Sie sind auf Seite 1von 4

Best Practice

MENINGKATKAN KOSAKATA (VOCABULARY) SISWA TERKAIT DENGAN KATA


KERJA BENTUK KE DUA (VERB 2) PADA KELAS VIII UPT SMPN 1 TANJUNG
EMAS

Oleh : Khaira Liza, S.Pd

Situasi
Kondisi yang menjadi latar belakang masalah adalah pertama, siswa-siswi kelas VIII memiliki
keterbatasan kosakata khususnya kata kerja bentuk ke dua (Verb 2). Kedua, para siswa tidak banyak
mendapat input terkait dengan kata kerja bentuk ke dua (Verb 2). Ketiga, para siswa tidak banyak
mengerjakan latihan yang menggunakan kata kerja bentuk ke dua (Verb 2). Keempat, proses
pengajaran yang masih di dominasi oleh teacher centre. Kelima, rendahnya perolehan nilai siswa
terkait dengan teks yang terkait dengan simple past tense. Keenam, sebagian besar siswa tidak
memahami adanya perbedaan antara Verb 1 dan Verb 2 dalam bahasa Inggris. Ketujuh, guru tidak
menggunakan metode yang inovatif dalam pembelajaran sehingga pelajaran terkesan monoton dan
tidak menarik. Terakhir, guru tidak banyak menggunakan kegiatan yang bersifat interaktif dan
kolaboratif dalam pembelajaran.
Praktik ini sangat penting dilakukan karena hal ini sering terjadi pada siswa-siswa yang belum
mengenal Bahasa Inggris pada saat mereka masih duduk di sekolah dasar. Begitu juga dengan guru-
guru yang berusaha untuk membuat siswa tertarik mempelajari kosakata dalam Bahasa Inggris.
Peran dan tanggung jawab dalam praktik ini adalah sebagai bentuk mewujudkan
profesionalisme guru dalam menjalankan tugasnya, khususnya mengatasi permasalahan yang dihadapi
oleh siswa dalam mempelajari bahasa Inggris dengan menggunakan cara yang lebih inovatif dalam
mengajar.Sehingga siswa tidak merasa bosan dalam mengikuti pembelajaran.

Tantangan

Setelah melakukan identifikasi masalah melalui refleksi diri, bertukar pikiran dan pendapat
dengan rekan sesama guru, kepala sekolah, dan wawancara dengan pakar, beberapa hal yang menjadi
tantangan adalah pertama, para siswa tidak tahu bagaimana mendapatkan input kosakata terkait
dengan Verb 2 dan cara pengucapannya. Kedua, siswa tidak antusias untuk mengerjakan tugas dalam
kelompok. Ketiga, pada saat mengerjakan latihan dalam kelompok, siswa tidak bisa
menyelesaikannya sesuai dengan waktu yang ditentukan. Keempat, keterbatasan jangkauan sinyal
WIFI sekolah dan infocus untuk menunjang pembelajaran berbasis TPACK sehingga kesulitan untuk
menerapkan kuis online yang interaktif.
Dari tantangan yang ditemukan di atas terlihat bahwa hal tersebut terkait dengan
kompetensi guru dalam bidang pedagogik dan profesional. Guru harus meningkatkan
kompetensi dalam dua bidang tersebut agar tantangan tersebut bisa diatasi. Sementara dari
sisi peserta didik, tantangannya terkait dengan motivasi dan semangat belajar siswa. Dari segi
sarana dan prasarana, tantangannya terkait dengan fasilitas pendukung pembelajaran yang
kurang memadai. Pihak-pihak yang terlibat dalam tantangan ini adalah guru, siswa, dan
kepala sekolah.

Langkah-langkah yang dilakukan untuk menghadapi tantangan tersebut adalah:

1. Guru memberikan language input kepada siswa agar mereka mendapat masukan kosakata
khususnya terkait dengan Verb 2 dan cara pengucapannya dengan benar. Pemberian language
input ini dilakukan dengan dua cara:
a. Kegiatan drilling.
Guru menunjukkan daftar kosakata dalam slide power point, kemudian meminta siswa
untuk mengulangi ucapan guru berdasarkan kosakata yang ada.
b. Tebak Gambar
Dalam kegiatan ini siswa diperlihatkan beberapa gambar kegiatan, kemudian mereka
diminta untuk menebak kosakata berdasarkan gambar yang mereka lihat. Kegiatan tebak
gambar ini juga dijadikan kompetensi antar kelompok.
2. Guru menerapkan metode Problem Based Learning.
a. Orientasi Peserta Didik pada Masalah
Pada tahap ini, guru memaparkan permasalahan yang akan dipecahkan oleh siswa dalam
kelompoknya di akhir pembelajaran.
b. Mengorganisasi Peserta Didik untuk Belajar
Guru membagi siswa dalam kelompok belajar sehingga siswa bekerja sama dengan
temannya.
c. Membimbing Penyelidikan Kelompok
Dalam proses pemecahan masalah, guru melakukan pembimbingan kepada masing-masing
kelompok sekaligus membantu siswa mencari makna kata-kata sulit.
d. Mengembangkan dan Menyajikan Hasil Karya.
Siswa diminta untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok di depan kelas.
e. Menganalisis dan Mengevaluasi Proses Pemecahan Masalah
Masing-masing kelompok diminta untuk menyampaikan pendapatnya tentang hasil
presentasi kelompok lain. Setelah itu guru juga memberikan feedback terkait presentasi
semua kelompok.
3. Menggunakan ruang kosong di sebelah lab komputer untuk dijadikan ruang belajar
Ruangan kosong di sebelah lab komputer memiliki jaringan WIFI yang bagus. Kemudian
guru meminta izin kepada kepala sekolah untuk mengubah ruang kosong tersebut menjadi
ruang belajar yang nyaman sehingga selama proses pembelajaran siswa bisa memanfaatkan
koneksi internet dengan lancar. Dengan adanya koneksi internet yang bagus, guru bisa
mengimplementasikan TPACK dalam pembelajaran.
Refleksi
Refleksi Hasil dan dampak dari pembelajaran yang sudah dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Siswa menjadi lebih bersemangat untuk mengucapkan atau mengeluarkan kata-kata dalam
Bahasa Inggris karena mereka sudah diberikan masukan kosa kata sebelumnya sekaligus
diajarkan bagaimana cara mengucapkan kata tersebut. Terlebih ketika guru memberikan
informasi bahwa kosa kata yang akan mereka pelajari akan berguna untuk mengerjakan
kuis berkelompok.
“ Students, you have to remember these words carefully because in the next quiz will be
related to these words” (Anak-anak, kalian harus mengingat kata-kata ini dengan hati-
hati karena pada kuis berikutnya akan terkait dengan kata-kata ini).

2. Peningkatan jumlah kosa kata mereka juga terlihat dari peningkatan nilai rata-rata yaitu
dari 63,08 pada sebelum pembelajaran menjadi 65,7 pada setelah pembelajaran.
3. Dengan menerapkan Problem Based Learning, siswa menjadi lebih kompak untuk
menyelesaikan masalah atau mengerjakan lembar kerja yang diberikan guru. Semua
terlihat aktif dalam mengerjakan instruksi guru. Hal ini terlihat dalam pengamatan guru.

(siswa-siswa terlihat sibuk saling bertanya dan mencari jawaban. Ada juga sebagian yang
adu argumen mengapa jawabannya mereka berbeda. Selain itu dalam mempresentasikan
hasil kerja kelompok).

Selain itu, kompetensi antar kelompok juga meningkatkan kerja sama antar sesama
anggota grup.
4. Dengan mengintegrasikan TPACK ke dalam pembelajaran siswa menjadi lebih antusias
mengikuti kegiatan belajar. Terutama saat mengikuti kuis Kahoot siswa menjadi
bersemangat untuk berkompetisi dengan kelompok lainnya. Mereka berlomba untuk
meraih skor yang paling tinggi dan menjadi juara. Berikut kutipan percakapan mereka
“Horee, lihat grup kita selalu on fire dan mendapat nilai lebih tinggi......kami juga selalu
betul dari tadi, cuma kurang cepat saja dari kalian”.
Diakhir pembelajaran ada siswa yang berkomentar: “Miss, besok kita main kuis ini lagi ya,
seru kuisnya”.

Dari proses pembelajaran yang sudah dilakukan tersebut, penulis mengamati respon dari
peserta didik, teman sejawat, dan kepala sekolah seperti penjelasan berikut ini:

1. Peserta didik mengatakan bahwa mereka senang mengikuti pembelajaran yang


mengintegrasikan teknologi dalam belajar. Mereka juga bersemangat untuk mengikuti
kuis yang dilakukan berkelompok. Selain itu terlihat peningkatan kosa kata Verb 2 siswa
dalam hasil post test mereka.
2. Teman sejawat juga menilai bahwa kegiatan-kegiatan dalam belajar sangat bervariasi dan
sudah menerapkan metode pembelajaran terbaru. Hal ini membuat guru tidak lagi
menggunakan metode ceramah dalam belajar.
3. Kepala sekolah menilai bahwa pembelajaran berbasis TPACK sangat relevan dengan
kondisi siswa saat ini. Selain itu kepala sekolah juga mendukung agar ruang kosong di
sebelah lab komputer dijadikan ruang belajar. Khususnya untuk belajar dengan
menggunakan teknologi internet.

Faktor keberhasilan proses pembelajaran ini juga ditentukan oleh kemampuan guru
dalam menerapkan rencana pelaksanaan pembelajaran, model pembelajaran dan teknologi
terkait untuk pengajaran Bahasa Inggris. Selain itu juga didukung oleh dosen pembimbing,
guru pamong siswa, rekan sesama guru dan kepala sekolah.
Pembelajaran yang bisa diambil dari proses pembelajaran ini adalah bahwa kualitas
pendidikan bisa ditingkatkan selama guru mau berusaha untuk melakukan upaya-upaya
inovatif dalam mengajar. Selain itu guru juga terus meningkatkan kemampuannya dalam
mengembangkan model pembelajaran.

Das könnte Ihnen auch gefallen