Sie sind auf Seite 1von 7

Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 6 (2) (2006) p: 109-115

KARAKTERISTIK TANAH YANG BERKEMBANG DARI BATUAN DIORIT DAN ANDESIT KABUPATEN SLEMAN, YOGYAKARTA
Yunan, A.1 , Azwar Maas2, Syamsul A. Siradz3
1

Staf Pengajar AMIK-Yapenas, Kendari, Sulawesi Tenggara 2 Staf Pengajar, Fakultas Pertanian UGM, Yogyakarta Abstract

The research was conducted in Godean, Sleman, on soils develop from diorite, andesite parent materials. The objective of the studies are (1) to identify soil characteristics developed from diorite and andesite rocks, (2) to understand the different in mineralogical composition, weathering intensity and distribution of soil in the area under study, (3) to elaborate soil genesis. The research used methode field observation and laboratory analysis. Field observation was doing with made four soil profiles, two profiles in soil develop from diorite rock (GW1 and GW2), one profile in soil develop from andesite rock (GBT) and the other profile in soil developed from soil transition (DV). Soil samples from each profile was analysis in laboratory. The results of research was to show soil solum relative shallow, silt/clay ratio on GW1 between 1,575,07 , GW2 between 1,152,02 , GBT between 1,07 1,17 , and DV between 0,260,48 , C/N ratio on GW1 between 4,0611,5 , GW2 between 5,010,88 , GBT between 5,25-11,88 , and DV between 5,011,63 , CEC on soil GW1 between 10,0312,54 , GW2 between 10,8011,61 , GBT between 111,5313,74 , and DV between 10,8116,62. Fe-o/Fe-d ratio on soil GW1 between 0,04-0,07 , GW2 between 0,010,11 , GBT between 0,05-0,15 , and DV between 0,08-0,11. Quartza/feldsphar ratio on soil GW1 between 0,24-0,49 , GW2 0,31, GBT between 0,46-0,63 , and DV 0,38. Based on these analyses, soils on both diorite and andesit parent materials, may included into transition stage of development. Key words: diorite, andesite, soil genesis, and feldspar

PENDAHULUAN Batuan sebagai bahan dasar pembentukan tanah mengalami proses pelapukan baik secara fisik, kimia maupun biologis sehingga batu-batuan terdesitegrasi menghasilkan bahan induk lepas-lepas. Selanjutnya pelapukan dan dekomposisi akan mengurai bahan induk tanah yang dapat menjadi tubuh tanah. Batuan induk yang berbeda mempunyai komposisi mineral yang berbeda dan penting dalam proses pembentukan tanah, keseimbangan mineral masam dan alkalis sangat menentukan sifat dan perkembangan tanah selanjutnya.

Kaitan antara tanah dengan batuan dialam dapat dikatakan bahwa batuan yang berbeda sifat akan menghasilkan ciri tanah yang berbeda pada taraf awal perkembang-an namun akan memiliki sifat yang sama pada tahap lanjut. Berdasarkan pembentukan batuan dapat digolongkan atas tiga yakni batuan beku, batuan sedi-men dan batuan metamorf. Batuan beku merupakan batuan yang terjadi dari pembekuan material yang kental dari dalam bumi (magma). Berdasarkan proses pembekuannya batuan beku dibedakan menjadi, batuan beku dalam dan batuan beku luar. Dari beberapa
109

110

Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 6 (2) (2006)

jenis batuan beku penulis meng-ambil dua jenis batuan beku yakni batuan diorit dan andesit sebagai obyek studi peneltian karena dipandang sebagai salah satu sumber masalah yang berkaitan dengan perkembangan tanah dari dua batuan beku tersebut dan menarik untuk dikaji sebagai pengembangan ilmu pengetahuan khususnya perkembangan ilmu tanah. Proses perkembangan tanah akan menghasilkan horizon-horizon genetik pada tubuh tanah yang bersangkutan. Pada tanah tanah yang telah berkembang akan ditemukan horisonhorison A, B, C sedang tanah yang belum berkembang kemungkinan hanya akan ditemukan horison A dan C saja. Pembentukan tanah dipengaruhi oleh lima faktor. Lima faktor pembentuk tanah dalam prosesnya bersama saling berpengaruh melalui berbagai reaksi dan taraf intensitasnya, yang ahirnya membentuk tanah tertentu. Pada genesa tanah salah satu faktor dapat mempunyai peranan yang lebih menonjol dari pada faktor lain (Jenny, 1980; Hasset dan Banwart, 1992), lima faktor yang dimaksud adalah: bahan induk, iklim, topografi, organisme dan waktu. Pada penelitian ini penulis menitik beratkan perhatian pada pengaruh ke lima faktor pemben-tukan tanah terhadap batuan beku diorite dan andesite yang terletak dalam satu formasi, serta karakteristik tanah yang terbentuk maupun tanah hasil interaksi dari ke dua batuan beku tersebut. Teori tentang genesa tanah perlu dipahami agar mendapatkan gambaran yang jelas tentang pembentukan tanah secara umum. Lokasi penelitian di Kecamatan Godean Kabupaten Sleman, tepatnya di Gunung Wungkal dan Gunung Butak sekitar 12 km dari kota Jogjakarta.

CARA PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan dengan dua cara yaitu penelitian lapangan dan penelitian laboratori-um. Penelitian lapangan meliputi , pengamatan lokasi, penentuan titik sampel dan pengamatan profil yang meliputi tebal solum, batas lapisan, warna tanah (morfologi), struktur, konsistensi, fisiografi, kemiringan, vegetasi dan pengambilan sampel. Penelitian laboratorium meliputi analisis sifat fisik, kimia dan mineralogi. Sifat fisik meliputi, tekstur, BJ, kemantapan agregat, kadar lengas pada tegangan lengas pF 0, 2,54 dan 4,2. Sifat kimia meliputi, pH H2O, pH KCl, pH NaF, BO, C.Organik, Nitrogen, KPK, P tersedia. Mineralogi melipu-ti, metode thin section fraksi pasir halus dan Fe-d dan Fe-o. Untuk menilai kemiripan sifat tanah pada lokasi penelitian digunakan Indeks Kemiripan (Buol dkk, 1980). HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis tanah yang batuan induk dalam Tabel 1 laboratorium sifat-sifat berkembang dari dari diorit, andesit disajikan dan Tabel 2.

Tekstur Tanah

Karakteristik Sifat Fisik Tanah Analisis tekstur tanah bertujuan untuk mengetahui perbandingan relatif fraksi penyusun tanah., yaitu fraksi pasir, debu dan lempung serta tingkat perkembangan tanah. Menurut Darmawidjaya (1997), bahwa tekstur tanah mempunyai sifat-sifat yang hampir tidak dapat berubah, berbeda dengan struktur dan konsistensi Pada lokasi I profil GW1 kelas tekstur tanah adalah geluh lempung debuan. Pada lokasi I profil GW2 semua lapisan atau horizon bertekstur geluhan. Pada lokasi II profil GBT kelas tekstur tanah adalah geluh lempungan.

Baroto & Siradz. Kandungan Cr tanah dan air di DAS Code

111

Pada lokasi III profil DV kelas tekstur tanah pada horizon A1dan horizon B adalah lempung sedangkan pada horizon C kelas tekstur tanah adalah geluh lempung. Namun apabila kita melihat perbandingan antara kadar fraksi lempung, debu dan pasir pada tabel 1 untuk masing-masing profil secara umum menunjukkan adanya perbedaan kadar pada setiap lapisan dan pola sebaran atau terjadi fluktuatif. Dari hasil analisis tekstur bahwa tanah pada lokasi penelitian umumnya masih didominasi oleh fraksi debu. Berikut disajikan pula gambar hubungan antara jeluk dan fraksi lempung, fraksi debu.
Lempung, % 10 0 20
GW1

perkembangan sebab nilai nisbah debu / lampung > 0,2. Tingginya nilai nisbah D/L tanah pada lokasi penelitian diakibatkan karena fraksi debu pada semua lokasi masih merajai sedangkan fraksi lempung masih rendah, ini menunjukan tanah belum berkembang lanjut. Namun jika diurut tingkat perkembangan tanahnya berdasarkan hasil perhitungan nisbah D/L maka diperoleh urutan sebagai berikut DV>GBT>GW2>GW1, DV merupakan profil dengan tingkat pelapukan agak lanjut dibanding dengan profil yang lain. Berikut gambar hubungan antara jeluk dan nisbah debu/lempung.
Nisbah debu/lempung

20

30

40

50

0 20 jeluk, cm 40 60 80 100 120 GW1 GW2 GB DV

Jeluk, cm

40 60 80 100 120

GW2 GB-t DV

Gambar .1 Hubungan antara jeluk tanah dan kadar lempung (%).

Gambar 2. Hubungan antara jeluk tanah dan nisbah debu/lempung

Nisbah Debu / Lempung

Tingkat perkembangan tanah dapat diukur dari hasil nisbah debu / lempung. semakin besar presentase nisbah debu / lempung maka tanah tersebut pelapukannya belum lanjut. sebaliknya jika nilai nisbah debu / lempung rendah maka tanah tersebut pelapukannya telah lanjut (Jackson, 1968). Selanjutnya Jackson (1968) menjelaskan bahwa jika nilai nisbah debu / lempung < 0.2 maka tanah tersebut telah berkembang lanjut. Jika pendapat ini dihubungkan dengan hasil perhitungan seperti yang tercantum pada tabel 1 maka jelas tanah pada lokasi penelitian masih tahap

Karakteristik Sifat Kimia Tanah Analisis reaksi tanah bertujuan untuk mengetahui taraf kemasaman tanah. Reaksi tanah (pH) hasil analisis laboratorium sebagai berikut disajikan pada Tabel 2. Profil GW1 mempunyai pH H2O dengan kisaran antara 5,4 sampai 5,8 (masam). pH KCl 4,0 sampai 4,2. Profil GW2 mempunyai pH H2O dengan kisaran 5.8 ( masam) sampai 7.0 (netral). pH KCl 4,4 sampai 5,7. Profil GBT mempunyai pH H2O dengan kisaran 7,0 (netral) sampai 7,9 ( basis). pH KCl 5,0 sampai 6,3 (masam). Profil DV mempunyai pH H2O dengan kisaran

Reaksi Tanah (pH)

112

Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 6 (2) (2006)

6,2 (agak masam) sampai 6,5 (agak masam), peningkatan pH tanah berdasarkan jeluk ini disebabkan oleh pengaruh bahan induk sebab semakin kearah batuan induk maka pH tanah akan mendekati pH netral sebab batuan induk termasuk calam kelompok batuan basis. pH KCl dengan kisaran 4,7 sampai 5,2. Hal diatas menggambarkan tanah di daerah penelitian dirajai oleh tanah yang bermuatan negatif karena selisih antara pH (KCl) dan pH (H2O) bernilai negatif (Tan. 1991).
pH(H2O)
5.0 5.5 6.0 6.5 7.0 7.5 8.0

(bahan amorf). Gambar berikut dapat dilihat keterkaitan antara kedalaman jeluk dan pH (H2O), pH KCl serta pH NaF daerah penelitian.

Kapasitas Pertukaran Kation (KPK)

0 20 Jeluk, cm 40 60 80 100 120 GW1 GW2 GB-t DV

Gambar 3. Hubungan antara jeluk tanah dan pH H2O

Tan (1982). mengatakan bahwa KPK adalah kemampuan tanah untuk menjerap dan menukar kembali kation dari dan kedalam larutan tanah. Berdasarkan hasil analisis laboratoriu KPK tanah lokasi penelitian menunjukkan bahwa dari ke empat profil pewakil hasil perhitungan memperlihat kan rentang harkat rendah sampai sedang yakni antara (10.03 cmol(+)/kg) sampai (16,62 cmol(+) /kg). KPK tanah pada lokasi penelitian menunjukkan < 25 cmol(+)/kg, maka atas dasar ini mengidikasikan bahwa tanah pada lokasi penelitian masih tahap berkembang transisi (Jackson, 1968). Rendahnya KPK tanah pada lokasi penelitian akibat dipengaruhi oleh ketersediaan kandungan fraksi lempung dan bahan organik.
KPK Lempung, cmol(+)/kg 20 0 20
GW1

Pengukuran pH NaF ini dimaksudkan untuk menduga adanya kandungan bahan amorf pada tanah lokasi penelitian yang berkembang dari batuan induk diorit, andesit dan tanah transisi. Tanah yang di ukur dengan larutan NaF di laboratorium secara periodik dengan interfal waktu satu menit, lima menit dan 15 menit menunjukan tidak adanya perubahan yang signifikan sebab pH NaF masih berkisar antara 9,0 sampai 9,7. Dari hasil analisis pH NaF tersebut menunjukkan bahwa dibeberapa horizon ada kecenderungan mengandung bahan amorf. Notohadiprawiro (2000), menjelaskan bahwa jika hasil analisis pH NaF lebih dari 9,4 dan besi bebas lebih dari 40% maka tanah tersebut dapat diduga berkembang dari bahan abu volkan

40

60

80

100

Jeluk, cm

40 60 80 100 120

GW2 GB-t DV

Gambar 4. Hubungan antara jeluk dan KPK Tanah

Kandungan Bahan Organik (BO)

Kandungan bahan organik tanah lokasi penelitian berdasarkan hasil analisis laboratorium secara umum menunjukkan berharkat rendah, profil GW1 berkisar (0,14%-0,83%), profil

Baroto & Siradz. Kandungan Cr tanah dan air di DAS Code

113

GW2 berkisar (0,69%-2,08%), profil GBT berkisar (0,57%-1,55%) dan profil DV berkisar (1,13%-2,30%). (Duchaufour, 1982; Buckman dan Brady, 1982), bahwa keberadaan bahan organik sangat dipengaru-hi oleh iklim baik secara langsung maupun tidak langsung. Selain itu jumlah bahan organik dalam tanah sangat dipengaruhi pula oleh beberapa faktor diantaranya adalah sumber bahan organik, suhu, curah hujan, dan aerasi tanah. Dari faktor tersebut di atas yang mempengaruhi rendahnya kandung-an bahan organik pada lokasi penelitian adalah ketersedian sumber bahan organik dan bentuk topografi. Faktor ini akan menentukan laju dekomposisi bahan organik oleh mikroba perombak. Hal lain yang menyebabkan rendahnya BO bahwa dalam tanah didominasi oleh senyawa humat, senyawa humat bersifat stabil dan sangat sukar larut dalam air, sehingga BO cenderung selalu berada pada lapisan atas.

C dan N (Hakim, 1986). Gambar berikut hubungan antara jeluk dan KPK tanah, jeluk dan BO, jeluk dan nisbah C/N. Analisis Fe-d (ditionit) dan Fe-o (oksalat) dimaksudkan untuk menduga keberadaan Fe-kristalin, Fe-amorf dan sekaligus dapat menentukan tingkat pelapukan tanah serta membedakan tanah ber-drainase baik atau buruk. Berdasarkan hasil analisis besi kristal maupun besi amorf pada profil GW1, GW2, GBT dan DV mengalami fluktuasi. Kondisi yang demikian lebih disebabkan oleh pengaruh beberapa faktor misalnya, bentuk topografi, katena, dan oksidasi reduksi dalam waktu yang lama yang menghasilkan Fe. Nisbah Fe-o/Fe-d merupakan petunjuk untuk mengetahui tingkat pelapukan dan drainase tanah. Apabila nisbah Fe-o/Fe-d 0,35 berarti drainase buruk dan apabila 0,35 berarti drainase baik (Storehouse and Arnand, 1971 dalam Ogunsola dkk., 1995). Berdasarkan hasil perhitungan nisbah Fe-o/Fe-d maka tanah daerah penelitian termasuk intensitas pelapukan yang tinggi dan drainase baik karena nilai nisbah Fe-d dan Fe-o < 0,20 dan drainase < 0,35.
Karakteristik Mineralogi Fraksi Pasir Analisis Mineralogi dengan metode thin section melalui fraksi pasir halus dimaksudkan untuk mengetahui sudah seberapa lanjut tingkat pelapukan batuan dan perkembangan tanah terhadap faktor pedogenesis. (Wirdjodihardjo, 1953; USDA-NRCS, 1995), menjelaskan bahwa jika jenis mineral dalam fraksi pasir telah dirajai oleh kwarsa maka jenis mineral ini adalah mineral yang sukar lapuk namun menandakan bahwa bahan induk tanah telah terlapuk lanjut. Sebaliknya jika dalam fraksi pasir masih dirajai oleh

Fe-d (ditionit) dan Fe-o (oksalat)

Nisbah C / N

Perhitungan nisbah C / N dimaksudkan untuk mengetahui laju dekomposisi bahan organik yang terjadi dalam tanah dengan kriteria jika C/N besar maka dekomposisi belum lanjut, jika sebaliknya maka dekomposisi telah lanjut. Nisbah C/N tanah hasil perhitungan yang disajikan pada tabel. 2 secara umum rendah untuk semua profil kirsara nilai 4,06 - 11,88 ini menunjukkan bahwa laju dekomposisi bahan organik telah lanjut Hakim (1986). Nisbah C/N pada profil GW1, GW2, GBT dan DV harkat rendah ini menunjukkan bahwa laju dekomposisi bahan organik pada daerah pene-litian telah lanjut, tekstur tanah juga sangat mempengaruhi terhadap keberadaan C dan N dalam tanah namun pada daerah penelitian kadar lempung masih rendah maka dapat mempengaruhi ketersedian

114

Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 6 (2) (2006)

jenis mineral felsdpar, piroksin dan olivin yang merupakan jenis mineral mudah lapuk, makadapat dikatakan bahwa pelapukan tanah belum lanjut. Hasil analisis fraksi pasir halus dengan pengamatan petrografi menunjukan bahwa komposisi mineral primer mudah lapuk penyusun batuan induk seperti feldspar masih mendominasi, piroksin dan olivin masih ditemukan seperti tercantum pada Tabel-1. Dengan indikasi yang demikian maka jelas bahwa tanah lokasi penelitian masih dalam tahap perkembangan atau pelapukan belum lanjut. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Karakteristik sifat fisika dan sifat kimia tanah yang berkembang dari batuan induk diorit, andesit dan tanah hasil interaksi dari kedua batuan tersebut tidak sama, ini menunjukkan bahwa bahan induk yang berbeda dan proses pedogenesis yang berbeda dapat mempengaruhi karakteristi tanah yang terbentuk. 2. Tanah yang berkembang dari batuan diorit gunung Wungkal cenderung mempunyai pH(H2O), KPK, nisbah Feo/Fed dan kandungan mineral primer yang mudah lapuk (pyroxene) yang lebih rendah dibandingkan dengan tanah yang berkembang dari batuan induk endesit gunung Butak. 3. Hasil analisis minerologi melalui pengamatan petrografi pada fraksi pasir halus masih didomi-nasi oleh mineral feldspar (> 50 %) dan ini menunjukkan bahwa tingkat pelapukan batuan belum lanjut atau berada pada tahap transisi (Jackson, 1968). Saran Untuk memahami lebih lanjut tentang karakteristik dan pedogenesis tanah yang berkembang dari batuan

diorit dan andesit perlu ditekankan pada kajian interaksi mineral dari kedua batuan induk tersebut. DAFTAR PUSTAKA
Buol, SW., Hole, FD. & RJ. Mc Craken. Soil Genesis and 1980. Classification. Secon Editon. The lowa State Universty Press Ames. Buckman, HO. and NC. Brady. 1982. Ilmu Tanah. Terjemahan : Soegiman. Bharata Karya Aksara. Jakarta Darmawijaya, MI. 1997. Klasifikasi Tanah. Dasar dan teori bagi peneliti tanah dan pelaksana pertanian di Indonesia. Gadjah mada Universisty Press Yogyakarta Duchaufour, P. 1982. Pedologi Translate by T. R Paton George Allen and Unwin. London 446pp Hakim, N., Nyappa, MY., Lubis, AM., Nugroho, SG., Saul, MR., Diha, MA., Go Ban Hong dan HH. Baley. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah Penerbit Universtas Lampung. Hassett, JJ. and WL . Banwart. 1992. Soil The and Their Environmental. University Of IIIinois. Prentice Hall Englewood Cliff.New Jersey.424p. Jenny, H. 1980. The soil Resource Origin and Behaviour. Springerverlag. New York 377p Notohadiprawiro, T. 2000. Tanah dan lingkungan. Guru Besar Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Ogunsola, AO., Omueti, JA., Olade, O. and EJ. Udo. 1995. Free Oxide No.4pp 245-251. Tan, Kim H. 1982. Dasar- Dasar Kimia Tanah. Terjemahan Gadjah Mada University Press Yogyakarta.

Status and Distribution in Soil in Nigeria. Soil Science. Vol 147,

Tabel-1. Analisis sifat-sifat fisika dan mineralogi


Profil GW-1 GW-2 Hor A1 A2 C A1 A2 B C A1 A2 B C A B C BJ (g/cm3) 2,35 2,47 2,52 2,48 2,52 2,59 2,57 2,39 2,39 2,32 2,35 2,21 2,04 1,81 Lempung (%) 32,93 26,46 11,05 23,15 24,77 22,13 24,83 36,57 32,38 37,54 34,35 41,33 43,95 34,50 Debu (%) 51,75 56,56 56,05 38,92 37,32 44,77 28,53 39,20 36,90 43,13 40,22 31,61 39,25 44,68 Pasir (%) 15,32 16,98 32,90 37,93 37,91 33,11 46,64 24,22 30,72 19,33 25,43 27,06 16,80 20,82 D/L 1,57 2,13 5,07 1,68 1,61 2,02 1,15 1,07 1,14 1,15 1,17 0,76 0,89 1,30 K-Agg (%) 34,72 24,15 22,73 74,62 22,17 28,09 21,59 41,49 27,98 21,98 21,41 38,83 24,96 35,71 Feldspar (%) 76 50 53 ta 52 ta 50 43 56 ta 28 ta ta Kwarsa (%) 18 20 26 ta 16 ta 23 20 35 ta 10 ta ta Hornblende (%) 5 3 18 ta 6 ta 10 40 4 ta 8 ta ta Pyroxene (%) ta 14 ta 12 ta 12 ta ta Lithic (%) Opak (%) 1 3 ta ta 10 2 ta ta 40 1 32 1 4 1 ta ta 40 2 ta ta ta ta ta ~ tidak dianalisis

GB-T

DV

Tabel 2. Analisis sifat-sifat kimia tanah


Profil GW-1 GW-2 Hor A1 A2 C A1 A2 B C A1 A2 B C A B C Jeluk cm 0-10 10-30 >30 0-20 20-41 41-72 72-120 0-22 22-45 45-80 80-120 0-10 10-25 >25 BO % 1,84 0,96 0,65 2,51 1,96 1,14 0,65 1,90 1,14 1,04 0,63 2,56 1,37 0,85 H2 O 5,4 5,6 5,8 5,8 6,1 6,7 7,0 7,0 7,1 7,4 7,9 6,2 6,5 6,3 pH KCl 4,1 4,2 4,0 4,4 4,7 5,2 5,7 5,0 5,4 5,4 6,3 4,7 5,2 4,7 NaF 9,3 9,4 9,2 9,3 9,4 9,5 9,3 9,2 9,3 9,4 9,6 9,6 9,6 9,5 N Tot % 0,16 0,14 0,16 0,27 0,18 0,14 0,13 0,16 0,12 0,12 0,12 0,22 0,24 0,17 P-tersd ppm 1,2 1,2 1,6 2,8 3,1 2,8 4,8 4,9 4,1 4,9 4,1 4,6 4,8 4,1 C/N 11,5 6,3 4,1 9,3 10,9 10,3 5,0 11,9 9,5 8,7 5,3 11,6 5,7 5,0 KPK me/100 12,54 11,68 10,03 11,61 11,54 10,80 11,59 12,86 13,74 11,53 12,25 10,81 13,68 16,62 KPK-Lemp me/100 43,66 37,99 82,55 50,15 46,59 47,70 46,68 42,51 44,08 34,84 35,66 29,24 31,13 48,17 Fe-d % 0,36 0,26 0,27 0,26 0,33 0,29 0,37 0,29 0,32 0,30 0,32 0,40 0,47 0,52 Fe-o % 0,013 0,018 0,012 0,027 0,020 0,031 0,028 0,017 0,023 0,016 0,048 0,044 0,037 0,048 Nisbah Fe-o/Fe-d 0,04 0,07 0,04 0,01 0,06 0,11 0,08 0,06 0,07 0,05 0,15 0,11 0,08 0,09

GB-T

DV

Das könnte Ihnen auch gefallen