Sie sind auf Seite 1von 2

STRATEGI S-MPM DALAM PEMBERDAYAAN KOMITE SEKOLAH

Oleh:
Drs. Wahyudi Waluyojati, MM.Pd.
Kepala SMPN 19 Purworejo

Berkembangnya informasi tentang pendidikan gratis menimbulkan berbagai


polemik yang menyebabkan kegiatan persekolahan menjadi tak berkembang kalau
tidak boleh dibilang mandeg. Informasi tersebut mengaburkan makna peran serta
masyarakat melalui keterwakilan komite sekolah bahwa masyarakat dibebaskan dari
segala aspek perwujudan peningkatan mutu terutama yang terindikasi adanya
keterlibatan finansial.
Komite Sekolah dibentuk sebagai bagian dari Manajemen Berbasis Sekolah
(MBS) yang intinya bahwa sekolah mempunyai wewenang untuk mengelola dirinya
sendiri. Pengelolaan sekolah ini dijalankan dengan asas partisipasi, transparansi dan
akuntabilitas. Permendiknas Nomor 75 Tahun 2016 pasal 3 ayat 1 komite bertugas
untuk (1) memberikan pertimbangan meliputi kebijakan dan program sekolah,
RAPBS/RKAS, kriteria kinerja sekolah, kriteria fasilitas pendidikan di sekolah, dan
kriteria kerjasama sekolah dengan pihak lain; (2) menggalang dana dan sumberdaya
pendidikan lainnya; (3) mengawasi pelayanan pendidikan; (4) menindak lanjuti
keluhan, saran, kritik, dan aspirasi dari peserta didik, orang tua/wali dan masyarakat.
Dengan melihat berbagai fenomena faktual dan regulasional maka SMP Negeri
19 Purworejo menerapkan strategi pemberdayaan komite sekolah berbasis S-MPM
(saling menghargai, saling percaya, saling memberi manfaat).
Tahapan awal strategi saling menghargai yaitu pelibatan pembahasan hasil evaluasi
diri sekolah (EDS) melalui mekanisme (1) Brainstroming khususnya dalam
menentukan program prioritas sekolah jangka menengah maupun program kerja
sekolah jangka pendek, (2) pembahasan pembiayaan dengan dititikberatkan pada
program-program prioritas yang tidak tercover melalui dana APBN (BOS) maupun
APBD (BOSDA), (3) Pemaparan draft program kerja sekolah oleh komite sekolah
terhadap paguyuban kelas, (4) draft program kerja yang sudah disepakati oleh komite
bersama paguyuban kelas disampaikan kembali pada sekolah melalui mekanisme
pemaparan berbagai alasan logisnya.
Tahapan kedua strategi saling percaya yang meliputi kegiatan (1) penyusunan draft
program kerja yang disepakati antara pihak dewan pendidik dan komite, (2)
perencanaan penyampaian program kerja sekolah kepada masyarakat sekolah
(orangtua/wali) danseluruh stakeholder (pengawas, dewan pendidik, dan tokoh
masyarakat), (3) pelaksanaan pemaparan program kerja sekolah dengan mekanisme
(a) pemaparan program kerja secara menyeluruh oleh dewan pendidik yang diwakili
oleh KepalaSekolah, (b) pembahasan program kerjas ekolah yang tidak bisa terdanai
oleh APBN maupun APBD oleh Komite bersama Paguyuban kelas (“penggalangan
dana”) baik melalui orangtua/wali maupun dari berbagai kemungkinan pihak ketiga
yang tidak mengikat, (4) dana hasil penggalangan oleh komite disalurkan melalui
rekening bersama komite sekolah, (5) dibuat kesepakatan nota kesepahaman (MoU)
bahwa program yang terkait dengan tupoksi pendidik diserahkan pada dewan
pendidik (sekolah) dan program yang terkait dengan fasilitas pendidikan dikelola
oleh komite bersama paguyuban
Tahapan ketiga strategi saling memberi manfaat yaitu berupa (1) sekolah dapat
memenuhi program prioritas yang tak terdanai APBN dan APBD dalam peningkatan
mutu sekolah, (2) akuntabilitas kegiatan berbasis prestasi dapat terlaksana dengan
baik, (3) kegiatan pemenuhan sarana dan prasarana dapat berbasis dari oleh dan
untuk orangtua/wali peserta didik, (4) mengeliminasi polemik tentang asumsi
sekolah terhadap konotasi pungutan, (5) setiap kegiatan dapat termonitor oleh publik
secara akuntabel.
Dampak dari strategi S-MPM ini terhadap keberlangsungan SMPN 19
Purworejo meliputi UNBK mandiri sejak 2018, efisiensi pengeluaran PDAM adanya
sumur bor, prestasi UN menggeliat di peringkat 10 Kabupaten, prestasi olahraga dan
seni, terbangunnya Lab. Matematika melalui dana CSR PT. Waskita Karya (Persero)
Tbk.

Das könnte Ihnen auch gefallen