pelayanan risiko tinggi; ) Pemberian makanan dan terapi nutrisi; d)_Pengetolaan nyeri; dan (| Sraieremenasasamramaeecns e) Pelayanan menjelang akhir | hayat. 2. Asuhan yang seragam diberikan | D | 1) Bukti pelaksanaan asuhan | 10 | TL kepada setiap pasien meliputi seragam diberikankepada | 5 | TS poin a) — e) dalam maksud dan setiap pasien. 0 |tT tujuan. 2) Asuhan pasien yang seragam sesuai butir a) - e) di maksud dan tujuan: a) Akses untuk mendapatkan asuhan dan pengobatan tidak bergantung pada kemampuan pasien untuk membayar atau sumber pembayaran. Akses untuk mendapatkan asuhan dan pengobatan yang diberikan oleh PPA yang kompeten tidak bergantung pada hari atau jam yaitu 7 (tujuh) hari, 24 (dua puluh empat) jam. ©) Kondisi pasien menentukan sumber daya yang akan dialokasikan untuk memenuhi kebutuhannya. Pemberian asuhan yang diberikan kepada pasien, sama di semua unit pelayanan di rumah sakit misalnya pelayanan anestesi. e) Pasien yang membutuhkan asuhan keperawatan yang sama akan menerima tingkat asuhan keperawatan yang L eee b) d) ‘sama di semua unit pelayanan di rumah sakit. W]e opIP = PPIA = MPP * _Pasien/keluarga ‘Standar PAP 1.2 Rencana dan pemberian asuhan pasien dibuat, diintegrasikan, dan didokumentasikan. Maksud dan Tujuan PAP 1.1 Proses pelayanan dan asuhan pasien bersifat dinamis dan melibatkan banyak PPA dan berbagai unit pelayanan. Agar proses pelayanan dan asuhan pasien menjadi efisien, penggunaan sumber daya manusia dan sumber lainnya menjadi efektif, dan hasil akhir kondisi pasien menjadi lebih baik maka diperlukan integrasi dan koordinasi. Kepala unit pelayanan menggunakan cara untuk melakukan integrasi dan koordinasi pelayanan serta asuhan lebih baik (misalnya, pemberian asuhan pasien secara tim oleh para PPA, ronde pasien multidisiplin, formulir catatan perkembangan pasien terintegrasi (CPPT), dan manajer pelayanan pasien/case manager). Instruksi PPA dibutuhkan dalam pemberian asuhan pasien misalnya instruksi pemeriksaan di laboratorium (termasuk Patologi Anatomi), pemberian obat, asuhan keperawatan khusus, terapi nurtrisi, dan lain-lain. Instruksi ini harus tersedia dan mudah diakses sehingga dapat ditindaklanjuti tepat waktu misainya dengan menuliskan instruksi pada formulir catatan perkembangan pasien terintegrasi (CPPT) dalam rekam medis atau didokumentasikan dalam elektronik rekam medik agar staf memahami kapan instruksi harus dilakukan, dan siapa yang akan melaksanakan instruksi tersebut. Setiap rumah sakit harus mengatur dalam regulasinya: a) Instruksi seperti apa yang harus tertulis/didokumentasikan (bukan instruksi melalui telepon atau instruksi lisan saat PPA yang memberi instruksi sedang berada di tempat/rumah sakit), antara lain: 1) Insteuksi yang diijinkan melalui telepon terbatas pada situasi darurat dan ketika dokter tidak berada di tempat/di rumah sakit. 2) Instruksi verbal diijinkan terbatas pada situasi dimana dokter yang memberi instruksi sedang melakukan tindakan/prosedur steril. b) Permintaan pemeriksaan laboratorium (termasuk pemeriksaan Patologi Anatomi) dan diagnostik imajing tertentu harus disertai indikasi klinik ©) Pengecualian dalam kondisi khusus, misalnya di unit darurat dan unit intensif Siapa yang diberi kewenangan memberi instruksi dan perintah catat di dalam berkas rekam medik/sistem elektronik rekam medik sesuai regulasi rumah sakit. Prosedur diagnostik dan tindakan klinis, yang dilakukan sesuai instruksi serta hasilnya didokumentasikan di dalam rekam medis pasien. Contoh prosedur dan tindakan misalnya endoskopi, kateterisasi jantung, terapi radiasi, pemeriksaan Computerized Tomography (CT), dan tindakan serta prosedur diagnostik invasif dan non-invasif lainnya. Informasi mengenai siapa yang meminta dilakukannya prosedur atau tindakan, dan alasan dilakukannya prosedur atau tindakan tersebut didokumentasikan dalam rekam medik. Di rawat jalan bila dilakukan tindakan diagnostik invasif/berisiko, termasuk pasien yang dirujuk dari luar, juga harus dilakukan pengkajian serta pencatatannya dalam rekam medis. Elemen Penilaian PAP 1.1 Instrumen Survei KARS Skor 1. Rumah sakit telah melakukan | D ] 1) Buktidalamrekammedis | 10 | TL pelayanan dan asuhan yang pelaksanaan pelayanan dan | 5 | TS terintegrasi serta terkoordinasi asuhan yang terintegrasi_ | O | TT kepada setiap pasien. serta terkoordinasi kepada setiap pasien. 2) Bukti pelaksanaan Asuhan pasien terintegrasi dilaksanakan dengan beberapa elemen poin a. — d. di Gambaran Umum = a. Dokter penanggung jawab pelayanan (DPIP) sebagai pimpinan klinis/ketua tim PPA (clinical leader). b. PPA bekerja sebagai tim intra- dan interdisiplin dengan kolaborasi interprofessional, dibantu antara lain dengan panduan praktik klinis (PPK), Panduan asuhan PPA lainnya, alur klinis/clinical pathway terintegrasi, algoritma, protokol, prosedur, standing order, dan catatan perkembangan pasien terintegrasi (cPPT). c. Manajer Pelayanan Pasien (MPP)/ Case ‘Manager menjaga kesinambungan pelayanan. d._ Keterlibatan serta pemberdayaan pasien dan keluarga dalam asuhan bersama PPA harus memastikan: 1) Asuhan direncanakan untuk memenuhi kebutuhan pasien yang unik berdasar atas pengkajian; 2) Rencana asuhan diberikan kepada tiap pasien; 3) Respons pasien terhadap asuhan dipantau; dan 4) Rencana asuhan dimodifikasi bila perlu berdasarkan respons pasien. (Lihat juga Std AKP 3 di maksud-tujuan poin a) - ). © DPIP © PPIA © MPP © Pasien/keluarga 2. Rumah sakit telah menetapkan Rumah sakit menetapkan_ 10 | TL kewenangan pemberian kewenangan pemberian 5 | 1s instruksi oleh PPA yang o | 1 instruksi oleh PPA yang kompeten, tata cara pemberian instruksi dan pendokumentasiannya. kompeten, tata cara pemberian instruksi dan pendokumentasiannya. Pemberian instruksi dan pendokumentasiannya oleh PPA yang kompeten dan berwenang di CPPT pada kolom Instruksi oleh PPA. © DPIP © PPIA 3. Permintaan pemeriksaan Bukti permintaan pemeriksaan | 10 | TL laboratorium dan diagnostik laboratorium dan diagnostik | 5 | 1S imajing harus disertai indikasi imajing disertai indikasi klinis | 0 | TT Klinis apabila meminta hasilnya bila hasil nya —berupa berupa interpretasi. interpretasi. © pPIP © Staf unit laboratorium + _ Staf unit radiologi 4. Prosedur dan tindakan telah 1) Bukti prosedur dan 10 | TL dilakukan sesuai instruksi dan tindakan yang dilakukan | 5 | TS PPA yang memberikan sesuai dengan instruksi PPA | 0 | TT instruksi, alasan dilakukan 2) Bukti alasan dilakukan prosedur atau tindakan serta prosedur atau tindakan hasilnya telah serta hasilnya didokumentasikan di dalam didokumentasikan di dalam rekam medis pasien. rekam medis pasien. (Lihat juga SKP 2 EP 2), © DPIP © PPIA 5. Pasien yang menjalani tindakan Bukti dalam rekam medis { 10 | TL invasif/berisiko di rawat jalan dilakukan pengkajian pada | 5 | TS telah dilakukan pengkajian dan pasien rawat jalan yang| 0 | TT didokumentasikan dalam menjalani tindakan rekam medis. invasif/berisiko, _termasuk pencatatan efek samping dil. © PIP © Kepala/staf unit pelayanan diagnostik antara lain Unit Laboratorium, Unit Radiologi Standar PAP 1.2 Rencana asuhan individual setiap pasien dibuat dan didokumentasikan. Maksud dan Tujuan PAP 1.2 Rencana asuhan merangkum asuhan dan pengobatan/tindakan yang akan diberikan kepada seorang pasien. Rencana asuhan memuat satu rangkaian tindakan yang dilakukan oleh PPA untuk menegakkan atau mendukung diagnosis yang disusun dari hasil pengkajian. Tujuan utama rencana asuhan adalah memperoleh hasil Klinis yang optimal. Proses perencanaan bersifat kolaboratif menggunakan data yang berasal dari pengkajian awal dan pengkajian ulang yang di buat oleh para PPA (dokter, perawat, abli gizi, apoteker, dan lain-lainnya) Rencana asuhan dibuat setelah melakukan pengkajian awal dalam waktu 24 jam terhitung sejak pasien diterima sebagai pasien rawat inap. Rencana asuhan yang baik ‘menjelaskan asuhan pasien yang objektif dan memiliki sasaran yang dapat diukur untuk memudahkan pengkajian ulang serta mengkaji atau merevisi rencana asuhan. Pasien dan keluarga dapat dilibatkan dalam proses perencanaan asuhan. Rencana asuhan harus disertai target terukur, misalnya: @) Detak jantung, irama jantung, dan tekanan darah menjadi normal atau sesuai dengan rencana yang ditetapkan; b)_Pasien mampu menyuntik sendiri insulin sebelum pulang dari rumah sakit; ©) Pasien mampu berjalan dengan “walker” (alat bantu untuk berjalan). Berdasarkan hasil pengkajian ulang, rencana asuhan diperbaharui untuk dapat ‘menggambarkan kondisi pasien terkini. Rencana asuhan pasien harus terkait dengan kebutuhan pasien. Kebutuhan ini mungkin berubah sebagai hasil dari proses Penyembuhan Klinis atau terdapat informasi baru hasil pengkajian ulang (contoh, hilangnya kesadaran, hasil laboratorium yang abnormal). Rencana asuhan dan revisinya didokumentasikan dalam rekam medis pasien sebagai rencana asuhan baru DPIP sebagai ketua tim PPA melakukan evaluasi / reviu berkala dan verifikasi harian untuk memantau terlaksananya asuhan secara terintegrasi dan membuat notasi sesuai dengan kebutuhan. Catatan: satu rencana asuhan terintegrasi dengan sasaransasaran yang diharapkan oleh PPA lebih baik daripada rencana terpisah oleh masing-masing PPA. Rencana asuhan yang baik menjelaskan asuhan individual, objektif, dan sasaran dapat diukur untuk memudahkan pengkajian ulang serta revisi rencana asuhan. Elemen Penilaian PAP 1.2 Instrumen Survei KARS- Skor 1. PPA telah membuat rencana D | Bukti dalam rekam medis PPA 10 | TL asuhan untuk setiap pasien membuat rencana asuhan 5 | TS setelah diterima sebagai pasien untuk setiap pasien setelah o |i rawat inap dalam waktu 24 jam diterima sebagai pasien rawat berdasarkan hasil pengkajian inap dalam waktu 24 jam awal. berdasarkan hasil pengkajian awal. W_| PPA 2. Rencana asuhan dievaluasi D | 1) Bukti dalam rekam medis 10 | TL secara berkala, direvisi atau tentang rencana asuhan 5 | 1S dimutakhirkan serta dievaluasi secara berkala, | 0 | TT didokumentasikan dalam direvisi atau dimutakhirkan rekam medis oleh setiap PPA. oleh setiap PPA. 2). Sesuai di maksud dan tujuan: DPJP sebagai ketua tim PPA melakukan evaluasi / reviu berkala dan verifikasi harian. Lihat EP 5. W | PPA 3. Instruksi berdasarkan rencana_| D | Bukti dalam rekam medis 10] 7 asuhan dibuat oleh PPA yang tentang instruksi dibuat oleh | 5 | TS kompeten dan berwenang, PPA yang kompeten dan o |i dengan cara yang seragam, dan berwenang, dengan cara yang didokumentasikan di CPPT. seragam, dan didokumentasikan di CPPT, di kolom Instruksi sesuai Std PAP 1.1. EP 2. W | PPA 4. Rencana asuhan pasien dibuat_| D | Bukti dalam rekam medis 10 | TL dengan membuat sasaran yang tentang rencana asuhan pasien | 5 | TS terukur dan di dengan sasaran sesuai o |i dokumentasikan. kebutuhan dan kondisi pasien. W_| PPA 5. DPIP telah melakukan D | Bukti dalam rekam medis DPIP_| 10 | TL evaluasi/review berkala dan telah melakukan 5 | Ts verifikasi harian untuk evaluasi/review berkala dan o |i memantau terlaksananya verifikasi harian untuk asuhan secara terintegrasi dan memantau terlaksananya membuat notasi sesuai dengan asuhan secara terintegrasi dan kebutuhan. membuat notasi sesuai dengan kebutuhan. Dan memberi tandatangan di CPPT kolom reviu dan verifikasi. wie ppp © PRIA *__Staf Klinis RISIKO TINGGI B. PELAYANAN PASIEN RISIKO TING! DAN PENYEDIAAN PELAYANAN Standar PAP 2 Rumah sakit menetapkan pasien risiko tinggi dan pelayanan risiko tinggi sesuai dengan kemampuan, sumber daya dan sarana prasarana yang dimiliki. Maksud dan Tujuan PAP 2 Rumah sakit memberikan pelayanan untuk pasien dengan berbagai keperluan. Pelayanan pada pasien berisiko tinggi membutuhkan prosedur, panduan praktik klinis, (PPK) clinical pathway dan rencana perawatan yang akan mendukung PPA ‘memberikan pelayanan kepada pasien secara menyeluruh, kompeten dan seragam. Dalam memberikan asuhan pada pasien risiko tinggi dan pelayanan berisiko tinggi, Pimpinan rumah sakit bertanggung jawab untuk: a) Mengidentifikasi pasien dan pelayanan yang dianggap berisiko tinggi di rumah sakit; b) Menetapkan prosedur, panduan praktik klinis (PPK), clinical pathway dan rencana perawatan secara kolaboratif; ¢) Melatih staf untuk menerapkan prosedur, panduan praktik klinis (PPK), clinical pathway dan rencana perawatan rencana perawatan tersebut. Pelayanan pada pasien berisiko tinggi atau pelayanan berisiko tinggi dibuat berdasarkan populasi yaitu pasien anak, pasien dewasa dan pasien geriatri. Hal-hal yang perlu diterapkan dalam pelayanan tersebut meliputi Prosedur, dokumentasi, kualifikasi staf dan peralatan medis meliputi: a) Rencana asuhan perawatan pasien; b) Perawatan terintegrasi dan mekanisme komunikasi antar PPA secara efektif; c) Pemberian informed consent, jika diperlukan; d) Pemantauan/observasi pasien selama memberikan pelayanan; e) Kualifikasi atau kompetensi staf yang memberikan pelayanan; dan f) Ketersediaan dan penggunaan peralatan medis khusus untuk pemberian pelayanan. Rumah sakit mengidentifikasi dan memberikan asuhan pada pasien risiko tinggi dan pelayanan risiko tinggi sesuai kemampuan, sumber daya dan sarana prasarana yang dimiliki meliputi: a) Pasien emergensi; b) Pasien koma; c). Pasien dengan alat bantuan hidup d) Pasien risiko tinggi lainnya yaitu pasien dengan penyakit jantung, hipertensi, stroke dan diabetes; ) Pasien dengan risiko bunuh diri; f) Pelayanan pasien dengan penyakit menular dan penyakit yang berpotensi menyebabkan kejadian luar biasa; 8) Pelayanan pada pasien dengan “immuno-suppressed”; h)_Pelayanan pada pasien yang mendapatkan pelayanan dialisis; i) Pelayanan pada pasien yang direstrain; i) Pelayanan pada pasien yang menerima kemoterapi; k) Pelayanan pasien paliatif; 1) Pelayanan pada pasien yang menerima radioterapi; m) Pelayanan pada pasien risiko tinggi lainnya (misalnya terapi hiperbarik dan pelayanan radiologi intervensi); n) Pelayanan pada populasi pasien rentan, pasien lanjut usia (geriatri) misalnya anak-anak, dan pasien berisiko tindak kekerasan atau diterlantarkan misalnya pasien dengan gangguan jiwa. Rumah sakit juga menetapkan jika terdapat risiko tambahan setelah dilakukan tindakan atau rencana asuhan (contoh, kebutuhan mencegah trombosis vena dalam, uka dekubitus, infeksi terkait penggunaan ventilator pada pasien, cedera neurologis dan pembuluh darah pada pasien restrain, infeksi melalui pembuluh darah pada pasien dialisis, infeksi saluran/slang sentral, dan pasien jatuh. Jika terjadi risiko tambahan tersebut, dilakukan penanganan dan pencegahan dengan membuat regulasi memberikan pelatihan dan edukasi kepada staf. Rumah sakit menggunakan informasi tersebut untuk mengevaluasi pelayanan yang diberikan kepada pasien risiko tinggi dan pelayanan berisiko tinggi serta mengintegrasikan informasi tersebut dalam pemilihan Prioritas perbaikan tingkat rumah sakit pada program peningkatan mutu dan keselamatan pasien. Elemen Penilaian PAP 2 Instrumen Survei KARS ‘Skor 1. Pimpinan rumah sakit telah D | Bukti Pimpinan rumah sakit 10 | TL melaksanakan tanggung telah melaksanakan tanggung | 5 | TS jawabnya untuk memberikan jawabnya untuk pasien berisiko | 0 | TT pelayanan pada pasien berisiko tinggi dan pelayanan berisiko tinggi dan pelayanan berisiko tinggi yang melipu tinggi meliputi a) -c) dalam a) Identifikasi pasien risiko maksud dan tujuan. tinggi dan pelayanan risiko tinggi sesuai dengan populasi pasiennya meliputi a)-n), disertai penetapan risiko tambahan yang mungkin berpengaruh pada pasien risiko tinggi dan pelayanan risiko tinggi b) Menetapkan prosedur, panduan praktik klinis (PPK), clinical pathway dan rencana perawatan secara kolaboratif ©) Melatih staf untuk menerapkan prosedur, panduan praktik klinis (PPK), clinical pathway dan rencana perawatan. we opp © PPIA ( SIRSnRHTARASmRaRonERe ‘* _ Kepala Unit Pelayanan 2. Rumah sakit telah memberikan pelayanan pada pasien risiko tinggi dan pelayanan risiko tinggi yang telah diidentifikasi berdasarkan populasi yaitu pasien anak, pasien dewasa dan pasien geriatri sesuai dalam maksud dan tujuan. D | Bukti dalam rekam medis tentang pelaksanaan pemberian pelayanan pada pasien risiko tinggi dan pelayanan risiko tinggi pada populasi pasien anak, pasien dewasa dan pasien geriatri, meliputi: a) Rencana asuhan perawatan pasien; b) Perawatan terintegrasi dan mekanisme komunikasi antar PPA secara efektif; ) Pemberian informed consent, jika diperlukan; 4) Pemantauan/observasi pasien selama memberikan pelayanan; e) Kualifikasi atau kompetensi staf yang memberikan pelayanan; dan f) Ketersediaan dan penggunaan peralatan medis khusus untuk pemberian pelayanan. Wie OPIP * PPA Iainnya # Stat klinis 10 | TL 3. Pimpinan rumah sakit telah mengidentifikasi risiko tambahan yang dapat mempengaruhi pasien dan pelayanan risiko tinggi. R | Regulasi tentang identifikasi risiko tambahan yang dapat mempengaruhi pasien dan pelayanan risiko tinggi, sesuai penjelasan di maksud dan tujuan. 10 | TL Ts ‘Standar PAP 2.1 Rumah sakit memberikan pelayanan geriatri rawat jalan, rawat inap akut dan rawat inap kronis sesuai dengan tingkat jenis pelayanan. Standar PAP 2.2 Rumah Sakit melakukan promosi dan edukasi sebagai bagian dari Pelayanan Kesehatan Warga Lanjut usia di Masyarakat Berbasis Rumah Sakit (Hospital Based Community Geriatric Service). Maksud dan Tujuan PAP 2.1 dan PAP 2.2 Pasien geriatri adalah pasien lanjut usia dengan multi penyakit/gangguan akibat penurunan fungsi organ, psikologi, sosial, ekonomi dan lingkungan yang membutuhkan pelayanan kesehatan secara tepadu dengan pendekatan multi disiplin yang bekerja sama secara interdisiplin. Dengan meningkatnya sosial ekonomi dan pelayanan kesehatan maka usia harapan hidup semakin meningkat, sehingga secara demografi terjadi peningkatan populasi lanjut usia. Sehubungan dengan itu rumah sakit perlu menyelenggarakan pelayanan geriatri sesuai dengan tingkat jenis pelayanan geriatri: a) Tingkat sederhana (rawat jalan dan home care) b)_Tingkat lengkap (rawat jalan, rawat inap akut dan home care ©) Tingkat sempurna (rawat jalan, rawat inap akut dan home care klinik asuhan siang) 4d) Tingkat paripurna (rawat jalan, klinik asuhan siang, rawat inap akut, rawat inap kronis, rawat inap psychogeriatri, penitipan pasien Respite care dan home care) Elemen Penilaian PAP 2.2 Instrumen Survel KARS ‘Skor 1. Rumah sakit telah menetapkan | R | Regulasi tentang tingkat jenis | 10 | TL regulasi tentang pelayanan geriatri yang sesuai | - | - penyelenggaraan pelayanan dengan kemampuan, umber | 0 | TT geriatri di rumah sakit sesuai daya dan sarana prasarana dengan kemampuan, sumber rumah sakit, mengacu pada daya dan sarana prasarana nya. poin a) - d) di maksud — tujuan, 2. Rumah sakit telah menetapkan | R | Regulasi yang meliputi: 10} TL tim terpadu geriatri dan telah 1) Penetapan Tim Terpadu 5 | Ts menyelenggarakan pelayanan Geriatri o|t sesuai tingkat jenis layanan 2) Pedoman Kerja Tim Terpadu Geriatri 3) Program Kerja Tim Terpadu Geriatri. 3. Rumah sakit telah D | Bukti pelaksanaan pemantauan | 10 | TL melaksanakan proses dan evaluasi kegiatan 5 | Ts pemantauan dan evaluasi pelayanan geriatri. o |i kegiatan pelayanan geriatri W | © Ketua/anggota Tim Terpadu Geriatri * Kepala Bidang/divisi/bagian *_Kepala Unit Pelayanan 4. Ada pelaporan Bukti pelaporan kegiatan 10 | TL penyelenggaraan pelayanan pelayanan geriatri di rumah 5 | Ts geriatri di rumah sakit. sakit o\T Ketua/anggota Tim Terpadu Geriatri «_Kepala Unit Pelayanan Elemen Penilaian PAP 2.2 Instrumen Survei KARS: Skor 1. Ada program PKRS terkait ‘Ada program PKRS terkait 10 | TL Pelayanan Kesehatan Warga Pelayanan Kesehatan Warga -|- Lanjut usia di Masyarakat Lanjut Usia di Masyarakat oj Berbasis Rumah Sakit (Hospital Berbasis Rumah Sakit (Hospital Based Community Geriatric Based Community Geriatric Service). Service). 2. Rumah sakit telah memberikan Bukti laporan pelaksanaan 30 | 7 edukasi sebagai bagian dari edukasi sebagai bagian dari 5 | 1s Pelayanan Kesehatan Warga Warga Lanjut Usia di o|tT Lanjut usia di Masyarakat Masyarakat Berbasis Rumah Berbasis Rumah Sakit (Hospital Sakit (Hospital Based Based Community Geriatric Community Geriatric Service). Service). © Kepala/staf PKRS *Ketua/anggota Tim Terpadu Geriatri * _PPApelayanan geriatri. 3. Rumah sakit telah 1) Bukti pelaksanaan kegiatan | 10 | TL melaksanakan kegiatan sesuai sesuai program 5 | 1s program dan tersedia leaflet 2) Bukti leaflet atau alat o|t atau alat bantu kegiatan bantu kegiatan edukasi (brosur, leaflet, dan lain- memuat materi edukasi lainnya). tentang pelayanan kesehatan warga lanjut usia di masyarakat. * Kepala/staf PKRS * Ketua/anggota Tim Terpadu Geriatri *_Pasien/keluarga ‘4, Rumah sakit telah melakukan Bukti tentang evaluasi dan 10 | TL evaluasi dan membuat laporan laporan meliputi: 5 |S kegiatan pelayanan secara 1) Pencatatan kegiatan o | berkala. dengan indikator antara lain lama rawat inap, status fungsional, kualitas hidup, rehospitalisasi dan kepuasan pasien 2). Bukti pelaporan kegiatan secara berkala kepada pimpinan rumah sakit. W]e Pimpinan RS Ketua/anggota Tim terpadu Geriatri ‘Standar PAP 2.3 Rumah sakit menerapkan proses pengenalan perubahan kondisi pasien yang memburuk. ‘Maksud dan Tujuan PAP 2.3 Staf yang tidak bekerja di daerah pelayanan kritis/intensif mungkin tidak mempunyai pengetahuan dan pelatihan yang cukup untuk melakukan pengkajian, serta mengetahui pasien yang akan masuk dalam kondisi kritis. Padahal, banyak pasien di luar daerah pelayanan kritis mengalami keadaan kritis selama dirawat inap. Seringkali pasien memperlihatkan tanda bahaya dini (contoh, tandatanda vital yang memburuk dan perubahan kecil status neurologis) sebelum mengalami penurunan kondisi klinis yang meluas sehingga mengalami kejadian yang tidak diharapkan. Ada kriteria fisiologis yang dapat membantu staf untuk mengenali sedini-dininya pasien yang kondisinya memburuk. Sebagian besar pasien yang mengalami gagal jantung atau gagal paru sebelumnya memperlihatkan tanda-tanda fisiologis di luar kisaran normal yang merupakan indikasi keadaan pasien memburuk. Hal ini dapat diketahui dengan early warning system (EWS). Penerapan EWS membuat staf mampu mengidentifikasi keadaan pasien memburuk sedini-dininya dan bila perlu mencari bantuan staf yang kompeten. Dengan demikian, hasil asuhan akan lebih baik. Pelaksanaan EWS dapat dilakukan menggunakan sistem skor oleh PPA yang terlatih. Elemen Penilaian PAP 2.3, Instrumen Survei KARS Skor 1. Rumah sakit telah menerapkan Bukti di rekam medis tentang | 10 | TL proses pengenalan perubahan penerapan proses pengenalan | 5 | TS kondisi pasien yang memburuk perubahan kondisi pasien yang | 0 | TT (EWs) dan memburuk (EWS). mendokumentasikannya di dalam rekam medik pasien. _| W | Stafklinis S| Peragaan pelaksanaan skoring EWws: 2, Rumah sakit memiliki bukti PPA | D | Buktipelaksanaan pelatihan | 10 | TL dilatih menggunakan EWS. staf klinis tentang EWS berupa: | 5 | TS TOR, Undangan, daftar hadir, | 0 | TT materi, laporan, evaluasi, sertifikat. Ww] stafklinis #__Staf Diklat Standar PAP 2.4 Pelayanan resusitasi tersedia di seluruh area rumah sakit. Maksud dan Tujuan PAP 2.4 Pelayanan resusitasi diartikan sebagai intervensi klinis pada pasien yang mengalami kejadian mengancam hidupnya seperti henti jantung atau paru. Pada saat henti jantung atau paru maka pemberian kompresi pada dada atau bantuan pernapasan akan berdampak pada hidup atau matinya pasien, setidak-tidaknya menghindari kerusakan jaringan otak. Resusitasi yang berhasil pada pasien dengan henti jantung- paru bergantung pada intervensi yang kritikal/penting seperti kecepatan pemberian bantuan hidup dasar, bantuan hidup lanjut yang akurat (code blue) dan kecepatan melakukan defibrilasi. Pelayanan seperti ini harus tersedia untuk semua pasien selama 24 jam setiap hari. Sangat penting untuk dapat memberikan pelayanan intervensi yang kritikal, yaitu tersedia dengan cepat peralatan medis terstandar, obat resusitasi, dan staf terlatih yang baik untuk resusitasi. Bantuan hidup dasar harus dilakukan secepatnya saat diketahui ada tanda henti jantung-paru dan proses pemberian bantuan hidup lanjut kurang dari 5 (lima) menit. Hal ini termasuk evaluasi terhadap pelaksanaan sebenarnya resusitasi atau terhadap simulasi pelatihan resusitasi di rumah sakit. Pelayanan resusitasi tersedia di seluruh area rumah sakit termasuk peralatan medis dan staf terlatih, berbasis bukti klinis, dan populasi pasien yang dilayani Elemen Penilaian PAP 2.4 Instrumen Survei KARS, Skor 1. Pelayanan resusitasi tersedia © | Bukti Pelayanan resusitasi 10 | TL dan diberikan selama 24 jam tersedia 24 jam di seluruh area | S | TS setiap hari di seluruh area rumah sakit meliputi: o|t rumah sakit. a) kecepatan pemberian BHD b) tim code blue. W | Pimpinan rumah sakit + Staf klinis S_| Peragaan BHD dan aktivasi code blue 2. Peralatan medis untuk © | Bukti tersedia peralatan yang | 10 | TL resusitasi dan obat untuk terstandar untuk resusitasidan | 5 | TS bantuan hidup dasar dan lanjut obat untuk bantuan hidup o |i terstandar sesuai dengan dasar dan lanjut sesuai dengan kebutuhan populasi pasien. kebutuhan populasi pasien. D | Daftar tlik/checklist W | staf klinis 3. Diseluruharearumah sakit, | D | Bila ada, bukti laporan 10/7 bantuan hidup dasar diberikan pelaksanaan BHD / BHL, 5 | Ts segera saat dikenali henti termasuk evaluasi terhadap o (tT jantung-paru dan bantuan pelaksanaan sebenarnya hidup lanjut diberikan kurang resusitasi atau terhadap dari 5 menit. simulasi pelatihan resusitasi di rumah sakit. W]e Tim code blue © Staf klinis S | Peragaan BHD Peragaan aktivasi code blue Staf diberi pelatihan pelayanan | D | Buktipelaksanaan pelatihan | 10 | TL bantuan hidup dasar/lanjut bagi staf tentang pelayanan 5 | Ts sesuai dengan ketentuan resusitasi berupa: TOR, o | rumah sakit. undangan, daftar hadir, materi, laporan, evaluasi, sertifikat. W | © Staf Klinis fo Staf RS © Diklat Standar PAP 2.5 Pelayanan darah dan produk darah dilaksanakan sesuai dengan panduan klinis serta prosedur yang ditetapkan rumah sakit. Maksud dan tujuan PAP 2.5 Pelayanan darah dan produk darah harus diberikan sesuai peraturan perundangan meliputi antara lain: a) Pemberian persetujuan (informed consent); b) Permintaan darah; ©) Tes kecocokan; 4d) Pengadaan darah; e) Penyimpanan darah; f) Identifikasi pasien 8) Distribusi dan pemberian darah; dan h) Pemantauan pasien dan respons terhadap reaksi transfusi. Staf kompeten dan berwenang melaksanakan pelayanan darah dan produk darah serta melakukan pemantauan dan evaluasi Elemen Penilaian PAP 2.5, Instrumen Survei KARS Skor 1. Rumah sakit menerapkan (© | Bukti penerapan 10] TL penyelenggaraan pelayanan penyelenggaraan pelayanan 5 | 1s darah. darah, sesuai poin a) ~ h) di o |i maksud-tujuan. (Lihat juga Std PP 3.9.) wie pip © PRIA © Staf klinis * Kepala/staf unit laboratorium/unit — BDRS {Bank Darah) 2. Panduan Klinisdan prosedur | O | Pelayanandarahdan produk | 10 | TL disusun dan diterapkan untuk darah dilaksanakan sesuai 5 | TS pelayanan darah serta produk regulasi/PPK. o|t darah. wie Ppa © Kepala/staf unit laboratorium/unit BORS (Bank Darah) 3. Staf yang kompeten D | Bukti Penanggung jawab 10 | TL bertanggungjawab terhadap Pelayanan Darah kompeten 5 | Ts pelayanan darah di rumah dan berwenang. o}t sakit. EER scens ll © | Bukti pelaksanaan pelayanan darah dilakukan oleh staf yang kompeten dan berwenang (SPK dan RKK). Wie opp © PPIA © Staf klinis © Kepala/stat unit laboratorium/unit BORS (Bank Darah) C. PEMBERIAN MAKANAN DAN TERAPI NUTRISI Standar PAP 3 Rumah sakit memberikan makanan untuk pasien rawat inap dan terapi nutrisi terintegrasi untuk pasien dengan risiko nutrisional, Maksud dan Tujuan PAP 3 Makanan dan terapi nutrisi yang sesuai sangat penting bagi kesehatan pasien dan penyembuhannya. Pilihan makanan disesuaikan dengan usia, budaya, pilihan, rencana asuhan, diagnosis pasien termasuk juga antara lain diet khusus seperti rendah kolesterol dan diet diabetes melitus. Berdasarkan pengkajian kebutuhan dan rencana asuhan, maka DPJP atau PPA lain yang kompeten memesan makanan dan nutrisi lainnya untuk pasien. Pasien berhak menentukan makanan sesuai dengan nilai yang dianut. Bila memungkinkan pasien ditawarkan pilihan makanan yang konsisten dengan status gizi. Jika keluarga pasien atau ada orang lain mau membawa makanan untuk pasien, maka mereka diberikan edukasi tentang makanan yang merupakan kontraindikasi terhadap rencana, kebersihan makanan, dan kebutuhan asuhan pasien, termasuk informasi terkait interaksi antara obat dan makanan. Makanan yang dibawa oleh keluarga atau ‘orang lain disimpan dengan benar untuk mencegah kontaminasi. Skrining risiko gizi ditakukan pada pengkajian awal. Jika pada saat skrining ditemukan pasien dengan risiko gizi maka terapi gizi terintegrasi diberikan, dipantau, dan dievaluasi. Elemen Penilaian PAP 3 Instrumen Survei KARS Skor 1. Berbagai pilihan makanan atau | D | Buktitersedia dan disediakan | 10 | TL terapi nutrisi yang sesuai untuk tepat waktu berbagaipilihan | 5 | TS kondisi, perawatan, dan makanan atau terapi nutrisi oj kebutuhan pasien tersedia dan yang sesuai untuk kondisi, disediakan tepat waktu. perawatan, dan kebutuhan pasien. we Ppa * _Kepala instalasi/unit Gizi (| CRCUSKRRaoe el * Pasien/Keluarga 2. Sebelum pasien rawat inap Bukti dalam rekam medis 40 | TL diberi makanan, terdapat tentang instruksi pemberian | 5 | TS instruksi pemberian makanan makanan pasien sesuai o|t dalam rekam medis pasien dengan status gizi dan yang didasarkan pada status kebutuhan pasien. gizi dan kebutuhan pasien. * PPA * _Nutrisionis/dietisien 3. Untuk makanan yang 1) Makanan dariluarrumah | 10 | TL disediakan keluarga, edukasi sakit dapat diadakan sesuai | 5 | TS diberikan mengenai batasan- ketentuan RS o |i batasan diet pasien dan 2) Bukti pemberian edukasi penyimpanan yang baik untuk tentang batasan-batasan mencegah kontaminasi. diet pasien dan penyimpanan yang baik untuk mencegah kontaminasi bila makanan disediakan oleh keluarga, © Staf klinis ‘© Nutrisionis/dietisien * _Pasien/keluarga ‘4. Memiliki bukti pemberian 1) Bukti dalam rekam medis | 10 | TL terapi gizi terintegrasi (rencana, tentang pemberianterapi_ | 5 | TS pemberian dan evaluasi) pada gizi terintegrasi pada o |i pasien risiko giz. pasien risiko gizi mencakup rencana, pemberian dan evaluasi terapi gizi 2) Bukti terapi gizi terintegrasi berupa pendokumentasian JAR oleh Dietisien direviu- verifikasi oleh DPIP (Lihat juga Std AKP 3 pada maksud dan tujuan poin e)). © PPA © Staf klinis *__Nutrisionis/dietisien 5. Pemantauan dan evaluasi Bukti_ dalam rekam medis | 10 | TL terapi gizi dicatat di rekam tentang hasil evaluasi dan} 5 | TS medis pasien. monitoring terapi gizi. o|t wie PPA Staf klinis © Nutrisionisampai denganietisien * _ Pasien/keluarga D. PENGELOLAAN NYERI Standar PAP 4 Pasien mendapatkan pengelolaan nyeri yang efektif. Maksud dan Tujuan PAP 4 Pasien berhak mendapatkan pengkajian dan pengelolaan nyeri yang tepat. Rumah sakit harus memiliki proses untuk melakukan skrining, pengkajian, dan tata laksana untuk mengatasi rasa nyeri, yang terdiri dari: a) Identifikasi pasien dengan rasa nyeri pada pengkajian awal dan pengkajian ulang. b)_Memberi informasi kepada pasien bahwa rasa nyeri dapat merupakan akibat dari terapi, prosedur, atau pemeriksaan. ¢) Memberikan tata laksana untuk mengatasi rasa nyeri, terlepas dari mana nyeri berasal, sesuai dengan regulasi rumah sakit. d) Melakukan komunikasi dan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai pengelolaan nyeri sesuai dengan latar belakang agama, budaya, nilai-nilai yang dianut. )_Memberikan edukasi kepada seluruh PPA mengenai pengkajian dan pengelolaan nyeri. Elemen Penilaian PAP 4 Instrumen Survei KARS Skor 1. Rumah sakit memiliki proses R | 1) Regulasi tentang proses | 10 | TL untuk melakukan skrining, untuk melakukan skrining, | 5 | TS pengkajian, dan tata laksana pengkajian, dan tata] 0 | TT nyeri meliputi poin a) - e) pada laksana nyeri meliputi : maksud dan tujuan. a) Identifikasi —_pasien dengan rasa nyeri pada pengkajian awal dan pengkajian ulang b) Pemberian —informasi kepada pasien bahwa rasa nyeri dapat merupakan akibat dari terapi, prosedur, atau pemeriksaan. c) Tata laksana untuk mengatasi rasa nyeri, terlepas dari mana nyeri berasal d) Komunikasi dan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai pengelolaan —_nyeri sesuai dengan latar belakang agama, budaya, nilai-nilai yang dianut. e) Edukasi kepada seluruh PPA mengenai pengkajian dan pengelolaan nyeri. 2) Regulasi termasuk Pengkajian awal pada pasien nyeri hebat/membutuhkan penanganan segera, terdiri dari skrining (rapid assessment) dan pengkajian lanjutan. (Lihat Std PP 1 EP 4), Informasi mengenai Bukti pelaksanaan tentang 10 | TL kemungkinan adanya nyeri dan pemberian informasi 5 | Ts pilihan tata laksananya kemungkinan timbulnya nyeri_ | 0 | TT diberikan kepada pasien yang dan pilihan tata laksananya menerima terapi/ prosedur/ diberikan kepada pasien yang pemeriksaan terencana yang menerima sudah dapat diprediksi terapi/prosedur/pemeriksaan menimbulkan rasa nyeri. terencana yang sudah dapat diprediksi menimbulkan rasa nyeri. © DPIP © PPIA © Staf klinis © Pasien/keluarga Pasien dan keluarga Bukti pasien dan keluarga | 10 | TL mendapatkan edukasi mendapatkan edukasi| 5 | TS mengenai pengelolaan nyeri mengenai_ pengelolaan nyeri| 0 | TT sesuai dengan latar belakang agama, budaya, nilai-nilai yang dianut. sesuai dengan latar belakang agama, budaya, nilai-nilai yang dianut. Lihat juga Std KE 4 EP b) dan Std KE 5, HPK 1.2 EP 1 dan 2. Wie OPIP © PPJA © Staf klinis + Pasien/Keluarga. 4, Staf rumah sakit mendapatkan | D | Bukti pelaksanaan pelatihan 10} TL pelatihan — mengenai_— cara staf mengenai cara melakukan | 5 | TS melakukan — edukasi_—_bagi edukasi bagi pengelolaan nyeri, | 0 | TT pengelolaan nyeri. berupa: TOR, Undangan, daftar hadir, materi, laporan, evaluasi, sertifikat, Lihat juga Std KE 7. Wie PPA e_Stafklinis E._PELAYANAN MENJELANG AKHIR KEHIDUPAN Standar PAP 5 Rumah sakit memberikan asuhan pasien menjelang akhir kehidupan dengan memperhatikan kebutuhan pasien dan keluarga, mengoptimalkan kenyamanan dan martabat pasien, serta mendokumentasikan dalam rekam medis. Maksud dan Tujuan PAP 5 Skrining dilakukan untuk menetapkan bahwa kondisi pasien masuk dalam fase menjelang ajal. Selanjutnya, PPA melakukan pengkajian menjelang akhir kehidupan yang bersifat individual untuk mengidentifikasi kebutuhan pasien dan keluarganya. Pengkajian pada pasien menjelang akhir kehidupan harus menilai Kondisi pasien seperti: 1) Manajemen gejala dan respons pasien, termasuk mual, kesulitan bernapas, dan nyeri. 2) Faktor yang memperparah gejala fisik. 3) Orientasi spiritual pasien dan keluarganya, termasuk keterlibatan dalam kelompok agama tertentu. 4) Keprihatinan spiritual pasien dan keluarganya, seperti putus asa, penderitaan, rasa bersalah. 5) Status psikososial pasien dan keluarganya, seperti kekerabatan, kelayakan perumahan, pemeliharaan lingkungan, cara mengatasi, reaksi pasien dan keluarganya menghadapi penyakit. 6) Kebutuhan bantuan atau penundaan layanan untuk pasien dan keluarganya. 7) Kebutuhan alternatif layanan atau tingkat layanan. 8) Faktor risiko bagi yang ditinggalkan dalam hal cara mengatasi dan potensi reaksi patologis. 9)_Pasien dan keluarga dilibatkan dalam pengambilan keputusan asuhan. Elemen Penilaian PAP 5, Instrumen Survei KARS Skor Rumah sakit menerapkan pengkajian pasien menjelang akhir kehidupan dan dapat dilakukan pengkajian ulang sampai pasien yang memasuki fase akhir kehidupannya, dengan memperhatikan poin 1) ~9) pada maksud dan tujuan. D | 4) 2) 3) Bukti dalam rekam medis tentang penerapan pengkajian pasien menjelang akhir kehidupan, didahului skrining. Selanjutnya dilakukan pengkajian awal yg khusus pada fase menjelang akhir kehidupan. Kemudian akan dilakukan dengan pengkajian ulang). Bukti pengkajian ulang sampai pasien yang ‘memasuki fase akhir kehidupannya, meliputi: a) Gejala dan respons pasien, termasuk mual, kesulitan bernapas, dan nyeri. b) Faktor yang memperparah gejala fisik. cc) Orientasi spiritual pasien dan keluarganya, termasuk keterlibatan dalam kelompok agama tertentu. 4d) Keprihatinan spiritual pasien dan keluarganya, seperti putus asa, pend: rasa bersalah. e) Status psikososial pasien dan keluarganya, seperti kekerabatan, kelayakan perumahan, pemeliharaan lingkungan, cara mengatasi, reaksi jan,

Das könnte Ihnen auch gefallen