Sie sind auf Seite 1von 10

LUTUNG KASARUNG

Dahulu kala ada seorang ratu yang adil dan bijaksana ia bernama
Purba Tapa Agung, ia pun memiliki 2 orang putri yang sangat cantik
mereka adalah Purbasari si sulung dan Purbararang si bungsu. Suatu hari
sang ratu merasa risau karena sampai saat ini belum menemukan pewaris
tahta yang tepat untuk menggantikannya.
Ratu Purba : Duh gusti, umurku sudah lanjut usia. Tapi sampai detik ini
belum ada anakku yang pantas untuk mewarisi dan meneruskan pekerjaan
ini. Dayang!
Dayang : Ada apa paduka ratu?
Ratu Purba : Panggilkan penasihatku, Sunan Ambu.
Dayang : Baik paduka.
Kemudian, Sunan Ambu masuk.
Ratu Purba : Penasihatku, bagaimana ini? Umurku sudah semakin tua
tetapi belum ada anakku yang pantas untuk mewarisi tahtaku.
Sunan Ambu : Wahai ratu yang baik, janganlah risau. Sudah saatnya
kamu beristirahat. Tinggalkanlah istana. Dan berikanlah tahta itu kepada
putri bungsu Purbasari. Laksanakanlah keinginanmu untuk jadi petapa.
Ratu Purba : Baik jika itu memang keputusan yang terbaik.
Keesokan harinya..
Ratu Purba : Dayang kemarilah! Panggilah kedua putriku kemari.
Dayang : Baik paduka.
P.sari/P.rarang : Hormat kami ibunda!
Ratu Purba : Bangunlah wahai putrid-putriku. Hari ini telah ibunda
tetapkan, bahwa yang akan mewarisi tahta kerajaan ini Adalah Purbasari.
Purbasari : Mohon ampun ibunda. Tetapi, bukankah sebaiknya yang
menjadi ratu dan yang mewarisi tahta kerajaan ini adalah kakanda
Purbararang? Karena ia lebih pantas dibandingkan ananda.
Indrajaya : Mohon ampun ratu! Benar yang dikatakan Purbasari, bahwa
Purbararang lah yang lebih pantas dibanding Purbasari.
Ratu Purba : Tidak, Purbasari lah yang lebih pantas! Ibunda percaya
bahwa purbasari bisa menjadi teladan bagi rakyatku di kerajaan ini.
Apakah kau tidak merasa keberatan Purbararang bila Purbasari yang
menjadi Ratu di istana ini?
Purbararang : Tentu tidak ibunda, walaupun ananda ingin menjadi ratu di
istana ini, tetapi jika ibunda telah memutuskan akan ananda terima
dengan lapang dada.
Ratu Purba : Patih, beritakanlah pada seluruh pelosok negeri bahwa
Purbasari akan menjadi ratu di kerajaan ini!
Patih : Baik, paduka ratu!
Ratu Purba : Baiklah, sekarang pergilah kalian untuk beristirahat. Dan
untuk kamu Purbararang terima kasih telah menerima keputusan yang
ibunda buat.
Di sebuah ruangan, Purbararang tampak mondar-mandir
kebingungan.
Indrajaya : Apa yang sedang adinda lakukan?
Purbararang : Adinda sedang mencari akal, bagaimana cara untuk
mencelakai Purbasari. Agar ia tidak menjadi pewaris tahta kerajaan Pasir
Batang ini.
Indrajaya : Adinda tidak perlu khawatir lagi, karena kanda telah
menyediakan sebuah boreh yang bisa membuat Purbasari hitam kelam
dan buruk rupa.
Purbararang : Ide yang sangat bagus kanda, karena adinda sudah tak
sanggup lagi dibuatnya menderita.
Ketika penjaga istana sedang beristirahat, purbararang dan
Indrajayapun memasuki kamar Purbasari.
Purbararang : Ayo cepat taburkan boreh itu kanda!
Indrajaya : Iya dinda, tunggu sebentar! Nah, sudah selesai.
Selesai dari itu semua, merekapun keluar dari kamar purbasari.
Kesokan harinya, purbasari terbangun dari tidurnya dan mengambil
cermin yang ada di atas mejanya.
Purbasari : Gusti, apa yang telah terjadi dengan wajahku? Mengapa kau
datangkan penyakit yang aneh ini?
Di sebuah ruangan, berkumpulah para penghuni istana karena telah
mengetahui penyakit yang aneh itu.
Purbararang : Ibunda, ananda tidak ingin bila purbasari masih tinggal di
istana ini karena dikhawatirkan penyakitnya akan menular kepada seluruh
penghuni Pasir Batang ini.
Indrajaya : Betul yang di katakan Purbararang ratu, apakah ratu ingin
semua rakyat tertular dengan penyakitnya yang aneh itu? Asingkan saja ia
ke hutan!
Ratu Purba : Purbasari putriku, Ibunda tidak bisa berbuat apa-apa,
mungkin kau akan ibunda asingkan sementara ke hutan. Karena
ibundapun tak kuasa bila melihat penduduk Pasir Batang ini menderita.
Seperti yang dikatakan Purbararang dan Indrajaya. Maafkan ibunda
putriku!
Purbasari : Tidak apa ibunda! Ananda ikhlas bila harus meninggalkan
istana dan tinggal di hutan mohon doanya ayahanda!
Purbararang : Patih cepatlah bawa dia pergi dari sini. Aku sudah tidak
kuat melihatnya.
Patih : Baik putri Purbararang, saya akan membawa putri Purbasari jauh
dari sini.
Sesampainya di hutan..
Patih: Tuan putri, bersabarlah! Jadikan pembuangan ini sebagai
kesempatan bertapa memohon perlindungan dan kasih sayang para
penghuni kahyangan.
Purbasari : Baik Patih, akan selalu ku ingat petuahmu itu.
Patih : Jangan khawatir! Lengser akan sering kemari dan mengirim
persediaan.
Purbasari : Terima kasih Patih!
Sementara di istana.
Ratu Purba : uhukhukuhuk!
Dayang : Apa yang terjadi paduka prabu, mengapa paduka sampai batuk
darah seperti ini? Ini ada obat, silahkan diminum!
Ratu Purba : Terima kasih, Dayang. Biarkan aku rehat sejenak. Dan
tolong panggilkan penasehatku.
Dayang : Baik, paduka ratu.
Sunan Ambu : Wahai ratu Purba, apakah kau sudah memutuskan pewaris
tahta selanjutnya?
Ratu Purba : Belum. Aku sendiri sedang bingung dengan pewaris tahtaku
karena Purbasari calon pewaris tahtaku kini sudah diasingkan ke hutan.
Apakah aku harus menjadikan Purbararang sebagai ratu?
Sunan Ambu : Ya. Aku sudah mendengar kabar tentang putri Purbasari
diasingkan ke hutan. Tetapi, sungguh aku tidak mempercayai kerajaan ini
kepadanya. Biarkanlah kita menunggu putri Purbasari sembuh. Bukankah
Lengser selalu menjaganya?
Ratu Purba : Benar, Sunan Ambu. Tetapi, akankah Purbasari akan
sembuh?
Sunan Ambu : Semoga saja. Tenanglah paduka ratu. Selama putri
Purbasari belom sembuh dan kembali ke kerajaan. Bersabarlah sedikit
demi kerajaan ini dan aku akan membantumu.
Ratu Purba : Terima kasih, Sunan Ambu.
Sunan Ambu : Baik, paduka ratu. Hamba mohon undur diri supaya
paduka bisa beristirahat.
Di hutan.
Purbasari : Fuuhh.. fuuhh.. Akhirnya aku berhasil membuat api unggun
sebagai penghangatku bermalam ini.
*kresek kresek*
Purbasari : Hah! Siapa disana?
Lutung : Namaku Lutung.
Purbasari : Namaku Purbasari. Dimana kau? Aku tak dapat melihatmu
karena di hutan ini begitu gelap. Keluarlah dari semak-semak.
Lutung : Tidak. Jika aku keluar. Maka kau akan terkejut.
Purbasari : Tak apa. Keluarlah.
Lutung pun keluar dari semak-semak. Purbasari pun terkejut.
Lutung : Apakah aku terlalu menakutkan sehingga kau sangat terkejut
seperti itu?
Purbasari : Tidak. Lalu, apakah kau tidak takut denganku yang penuh
dengan boreh ini?
Lutung : Tentu tidak.
Purbasari : Apakah kau tinggal di hutan ini?
Lutung : Ya. Aku tinggal disini. Apakah kau juga tinggal disini? Tetapi,
sepertinya tidak karena aku tidak pernah melihatmu.
Purbasari : Tidak. Aku adalah putri kerajaan Pasir Batang yang baru saja
diasingkan ke hutan karena penyakit kutukan yang aku dapat ketika aku
terbangun pagi ini.
Lutung : Mohon ampun tuan putri karena hamba telah lancang berbicara
denganmu.
Purbasari : Bangunlah. Bagaimana denganmu? Kau tampak seperti
manusia yang menyerupai kera. Apakah itu juga kutukan?
Lutung : Iya, ini adalah sebuah kutukan. Tapi kau sepertinya bukan
kutukan. Lihat ada beberapa bubuk sisa disekitar wajahmu. Aku yakin itu
adalah bubuk hasil tanaman Gympie.
Purbasari : Benarkah? Apakah ini bisa disembuhkan?
Lutung : Tentu tuan putri. Basuhlah wajahmu dengan air yang ada di
jamban salaka itu.
Beberapa saat kemudian.
Purbasari : Wajahku, terima kasih gusti kau telah memberikan
kecantikanku kembali.
Lutung! Lutung! Wajahku, lihat wajahku!
Lutung : Putri purbasari, kau cantik sekali
Purbasari : Terima kasih lutung, tapi kau terlalu memuji ku.
Peristiwa di dalam hutan itu akhirnya terdengar lebih dahulu ke
penasihat kerajaan, Sunan Ambu.
Sunan Ambu : Hai, Aki! Apa yang telah terjadi di hutan? Mengapa sangat
menjadi buah bibir warga?
Aki : Anu, hutan kini menjadi taman. Ada jamban salaka yang sangat
Indah dan belum lagi pimpinan seekor lutung yang sangat besar. Seekor
lutung itu menyebabkan kami tidak berani memasuki taman itu.
Sunan Ambu : Benarkah?
Aki : Iya. Dan menurut warga yang lain, lutung yang besar itu berteman
dengan putri Purbasari.
Sunan Ambu : Terima kasih Aki.
Di kerajaan.
Sunan Ambu : Dayang, apakah paduka ratu ada dan bisa ditemui?
Dayang : Tentu. Beliau sedang beristirahat dikamarnya.
Sunan Ambu : Bagaimana dengan kondisinya?
Dayang : Kondisinya sedikit demi sedikit mulai membaik.
Sunan Ambu : Syukurlah. Dayang tolong sampaikan kepada paduka ratu
bahwa hutan kini menjadi taman. Ada jamban salaka yang sangat Indah
dan terdapat pimpinan seekor lutung yang sangat besar. Seekor lutung itu
menyebabkan para warga tidak berani memasuki taman itu. Dan lutung
yang besar itu berteman dengan putri Purbasari.
Dayang : Baik Sunan Ambu.
Dayang menyampaikan ke ratu purba.
Dayang : Baginda ratu, Sunan ambu menyampaikan bahwa hutan kini
menjadi taman. Ada jamban salaka yang sangat Indah dan terdapat
pimpinan seekor lutung yang sangat besar. Seekor lutung itu
menyebabkan para warga tidak berani memasuki taman itu. Dan lutung
yang besar itu berteman dengan putri Purbasari.
Ratu Purba : Benarkah kabar itu adipatih?
Patih : Benar baginda ratu. Setiap hari saya mengunjungi hutan untuk
memastikan kondisi putri Purbasari. Putri Purbasari kini telah menjadi
cantik kembali karena lutung itu dan telah berteman dengannya.
Purbararang : Ibunda, apakah ibunda akan tetap menjadikannya seorang
ratu jika Purbasari saja berteman dengan seekor siluman kera yang buas
dan tidak jelas asal-usulnya.
*Ratu pingsan*
Semua panik.
Purbararang : Patih, Patih kemarilah!
Patih : Hamba hadir putri.
Purbararang : Patih, pergilah ke hutan. Sampaikan pada Purbasari bahwa
saya menantangnya berlomba beradu kecantikan . Dan apabila warga
menentukan bahwa saya yang lebih cantik maka ia akan di hukum
pancung.
Patih : Baik tuan putri.
Di hutan.
Dayang : Tuan putri, putri Purbararang menantang putri Purbasari.
Purbasari : Ayo katakan, katakan yang ingin Patih katakan.
Patih : Putri Purbararang menantang tuan putri beradu kecantikan. Dan
apabila warga memilih bahwa putri Purbararang lah yang lebih cantik
maka tuan putri akan di hukum pancung.
Purbasari : Kalau nasib saya harus mati muda, saya rela. Begitu bencikah
Beliau kepada saya?
Patih : Mohon kesabarannya tuan putri. Tenang saja tuan putri, hamba
yakin kau akan memenangkan perlombaan ini.
Purbasari : Terima kasih adipatih.
Kabar perlombaan ini pun terdengar hingga ke kerajaan karena
Patih yang memberitahu sang ratu.
Ratu Purba : Benarkah Patih bahwa Purbararang menantang Purbasari?
Patih : Benar baginda ratu.
Ratu Purba : Bagaimana ini Sunan Ambu? Kenapa putri-putriku jadi
seperti ini?
Sunan Ambu : Biarkanlah baginda. Biarkan mereka berlomba seperti itu.
Lagipula, perlombaannya terbuka jadi kita dan semua warga dapat
menyaksikan perlombaannya bukan? Dan kita juga melihat secara
langsung siapakah yang pantas menjadi ratu?
Ratu Purba : Baiklah jika seperti itu. Aku akan menghadiri perlombaan
tersebut.
Keesokan harinya Purbararang dan semuanya memasuki hutan.
Purbararang : Wahai penduduk Pasir Batang. Siapakah yang paling cantik
antara kita berdua?
Rakyat : Putri Purbasari.
Purbararang : Baik, Purbasari marilah kita bertanding rambut. Siapa yang
paling panjang rambutnya, dia menang. Lepas sanggulmu!
Lengser : Ternyata pemenangnya adalah Putri Purbasari !!
Purbararang : Hai orang-orang Pasir Batang, masih ada satu pertandingan
yang tidak mungkin dimenangkan oleh Purbasari.
Purbasari : Pertandingan apa itu kakanda?
Purbararang : Dengarkan! Dalam pertandingan ini kalian harus
membandingkan siapa diantara calon suami yang lebih tampan. Lihat
kepada tunangan saya Indrajaya! Tampankah ia?
Rakyat : Tampan gusti ratu !
Purbararang : Lebih keras, tampankah ia?
Rakyat : Tampan gusti ratu !
Purbararang : Purbasari, sekarang kamu tidak bisa lolos. Kita akan
bertanding membandingkan calon suami. Calon suamiku adalah Indrajaya
yang tampan dan gagah itu. Siapakah calon suamimu?
Indrajaya : Siapa lagi kalau bukan lutung besar itu !
Purbasari : Memang yang seharusnya menjadi calon suamiku lutung !
Berubahlah lutung kasarung menjadi pemuda yang tampan dan
gagah.
Guruminda : Ratu kalian yang sebenarnya, purbasari. Telah mengatakan
bahwa saya sudah seharusnya menjadi calon suaminya. Sebagai calon
suaminya, saya harus melindungi dan membantunya. Tahtanya telah di
rebut oleh Purbararang. Sebagai tunangan Purbararang, memang kau
berada di pihaknya, Indrajaya! Oleh karena itu, marilah kita berperang
tanding !
Dan akhirnya indrajaya pun kalah dan berlutut bersama
purbararang di hadapan Guruminda dan Purbasari.
Indrajaya : Mohon ampun baginda.
Purbararang : Maafkan saya juga Purbasari.
Patih : Tuan putri, menurut hamba sebaiknya mereka dihukum saja
karena sudah membuat tuan putri menderita selama ini.
Dayang : Benar tuan putri. Saya setuju dengan adipatih.
Purbasari menangkap Purbararang yang sedang berlutut dan
mengajaknya untuk berdiri.
Purbasari : Aku tidak akan menghukum kakakku sendiri, kakanda boleh
tetap jadi ratu asalkan kakanda berjanji akan memimpin rakyat dengan
sebaik-baiknya.
Purbararang : Kau memang sangat baik hati, setelah semua kejahatan
yang aku lakukan kau dengan mudah memaafkanku. Kaulah yang
seharusnya menjadi ratu. Kakanda sekarang sadar, mahkota ini lebih
pantas berada di kepalamu. Maafkan aku Purbasari.
Purbasari : Dari sejak dahulu, aku telah memaafkan kakanda.
Purbararang : Ibunda maafkan putrimu yang jahat ini bunda.
Ratu Purba : Karena Purbasari telah memaafkanmu maka ibunda juga
telah memaafkanmu.

Dan akhirnya semua bahagia

Das könnte Ihnen auch gefallen