Entdecken Sie eBooks
Kategorien
Entdecken Sie Hörbücher
Kategorien
Entdecken Sie Zeitschriften
Kategorien
Entdecken Sie Dokumente
Kategorien
Disusun oleh
Dosen Pembimbing :
NO INDIKATOR RESUME
1. TITLE ADOPTION OF A POSTOPERATIVE PAIN SELF-REPORT TOOL :
QUALITATIVE STUDY (Adopsi Alat Laporan Diri Nyeri Pasca
Operasi: Kualitatif Belajar).
2. AUTHOR Bram Thiel1* , MPA, MSc; Inez Iao2* , MSc; Joris Smid3 , MSc;
Emmy de Wit4 , PhD; Seppe Koopman5 , MD, PhD; Bart Geerts6 , MD,
MBA, PhD; Marc Godfried1 , MD, PhD; Cor Kalkman7 , MD, PhD,
Prof Dr
3. OBJECTIVE This study aimed to provide insight in how to successfully implement a
technological eHealth innovation in a general nonacademic hospital.
(Penelitian ini bertujuan untuk memberikan wawasan tentang bagaimana
keberhasilan penerapan inovasi teknologi eHealth di rumah sakit umum
non akademik).
4. METHODE A qualitative study was conducted to explore organizational factors
affecting the innovation adoption process. Data were collected by
conducting semistructured one-on-one interviews with 11 stakeholders.
The data were analyzed using thematic analysis identifying overarching
themes.
(Sebuah studi kualitatif dilakukan untuk mengeksplorasi faktor-faktor
organisasi yang mempengaruhi proses adopsi inovasi. Pengumpulan data
dilakukan dengan wawancara semiterstruktur one-on-one dengan 11
pemangky kepentingan. Data dianalisis dengan menggunakan sistem
tematil mengindentifikasi tema-tema menyeluruh)
5. RESULT Absorptive capacity, referred to as an organization’s dynamic capability
pertaining to knowledge creation and utilization that enhances an
organization’s ability to gain and sustain a competitive advantage, was
regarded as the most influential factor on the application’s adoption.
Accordingly, it appeared that innovation adoption is mainly determined
by the capability and willingness to assimilate and transform new
information into productive use and the ability to absorb a novel
innovation. Absorptive capacity was found to be influenced by the
innovation’s benefit and the sense of ownership and responsibility.
Organizational readiness and management support were also regarded as
essential since absorptive capacity seemed to be mediated by these
factors. The size of the hospital influenced eHealth adoption by the
amount of resources available and by its organizational structure.
(Kapasitas serap, disebut sebagai kemampuan dinamis organisasi yang
berkaitan dengan penciptaan dan pemanfaatan pengetahuan yang
meningkatkan kemampuan organisasi untuk mendapatkan dan
mempertahankan keunggulan kompetitif, dianggap sebagai faktor paling
berpengaruh pada adopsi aplikasi. Dengan demikian tampaknya adopsi
inovasi terutama ditentukan oleh kemampuan dan kemauan untuk
mengasilisai dan mengubah informasi baru menjadi penggunaan yang
produktif dan kemampuan untuk menyerap inovasi baru. Daya serap
ditemukan dipengaruhi oleh manfaat inovasi dan rasa memiliki dan
tanggung jawab. Kesiapan organisasi dan dukungan manajemen juga
dianggap penting karena daya serap tampaknya dimediasi oleh faktor-
faktor ini. Ukuran rumah sakit mempengaruhi adopsi eHealth oleh
jumlah sumber daya yang tersedia dan oleh struktur organisasinya).
6. CONCLUSION In conclusion, absorptive capacity is essential for eHealth adoption, and
it is mediated by management support and organizational readiness. It is
recommended to increase the degree of willingness and ability to adopt
an eHealth innovation by enhancing the relevance, engaging
stakeholders, and assigning appropriate leaders to offer guidance
(Kesimpulannya, daya serap sangat penting untuk adopsi eHealth, dan
dimensi oleh dukungan manajemen dan kesiapan organisasi. Disarankan
untuk meningkatkan tingkat kemauan dan kemampuan untuk
mengadopsi inovasi eHealth dengan meningkatkan relevansi, melibatkan
pemangku kepentingan, dan menugaskan pemimpin yang tepat untuk
memberikan paduan).
ANALISA JURNAL
Analisa Kritis
Dalam jurnal ini peneliti mendeskripsikan bagaimana keberhasilan dan faktor-faktor pengaruh
yang mengaibatkan rendahnya keberhasilan dalam pengimplementasian aplikasi eHealth
penerapan inovasi teknologi eHealth di rumah sakit umum non akademik dalam proses kerja
rumah sakit yang dapat membantu perawat dan pasien dalam mengolah dan mencatat status
kesehatan pasien untuk meningkatkan efesiensi dan kualitas pasca operasi manajemen nyeri
secara mandiri.
Tujuan dari penelitian ini telah dijelaskan dan diuraikan oleh peneliti yaitu untuk memberikan
lebih banyak wawasan tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan untuk menerapkan
eHealth dengan cara menyelidiki pengaruh-pengaruh yang mendasari rendahnya keberhasilan
pada inovasi kesehatan ini.
Metode penelitian ini merupakan metode Qualitative Study yang melibatkan pemangku
kepentingan dengam cara mewawancarai dengan memberikan pemahaman yang mendalam
tentang bagaimana konteks rumah sakit umum dapat memfasilatasi atau menghambat
penerapan aplikasi eHealth, penelitian ini dilakukan dan dilaporkan sesuai dengan
CONSORTEHEALTH (Standar pelaporan konsolidasi).
Fokus penelitian dalam jurnal ini adalah untuk memberikan wawasan tentang bagaiman
keberhasilan menerapkan inovasi teknologi eHealth dalam rumah sakit swasta untuk
memanfaatkan alat eHealth (OLVG pain App), dengan mewawancarai beberapa pemangku
kepentingan yang aktif dalam departemen teknologi informasi (TI), Medis Elektronik Rekam
(emr), Anestesiologi dan konvensi staf keperawatan dari 2 rumah sakit. Analisa data
pengumpulan data dan perkembangan analisais dibahas selama pertemuan rutin dengan para
peneliti dan pendekatan kerangka tematik digunakan dalam menganalisis data kualitatif.
Kesimpulan
Penelitian ini memberikan wawasan tentang bagaimana menerapkan dengan sukses
sebuah inovasi eHealth di rumah sakit umum.
Yang paling penting faktor yang mempengaruhi adopsi eHealth adalah daya serap,
yang terutama ditentukan oleh urgensi inovasi dan relevansi, dan rasa memiliki dan
tanggung jawab.
kapasitas serap dimediasi oleh dukungan manajemen dan kesiapan organisasi
Tiga titik fokus untuk keberhasilan adopsi eHealth adalah meningkatkan relevansi
inovasi, cukup melibatkan pemangku kepentingan dari awal, dan mengalokasikan
duta besar atau manajer untuk mendukung keterlibatan pemangku kepentingan dan
untuk menawarkan panduan yang tepat dan pelatihan.