Sie sind auf Seite 1von 29

BAB V TINJAUAN TEKNIS KESTABILAN LERENG DI TAMBANG PT.

ARUTMIN INDONESIA ASAM-ASAM

5.1. Sistem Pembentukan Lereng Jenjang PT. Arutmin Indonesia Asam-Asam Sistem pembentukan lereng jenjang

Di

Lokasi

Penggalian

pada

lokasi

penggalian

PT. Arutmin Indonesia Asam-Asam secara mendasar dibuat dengan tujuan akhir untuk membantu membuat suatu kondisi kerja yang aman bagi para pekerja atau operator dan peralatan-peralatan mekanis di front atau lokasi kerja tempat kegiatan penambangan bahan galian berharga (batubara) berlangsung. Sistem pembentukan lereng jenjang pada lokasi penggalian PT. Arutmin Indonesia Asam-Asam telah coba dibuat sedemikian rupa dengan tetap mempertimbangkan faktor keekonomisan penambangan bahan galian yaitu nilai stripping ratio atau nisbah pengupasan yang berada pada kisaran nilai 2 : 1, faktor ketersediaan alat gali-muat yaitu pertimbangan kemampuan dari alat gali-muat saat membuat jenjang-jenjang dimana alat gali-muat yang umumnya digunakan untuk membuat jenjang adalah Komatsu PC-400, faktor karakteristik fisik dan mekanik dari material penutup (overburden) dan dari bahan galian (batubara) yang pada umumnya mempunyai tingkat kekuatan (strength) yang berkisar dari sangat lemah (extreamly low) hingga menengah (medium) dengan bentuk lapisan batubara (coal seam) dan lapisan material penutup (overburden layer) relatif agak miring tanpa adanya struktur geologi yang kompleks (kekar, lipatan, patahan, dan ketidakmenerusan) dengan kemiringan lapisan 30. Adanya beberapa

contoh

pertimbangan

ini,

diharapkan

pada

akhirnya

keseluruhan

proses

penambangan yang berlangsung dapat menghasilkan suatu kondisi yang optimal dari segi teknis dan non-teknis. Secara garis besarnya, kegiatan pembentukan elemen-elemen jenjang, seperti crest, toe, bench (lereng), dan berm di Tambang PT. Arutmin Indonesia Asam-Asam dimulai dengan penggalian material dari bagian permukaan tanah (elevasi paling tinggi) menuju ke lapisan atau bagian di bawahnya, hingga terbentuk suatu bentuk jenjang yang aman dari segi faktor keselamatan dan ekonomis (relatif murah) dari segi biaya pembentukan. Jenjang-jenjang di lokasi penggalian ini biasanya dibuat di beberapa tempat disatu wilayah penambangan, yakni di arah atau bagian bawah bidang perlapisan yang biasanya disebut dengan lowwall, di arah atau bagian atas bidang perlapisan yang biasanya disebut dengan highwall, di arah atau bagian sisi yang tegak lurus bidang perlapisan yang biasanya disebut dengan sidewall.

5.2.

Kondisi Sistem Pembentukan PT. Putra Perkasa Abadi

Lereng

Jenjang

Di

Pit

Objek yang diamati dan coba untuk ditinjau adalah lereng yang telah terbentuk di lokasi penggalian, tepatnya di highwall pit 3 yang kegiatan operasionalnya dilaksanakan oleh kontraktor PT. Putra Perkasa Abadi. Adanya lereng-lereng jenjang di highwall ini dibuat dengan maksud agar kondisi tanah yang menjadi tidak stabil setelah adanya kegiatan penggalian (disturbed condition) dapat menjadi lebih stabil lagi setelah dibuatkan lereng-lereng jenjang karena secara tidak langsung lereng-lereng jenjang yang miring dan memotong bidang perlapisan ini

dapat membantu menjadikan batuan mampu menahan beratnya sendiri sehingga keadaannya dapat kembali ke keadaan yang stabil. Perlapisan batuan di wilayah ini umumnnya tersusun dari perselingan (interbeded) batupasir (sandstone), batulanau (siltstone atau mudstone), dan batubara (coal). Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, aktifitas pengangkutan dan lain sebagainya yang menimbulkan getaran yang dapat dijadikan pemicu terganggunya kestabilan lereng di highwall ini masih termasuk dalam intensitas yang cukup rendah, hanya ada aktifitas pengangkutan dengan beban berskala kecil yang dilakukan sewaktu-waktu saja. Sampai saat ini, lereng-lereng jenjang yang terbentuk telah mencapai kedalaman hingga elevasi -10 m dari permukaan air laut dengan lereng paling atas berada pada elevasi +40 m dari permukaan air laut, sehingga total ketinggian jenjang penggalian adalah 50 m.

5.3. Teknis Pelaksanaan Tinjauan Kestabilan Lereng 5.3.1. Kegiatan Pemetaan Geoteknik (Geotechnical Mapping) Kegiatan pemetaan geoteknik ini dilakukan dengan cara mengamati kondisi material (batuan) yang ada di lokasi penggalian pit 3 PT. Putra Perkasa Abadi dan menilai kondisinya berdasarkan beberapa parameter teknis keadaan fisik dan sifat mekanik batuan yang telah ditentukan, diantaranya adalah deskripsi umum kondisi batuan (deskripsi keadaan batuan, keterlapukan, bentuk massa batuan, dan tingkat kekerasan) dan deskripsi orientasi bidang lemah pada massa batuan (tipe bidang lemah, lebar bukaannya, bentuk bidang lemah tersebut, tingkat kekasaran bidang permukaannya, besar

sudut antar bidang lemah, material pengisi bidang lemah, dan ketebalan material pengisi bidang lemah (jika ada diisi)). Berdasarkan kegiatan pemetaan geoteknik yang telah dilakukan, didapatkan hasil mengenai deskripsi massa batuan dan deskripsi orientasi bidang lemah pada massa batuan sebagai berikut.

Tabel 5.1. Hasil kegiatan pemetaan geoteknik di sidewall pit 3 PT. Putra Perkasa Abadi
Geological Mapping Report on West-Sidewall Pit 3 PT. Putra Perkasa Abadi Jobsite PT. Arutmin Indonesia Asam-Asam Mine Coordinate / Survey Station No. Date Lithology Rock Mass Desc. Block Shape Spacing (m) Weathering Strength (MPa) Minor Discontinuities ISRM Rough Thick (mm) I Angle (degree) App. Thick. (m) True Thick. (m) Strike (NE) Dip (degree)

Shape

Type

Infill

GSI

Desc.

lower 1 Coal (BU) Siltstone Sandstone Siltstone Sandstone 290.854 mE 9.570.551 mU

80

30 Black, dull, britle 80 40 Dark grey, masif 28.5 14.25 White, fine - medium, well graded 1 0.5 Dark grey, intercalated sandstone, masif 9.2 4.6 Greyiesh white, medium - coarse, poor graded 0.15 0.075 FR EL 0.005 50 FR VL 0.07 Irreguler 30 B < 0,01 III Slicensided 50 FR EL 0.005 50 FR VL 0.07 Irreguler 30 B < 0,01 III Slicensided 30 Siderite 30 - 40 FR M 0.4 Irreguler 40 C < 0,01 I Rough 70

Dark grey, intercalated sandstone, masif 7.1 1 5 O c t 3.55 Redish brown, masif, nodul 0.3 0.15 FR H 2 65 FR VL 0.07 Irreguler 30 B < 0,01 III Slicensided 50

Siltstone Siderite Siltstone Iron oxide Sandstone 2 Siltstone Sandstone S

Dark grey, nodul 10 5 Browniesh red, masif 0.01 0.005 Browniesh white reddiesh white, fine grain (in lower) coarse grain (in middle) medium grain (in upper), poor graded Greyiesh yellow, masif FR H 3 72.5 FR VL 0.07 Irreguler 37.5 B < 0.01 II Smooth 45

14

FR

EL

0.015

45

22

11 Greyiesh white, fine coarse, poor graded

FR

VL

0.05

Irreguler

37.5

0.01 - 0.03

III

Slicensided

30

0.5

FR

EL

0.015

45

Lite grey, masif, soft -

1 6 O c t 0 9

4.5

2.25

firm

FR

VL

0.07

Irreguler

40

< 0.01

III

Slicensided

45

iltsto ne Coal (A) Carbonaceous Siltstone Sandstone Siltstone Carbonaceous Siltstone Silty Sandstone Sand

Black, dull, britle 0.4 0.2 Dark grey, masif, intercalated sandstone, karbonan FR M 0.4 Irreguler 40 C < 0.01 II Smooth 80

21.4

10.7

FR

VL

0.05

45

< 0.01

Rough

20

4.6

2.3

Redish yellow, medium coarse, poor graded, lenses

FR

EL

0.02

42.5

Dark grey, masif, intercalated sand 17 8.5 Dark grey, masif, intercalated sandstone, karbonan FR VL 0.05 45 B < 0.01 I Rough 20

0.5

0.25

FR

VL

0.05

45

< 0.01

Rough

20

Yellowish brown, find medium, poor graded 16 8 FR EL 0.03 35

Greyish, masif 2.3 1.15 FR VL 0.06 47.5 B < 0.01 I Rough 45

3 Sandy Siltstone Silty Sandstone Carbonaceous Siltstone Sandy Siltstone Sandstone Silty Sandstone Carbo 8.05 4.025

Yellowish brown, medium-coarse, masif FR Greyish white, fine medium, well graded, soft Paale grey, masif, karbonan 1.5 0.75 FR L 0.15 42.5 B < 0.01 II Smooth 60 VL 0.05 47.5 B < 0.01 I Rough 30

5.5

2.75

FR

EL

0.03

40

8.9

4.45

Yellowish brown, masif, nodul setempat, karbonan Grey, masif, medium coarse, poor graded

FR

VL

0.08

37.5

< 0.01

II

Smooth

50

5.5

2.75 Greyish yellow, masif, karbonan, soft - firm

FR

EL

0.02

35

12.4

6.2

FR

VL

0.05

32.5

3.54

1.77

Dark grey, masif, karbonan, intercalated sand

FR

VL

0.04

27.5

< 0.01

III

Slicensided

85

1 0 N o upper

Berikut ini adalah penjelasan mengenai parameter teknis yang telah disebutkan di atas. a. Deskripsi massa batuan (rock mass descrption), merupakan gambaran umum mengenai kondisi atau keadaan fisik batuan, seperti warna, ukuran butir, keseragaman butir, dan kekompakan. b. Keterlapukan massa batuan (rock mass weathering), merupakan kondisi batuan yang ada yang dinilai berdasarkan ketahanannya terhadap proses pelapukan (proses oksidasi), dan kondisinya ini diasumsikan berdasarkan interval nilai tertentu. c. Bentuk massa (blok) batuan (rock mass block shape), merupakan gambaran bentuk massa batuan dalam skala visual yang lebih besar. d. Kekerasan massa batuan (rock mass strength), merupakan kondisi batuan yang ada yang dinilai berdasarkan ketahanannya terhadap proses penekanan (pengenaan gaya), dan kondisinya ini diasumsikan berdasarkan interval nilai tertentu. e. Geological Strength Index (GSI), merupakan indeks yang menyatakan tingkat kemampuan antar butir batuan untuk saling mengunci terhadap tingkat kekasaran kondisi permukaan massa batuan. f. Tipe bidang lemah (minor discontinuities type), merupakan gambaran mengenai motif bidang-bidang lemah. g. Lebar bukaan bidang lemah (minor discontinuities spacing), merupakan ukuran bukaan antar dua perukaan yang dipisahkan oleh bidang lemah. h. Bentuk bidang lemah (minor discontinuities shape), merupakan gambaran kondisi bentuk permukaan dari bidang-bidang lemah tersebut.

i. Tingkat kekasaran permukaan bidang lemah (minor discontinuities ISRM rough), merupakan kondisi permukaan bidang-bidang lemah yang dinilai berdasarkan halus tidaknya permukaan tersebut jika disentuh dengan telapak tangan. j. Sudut antar permukaan bidang lemah (minor discontinuities I angle), merupakan besaran yang menyatakan besar sudut bidang lemah yang diukur pada permukaan bidang lemah yang biasanya berupa tonjolantonjolan kecil di permukaan. k. Material isian bidang lemah (minor discontinuities infill), merupakan material yang mengisi celah-celah kecil yang terbuka (bidang lemah) pada batuan. Biasanya berupa mineral siderite. l. Ketebalan material isian bidang lemah (minor discontinuities infill thickness), merupakan ukuran tebal material pengisi bidang lemah yang diukur di antara dua permukaan yang terpisahkan oleh bidang lemah.

5.1.3.2. Perhitungan Besar Kekuatan Kohesi (C) dan Sudut Geser Dalam () Pengambilan data awal di lapangan untuk mengetahui kekuatan massa batuan melalui kegiatan pemetaan geoteknik dilakukan pada setiap lapisan batuan yang ada di sepanjang jalur perlapisan batuan di highwall dan sidewall pit 3 PT. Putra Perkasa Abadi. Pengambilan data awal ini dilakukan selama 3 (tiga) hari. Kemudian dilakukan perhitungan nilai kekuatan kohesi (C) dan besar sudut geser dalam () dengan menggunakan bantuan software RockLab. Dalam proses perhitungan ini, selain menggunakan data kuat tekan uniaksial massa batuan intact (intact uniaxial compressive strength atau sigci)

dan GSI sebagai data utama yang diambil dari hasil kegiatan pemetaan geoteknik, juga diperlukan data tambahan berupa data konstanta Hoek dan Brown (mi), faktor ketergangguan lereng (disturbance factor atau D), berat jenis batuan (unit weight), dan tinggi lereng jenjang (slope height). Berikut ini adalah penjelasan mengenai data-data yang yang diperlukan untuk menghitung nilai kekuatan kohesi (C) dan sudut geser dalam () sebagaimana yang telah disebutkan di atas, yaitu : a. Kuat tekan uniaksial massa batuan intact (intact uniaxial compressive strength atau sigci), merupakan keadaan batuan yang dinyatakan dengan angka yang menunjukan tingkat ketahanan batuan tersebut sebelum hancur jika dikenakan gaya. Sebelum dimulainya perhitungan kekuatan kohesi dan sudut geser dalam nantinya, nilai strength (IS50) yang didapatkan dari hasil pemetaan geoteknik terlebih dahulu dikalikan dengan angka konstanta 23,2 untuk mendapatkan nilai sebenarnya dari intact uniaxial compressive

strength (sigci) atau dari kuat

= 23,2 IS 50 .

Persamaan empiris ini didapat

hubungan (penyamaan persamaan) antara indeks Franklin (IS50) dan tekan (c) menurut Bieniawski.

b. Geological Strength Index (GSI), merupakan indeks yang menyatakan tingkat kemampuan antar butir batuan untuk saling mengunci terhadap tingkat kekasaran kondisi permukaan massa batuan. c. Konstanta Hoek dan Brown (mi), merupakan suatu ketetapan yang dinyatakan dalam angka yang mana nilainya untuk masing-masing material

dapat dilihat dari tabel. Biasanya, untuk batubara nilainya 15, batupasir nilainya 17, dan batulanau atau batulumpur nilainya 15. d. Faktor ketergangguan lereng (disturbance factor atau D), merupakan suatu faktor yang dinyatakan dalam angka yang menggambarkan kondisi terganggu atau tidaknya material penyusun suatu lereng akibat adanya aktifitas penggalian ataupun aktifitas lainnya. Untuk masing-masing tingkat gangguan, dinyatakan dalam angka yang dimulai dari D = 0 untuk material penyusun lereng yang tidak mengalami gangguan terlalu parah. e. Berat jenis batuan (unit weight), merupakan nilai yang menyatakan massa suatu batuan tiap satu satuan volume. Untuk batubara nilainya 13 kN/m3, batupasir 26 kN/m3, batu lanau atau batulumpur 24 kN/m3, dan batulanau atau batulumpur karbonan 18 kN/m3. f. Tinggi lereng jenjang (slope height), merupakan tinggi lereng suatu jenjang yang diukur secara keseluruhan dari crest jenjang teratas hingga toe jenjang terbawah (overall slope height). Contoh perhitungan nilai intact uniaxial compressive strength (sigci) : Material batubara (Co) seam BU Diketahui Ditanyakan : strength (IS50) = 0,4 Mpa : intact uniaxial compressive strength (sigci) = ... ?

Penyelesaian :

= 23,2 IS 50
= 23 ,2 0,4

=9,2 8

MPa

Berdasarkan

perhitungan

lanjutan

yang

telah

dilakukan,

didapatkan hasil mengenai kekuatan kohesi (C) dan besar sudut geser dalam () untuk masing-masing batuan yaitu sebagai berikut.

Tabel 5.2. Hasil perhitungan nilai kekuatan kohesi (C) dan sudut geser dalam () Rock Mass Desc. Lithology Strength (Mpa) GSI c (Mpa) mi D Unit Weight (Mpa/m3) Mohr - Coulomb Fit phi c (MPa) (degree)

lower Coal (BU) 0.4 40 9.28 15 0 0.013 0.162 43.58

Siltstone

0.07

30

1.624

0.024

0.072

18.12

Sandstone

0.005

50

0.116

17

0.026

0.049

12.97

Siltstone

0.07

30

1.624

0.024

0.072

18.12

Sandstone

0.005

50

0.116

17

0.026

0.049

12.97

Siltstone

0.07

30

1.624

0.024

0.072

18.12

Siltstone

0.07

37.5

1.624

0.024

0.084

19.89

Sandstone

0.015

45

0.348

17

0.026

0.074

17.74

Siltstone

0.05

37.5

1.16

0.024

0.073

17.92

Sandstone

0.015

45

0.348

17

0.026

0.074

17.74

Siltstone

0.07

40

1.624

0.024

0.088

20.49

Coal (A) Carbonaceous Siltstone Sandstone Siltstone

0.4

40

9.28

15

0.013

0.162

43.58

0.05

45

1.16

0.018

0.071

21.38

0.02

42.5

0.464

17

0.026

0.081

18.89

0.05

45

1.16

0.024

0.084

19.6

Carbonaceous Siltstone Silty Sandstone Sandy Siltstone Sandy Siltstone Silty Sandstone Carbonaceous Siltstone Sandy Siltstone Sandstone Silty

0.05

45

1.16

0.018

0.071

21.38

0.03

35

0.696

17

0.026

0.084

19.72

0.06

47.5

1.392

0.024

0.095

21.31

0.05

47.5

1.16

0.024

0.087

20.17

0.03

40

0.696

17

0.026

0.092

20.82

0.15

42.5

3.48

0.018

0.109

28.18

0.08

37.5

1.856

0.024

0.089

20.71

0.02

35

0.464

17

0.026

0.071

17.38

Sandstone Carbonaceous Siltstone upper

0.05

32.5

1.16

17

0.026

0.099

22.31

0.04

27.5

0.928

0.018

0.045

16.1

Gambar 5.1. Contoh hasil perhitungan nilai kekuatan kohesi (C) dan sudut geser dalam () pada batubara seam BU dengan menggunakan software RockLab

5.1.3.3. Permodelan Dimensi PT. Putra Perkasa Abadi

Lereng

Highwall

Pit

Setelah perhitungan nilai kekuatan kohesi (C) dan sudut geser dalam masing-masing massa batuan dilakukan, selanjutnya perlu dibuatkan suatu permodelan secara komputerisasi runtutan atau urutan perlapisan material (batuan) di lapangan dengan menggunakan bantuan software AutoCAD, dengan tetap mempertimbangkan kesesuaian bentuk dan ukuran model perlapisan sebenarnya di lapangan dengan permodelan material secara

komputerisasi. Tujuannya adalah untuk mempermudah proses menuju tahapan selanjutnya yaitu analisa kestabilan lereng (perhitungan faktor keamanan lereng). Tahapan ini dilakukan dengan diawali pembuatan penampang melintang (cross section) daerah atau titik yang akan diamati atau ditinjau, dalam hal ini yaitu di highwall pit 3 PT. Putra Perkasa Abadi. Setelah penampang ini dibuat, umumnya hanya akan terlihat model penampang perlapisan batubaranya saja, sehingga perlu dibuat pula model perlapisan overburden-nya dengan menggunakan data true thickness ataupun apparent thickness overburden tersebut. Berikut ini adalah model penampang melintang perlapisan overburden dan batubara di highwall pit 3 PT. Putra Perkasa Abadi.

Gambar 5.2. Model penampang melintang perlapisan batuan di higwall pit 3 PT. Putra Perkasa Abadi dengan menggunakan software CAD

5.1.3.4. Perhitungan Nilai Faktor Keamanan Lereng (Analisa Kestabilan Lereng) Di Highwall Pit 3 PT. Putra Perkasa Abadi Setelah permodelan penampang melintang lapisan-lapisan batuan yang ada di highwall pit 3 PT. Putra Perkasa Abadi selesai dibuat, selanjutnya dilanjutkan dengan perhitungan nilai faktor keamanan dari lereng yang ada di highwall tersebut, dengan tujuan untuk menilai seberapa besar kestabilan lereng tersebut yang tersusun dari beberapa jenis material (batuan) dengan karateristik fisik dan mekanik tertentu. Proses perhitungan nilai faktor keamanan lereng ini dilakukan dengan bantuan komputerisasi, yaitu menggunakan software GeoStudio atau Slope/W. Namun sebelum memulai proses analisa atau perhitungan, terlebih dahulu perlu dibuat model perlapisan di worksheet atau lembar kerja di program Slope/W ini dengan cara men-track ulang model perlapisan dari model yang telah dibuat pada proses sebelumnya. Masing-masing material yang telah di-track ulang di worksheet Slope/W dapat diberikan keterangan tambahan mengenai kekuatan kohesinya (C) dan besar sudut geser dalamnya ().

Gambar 5.3. Model penampang melintang perlapisan batuan di higwall pit 3 PT. Putra Perkasa Abadi pada software Slope/W

Proses perhitungan nilai faktor keamanan lereng (analisa kestabilan lereng) di highwall pit 3 PT. Pura Perkasa Abadi ini dilakukan dengan tipe analisa Morgenstern-Price dengan pertimbangan tipe analisa ini tergolong tipe analisa kestabilan lereng yang sudah modern yang dapat dianggap mewakli kondisi kerja di lapangan saat ini. Selain itu ada beberapa setting tambahan yang harus dilakukan, yakni : a. PWP condition from yang dipilih adalah Piezometric line, karena ada ditemukan aliran muka air tanah (water tabel) yang keluar melalui lapisan batupasir di elevasi jenjang 0o. b. Direction of movement adalah right to left, karena lereng yang coba untuk dianalisa atau diketahui faktor keamanannya adalah highwall. c. Slip surface option, ada 3 (tiga) cara yang coba untuk digunakan yaitu : Grid and radius, dimana grid berfungsi sebagai penanda terpusat di titik mana energi yang menyebabkan longsoran atau runtuhan berada. Pencarian di mana titik pusat energi penyebab longoran ini berada harus dilakukan berulang-ulang hingga faktor keamanan dari lereng tersebut berada pada nilai dugaan terendah (nilai faktor keamanan terkecil dimana akan menyebabkan lereng longsor). Radius berfungsi sebagai penanda dimana garis singgung bidang longsoran akan terbentuk. Fully specified, dimana kita sendiri sebagai penentu atau pengilustrasi bentuk atau pola longsorannya seperti apa dan dimana longsoran itu akan terjadi dengan pertimbangan tanda-tanda berupa rekahan yang ada di lapangan.

Auto locate, dimana kita akan langsung mendapatkan nilai faktor keamanan lereng begitu kita menjalankan proses perhitungan dengan cara ini karena proses perhitungannya dan di mana lokasi yang berpotensi longsor langsung otomatis dihitung dan dicari oleh program komputer ini. Berikut ini adalah tampilan kemungkinan model longsoran dan

nilai faktor keamanan dari lereng di highwall pit 3 PT. Putra Perkasa Abadi.

Gambar 5.4. Hasil perhitungan nilai faktor keamanan lereng highwall pit 3 PT. Putra Perkasa Abadi dengan cara grid and radius

Gambar 5.5. Hasil perhitungan nilai faktor keamanan lereng highwall pit 3 PT. Putra Perkasa Abadi dengan cara fully specified

Gambar 5.6. Hasil perhitungan nilai faktor keamanan lereng highwall pit 3 PT. Putra Perkasa Abadi dengan cara auto locate

Berdasarkan hasil perhitungan nilai faktor keamanan lereng di highwall pit 3 PT. Putra Perkasa Abadi di atas, didapatkan hasil berupa : Kondisi lereng di highwall pit 3 PT. Putra Perkasa Abadi secara garis besar sudah dapat dikatakan aman atau kondisi material (batuan) penyusunnya stabil yang ditunjukan oleh nilai faktor keamanan 1,140, dengan asumsinya adalah ketinggian lereng aktual sekarang masih dalam kategori tidak terlalu dalam yaitu 50 m di bawah permukaan tanah dengan kondisi karakteristik fisik dan mekanik batuan penyusun seperti telah dijelaskan di atas. Selain itu kondisi tekanan air tanah dan bidang-bidang lemah yang mungkin saja ada di bagian tanah yang lebih dalam (tidak terlihat) dianggap tidak ada.

Das könnte Ihnen auch gefallen