Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Note: The Constitutional Court overturns in part Article 22 of this law (March 25, 2008)
Pasal / Article(s)
KETENTUAN UMUM
12
CH. I:
GENERAL PROVISIONS
BAB II:
CH. II:
BAB III:
CH. III:
BAB IV:
CH. IV:
BAB V:
CH. V:
TREATMENT OF INVESTMENTS
BAB VI:
KETENAGAKERJAAN
1011
CH. VI:
LABOR
BAB VII:
BIDANG USAHA
12
CH. VII:
BUSINESS FIELDS
BAB VIII:
PENGEMBANGAN PENANAMAN
MODAL BAGI USAHA MIKRO, KECIL,
MENENGAH, DAN KOPERASI
CH. VIII:
13
ENHANCEMENT OF INVESTMENTS IN
MICRO, SMALL AND MEDIUM
ENTERPRISES, AND COOPERATIVES
BAB IX:
1417
CH. IX:
BAB X:
1824
CH. X:
INVESTMENT FACILITIES
BAB XI:
CH. XI:
BAB XII:
CH. XII:
COORDINATION AND
IMPLEMENTATION OF INVESTMENT
POLICIES
CH. XIII:
ADMINISTRATION OF INVESTMENT
AFFAIRS
BAB I:
69
2526
2729
BAB XIII:
PENYELENGGARAAN URUSAN
PENANAMAN MODAL
30
BAB XIV:
31
CH. XIV:
BAB XV:
PENYELESAIAN SENGKETA
32
CH. XV:
SETTLEMENT OF DISPUTES
BAB XVI:
SANKSI
3334
CH. XVI:
SANCTIONS
BAB XVII:
KETENTUAN PERALIHAN
3537
CH. XVII:
TRANSITIONAL PROVISIONS
BAB XVIII:
KETENTUAN PENUTUP
3840
CH. XVIII:
CONCLUDING PROVISIONS
THE PRESIDENT OF
THE REPUBLIC OF INDONESIA,
Menimbang:
Considering:
a. bahwa untuk mewujudkan masyarakat adil dan a. that to realize a just and prosperous society on
makmur berdasarkan Pancasila dan Undangthe basis of Pancasila and the 1945 Constitution
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
of the State of the Republic of Indonesia, it is
1945 perlu dilaksanakan pembangunan ekonomi
necessary to develop the national economics in a
nasional
yang
berkelanjutan
dengan
sustainable manner based on the economic
berlandaskan
demokrasi
ekonomi
untuk
democracy towards the states goals;
mencapai tujuan bernegara;
b.
c.
d.
bahwa
dalam
menghadapi
perubahan d.
perekonomian
global
dan
keikutsertaan
Indonesia
dalam
berbagai
kerja
sama
internasional perlu diciptakan iklim penanaman
modal yang kondusif, promotif, memberikan
kepastian hukum, keadilan, dan efisien dengan
tetap memperhatikan kepentingan ekonomi
nasional;
e.
f.
Mengingat:
Pasal 4 ayat (1), Pasal 5 ayat (1), Pasal 18 ayat (1),
ayat (2), dan ayat (5), Pasal 20, serta Pasal 33
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945;
Bearing in mind:
Article 4 section (1), Article 5 section (1), Article 18
section (1), section (2), and section (5), Article 20,
and Article 33 of the 1945 Constitution of the State of
the Republic of Indonesia;
MEMUTUSKAN:
HAS DECIDED:
PENJELASAN UMUM
Salah satu tujuan pembentukan pemerintahan negara
adalah untuk memajukan kesejahteraan umum. Amanat
tersebut, antara lain, telah dijabarkan dalam Pasal 33 UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan
merupakan amanat konstitusi yang mendasari pembentukan
seluruh
peraturan
perundang-undangan
di
bidang
perekonomian. Konstitusi mengamanatkan agar pembangunan
ekonomi nasional harus berdasarkan prinsip demokrasi yang
mampu menciptakan terwujudnya kedaulatan ekonomi
Indonesia. Keterkaitan pembangunan ekonomi dengan pelaku
ekonomi kerakyatan dimantapkan lagi dengan Ketetapan
GENERAL ELUCIDATION
One of the goals of establishment of state governance is to
further public welfare. This mandate has been stated in, inter
alia, Article 33 of the 1945 Constitution of the State of the
Republic of Indonesia, and is a constitutional mandate upon
which all economic laws and regulations are made. The
Constitution has mandated that national economic development
must be founded on the democratic principle that enables to
realize the sovereignty of the Indonesian economy. A link
between economic development and peoples economic actors is
already affirmed by Decree of the Peoples Consultative
Assembly of the Republic of Indonesia Number XVI/MPR/1998
Undang ini juga mengatur hak pengalihan aset dan hak untuk
melakukan transfer dan repatriasi dengan tetap memperhatikan
tanggung jawab hukum, kewajiban fiskal, dan kewajiban sosial
yang harus diselesaikan oleh penanam modal. Kemungkinan
timbulnya sengketa antara penanam modal dan Pemerintah
juga diantisipasi Undang-Undang ini dengan pengaturan
mengenai penyelesaian sengketa.
Hak, kewajiban, dan tanggung jawab penanam modal
diatur secara khusus guna memberikan kepastian hukum,
mempertegas kewajiban penanam modal terhadap penerapan
prinsip tata kelola perusahaan yang sehat, memberikan
penghormatan atas tradisi budaya masyarakat, dan
melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan. Pengaturan
tanggung jawab penanam modal diperlukan untuk mendorong
iklim persaingan usaha yang sehat, memperbesar tanggung
jawab lingkungan dan pemenuhan hak dan kewajiban tenaga
kerja, serta upaya mendorong ketaatan penanam modal
terhadap peraturan perundang-undangan.
Perekonomian dunia ditandai oleh kompetisi antarbangsa
yang semakin ketat sehingga kebijakan penanaman modal harus
didorong untuk menciptakan daya saing perekonomian nasional
guna mendorong integrasi perekonomian Indonesia menuju
perekonomian global. Perekonomian dunia juga diwarnai oleh
adanya blok perdagangan, pasar bersama, dan perjanjian
perdagangan bebas yang didasarkan atas sinergi kepentingan
antarpihak atau antarnegara yang mengadakan perjanjian. Hal
itu juga terjadi dengan keterlibatan Indonesia dalam berbagai
kerja sama internasional yang terkait dengan penanaman
modal, baik secara bilateral, regional maupun multilateral
(World Trade Organization/WT0), menimbulkan berbagai
konsekuensi yang harus dihadapi dan ditaati.
Berbagai pertimbangan di atas dan mengingat hukum
penanaman modal yang telah berlaku selama kurang lebih 40
(empat puluh) tahun semakin mendesak kebutuhan UndangUndang tentang Penanaman Modal sebagai pengganti UndangUndang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 11
Tahun 1970 tentang Perubahan dan Tambahan UndangUndang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing
dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman
Modal Dalam Negeri sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1970 tentang Perubahan dan
Tambahan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang
Penanaman Modal Dalam Negeri yang selama ini merupakan
dasar hukum bagi kegiatan penanaman modal di Indonesia
perlu diganti karena tidak sesuai lagi dengan tantangan dan
kebutuhan untuk mempercepat perkembangan perekonomian
nasional melalui konstruksi pembangunan hukum nasional di
bidang penanaman modal yang berdaya saing dan berpihak
kepada kepentingan nasional.
BAB I
CHAPTER I
KETENTUAN UMUM
GENERAL PROVISIONS
Pasal 1
Article 1
In this Law:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10. Pelayanan terpadu satu pintu adalah kegiatan 10. One-Stop Service means an activity to provide
licensing and nonlicensing services by delegating
penyelenggaraan
suatu
perizinan
dan
or assigning the authority from an institution or
nonperizinan yang mendapat pendelegasian atau
agency with licensing and nonlicensing
pelimpahan wewenang dari lembaga atau
authority, in which the administrative process
instansi yang memiliki kewenangan perizinan
begins in one place from the phase of application
dan nonperizinan yang proses pengelolaannya
through the phase of issuance of a document.
dimulai dari tahap permohonan sampai dengan
tahap terbitnya dokumen yang dilakukan dalam
satu tempat.
11. Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan 11. Regional Autonomy means a right, authority,
and obligation of an autonomous region to
kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan
administer and organize itself the local
mengurus sendiri urusan pemerintahan dan
government and public affairs under laws and
kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan
regulations.
ketentuan peraturan perundang-undangan.
12. Pemerintah pusat, yang selanjutnya disebut 12. Central Government, hereinafter called
Pemerintah, adalah Presiden Republik Indonesia
Government, means the President of the
yang memegang kekuasaan pemerintahan negara
Republic of Indonesia who holds the powers in
Republik Indonesia sebagaimana dimaksud
the government of the state of the Republic of
dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia as intended by the 1945 Constitution
Indonesia Tahun 1945.
of the State of the Republic of Indonesia.
13. Pemerintah daerah adalah gubernur, bupati 13. Regional Government means a governor,
regent or mayor and a regional instrumentality as
atau walikota, dan perangkat daerah sebagai
components of a regional administrator.
unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
Penjelasan Pasal 1: Cukup jelas
Pasal 2
Article 2
Ketentuan dalam Undang-Undang ini berlaku bagi This Law shall apply to investments in all sectors in
penanaman modal di semua sektor di wilayah negara the territory of the state of the Republic of Indonesia.
Republik Indonesia.
Penjelasan Pasal 2:
Yang dimaksud dengan "penanaman modal di semua
sektor di wilayah negara Republik Indonesia" adalah
penanaman modal langsung dan tidak termasuk
penanaman modal tidak langsung atau portofolio.
Elucidation of Article 2:
Investments in all sectors in the territory of the state of
the Republic of Indonesia means direct investments, not
including indirect or portfolio investments.
BAB II
CHAPTER II
Pasal 3
Article 3
(1) Penanaman modal diselenggarakan berdasarkan (1) Investments shall be implemented under the
asas:
principles of:
a.
kepastian hukum;
a.
legal certainty;
b.
b.
keterbukaan;
transparency;
c.
c.
akuntabilitas;
accountability
d.
d.
e.
e.
kebersamaan;
togetherness;
f.
f.
efisiensi berkeadilan;
efficiency in justice;
g.
g.
berkelanjutan;
sustainability;
8
h.
h.
berwawasan lingkungan;
environmentally-sound;
i.
i.
kemandirian; dan
independence; and
j.
i.
keseimbangan kemajuan
ekonomi nasional.
dan
kesatuan
(2) Tujuan penyelenggaraan penanaman modal, (2) The purposes of the implementation
antara lain untuk:
investments shall be, inter alia:
pertumbuhan
a.
meningkatkan
nasional;
b.
c.
meningkatkan
berkelanjutan;
d.
e.
f.
mendorong
kerakyatan;
ekonomi
g.
pembangunan
pengembangan
ekonomi
of
ekonomi
h.
h.
BAB III
CHAPTER III
Pasal 4
Article 4
kebijakan
a.
a.
b.
mempercepat
modal.
b.
peningkatan
penanaman
(2) Dalam menetapkan kebijakan dasar sebagaimana (2) In the adoption of major policies as intended by
dimaksud pada ayat (1), Pemerintah:
section (1) the Government shall:
a.
a.
b.
b.
c.
c.
(3) Kebijakan dasar sebagaimana dimaksud pada (3) Major investment policies as intended by section
ayat (1) dan ayat (2) diwujudkan dalam bentuk
(1) and section (2) shall be reflected in a General
10
BAB IV
CHAPTER IV
Pasal 5
Article 5
(1) Penanaman modal dalam negeri dapat dilakukan (1) Domestic investments may be made in the form
dalam bentuk badan usaha yang berbentuk badan
of a business entity in the form of a legal entity,
hukum, tidak berbadan hukum atau usaha
nonlegal entity or sole proprietorship under laws
perseorangan, sesuai dengan ketentuan peraturan
and regulations.
perundang-undangan.
(2) Penanaman modal asing wajib dalam bentuk (2) Foreign investments must take the form of a
limited liability company under Indonesian law,
perseroan terbatas berdasarkan hukum Indonesia
and domiciled within the territory of the state of
dan berkedudukan di dalam wilayah negara
the Republic of Indonesia, unless provided
Republik Indonesia, kecuali ditentukan lain oleh
otherwise by law.
undang-undang.
(3) Penanam modal dalam negeri dan asing yang (3) Domestic and foreign investors who make an
investment in the form of a limited liability
melakukan penanaman modal dalam bentuk
company shall:
perseoran terbatas dilakukan dengan:
a.
pada
saat
b.
c.
c. take another
regulations.
method
under
laws
BAB V
CHAPTER V
TREATMENT OF INVESTMENTS
Pasal 6
Article 6
and
(1) Pemerintah memberikan perlakuan yang sama (1) The Government shall accord equitable treatment
to all investors of any countries that carry out
kepada semua penanam modal yang berasal dari
investment activities in Indonesia under laws and
negara manapun yang melakukan kegiatan
regulations.
penanaman modal di Indonesia sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Penjelasan Pasal 6 Ayat (1): Cukup jelas
(2) Perlakuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) (2) Treatment as intended by section (1) shall not
apply to investors of a country that has acquired
tidak berlaku bagi penanam modal dari suatu
privileges by virtue of a treaty with Indonesia.
negara yang memperoleh hak istimewa
berdasarkan perjanjian dengan Indonesia.
Penjelasan Pasal 6 Ayat (2):
11
Pasal 7
Article 7
(1) Pemerintah tidak akan melakukan tindakan (1) The Government shall take no measures of
nasionalisasi
atau
pengambilalihan
hak
nationalization or expropriation against the
kepemilikan penanam modal, kecuali dengan
proprietory rights of investors, unless provided
undang-undang.
by law.
Penjelasan Pasal 7 Ayat (1): Cukup jelas
(2) Dalam hal Pemerintah melakukan tindakan (2) If the Government takes measures of
nationalization or expropriation against the
nasionalisasi
atau
pengambilalihan
hak
proprietory rights as intended by section (1), then
kepemilikan sebagaimana dimaksud pada ayat
the Government shall pay compensation the
(1), Pemerintah akan memberikan kompensasi
amount of which shall be determined by market
yang jumlahnya ditetapkan berdasarkan harga
value.
pasar.
Penjelasan Pasal 7 Ayat (2):
Yang dimaksud dengan "harga pasar" adalah harga yang
ditentukan menurut cara yang digunakan secara
internasional oleh penilai independen yang ditunjuk oleh
para pihak.
(3) Jika di antara kedua belah pihak tidak tercapai (3) If both parties fail to reach an agreement of
compensation or damages as intended by section
kesepakatan tentang kompensasi atau ganti rugi
(2), the settlement thereof shall go to arbitration.
sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
penyelesaiannya dilakukan melalui arbitrase.
Penjelasan Pasal 7 Ayat (3):
Yang dimaksud dengan "arbitrase" adalah cara
penyelesaian suatu sengketa perdata di luar pengadilan
yang didasarkan pada kesepakatan tertulis oleh para
pihak yang bersengketa.
Pasal 8
Article 8
(1) Penanam modal dapat mengalihkan aset yang (1) Investors may transfer assets they own to parties
the investors wish under laws and regulations.
dimilikinya kepada pihak yang diinginkan oleh
penanam modal sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Penjelasan Pasal 8 Ayat (1): Cukup jelas
(2) Aset yang tidak termasuk aset sebagaimana (2) Assets not counting assets as intended by section
(1) shall be assets that are determined by law as
dimaksud pada ayat (1) merupakan aset yang
assets controlled by the state.
ditetapkan oleh undang-undang sebagai aset
yang dikuasai oleh negara.
Penjelasan Pasal 8 Ayat (2): Cukup jelas
12
(3) Penanam modal diberi hak untuk melakukan (3) Investors shall be granted the following rights to
transfer and repatriate in foreign currencies, inter
transfer dan repatriasi dalam valuta asing, antara
alia:
lain terhadap:
a.
modal;
a. capital;
b.
c.
1.
1. to
purchase
raw
materials
and
components, intermediate goods or
finished goods; or
2.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
bagi
are
needed
for
(4) Hak untuk melakukan transfer dan repatriasi (4) The rights to transfer and repatriate as intended
by section (3) shall be exercised under laws and
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan
regulations.
sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
13
(5) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) (5) The provision as intended by section (1) shall not
tidak mengurangi:
detract from:
a.
kewenangan
Pemerintah
untuk
memberlakukan
ketentuan
peraturan
perundang-undangan yang mewajibkan
pelaporan pelaksanaan transfer dana;
a.
b.
b.
c.
pelaksanaan hukum
kerugian negara.
untuk
menghindari
c.
d.
d.
Pasal 9
Article 9
(1) Dalam hal adanya tanggung jawab hukum yang (1) If existing legal responsibilities are not yet
belum diselesaikan oleh penanam modal:
settled by investors:
a.
a.
b.
pengadilan
berwenang
menetapkan
penundaan hak untuk melakukan transfer
dan/atau repatriasi berdasarkan gugatan.
b.
(2) Bank atau lembaga lain melaksanakan penetapan (2) A bank or other institution shall execute a
deferment order under a court order as intended
penundaan berdasarkan penetapan pengadilan
by section (1) subsection b until investors have
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
discharged all the responsibilities.
hingga selesainya seluruh tanggung jawab
penanam modal.
14
BAB VI
CHAPTER VI
KETENAGAKERJAAN
LABOR
Pasal 10
Article 10
(1) Perusahaan penanaman modal dalam memenuhi (1) In addressing their labor need, investment
companies must give precedence to Indonesiankebutuhan tenaga kerja harus mengutamakan
national workers.
tenaga kerja warga negara Indonesia.
(2) Perusahaan
penanaman
modal
berhak (2) Investment companies shall be entitled to engage
foreign-national experts for specified office and
menggunakan tenaga ahli warga negara asing
expertise under laws and regulations.
untuk jabatan dan keahlian tertentu sesuai
dengan
ketentuan
peraturan
perundangundangan.
(3) Perusahaan
penanaman
modal
wajib (3) Investment companies must increase the
competency of Indonesian-national workers
meningkatkan kompetensi tenaga kerja warga
through job training under laws and regulations.
negara Indonesia melalui pelatihan kerja sesuai
dengan
ketentuan
peraturan
perundangundangan.
(4) Perusahaan
penanaman
modal
yang (4) Investment companies that employ foreign
workers must conduct training and transfer
mempekerjakan tenaga kerja asing diwajibkan
technology to Indonesian-national workers under
menyelenggarakan pelatihan dan melakukan alih
laws and regulations.
teknologi kepada tenaga kerja warga negara
Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Penjelasan Pasal 10: Cukup jelas
Pasal 11
Article 11
(1) Penyelesaian perselisihan hubungan industrial (1) Industrial relations dispute settlement must be
sought to be made amicably between an
wajib diupayakan untuk diselesaikan secara
investment company and workers.
musyawarah antara perusahaan penanaman
modal dan tenaga kerja.
(2) Jika penyelesaian sebagaimana dimaksud pada (2) If no result of settlement as intended by section
(1) is reached, the settlement thereof must be
ayat (1) tidak mencapai hasil, penyelesaiannya
made through a tripartite mechanism.
dilakukan melalui upaya mekanisme tripartit.
(3) Jika penyelesaian sebagaimana dimaksud pada (3) If no result of settlement as intended by section
(2) is reached, an investment company and
ayat (2) tidak mencapai hasil, perusahaan
workers shall settle the industrial relations
penanaman
modal
dan
tenaga
kerja
dispute through an industrial relations court.
menyelesaikan perselisihan hubungan industrial
melalui pengadilan hubungan industrial.
Penjelasan Pasal 11: Cukup jelas
BAB VII
CHAPTER VII
15
BIDANG USAHA
BUSINESS FIELDS
Pasal 12
Article 12
(1) Semua bidang usaha atau jenis usaha terbuka (1) All business fields or business types shall be open
for investment activities, except for business
bagi kegiatan penanaman modal, kecuali bidang
fields or business types that are declared to be
usaha atau jenis usaha yang dinyatakan tertutup
closed and conditionally open.
dan terbuka dengan persyaratan.
Penjelasan Pasal 12 Ayat (1):
Bidang usaha atau jenis usaha yang tertutup dan yang
terbuka dengan persyaratan ditetapkan melalui Peraturan
Presiden disusun dalam suatu daftar yang berdasarkan
standar klasifikasi tentang bidang usaha atau jenis usaha
yang berlaku di Indonesia, yaitu klasifikasi berdasarkan
Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI)
dan/atau International Standard Industrial Classification
(ISIC).
(2) Bidang usaha yang tertutup bagi penanam modal (2) Business fields that are closed to foreign
asing adalah:
investors shall be:
a.
a.
b.
b.
(3) Pemerintah berdasarkan Peraturan Presiden (3) The Government under Regulation of the
President shall determine business fields closed
menetapkan bidang usaha yang tertutup untuk
to investments, both to foreign investments and
penanaman modal, baik asing maupun dalam
domestic investments, under the following
negeri, dengan berdasarkan kriteria kesehatan,
criteria: soundness, morals, culture, the
moral,
kebudayaan,
lingkungan
hidup,
environment, national defense and security, as
pertahanan dan keamanan nasional, serta
well as other national interests.
kepentingan nasional lainnya.
Penjelasan Pasal 12 Ayat (3):
Cukup jelas
(4) Kriteria dan persyaratan bidang usaha yang (4) The criteria and requirements of business fields
that are closed and conditionally open as well as
tertutup dan yang terbuka dengan persyaratan
a list of business fields that are closed and
serta daftar bidang usaha yang tertutup dan yang
conditionally open shall be governed by
terbuka dengan persyaratan masing-masing akan
Regulation of the President, respectively.
diatur dengan Peraturan Presiden.
Penjelasan Pasal 12 Ayat (4):
Cukup jelas
(5) Pemerintah menetapkan bidang usaha yang (5) The Government shall determine business fields
that are conditionally open under the national
terbuka dengan persyaratan berdasarkan kriteria
interest criteria, to wit protection of natural
kepentingan nasional, yaitu perlindungan sumber
resources, protection and enhancement of micro,
daya alam, perlindungan, pengembangan usaha
16
BAB VIII
CHAPTER VIII
Pasal 13
Article 13
(1) Pemerintah wajib menetapkan bidang usaha yang (1) The Government must determine business fields
that are reserved for micro, small and medium
dicadangkan untuk usaha mikro, kecil,
enterprises and cooperatives, as well as business
menengah, dan koperasi serta bidang usaha yang
fields that are open to large businesses subject to
terbuka untuk usaha besar dengan syarat harus
cooperation with micro, small and medium
bekerja sama dengan usaha mikro, kecil,
enterprises, and cooperatives.
menengah, dan koperasi.
Penjelasan Pasal 13 Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "bidang usaha yang dicadangkan"
adalah bidang usaha yang khusus diperuntukkan bagi
usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi agar mampu
dan sejajar dengan pelaku ekonomi lainnya.
(2) Pemerintah
melakukan
pembinaan
dan (2) The Government shall direct and develop micro,
small and medium enterprises, and cooperatives
pengembangan usaha mikro, kecil, menengah,
through partnership programs, increase of the
dan koperasi melalui program kemitraan,
competitiveness, inducement of innovation and
peningkatan daya saing, pemberian dorongan
market expansion, as well as wide dissemination
inovasi dan perluasan pasar, serta penyebaran
of information.
informasi yang seluas-luasnya.
Penjelasan Pasal 13 Ayat (2):
Cukup jelas
BAB IX
HAPTER IX
Pasal 14
Article 14
a.
a.
b.
c.
c.
d.
Pasal 15
Article 15
Every investor is obligated:
b.
c.
d.
e.
a.
18
undangan.
Penjelasan Pasal 15 Huruf e:
Cukup jelas
Pasal 16
Setiap penanam modal bertanggung jawab:
Article 16
Every investor shall be responsible:
a.
b.
menanggung
dan
menyelesaikan
segala b.
kewajiban dan kerugian jika penanam modal
menghentikan
atau
meninggalkan
atau
menelantarkan kegiatan usahanya secara sepihak
sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan;
c.
d.
e.
menciptakan
keselamatan,
kesehatan, e.
kenyamanan, dan kesejahteraan pekerja; dan
f.
d.
Pasal 17
Article 17
BAB X
CHAPTER X
INVESTMENT FACILITIES
Pasal 18
Article 18
19
(1) Pemerintah memberikan fasilitas kepada (1) The Government shall provide facilities to
investors who invest.
penanam modal yang melakukan penanaman
modal.
Penjelasan Pasal 18 Ayat (1): Cukup jelas
(2) Fasilitas penanaman modal sebagaimana (2) Investment facilities as intended by section (1)
dimaksud pada ayat (1) dapat diberikan kepada
may be provided to an investment:
penanaman modal yang:
a.
a.
b.
b.
(3) Penanaman modal yang mendapat fasilitas (3) An investment eligible to receive facilities as
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah yang
intended by section (2) shall be an investment
sekurang-kurangnya memenuhi salah satu
that meets at least one of the following criteria:
kriteria berikut ini:
a.
a.
b.
b.
c.
c.
d.
e.
d.
transfers technology;
Elucidation of Article 18 section (3) subsection d:
Sufficiently clear
e.
f.
f.
g.
g.
h.
melaksanakan
kegiatan
penelitian,
h.
conducts
research,
development,
and
20
innovation activities;
i.
kecil,
i.
j.
j.
(4) Bentuk fasilitas yang diberikan kepada (4) Facilities to be provided to an investment as
penanaman modal sebagaimana dimaksud pada
intended by section (2) and section (3) may be in
ayat (2) dan ayat (3) dapat berupa:
the form of:
a.
a.
b.
b.
c.
c.
d.
d.
e.
e.
f.
f.
(5) Pembebasan atau pengurangan pajak penghasilan (5) Exemptions or reductions of corporate income
tax in a definite amount and period may only be
badan dalam jumlah dan waktu tertentu hanya
granted to a new investment which is a pioneer
dapat diberikan kepada penanaman modal baru
industry, namely an industry with wide-ranging
yang merupakan industri pionir, yaitu industri
links, that gives added values and high
yang memiliki keterkaitan yang luas, memberi
21
(6) Bagi penanaman modal yang sedang berlangsung (6) Ongoing investments that are replacing machines
yang melakukan penggantian mesin atau barang
or other capital goods may be provided with
modal lainnya, dapat diberikan fasilitas berupa
facilities in the form of customs duty relief or
keringanan atau pembebasan bea masuk.
exemptions.
Penjelasan Pasal 18 Ayat (6): Cukup jelas
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian (7) Further requirements for provision of fiscal
facilities as intended by section (4) through
fasilitas fiskal sebagaimana dimaksud pada ayat
section (6) shall be governed by Regulation of
(4) sampai dengan ayat (6) diatur dengan
the Minister of Finance.
Peraturan Menteri Keuangan.
Penjelasan Pasal 18 Ayat (7): Cukup jelas
Pasal 19
Article 19
Fasilitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat Facilities as intended by Article 18 section (4) and
(4) dan ayat (5) diberikan berdasarkan kebijakan section (5) shall be provided under a national industry
policy adopted by the Government:
industri nasional yang ditetapkan oleh Pemerintah:
Penjelasan Pasal 19: Cukup jelas
Pasal 20
Article 20
Fasilitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 tidak Facilities as intended by Article 18 shall not apply to
berlaku bagi penanaman modal asing yang tidak foreign investments of non-limited liability company
berbentuk perseroan terbatas.
form.
Penjelasan Pasal 20: Cukup jelas
Pasal 21
Article 21
Selain fasilitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal In addition to facilities as intended by Article 18, the
18, Pemerintah memberikan kemudahan pelayanan Government shall provide simplified services and/or
dan/atau perizinan kepada perusahaan penanaman permission to investment companies to obtain:
modal untuk memperoleh:
a.
a.
land titles;
b.
b.
c.
c.
22
Pasal 22
Article 22
(1) Kemudahan pelayanan dan/atau perizinan hak (1) Simplified services and/or permission of land
atas tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21
titles as intended by Article 21 point (a) may be
huruf a dapat diberikan dan diperpanjang di
granted and extended all at once in advance, and
muka sekaligus dan dapat diperbarui kembali
is renewable at the investors request for the
atas permohonan penanam modal, berupa:
following:
a.
a.
b.
b.
c.
c.
(2) Hak atas tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Land titles as intended by section (1) may be
(1) dapat diberikan dan diperpanjang di muka
granted and extended all at one in advance for
sekaligus untuk kegiatan penanaman modal,
the following investment activities, inter alia:
dengan persyaratan antara lain:
a.
a.
b.
b.
c.
c.
d.
d.
e.
e.
(3) Hak atas tanah dapat diperbarui setelah (3) A land title is renewable upon evaluation that the
land remains in good use and cultivation
dilakukan evaluasi bahwa tanahnya masih
conforming to the condition, nature, and purpose
digunakan dan diusahakan dengan baik sesuai
the title is granted.
dengan keadaan, sifat, dan tujuan pemberian hak.
Penjelasan Pasal 22 Ayat (3):
Cukup jelas
(4) Pemberian dan perpanjangan hak atas tanah yang (4) The granting and extension of land titles that are
granted all at once in advance and renewable as
diberikan sekaligus di muka dan yang dapat
diperbarui sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
intended by section (1) and section (2) may be
dan ayat (2) dapat dihentikan atau dibatalkan
terminated or cancelled by the Government if an
oleh Pemerintah jika perusahaan penanaman
investment company abandons the land, harms
modal
menelantarkan
tanah,
merugikan
the public interest, uses or cultivates land other
kepentingan
umum,
menggunakan
atau
than in accordance with the objectives and
memanfaatkan tanah tidak sesuai dengan maksud
purposes of the granting of its land titles, as well
dan tujuan pemberian hak atas tanahnya, serta
as violates the laws and regulations concerning
melanggar ketentuan peraturan perundangland.
undangan di bidang pertanahan.
Penjelasan Pasal 22 Ayat (4):
Cukup jelas
24
Pasal 23
Article 23
(1) Kemudahan pelayanan dan/atau perizinan atas (1) Simplified services and/or permission in
fasilitas keimigrasian sebagaimana dimaksud
connection with immigration facilities as
dalam Pasal 21 huruf b dapat diberikan untuk:
intended by Article 21 point (b) may be
provided:
a.
a.
b.
b.
c.
c.
to prospective investors
possibilities for investments.
to
explore
(2) Kemudahan pelayanan dan/atau perizinan atas (2) Simplified services and/or permission in
connection with immigration facilities to be
fasilitas keimigrasian yang diberikan kepada
provided to investments as intended by section
penanaman modal sebagaimana dimaksud pada
(1) point (a) and point (b) shall be provided upon
ayat (1) huruf a dan huruf b diberikan setelah
investors receiving recommendation from the
penanam modal mendapat rekomendasi dari
Investment Coordinating Agency.
Badan Koordinasi Penanaman Modal.
Penjelasan Pasal 23 Ayat (2)
Rekomendasi diberikan setelah penanaman modal
memenuhi ketentuan penggunaan tenaga kerja asing
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
ketenagakerjaan.
(3) Untuk penanam modal asing diberikan fasilitas, (3) A foreign investor shall be provided with the
yaitu:
following facilities:
a.
a.
b.
b.
c.
c.
25
d.
d.
e.
e.
(4) Pemberian izin tinggal terbatas bagi penanam (4) A non-permanent residence permit for a foreign
investor as intended by section (3) point (a) and
modal asing sebagaimana dimaksud pada ayat
point (b) shall be granted by the Directorate
(3) huruf a dan huruf b dilakukan oleh Direktorat
General of Immigration upon recommendation of
Jenderal Imigrasi atas dasar rekomendasi dari
the Investment Coordinating Agency.
Badan Koordinasi Penanaman Modal.
Penjelasan Pasal 23 Ayat (4):
Cukup jelas
Pasal 24
Article 24
Kemudahan pelayanan dan/atau perizinan atas Simplified services and/or permission in connection
fasilitas perizinan impor sebagaimana dimaksud with import permission facilities as intended by
Article 21 point (c) may be provided for import of:
dalam Pasal 21 huruf c dapat diberikan untuk impor:
a.
b.
c.
d.
BAB XI
CHAPTER XI
Pasal 25
Article 25
(1) Penanam modal yang melakukan penanaman (1) Investors who invest in Indonesia must comply
26
dengan
(2) Pengesahan pendirian badan usaha penanaman (2) Validation of establishment of a domestic
modal dalam negeri yang berbentuk badan
investment business entity in the form of a legal
hukum atau tidak berbadan hukum dilakukan
entity or nonlegal entity shall be made under
sesuai dengan ketentuan peraturan perundanglaws and regulations.
undangan.
(3) Pengesahan pendirian badan usaha penanaman (3) Validation of establishment of a foreign
modal asing yang berbentuk perseroan terbatas
investment business entity in the form of a
dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan
limited liability company shall be made under
perundang-undangan.
laws and regulations.
(4) Perusahaan penanaman modal yang akan (4) An investment company to perform business
melakukan kegiatan usaha wajib memperoleh
activities is required to obtain a license/permit
izin sesuai dengan ketentuan peraturan
under laws and regulations from a competent
perundang-undangan dari instansi yang memiliki
agency, unless provided otherwise by law.
kewenangan, kecuali ditentukan lain dalam
undang-undang.
(5) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (4) (5) A license/permit as intended by section (4) shall
diperoleh melalui pelayanan terpadu satu pintu.
be obtained through one-stop services.
Penjelasan Pasal 25: Cukup jelas
Pasal 26
Article 26
(1) Pelayanan terpadu satu pintu bertujuan (1) One-stop services aim to help investors have
membantu penanam modal dalam memperoleh
access to simplified services, fiscal facilities, and
kemudahan pelayanan, fasilitas fiskal, dan
information on investments.
informasi mengenai penanaman modal.
(2) Pelayanan terpadu satu pintu dilakukan oleh (2) One-stop services shall be provided by a
competent investment institution or agency that
lembaga atau instansi yang berwenang di bidang
has received delegation or assignment of
penanaman modal yang mendapat pendelegasian
authority from an institution or agency
atau pelimpahan wewenang dari lembaga atau
competent in licensing and nonlicensing at the
instansi yang memiliki kewenangan perizinan
central level, or from an institution or agency
dan nonperizinan di tingkat pusat atau lembaga
competent to issue a license or nonlicense in
atau instansi yang berwenang mengeluarkan
provinces or districts/cities.
perizinan dan nonperizinan di provinsi atau
kabupaten/kota.
concerning
procedures
and
(3) Ketentuan mengenai tata cara dan pelaksanaan (3) Provisions
implementation of one-stop services as intended
pelayanan terpadu satu pintu sebagaimana
by section (2) shall be governed by Regulation of
dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan
the President.
Presiden.
Penjelasan Pasal 26: Cukup jelas
BAB XII
CHAPTER XII
Pasal 27
Article 27
(1) Pemerintah mengoordinasi kebijakan penanaman (1) The Government shall coordinate investment
policies amongst the Governmental agencies,
modal, baik koordinasi antarinstansi Pemerintah,
between the Governmental agencies and Bank
antara instansi Pemerintah dengan Bank
Indonesia, between the Governmental agencies
Indonesia, antara instansi Pemerintah dengan
and the regional governments, and amongst the
pemerintah daerah, maupun antarpemerintah
regional governments.
daerah.
Penjelasan Pasal 27 Ayat (1): Cukup jelas
(3) Badan
Koordinasi
Penanaman
Modal (3) The Investment Coordinating Agency as
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dipimpin
intended by section (2) shall be led by a head and
oleh seorang kepala dan bertanggung jawab
shall be directly responsible to the President.
langsung kepada Presiden.
Penjelasan Pasal 27 Ayat (3):
Yang dimaksud dengan bertanggung jawab langsung
kepada Presiden adalah bahwa Badan Koordinasi
Penanaman Modal dalam melaksanakan tugas,
menjalankan fungsi, dan menyampaikan tanggung
jawabnya langsung kepada Presiden.
(4) Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (4) The Head of the Investment Coordinating
Agency as intended by section (3) shall be
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diangkat
appointed and dismissed by the President.
dan diberhentikan oleh Presiden.
[Tidak ada penjelasan]
[No elucidation]
Pasal 28
Article 28
(1) Dalam rangka koordinasi pelaksanaan kebijakan (1) In regard to coordination of the implementation
of investment policies and services, the
dan pelayanan penanaman modal, Badan
Investment Coordinating Agency shall have the
Koordinasi Penanaman Modal mempunyai tugas
following duties and functions:
dan fungsi sebagai berikut:
a.
melaksanakan
tugas
dan
koordinasi
pelaksanaan kebijakan di bidang penanaman
modal;
a.
b.
kebijakan
b.
c.
c.
penanaman modal;
d.
potensi
dengan
d.
e.
e.
f.
f.
g.
h.
i.
j.
i.
to promote investments;
Elucidation of Article 28 section (1) subsection f:
Sufficiently clear
h.
g.
j.
(2) Selain tugas koordinasi sebagaimana dimaksud (2) In addition to coordinating duties as intended by
Article 27 section (2), the Investment
dalam Pasal 27 ayat (2), Badan Koordinasi
Coordinating Agency shall have a duty to
Penanaman Modal bertugas melaksanakan
perform investment services under laws and
pelayanan penanaman modal berdasarkan
29
regulations.
Elucidation of Article 28 section (2):
Sufficiently clear
Pasal 29
Article 29
BAB XIII
CHAPTER XIII
Pasal 30
Article 30
Government
and/or
the
regional
(1) Pemerintah
dan/atau
pemerintah
daerah (1) The
governments shall guarantee the business
menjamin kepastian dan keamanan berusaha bagi
certainty and security in the implementation of
pelaksanaan penanaman modal.
investments.
(2) Pemerintah daerah menyelenggarakan urusan (2) The regional governments shall administer
investment affairs within their authority, except
penanaman
modal
yang
menjadi
for the administration of investment affairs that
kewenangannya, kecuali urusan penyelenggaraan
fall under the Governments affairs.
penanaman modal yang menjadi urusan
Pemerintah.
(3) Penyelenggaraan urusan pemerintahan di bidang (3) Administration of the governing affairs in the
field of investment which is mandatory affairs of
penanaman modal yang merupakan urusan wajib
the regional governments shall be subject to the
pemerintah daerah didasarkan pada kriteria
criteria of externality, accountability, and
eksternalitas, akuntabilitas, dan efisiensi
efficiency in carrying out investment activities.
pelaksanaan kegiatan penanaman modal.
(4) Penyelenggaraan penanaman modal yang ruang (4) Implementation of investments the scope of
which overlaps the provinces shall fall under the
lingkupnya lintas provinsi menjadi urusan
Governments affairs.
Pemerintah.
(5) Penyelenggaraan penanaman modal yang ruang (5) Implementation of investments the scope of
which overlaps the districts/cities shall fall under
lingkupnya lintas kabupaten/kota menjadi urusan
the provincial governments affairs.
pemerintah provinsi.
(6) Penyelenggaraan penanaman modal yang ruang (6) Implementation of investments the scope of
which is within one district/city shall fall under
lingkupnya berada dalam satu kabupaten/kota
the district/city governments affairs.
menjadi urusan pemerintah kabupaten/kota.
(7) Dalam urusan pemerintahan di bidang (7) The governing affairs in the field of investment
penanaman modal, yang menjadi kewenangan
in which the Government has the powers shall
30
Pemerintah adalah:
be:
a.
a.
b.
b.
c.
c.
d.
pada
dan
d.
e.
e.
f.
f.
(8) Dalam urusan pemerintahan di bidang (8) The Government, in the case of governing affairs
in the field of investment in which it has the
penanaman modal yang menjadi kewenangan
powers as intended by section (7), shall
Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (7),
administer itself, delegate it to the governors in
Pemerintah
menyelenggarakannya
sendiri,
their capacity as representatives of the
melimpahkannya kepada gubernur selaku wakil
Government, or assign the district/city
Pemerintah,
atau
menugasi
pemerintah
governments.
kabupaten/kota.
(9) Ketentuan
mengenai
pembagian
urusan (9) Provisions on division of the governing affairs in
the field of investment shall be governed further
pemerintahan di bidang penanaman modal diatur
by Regulation of the Government.
lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Penjelasan Pasal 30: Cukup jelas
BAB XIV
CHAPTER XIV
Pasal 31
Article 31
(1) Untuk mempercepat pengembangan ekonomi di (1) To expedite economic enhancement in specified
wilayah tertentu yang bersifat strategis bagi
regions that are strategic for national economic
31
(2) Pemerintah berwenang menetapkan kebijakan (2) The Government shall have the powers to
determine separate investment policies for
penanaman modal tersendiri di kawasan ekonomi
special economic zones.
khusus.
(3) Ketentuan mengenai kawasan ekonomi khusus (3) Provisions on special economic zones as
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
intended by section (1) shall be governed by law.
dengan undang-undang.
Penjelasan Pasal 31: Cukup jelas
BAB XV
CHAPTER XV
PENYELESAIAN SENGKETA
SETTLEMENT OF DISPUTES
Pasal 32
Article 32
(1) Dalam hal terjadi sengketa di bidang penanaman (1) If an investment dispute arises between the
Government and an investor, then such parties
modal antara Pemerintah dengan penanam
shall first settle the dispute through deliberation
modal, para pihak terlebih dahulu menyelesaikan
to reach a consensus.
sengketa tersebut melalui musyawarah dan
mufakat.
(2) Dalam hal penyelesaian sengketa sebagaimana (2) If settlement of a dispute as intended by section
dimaksud pada ayat (1) tidak tercapai,
(1) fails, such settlement of a dispute may go to
penyelesaian sengketa tersebut dapat dilakukan
arbitration or alternative dispute resolution or a
melalui arbitrase atau alternatif penyelesaian
court of law under laws and regulations.
sengketa atau pengadilan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Dalam hal terjadi sengketa di bidang penanaman (3) If an investment dispute arises between the
Government and a domestic investor, then such
modal antara Pemerintah dengan penanam modal
parties may go to arbitration for settlement under
dalam negeri, para pihak dapat menyelesaikan
an agreement of the parties, and if settlement of a
sengketa tersebut melalui arbitrase berdasarkan
dispute by arbitration is not agreed upon, then
kesepakatan para pihak, dan jika penyelesaian
the settlement of dispute shall be made in a court
sengketa melalui arbitrase tidak disepakati,
of law.
penyelesaian sengketa tersebut akan dilakukan di
pengadilan.
(4) Dalam hal terjadi sengketa di bidang penanaman (4) If an investment dispute arises between the
Government and a foreign investor, such parties
modal antara Pemerintah dengan penanam modal
shall settle the dispute through international
asing, para pihak akan menyelesaikan sengketa
arbitration upon which parties shall agree.
tersebut melalui arbitrase internasional yang
harus disepakati oleh para pihak.
Penjelasan Pasal 32: Cukup jelas
BAB XVI
CHAPTER XVI
SANKSI
SANCTIONS
32
Pasal 33
Article 33
(1) Penanam modal dalam negeri dan penanam (1) A domestic investor and a foreign investor who
invest to form a limited liability company are
modal asing yang melakukan penanaman modal
prohibited from entering into an agreement
dalam bentuk perseoran terbatas dilarang
and/or making a claim that the shareholdings of
membuat perjanjian dan/atau pernyataan yang
the limited liability company are for and on
menegaskan bahwa kepemilikan saham dalam
behalf of other person.
perseroan terbatas untuk dan atas nama orang
lain.
Penjelasan Pasal 33 Ayat (1):
Tujuan pengaturan ayat ini adalah menghindari terjadinya
perseroan yang secara normatif dimiliki seseorang, tetapi
secara materi atau substansi pemilik perseroan tersebut
adalah orang lain.
(2) Dalam hal penanam modal dalam negeri dan (2) If a domestic investor and a foreign investor
enter into an agreement and/or make a claim as
penanam modal asing membuat perjanjian
intended by section (1), such an agreement
dan/atau pernyataan sebagaimana dimaksud pada
and/or claim is declared to be void by operation
ayat (1), perjanjian dan/atau pernyataan itu
of law.
dinyatakan batal demi hukum.
Penjelasan Pasal 33 Ayat (2): Cukup jelas
(3) Dalam hal penanam modal yang melaksanakan (3) An investor who performs business activities
under an agreement or a cooperation contract
kegiatan usaha berdasarkan perjanjian atau
with the Government has commited corporate
kontrak kerja sama dengan Pemerintah
crimes through the criminal tax offense, recovery
melakukan kejahatan korporasi berupa tindak
cost markup, and other forms of cost markup
pidana perpajakan, penggelembungan biaya
which diminish profits resulting in losses to the
pemulihan, dan bentuk penggelembungan biaya
state upon findings or audits by authorized
lainnya untuk memperkecil keuntungan yang
officials, and who is issued with a final and
mengakibatkan kerugian negara berdasarkan
binding court decision, shall entitle the
temuan atau pemeriksaan oleh pihak pejabat
Government to terminate such a agreement or
yang berwenang dan telah mendapat putusan
cooperation contract with the investor concerned.
pengadilan yang berkekuatan hukum tetap,
Pemerintah mengakhiri perjanjian atau kontrak
kerja sama dengan penanam modal yang
bersangkutan.
Penjelasan Pasal 33 Ayat (3):
Yang dimaksud dengan "tindak pidana perpajakan" adalah
informasi yang tidak benar mengenai laporan yang terkait
dengan pemungutan pajak dengan menyampaikan surat
pemberitahuan, tetapi yang isinya tidak benar atau tidak
lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada negara dan
kejahatan lain yang diatur dalam undang-undang yang
mengatur perpajakan.
Yang dimaksud dengan "penggelembungan biaya
pemulihan" adalah biaya yang dikeluarkan di muka oleh
penanam modal yang jumlahnya tidak wajar dan
kemudian diperhitungkan sebagai biaya pengeluaran
kegiatan penanaman modal pada saat penentuan bagi
hasil dengan Pemerintah
Yang dimaksud dengan "temuan oleh pihak pejabat yang
berwenang" adalah temuan dengan indikasi unsur pidana
in
is
as
of
33
Pasal 34
Article 34
(1) Badan usaha atau usaha perseorangan (1) Business entities or sole proprietorships as
intended by Article 5 that fail to meet obligations
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 yang tidak
as required by Article 15 may be imposed
memenuhi kewajiban sebagaimana ditentukan
administrative sanctions in the form of:
dalam Pasal 15 dapat dikenai sanksi administratif
berupa:
a.
peringatan tertulis;
a. a written warning;
b.
c.
d.
d. revocation of business
investment facilities.
activities
and/or
(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada (2) Administrative sanctions as intended by section
ayat (1) diberikan oleh instansi atau lembaga
(1) shall be imposed by a competent agency or
yang berwenang sesuai dengan ketentuan
institution under laws and regulations.
peraturan perundang-undangan.
(3) Selain dikenai sanksi administratif, badan usaha (3) In addition to administrative sanctions, business
entities or sole proprietorships may be imposed
atau usaha perseorangan dapat dikenai sanksi
other sanctions under laws and regulations.
lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Penjelasan Pasal 34: Cukup jelas
BAB XVII
CHAPTER XVII
KETENTUAN PERALIHAN
TRANSITIONAL PROVISIONS
Pasal 35
Article 35
Pasal 36
Article 36
Rancangan perjanjian internasional, baik bilateral, Draft international treaties on investments, whether
regional, maupun multilateral, dalam bidang bilateral, regional, or multilateral, the Government of
penanaman modal yang belum disetujui oleh Indonesia has not yet signed at the time this Law
34
Pemerintah Indonesia pada saat Undang-Undang ini takes effect are required for adjustment to this Law.
berlaku wajib disesuaikan dengan ketentuan UndangUndang ini.
Penjelasan Pasal 36: Cukup jelas
Pasal 37
Article 37
(1) Pada saat Undang-Undang ini berlaku, semua (1) Upon this Law coming into effect, all laws and
regulations that constitute ancillary regulations to
ketentuan peraturan perundang-undangan yang
Law Number 1 of 1967 concerning Foreign
merupakan peraturan pelaksanaan dari UndangInvestments, as amended by Law Number 11 of
Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang
1970 concerning Amendments and Supplement
Penanaman Modal Asing sebagaimana telah
to Law Number 1 of 1967 concerning Foreign
diubah dengan Undang-Undang Nomor 11
Investments, and Law Number 6 of 1968
Tahun 1970 tentang Perubahan dan Tambahan
concerning Domestic Investments, as amended
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang
by Law Number 12 of 1970 concerning
Penanaman Modal Asing dan Undang-Undang
Amendments and Supplement to Law Number 6
Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal
of 1968 concerning Domestic Investments, are
Dalam Negeri sebagaimana telah diubah dengan
declared to remain valid to the extent not in
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1970 tentang
conflict with and not yet governed by new
Perubahan dan Tambahan Undang-Undang
ancillary regulations under this Law.
Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal
Dalam Negeri dinyatakan tetap berlaku
sepanjang tidak bertentangan dan belum diatur
dengan peraturan pelaksanaan yang baru
berdasarkan Undang-Undang ini.
(2) Persetujuan penanaman modal dan izin (2) Investment approval and operating permits the
Government has granted under Law Number 1 of
pelaksanaan yang telah diberikan oleh
1967 concerning Foreign Investments, as
Pemerintah berdasarkan Undang-Undang Nomor
amended by Law Number 11 of 1970 concerning
1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing
Amendments and Supplement to Law Number 1
sebagaimana telah diubah dengan Undangof 1967 concerning Foreign Investments, and
Undang Nomor 11 Tahun 1970 tentang
Law Number 6 of 1968 concerning Domestic
Perubahan dan Tambahan Undang-Undang
Investments, as amended by Law Number 12 of
Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal
1970 concerning Amendments and Supplement
Asing dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun
to Law Number 6 of 1968 concerning Domestic
1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri
Investments, are declared to remain valid until
sebagaimana telah diubah dengan Undangexpiration of the investment agreements and the
Undang Nomor 12 Tahun 1970 tentang
operating permits.
Perubahan dan Tambahan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal
Dalam Negeri dinyatakan tetap berlaku sampai
dengan berakhirnya persetujuan penanaman
modal dan izin pelaksanaan tersebut.
(3) Permohonan penanaman modal dan permohonan (3) Applications for investments and other
applications with respect to investments that
lainnya yang berkaitan dengan penanaman modal
have been filed with the competent agencies, and
yang telah disampaikan kepada instansi yang
on the date this Law is ratified have not yet
berwenang dan pada tanggal disahkannya
obtained Government approval, are required for
Undang-Undang
ini
belum
memperoleh
adjustment to this Law.
persetujuan Pemerintah wajib disesuaikan
35
BAB XVIII
CHAPTER XVIII
KETENTUAN PENUTUP
CONCLUDING PROVISIONS
Pasal 38
Article 38
a.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang a. Law Number 1 of 1967 concerning Foreign
Investments (State Gazette of the Republic of
Penanaman Modal Asing (Lembaran Negara
Indonesia Number 1 of 1967, Supplement to State
Republik Indonesia Tahun 1967 Nomor 1,
Gazette of the Republic of Indonesia Number
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
2818), as amended by Law Number 11 of 1970
Nomor 2818) sebagaimana telah diubah dengan
concerning Amendments and Supplement to Law
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1970 tentang
Number 1 of 1967 (State Gazette of the Republic
Perubahan dan Tambahan Undang-Undang
of Indonesia Number 46 of 1970, Supplement to
Nomor I Tahun 1967 tentang Penanaman Modal
State Gazette of the Republic of Indonesia
Asing (Lembaran Negara Republik Indonesia
Number 2943); and
Tahun 1970 Nomor 46, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 2943); dan
b.
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang b. Law Number 6 of 1968 concerning Domestic
Investments (State Gazette of the Republic of
Penanaman Modal Dalam Negeri (Lembaran
Indonesia Number 33 of 1968, Supplement to
Negara Republik Indonesia Tahun 1968 Nomor
State Gazette of the Republic of Indonesia
33, Tambahan Lembaran Negara Republik
Number 2853), as amended by Law Number 12
Indonesia Nomor 2853) sebagaimana telah
of 1970 concerning Amendments and Supplement
diubah dengan Undang-Undang Nomor 12
to Law Number 6 of 1968 concerning Domestic
Tahun 1970 tentang Perubahan dan Tambahan
Investments (State Gazette of the Republic of
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang
Indonesia Number 47 of 1970, Supplement to
Penanaman Modal Dalam Negeri (Lembaran
State Gazette of the Republic of Indonesia
Negara Republik Indonesia Tahun 1970 Nomor
Number 2944),
47, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 2944),
36
Pasal 39
Article 39
Semua ketentuan peraturan perundang-undangan All laws and regulations that are directly related to
yang berkaitan secara langsung dengan penanaman investments must be subject to and adjusted to this
modal wajib mendasarkan dan menyesuaikan Law.
pengaturannya pada Undang-Undang ini.
Penjelasan Pasal 39: Cukup jelas
Pasal 40
Article 40
Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal This Law shall take effect from the date it is
diundangkan.
promulgated.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan In order that every person may know of it, the
pengundangan
Undang-Undang
ini
dengan promulgation of this Law is ordered by placement in
penempatannya dalam Lembaran Negara Republik the State Gazette of the Republic of Indonesia.
Indonesia.
Penjelasan Pasal 40: Cukup jelas
Disahkan di Jakarta
pada tanggal 26 April 2007
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
Ratified in Jakarta
on April 26, 2007
PRESIDENT OF THE REPUBLIC OF INDONESIA
sgd.
DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 26April, 2007
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
HAMID AWALUDIN
Promulgated in Jakarta
on April 26, 2007
MINISTER OF LAW AND HUMAN RIGHTS OF
THE REPUBLIC OF INDONESIA
sgd.
HAMID AWALUDIN
37