Sie sind auf Seite 1von 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Organisme pengganggu tanaman  atau dapat disingkat OPT merupakan hewan atau
tumbuhan baik berukuran mikro ataupun makro yang dapat menghambat, mengganggu
bahkan mematikan tanaman yang sedang dibudidayakan.
Nmeatoda menjadi salah satu hama penggangu tanaman. Filum Nematoda dahulu dikenal
dengan nama Aeschelminthes atau Nemathelminthes, akan tetapi filum tersebut sudah
usang dan sekarang menggunakan istilah resmi Nematoda. Dalam Bahasa Indonesia,
Nematoda dikenal dengan sebutan cacing gilik, yang berarti kecil dan bulat
panjang.  Filum ini sangat beraneka ragam dengan habitat yang beragam pula. Filum ini
beranggotakan banyak spesies cacing yang hidup sebagai parasit pada tumbuhan, hewan,
maupun manusia. Bahkan, manusia merupakan inang dari sedikitnya 50 spesies cacing
ini.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang dapat diidentifikasi
adalah sebagai berikut :
a. Bagaimana klasifikasi OPT nematoda?
b. Bagaimana morfologi OPT nematode?
c. Apa saja akibat dari serangan OPT nematoda bagi tanaman?
d. Apa saja manfaat nematode khususnya di Indonesia?
1.3 Tujuan
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, tujuan dibuatnya makalah ini yaitu sebagai
berikut :
a. Untuk mengetahui klasifikasi dan morfologi dari OPT nematoda.
b. Untuk mengetahui akibat dari serangan OPT nematoda pada tanaman.
c. Untuk mengetahui manfaat nematode khususnya di Indonesia
1.4 Manfaat
Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan makalah ini hendaknya dapat
memberikan manfaat bagi penulis dan juga pembaca. Adapun manfaat dari makalah ini
adalah sebagai berikut :
a. Bagi Penulis
Makalah ini diharapkan dapat menjadi acuan dan dapat dijadikan sebagai referensi
untuk dunia pendidikan dan juga pertanian. Juga diharapkan dapat menjadi motivasi
lebih supaya penulis dapat membuat makalah yang lebih baik lagi di kemudian hari.
b. Bagi Pembaca
Makalah ini diharapkan dapat memberikan wawasan kepada para pembaca terkait
OPT berjenis nematode dan dapat memberikan motivasi juga kepada pembaca agar
dapat termotivasi untuk membuat makalah yang lebih baik dari makalah ini.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Klasifikasi Nematoda


2.1.1 Ciri-Ciri Nematoda

Ada beberapa ciri-ciri Nematoda sebagai berikut:


a. Memiliki bentuk bulat pajang ( gilik )atau mirip dengan benang.
b. Hewan tripoblastik dan pseudoselomata ( berongga tubuh semu ).
c. Hidup bebas dengan memakan sampah organik, kotoran hewan, tanaman
yang membusuk , ganggang, jamur dan hewan kecil lainnya.
d. Dapat ditemukan di air tawar, air laut dan air payau serta tanah.
e. Cacing betina lebih besar dari pada cacing jantan.
f. Hidup parasit di hewan, manusia dan tumbuhan.
g. Bagian anterior atau daerah mulut tampak simetru radial.
h. Bentuk tubuh silindris atau bulat panjang ( gilik ) dan tidak bersegmen.
i. Semakin kea rah posterior membentuk ujung yang meruncing.
j. Berukuran bervariasi mulai dari air tawar dan darat berukuran kurang dari
1 mm, sedangkan di laut hidup mencapai 5 cm.
k. Terdapat di organ seperti anus, usus halus, pembuluh darah, pembuluh
limfa, jantung, paru-paru dan mata.

2.1.2 Struktur Tubuh

a. Sistem Reproduksi

Dalam filum nematoda reproduksi selalu dilakukan secara seksual.


Umumnya dioecious, dan jantan ditandai dengan ekor berbentuk
kait, berukuran lebih kecil dari betina. Alat repoduksi jantan terdiri atas
testis, rongga vesika, seminalis, dan sebuah lubang kelamin. Alat
reprodusi betina terdiri atas ovarium, receptacolom seminalis, uterus,
vagina, pulpa. Telur yang telah dibuahi akan menetas ± 8 hari dan menjadi
larva yang besarnya 0,2 mm kemudian menjadi dewasa setelah 4
minggu.

Pembuahan terjadi di dalam uterus, telur yang telah dibuahi mendapat


cangkang yang tebal dan keras. Permukaan cangkang dihiasi  ukiran yang
spesifik untuk masing-masing spesies, hingga bentuk telur dipakai untuk
identifikasi infeksi parasit dari pengamatan tinja penderita.

Sistem reproduksi cacing betina terdiri dari satu atau dua gulungan tubulus
yang menyatu membentuk suatu vagina yang bermuara keluar melewati
vulva. Vulva biasanya terletak di bagian anterior tubuh. Ujung distal
tubulus tersebut diatas membentuk ovarium, bagian-bagian selanjutnya
adalah oviduk, dan sisanya adalah uterus. Bagian anterior yang berkelenjar
dari uterus mempunyai aktifitas metabolik dan sintetik yang tinggi. Lipida
cenderung melimpah pada organ reproduksi baik pada yang jantan maupun
betina.

Bentuk telur pada nematoda sangat bervariasi. Kulit telur terdiri dari tiga
lapis pokok. Paling luar atau lapisan vitelinaadalah submikroskopik dan
kemungkinan berasal dari oolema. Lapisan tersebut diselubungi oleh
lapisan uterina. Berikutnya adalah lapisan kitinosa merupakan lapisan
yang paling jelas dan mengandung berbagai macam jumlah kitin. Paling
dalam adalahlapisan lipida yang dibentuk paling akhir, dan diduga
bertanggung jawab terhadap impermeabilitas kulit telur. Protein pada kulit
telur mengandung kira-kira 35% prolina.

Pembelahan telur-telur Nematoda yaitu melalui perkembangan embrio


melalui beberapa stadia yaitu :

 Stadium morula, yang berbentuk ellipsoid.


 Stadium blastula.
 Stadium gastrula, dengan cara invaginasi terbentuk stomodaeum, dan
embrio memanjang.
 Stadium cacing muda yang berubah menjadi dewasa.

Cacing jantan mempunyai organ reproduksi yang juga merupakan


modifikasi dari gulungan tabung yang panjang. Cacing nematoda
biasanya hanya mempunyai satu testis, yang berada di ujung distal tabung
yang melanjutkan sebagai vas deferens dan bersatu dengan ujung bawah
usus pada kloaka. Sebelum persatuan itu, vasdeferens melebar
membentuk vesikula seminalis sebagai kantung penyimpanan sperma.

2. Sistem Pencernaan Makanan

Kebanyakan nematoda yang hidup bebas karnivor dan memakan metazoa


kecil, termasuk jenis nematoda yang lain. Spesies lain baik laut
maupun air tawar adalah phytophagus, memakan diatom, ganggang
dan jamur. Spesies terestrial merupakan hama tanaman komersial. Ada
pula spesies laut, air tawar dan terestrial “deposit feeder”, memakan
lumpur dan memanfaatkan bakteri dan bahan organik yang terkandung
dalam lumpur. Beberapa spesies memakan sampah organik seperti
kotoran hewan, bangkai dan tanaman busuk.

Nematoda yang bersifat parasit, memperoleh makan dari hospesnya. Cara-


cara memperoleh makanan ini antara lain:

1. Dengan menghisap darah, contoh : Ancylostoma.


2. Dengan merusak jaringan hospes, contoh : Trichuris.
3. Dengan memakan atau menghisap sari-sari makanan dalam
intestinum hospes, contoh : Ascaris.
4. Dengan mengabsorbsi sari-sari makanan dari cairan tubuh hospes,
contoh : Fillaria.

Makanan masuk melalui mulut pharinx, esopagus, usus halus, rekton


pendek, anus. Saluran pencernaan nematoda berupa tabung sederhana
terdiri dari sel-sel yang tersusun dalam lapisan tunggal. Mulut menuju ke
kapsul bukalis (tidak selalu ada), kemudian ke esofagus yang berotot yang
selanjutnya ke usus. Tonjolan-tonjolan kecil dinamakan mikrovilimelapisi
permukaan dalam usus telah ditemukan pada beberapa spesies.

Anus terdapat hampir diujung posterior cacing, dan sebuah pelebaran yang
dinamakan rektum terletak tepat di anterior anus. Sel-sel usus biasanya
kaya akan mitokondria, kompleks golgi, ribosom, glikogen,
protein, lipida, dan retkulum endoplasmik. Sel- sel kelenjar di daerah
mulut dan anus berfungsi mensintesis protein dan
mukopolisakarida, dan hasilnya dikeluarkan ke dalam saluran
pencernaan atau langsung keluar tubuh.

3. Sistem Saraf

Lingkaran cincin syaraf mengelilingi oesophagus merupakan otak, dan


berhubungan dengan enam benang syaraf anterior yang pendek dan
enam benang syaraf posterior. Alat indera pada nematoda adalah papila,
setae dan amphid. Setaeterdapat di kepala dan seluruh permukaan tubuh.
Amphid di jumpai pada nematoda yang hidup bebas, terutama
spesies laut.

Amphid ialah lubang kutikula yang buntu dan bercilia, berfungsi sebagai


chemoreceptor. Bentuk dari amphid bermacam-macam karena itu
di gunakan untuk identifikasi. Banyak nematoda yang
mempunyai phasmid pada bagian ekornya, yaitu sepasang
kelenjar uniseluler yang bermuara di kedua sisi lateral tubuh
cacing, berfungsi sebagai chemoreseptor. Beberapa spesies laut dan
air tawar mempunyai bintik mata.

4. Sistem Ekskresi

Alat ekskresi nematoda bukan protonephridia, melainkan suatu sistem sel


kelenjar, dengan atau tanpa saluran yang terletak pada anterior.
Pseudecoelom terisi hemolimpha yang mengandung
berbagai substansi yang terlarut didalamnya, mungkin juga hasil-hasil
excresi. Hasil axcresi itu antara lain nitrogen sebagai ammonia, asam urat,
ureum, yang akan dikeluarkan dari tubuh melalui porus excretorius.

Pada spesies laut biasanya terdapat satu atau dua sel kelenjar yang besar,
tanpa saluran, terletak dekat pharinx dan mempunyai sebuah
lubang ekskresi, disebut kelenjar renette. Jenis lain mempunyai sistem
kelenjar dengan saluran, seperti bentuk huruf H.

5. Sistem Pernafasan

Nematoda tidak mempunyai organ pernapasan yang spesial. Respirasi


dilakukan secara anaerob. Energi diperoleh dengan cara mengubah
glikogen menjadi CO2 dan asam lemak yang di ekskresikan
melalui kutikula. Haemoglobin terjadi pada cairan perivisceral
beberapa parasitik nematoda. Ini terbentuk dengan terang oleh
organisme, selama ini berbeda dari haemoglobin tuan rumah, dan
haemoglobin dari sifat yang berbeda kadang-kadang terjadi pada dinding
tubuh dan cairan periviscera.

6. Sistem Otot

Nematoda mempunyai dua macam otot :

 Somatik (yang tidak mengkhusus) yang terdiri dari satu lapis


langsung di bawah hipodermis.
 Khusus, yang memiliki berbagai fungsi, tergantung pada lokasinya,
sebagai contoh otot spikuler berguna untuk mengeluarkan spikulum pada yang
jantan.

Otot-otot dinding tubuh terletak longitudinal dan bertanggung jawab untuk


melakukan gerakan cacing seperti ular. Zona yang banyak berserabut pada
setiap ujung serabut otot melekat pada hipodermis, sedangkan ujung lain
yang kurang berserabut dari sel otot itu dihubungkan dengan
batang- batang syaraf dorsal maupun ventral, yang akan memberi
stimulasi motor kepada otot-otot tersebut.

Bagian yang non kontraktil dari otot somatik bertindak sebagai penyimpan
glikogen. Diantara lapisan otot dan saluran pencernaan terdapat rongga
tubuh yang dikenal sebagai pseudoselom, yang berfungsi sebagai
kerangka hidrostatik.

7. Sistem Gerak

Gerak pada Nematoda disebabkan oleh adanya otot-otot yang terdapat


pada dinding tubuh. Otot-otot itu terletak diantara tali epidermal,
dan membujur sepanjang tubuh. Otot-otot itu terbagi menjadi empat
kuadran, dua kuadran terletak pada sisi dorsal, dan yang lain pada
sisi ventral. Kontraksi dan relaksasi daari otot-otot menyebabkan tubuh
cacing memendek dan memanjannng. Koordinasi gerak dari
keempat kuadran otot menyebabkan cacing bergerak dengan cara
meliuk-liuk.

2.1.3 Klasifikasi Nematoda


Nematoda ini dibagi dalam beberapa kelas antara lain Adenophorea dan
Secernentea, nah berikut ini untuk lebih jelasnya simak dibawah ini.
a. Adenophorea
b. Secernentea
2.2 Morfologi Nematoda
2.3 Akibat Serangan Nematoda
2.3.1. Serangan Pada Bagian Bawah Tanaman
a. Puru akar, gejala ini tampak apabila tanaman terserang nematoda puru akar,
yaitu Meloidogyne spp., Naccobus, dan Ditylenhus radicicola. Serangan
nematoda tersebut akan membentuk puru pada akar tanaman, seperti pada
tanaman kentang, tomat dan jenis tanaman lain.
b. Busuk akar/umbi, gejala busuk akar terjadi apabila luka pada akar akibat
gigitan/tusukan nematoda terinfeksi organisme lain, yaitu jamur atau bakteri
patogen. Gejala ini sering terjadi pada tanaman kentang, yaitu busuk umbi
dan akar yang disebabkan oleh Ditylenchus destructor.
c. Nekrosis pada permukaan akar, nematoda yang menyerang akar dari luar
akan menyebabkan matinya sel-sel dipermukaan jaringan. Keadaan ini
selanjutnya akan mengakibatkan terjadinya perubahan warna pada bagian
tersebut. Apabila populasi nematoda yang menyerang tinggi dapat
menyebabkan matinya sel-sel epidermis, sehingga akar-akar yang masih
muda akan berubah warnanya menjadi kekuningan sampai kecoklat-
coklatan. Contoh Aphelenchoides parietinus menyerang Cladonia
fimbriata (lumut kerak) dan Tylenchuluss semipenetrans menyerang
tanaman jeruk.
d. Luka pada akar, ini merupakan gejala yang terjadi akibat tusukan/gigitan
nematoda pada akar yang menyebabkan luka berukuran kecil sampai sedang.
Contohnya luka pada akar pisang yang disebabkan oleh Radopholus similis.
e. Percabangan akar yang berlebihan (excessive root branching), selain
menyebabkan luka, serangan nematoda juga kadang-kadang memacu
terbentuknya akar-akar kecil disekitar ujung akar. Gejala ini terjadi pada
serangan Naccobus dan Trichodorus.
f. Ujung akar mati, akibat serangan nematoda pertumbuhan ujung akar
terhenti, dan pertumbuhan cabang-cabang akar juga terhenti. Hal ini akan
menimbulkan beberaapa gejala, yaitu ;
- Stubby root, yaitu cabang-cabang akar yang berukuran kecil akan terhenti
pertumbuhannya, sehingga membentuk ikatan akar.
- Coarse root, yaitu apabila pertumbuhan akar yang menyamping terhenti,
beberapa diantaranya berukuran pendek, system perakaran utama lebih besar
dan tidak banyak dijumpai akar-akar yang kecil.
- Curly tip, yaitu luka yang terjadi pada sisi akar dekat ujung, yang mungkin
akan menghambat pertumbuhan dan pemanjangan akar pada bagian sisi
tersebut. Akibatnya akar akan memuntir. Gejala ini timbul akibat serangan
nematoda Xiphinema (dagger nematode).

2.3.2. Serangan Pada Bagian Diatas Permukaan Tanah Tanaman


a. Pertumbuhan tanaman tidak normal karena terjadi luka pada tunas, titik
tumbuh dan primordial bunga.
-Tunas mati, contoh kasus ini terjadi pada tanaman strawberry akibat
serangan Aphelenchoides. Nematoda ini menyebabkan tunas atau titik
tumbuh tanaman mati.
-Batang dan daun mengkerut, contoh kasus serangan larva Anguina
tritici pada titik tumbuh tanaman gandum. Serangan larva tersebut
menyebabkan pengerutan (muntir) pada batang dan daun gandum.
-Puru biji, Biji tanaman rumputan atau biji-bijian yang terserang Anguina.
Setelah bunga terbentuk, nematoda yang telah tumbuh sempurna mulai
masuk dan menyerang pada bagian ini sampai nematoda dewasa. Di tempat
inilah nematoda bekembang biak. Akibatnya primordial bunga akan
membentuk puru yang di dalamnya berisi sejumlah besar larva nematoda ;
nematoda ini mampu hidup pada waktu yang cukup lama.
b. Pertumbuhan tidak normal yang diakibatkan oleh luka pada bagian dalam
batang dan daun.
-Nekrosis, Beberapa jenis nematoda hidup dan makan dalam jaringan batang
dan daun yang menyebabkan terjadinya nekrosis. Contoh kasus yaitu gejala
penyakit “cincin merah” pada batang kelapa akibat
serangan Rhadinaphelenchus cocophilus, terjadi karena adanya luka pada
pangkal batang tanaman tersebut. Contoh lain, Ditylenchus dipsaci yang
menyebabkan luka pada batang dan daun pada berbagai tanaman.
-Bercak dan luka daun, nematoda yang menyerang daun masuk melalui
stomata dan merusak parenkim. Contoh kasus terjadi pada daun tanaman
Krisan yang diserang oleh Aphelenchoides ritzemabosi.
-Puru pada daun, puru pada daun terjadi apabila tanaman terserang
nematoda Anguina balsamophila dan A. millefolii
2.4 Manfaat Nematoda
Mikrofauna termasuk nematoda di rhizosphere memainkan peranan yang penting dalam
menghasilkan nutrien yang berharga bagi tanaman, mengakumulasi dan stabilisasi karbon
organik tanah, efek hormon, keanekaragaman mikroba dan stabilitas fungsi interaksi
multitrofik diatas tanah, dan bioremediasi dari tanah yang terkontaminan. Fungsi dari
Nematoda pemakan bakteri dan fungi adalah melepaskan unsur N, P, S, dan mikronutrien
yang akan berharga bagi tanaman. Nematoda ini juga akan menhambat kemampuan
nematoda pemakan akar dalam menemukan akar. Jika jenis ini melimpah maka siklus
nutrien akan lebih banyak.
Tanah yang baik mengandung 5 sampai 500 nematoda per sendok teh. Nematoda di tanah
memiliki kisaran ukuran dari 0,25 sampai 5,5 mm. Seekor nematoda pemakan bakteri
mengkonsumsi kira-kira 100 bakteri perhari, dan nematoda pemakan fungi akan
memakan 80 kaki panjang hifa per hari. Nematoda membutuhkan nitrogen dan nutrien
lainnya lebih sedikit daripada bakteri dan fungi, sehingga kelebihannya dikeluarkan dan
menjadikan nutrien ini berguna bagi tumbuhan. Kompos yang diolah dengan baik akan
mengandung nematoda yang menguntungkan
Nematoda bagi kalangan pertanian sangat dikenal sebagai pembawa dan penyebab
penyakit. Namun tanah yang sehat memiliki nematoda predator dan mikroarthropoda
yang akan memakan nematoda hama ini. Sebagai tambahan, fungi akan memperangkap
nematoda dan melarutkannya untuk dikonsumsi. Serta dengan memiliki koloni bakteri
yang sehat dan fungi disekitar sistem akar, akan membuat tambah sulit bagi nematoda
pemakan akar dalam menemukan akar dan menyerangnya.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan makalah diatas dapat disimpulkan bahwa :
1. Ciri-ciri utama nematoda adalah berbentuk bulat panjang(gilig) tidak bersegmen,
berongga tubuh semu(triploblastic dan pseudeselomata), ukuran bervariasi mulai
dari 1mm-5cm.
2. Nematode diklasifikasikan menjadi 2, yaitu adenophorea da secernentea
3. Akibat serangan yang ditimbulkan nematode bagi tanaman yaitu dapat merusak
sel pada tanaman sehingga pertumbuhan dan perkembangan terhambat yang
mengakibatkan produktivitas rendah.
4. Manfaat nematode bagi tanaman yaitu menghasilkan nutrient yang berguna bagi
tanaman didalam tanah, mengakumulasi dan mengstabilisasi karbon organic tanah
dan bioremediasi dari tanah yang terkontaminan
3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa makalah yang dibuat masih terdapat banyak kekurangan dan
kesalahan. Penulis juga mengharapkan adanya kritik dan saran yang dapat membangun
penulis agar dapat membuat makalah yang lebih baik lagi dikemudian hari.
Penulis berharap makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran bagi pembaca,
khususnya bagi teman mahasiswa dan masyarakat umum.
DAFTAR PUSTAKA

https://mitalom.com/cara-nematoda-menyerang-tanaman-morfologi-dan-tips-pengendalian-
nematoda/

https://aadrean.wordpress.com/2010/06/12/fungsi-ekologis-nematoda-tanah/

Das könnte Ihnen auch gefallen