Sie sind auf Seite 1von 8

Nama : Zayina Arfiyanti

NPM : 5121600018

Peran Hukum dalam Dunia Perdagangan di Indonesia

Bentuk perdagangan yang pertama kali berlangsung pada zaman dahulu

sejak manusia hidup dalam alam primitif, adalah dagang tukar menukar.

Apabila seseorang memiliki barang yang tidak ia perlukan maka ia akan

menukar barang tersebut dengan barang lainnya yang diperlukannya, begitupun

sebaliknya. Pada saat itu, yang bisa ditukar hanya barang dan barang saja

(pertukaran in natura) seperti menukar padi dengan gandum. Dalam hal ini,

pertukaran dibatasi, belum ada hubungan pertukaran yang tetap karena belum

adanya sebuah pasar.

Dewasa ini, dagang dengan cara tukar menukar mengalami berbagai

kesulitan, seperti nilai pertukaran yang harus sama antara barang yang dimiliki

dan barang yang akan ditukar. Kesulitan yang terjadi diakibatkan oleh

meningkatnya kebutuhan manusia. Oleh karena itu, untuk mengurangi tingkat

kesulitan didirikannya hukum perdagangan agar dapat mengatur dan menata

apabila terjadi pelanggaran dalam proses perdagangan. Hukum inilah yang

akan menindak langsung apabila terjadi pelanggaran dan memberi sanksi yang

sesuai dengan KUHD.

A. Berlakunya Hukum Dagang

Sebelum tahun 1938, Hukum Dagang hanya mengikat kepada para

pedagang saja yang melakukan usaha dagang. Kemudian, sejak tahun 1938

pengertian perbuatan dagang menjadi lebih luas dan dirubah menjadi

perbuatan perusahaan yang mengandung arti menjadi lebih luas sehingga

berlaku bagi setiap pengusaha (perusahaan).


B. Pengusaha dan Pembantu-Pembantunya

Pengusaha adalah orang yang menjalankan perusahaan perdagangan

atau orang yang memberikan kuasa perusahaannya kepada orang lain. Apabila

seseorang melakukan atau menyuruh melakukan suatu perusahaan disebut

pengusaha. Ia dapat melakukan perusahaan itu sendirian.

Pengusaha adalah seseorang yang melakukan atau menyuruh

melakukan perusahaan sendirian, misalnya pengusaha-pengusaha

perseorangan yang setip hari menjajakan makanan dan minuman dengan

berjalan kaki atau yang lainnya. Dia melakukan perusahaannya sendiri, tanpa

pembantu itulah pengusaha perseorangan. Bisa juga dia menyuruh oraang lain

membantunya dalam melakukan perusahaan, tetapi ada juga kemungkinan

bahwa dia menyuruh orang lain melakukan perusahaannya, jadi dia tidak turut

serta melakukan perusahaan, dengan alasan kurang ahli, sedangkan dia

mempunyai cukup modal untuk melakukan perusahaan yang bersangkutan.

Definisi tersebut dapat disimpulkan:

a. Dia dapat melakukan perusahaannya sendiri, tanpa pembantu.

b. Dia dapat melakukan perusahaannya dengan pembantu-pembantunya.

c. Dia dapat menyuruh orang lain untuk melakukan perusahaannya,

sedangkan dia tidak turut serta melakukan perusahaannya.1

Orang-orang lain yang disuruh oleh pengusaha untuk melakukan

perusahaannya adalah pemegang-pemegang kuasa, yang menjadikan

perusahaan atas nama pengusaha si pemberi kuasa.

Pengusaha yang melakukan perusahaannya dengan dibantu oleh orang

lain, sehingga turut serta, dia mempunyai dua kedudukan yaitu: sebagai

1
Suwardi, Hukum Dagang Suatu Pengantar, h.15

2
pengusaha dan sebagai pemimpin perusahaan. Sedangkan pengusaha yang

menyuruh orang lain untuk melakukan perusahaan dan dia tidak ikut serta,

maka keududukannya hanya sebagai pengusaha, sedangkan yang menjadi

pemimpin perusahaan adalah orang lain yang mendapat kuasa.

Di dalam menjalankan kegiatan suatu perusahaan yang dipimpin oleh

seorang pengusaha tidak mungkin melakukan usahanya seorang diri, apalagi

jika perusahaan tersebut dalam skala besar. Oleh karena itu, diperlukan

bantuan orang atau pihak lain untuk membantu melakukan kegiatan-kegiatan

usaha tersebut.

Sementara itu, pembantu-pembantu dalam perusahaan dapat dibagi

menjadi dua fungsi, yakni pembantu di dalam perusahaan dan pembantu di

luar perusahaan.

1. Pembantu di Dalam Perusahaan

Pembantu di dalam perusahaan adalah mempunyai hubungan yang

bersifat sub ordinasi, yaitu hubungan atas dan bawah sehingga berlaku

suatu perjanjian pemburuhan, misalnya pemimpin perusahaan, pemegang

prokurasi, pimpinan filial, pedagang keliling, dan pegawai perusahaan.

2. Pembantu di Luar Perusahaan

Pembantu di luar perusahaan adalah mempunyai hubungan yang

bersifat koordinasi, yaitu hubungan yang sejajar sehingga berlaku suatu

perjanjian pemberian kuasa antara pemberi kuasa dan penerima kuasa

yang akan memperoleh upah, seperti yang diatur dalam Pasal 1792

KUHPer, misalnya seperti pengacara, notaries, agen perusahaan, dan

komisioner.

Dengan demikian, hubungan hukum yang terjadi di antara mereka

yang termasuk dalam perantara dalam perusahaan dapat bersifat:

3
a. Hubungan perburuhan, sesuai Pasal 1601 a KUHPer

b. Hubungan pemberian kuasa, sesuai Pasal 1792 KUHPer

c. Hubungan hukum pelayanan berkala, sesuai Pasal 1601 KUHPer

C. Pengusaha dan Kewajibannya

Pengusaha adalah setiap orang yang menjalankan perusahaan. Menurut

undang-undang, ada dua macam kewajiban yang harus dilakukan (dipenuhi)

oleh pengusaha, yaitu:

1. Membuat pembukuan (Dokumen Perusahaan).

Di dalam Pasal 6 KUHD menjelaskan makna pembukuan, yakni

mewajibkan setiap orang yang menjalankan perusahaan supaya membuat

catatan atau pembukuan mengenai kekayaan dan semua hal yang berkaitan

perusahaan, sehingga dari catatan tersebut dapat diketahui hak dan

kewajiban para pihak.2

Sementara itu, mengenai dokumen perusahaan didalam KUHD

menggunakan istilah pembukuan, sedangkan dalam Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 1997 menggunakan istilah dokumen perusahaan, yaitu

merupakan data, catatan, dan atau keterangan yang dibuat dan atau diterma

oleh perusahaan dalam langkah pelaksanaan kegiatannya, baik tertulis

diatas kertas maupun sarana lain, terekam dalam bentuk cara apapun, dan

dapat dilihat, dibaca, dan didengar.3

Selain itu, didalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1997

yang dikatakan dokumen perusahaan adalah terdiri dari:

a. Dokumen Keuangan

2
Elsi Kartika Sari, Advendi Simangunsong, Hukum dalam Ekonomi, h.44

3
Elsi Kartika Sari, Advendi Simangunsong, Hukum dalam Ekonomi, h.44

4
Dokumen keuangan terdiri dari catatan (neraca tahunan,

perhitungan laba rugi tahunan, rekening, jurnal transaksi harian), bukti

pembukuan dan data administrasi keuangan yang merupakan bukti

adanya hak dan kewajiban serta kegiatan usaha suatu perusahaan.

b. Dokumen Lainnya

Dokumen lainnya terdiri dari data atau setiap tulisan yang

berisi keterangan yang mempunyai nilai guna bagi perusahaan,

meskipun tidak terkait langsung dengan dokumen keuangan.4

Sifat pembukuan yang dibuat oleh seorang pengusaha adalah

rahasia, artinya meskipun tujuan diadakannya pembukuan agar pihak

ketiga mengetahui hak-hak dan kewajibannya, namun tidak berarti secara

otomatis setiap orang diperbolehkan memeriksa atau mengetahui

pembukuan pengusaha.5

Dalam kaitannya dengan tersebut diatas, yakni pembukuan sebagai

kekuatan pembuktian, berdasarkan Pasal 12 KUHD menentukan bahwa

tiada seorangpun dapat dipaksa akan memperlihatkan buku-bukunya.

Akan tetapi, kerahasiaan pembukuan yang dimaksud oleh Pasal 12 KUHD

tersebut tidak mutlak, artinya bisa dilakukan terobosan dengan beberapa

cara, misalnya:

a. Representation, artinya melihat pembukuan pengusaha dengan

perantara hakim, sebagaimana yang disebut dalam Pasal 8 KUHD.

b. Communication, artinya pihak-pihak yang disebutkan dapat melihat

pembukuan pengusaha secara langsung tanpa perantara hakim, hal ini

4
Elsi Kartika Sari, Advendi Simangunsong, Hukum dalam Ekonomi, h.45

5
Elsi Kartika Sari, Advendi Simangunsong, Hukum dalam Ekonomi, h.45

5
disebabkan yang bersangkutan mempunyai hubungan kepentingan

langsung dengan perusahaan, yakni:

1) Para ahli waris

2) Para pendiri perseroan/persero

3) Kreditur dalam kepailitan

4) Buruh yang upahnya ditentukan pada maju mundurnya perusahaan6

Sebagaimana telah ditentukan oleh Undang-Undang bahwa

pembukuan wajib dibuat oleh seorang pengusaha, tentunya bagi

pengusaha yang tidak menjalankan kewajibannya atau lalai dapat

dikenakan sanksi sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Nomor

8 Tahun 1997 dan Pasal 396, 397, 231 (1) (2) KUHP.7

2. Wajib Daftar Perusahaan

Dengan adanya Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang

wajib daftar perusahaan maka setiap orang atau badan yang menjalankan

perusahaan, menurut hukum wajib untuk melakukan pendaftaran tentang

segala sesuatu yang berkaitan dengan usahanya sejak tanggal 1 Juni 1985.

Yang dimaksud daftar perusahaan adalah daftar catatan resmi yang

diadakan menurut atau berddasarkan ketentuan undang-undang ini atau

peraturan-peraturan pelaksanaannya, memuat hal-hal yang wajib

didaftarkan oleh setiap perusahaan, dan disahkan oleh pejabat yang

berwenang dari kantor pendaftaran perusahaan.8

Dengan demikian, daftar perusahaan merupakan daftar informasi

umum yang harus didaftarkan pada Departemen Perdagangan dan

6
Elsi Kartika Sari, Advendi Simangunsong, Hukum dalam Ekonomi, h.46

7
Elsi Kartika Sari, Advendi Simangunsong, Hukum dalam Ekonomi, h.46

8
Elsi Kartika Sari, Advendi Simangunsong, Hukum dalam Ekonomi, h.46

6
Perindustrian/Kanwil serta Departemen Perdagangan dan Perindustrian

Tingkat II.9

Daftar perusahaan bertujuan mencatat bahan-bahan keterangan

yang dibuat secara benar dari suatu perusahaan dan merupakan sumber

informasi resmi untuk semua pihak yang berkepentingan mengenai

identitas, data, serta keterangan lainnya tentang perusahaan yang

tercantum dalam daftar perusahaan dalam rangka menjamin kepastian

perusahaan. Perusahaan-perusahaan yang wajib daftar dalam daftar

perusahaan adalah berbentuk badan hukum, persekutuan, perseorangan,

dan perusahaan-perusahaan baru yang sesuai dengan perkembangan

perekonomian, sedangkan perusahaan yang ditolak pendaftarannya karena

dianggap belum melakukan wajib daftar, tetapi tidak mengurangi

kesempatan dalam usaha atau kegiatan selama tenggang waktu kewajiban

pendaftaran sejak penolakan pendaftaran.10

Kemudian, setiap perubahan dan penghapusan wajib dilaporkan

pada kantor tempat pendaftaran perusahaan oleh pemilik atau pengurus

yang bersangkutan dengan menyebutkan alasan perubahan dan

penghapusan dalam waktu 3 bulan setelah terjadi perubahan atau

penghapusan.11

Selain itu, berdasarkan Pasal 25 Undang-Undang Nomor 3 Tahun

1982, daftar perusahaan hapus jika terjadi:

a. Perusahaan yang berssangkutan menghentikan segla kegiatan usahanya

9
Elsi Kartika Sari, Advendi Simangunsong, Hukum dalam Ekonomi, h.47

10
Elsi Kartika Sari, Advendi Simangunsong, Hukum dalam Ekonomi, h.48

11
Elsi Kartika Sari, Advendi Simangunsong, Hukum dalam Ekonomi, h.48

7
b. Perusahaan yang bersangkutan berhenti pada waktu akta pendiriaannya

kadaluwarsa

c. Perusahaan yang brsangkutan dihentikan segala kegiatan usahanya

berdasarkan suatu putusan pengadilan negeri yang telah memperoleh

kekuatan hukum yang tetap.

Das könnte Ihnen auch gefallen