Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
hidup, status kesehatan, umur harapan hidup dan bertambahnya usia lanjut
disebabkan oleh penuaan yang biasanya muncul pada lebih dari 50% laki-
non kanker. Benigna prostat hyperplasia di jumpai pada lebih dari pria
saat ini belum diketahui secara pasti, tetapi beberapa hipotesis menyebutkan
bahwa BPH erat kaitanya dengan kadar di hidroteron (DHT) dan proses
1
Prostate (TURP). Komplikasi yang terjadi diantaranya pendarahan, stiktur
uretra, retensi bekuan darah, dan sindroma TURP. Untuk mengurangi resiko
didelegasikan kepada staf yang paling muda. Jika tidak dikerjakan dengan
(penyempitan) uretra.
1.2 RumusanMasalah
6) Bagaimanaresponklienirigasikandungkemih?
7) Bagaimanapertimbanganpenyuluhanirigasikandungkemih?
1.3 TujuanPenulisan
2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Definisi
steril yang diprogramkan oleh dokter. Darah, pus, atau sedimen dapat
2.2 Metode
jarang dilakukan (misalnya setiap 8 jam) dan tidak ada bekuan darah
3
kecil dan mukus di kandung kemih. Teknik ini menimbulkan resiko
ini sering digunakan untuk irigasi yang tidak direncanakan atau untuk
4
2.3 Tujuan
Mahanani,2015)
kateter yaitu :
2) Membebaskan kandung kemih dari bekuan darah dan pus yang bisa
2.4 Prinsip
2.5 Prosedur
2.5.1 Pengkajian
1) Kaji program dokter untuk tipe irigasi dan larutan irigasi yang
digunakan
2) Kaji warna urine dan adanya lendir atau sedimen
5
3) Tentukan kateter yang akan dipasang (3lumen atau dua lumen)
4) Menentukan kepatenan selang drainase (Catatbilacairan yang
masuk bladder dancairan drainase dari bladder melebihiukuran)
2.5.2 Perencanaan
1) Cuci tangan
2) Siap kanalat :
a) Handscone steril
b) Kateter retensi yang sudah terpasang
c) Selang dan kantong drainase (jika belum terpasang)
d) Klem selang drainase
e) Kapas antiseptic
f) wadah steril
g) Larutan irigasi steril yang dihangatkan atau memiliki
suhu rungan
2.5.3 Pelaksanaan
6
10) Hubungkan kantong dan selang drainase ke port drainase urine
jika belum dihubungkan
11) Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan. Kemudian
lakukan irigasi kandung kemih
12) Untuk irigasi kontinu, buka klem aliran pada selang drainase
urine (jika ada). Hal ini memungkinkan larutan irigasi mengalir
keluar dari kandung kemih secara kontinu.
13) Buka klem pengatur pada selang irigasi dan atur kecepatan aliran
sesuai dengan program dokter atau atur kecepatan aliran
sebanyak 40-60 tetes per menit jika kecepatan aliran tidak
ditentukan.
14) Kaji jumlah warna dan kejernihan drainase, jumlah drainase
harus sama dengan jumlah cairan irigasi yang masuk ke kandung
kemih ditambah dengan perkiraan pengeluaran urine
15) Untuk irigasi intermiten, tentukan apakah larutan perlu tetap di
kandung kemih selama waktu tertentu
16) Apabila larutan tetap berada di dalam kandung kemih (irigasi
atau pemasukkan cairan ke kandung kemih) tutup klem aliran ke
selang drainase urine. Menutup kliem aliran memungkinkan
larutan tetap di dalam kandung kemih dan bersentuhan dengan
dinding kandung kemih.
17) Apabila larutan sedang dimasukkan untuk mengirigasi kateter,
buka klem aliran pada selang drainase urine larutan irigasi akan
mengalir melalui selang dan port drainase urin, mengeluarkan
mukosa atau bekuan darah.
18) Buka klem aliran pada selang irigasi agar sejumlah larutan yang
telah diprogramkan masuk ke dalam kandung kemih.
19) Setelah larutan dipertahankan selama waktu yang telah
ditetapkan, buka klem aliran pada selang drainase dan biarkan
kandung kemih kosong.
20) Kaji jumlah warna dan kejernihan drainase. Jumlah drainase
seharusnya sama dengan jumlah cairan irigasi yang masuk ke
kandung kemih ditambah dengan perkiraan pengeluaran urine
21) Kaji klien dan pengeluaran urine
7
22) Kaji kenyamanan klienya
23) Kosongkan kantong drainase dan ukur isinya
24) Untukirigasiterbuka :Buka bak irigasi steril, jaga kesterilan,
8
6) Meyakinkan bahwa urine dan larutan irigasi akan mengalir dari
kandung kemih
7) Cairan mengisi melalui kateter ke dalam kandung kemih, sistem
pembilas. Cairan mengalir ke luar setelah irigasi selesai.
8) Meyakinkan kontinuitas, meskipun irigasi sistem kateter. Mencegah
akumulasi larutan di kandung kemih yang dapat menyebabkan distensi
kandung kemih dan kemungkinan cedera
9) Mengurangi penyebaran mikroorganisme
2.5.4 Evaluasi
2.5.5 Dokumentasi
terlalu dingin
Tindakan :
9
2) Memerlukan peningkatan kecepatan aliran (tujuan intervensi ini adalah
Beri tahu klien untuk mengobservasi drainase untuk tanda darah dan mukus,
10
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1. Pengkajian
1) Identitas pasien
2) Keluhan utama
3) Riwayat kesehatan
daerah mana yang sakit, apakah menjalar atau tidak, ukur skala nyeri,
sebelumnya
4) Pemeriksaan fisik
Aktivitas/istirahat
Timbul
Tanda : Gelisah
11
Eliminasi
berkemih
Makanan/ cairan
muntah
Tanda : penurunan
Nyeri/kenyamanan
Psikososial
Analisa Data
12
HR: 90x/i; RR: 25x/i;
suhu: 38,0°C
- Pasien tampak Sikap
tubuhnya melindungi
nyeri
Do:
- Tampak adanya
iritasi
- Tampak adanya
kemerahan
- Melaporkan perasaan
tidak nyaman
- Melaporkan kurang
nyaman dengan
situasi tersebut
Do:
ansietas
- Ketidakmampuan
untuk rileks
- Berkeluh kesah
13
3.2 Diagnosa Keperawatan
2) Resiko tinggi kerusakan integritas kulit b.d masuknya benda asing kekulit,
3.3 Intervensi
- Tanda-tanda vital
14
dalam rentang normal lainnya.
- Tidak
mengalamigangguan
tidur
hangat
nyaman perasaannya
ketakutan kecemasan
15
- Instruksikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi
mengurangi kecemasan
- Mengajarkan tentang
teknik nonfarmakologi
- Mengontrol lingkungan
yang dapat
mempengaruhi nyeri,
seperti pencahayaan.
- Berkolaborasi dengan
16
dokter untuk terapi
lainnya.
integritas kulit b.d pakaian yang longgar O: Tampak ada iritasi dan
- Menjaga kebersihan
kateter
untuk mengungkapkan
perasaannya
- Mengidentifikasi
tingkat kecemasan
- Menginstruksikan
pasien menggunakan
teknik relaksasi
17
- Memberikan obat untuk
mengurangi kecemasan
18
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
yang diprogramkan oleh dokter. Darah, pus, atau sedimen dapat terkumpul di
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
19
Elizabeth J. Corwin. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : Aditya Media
2. Yogyakarta
20