Sie sind auf Seite 1von 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Kejaksaan tinggi (Kejati) adalah lembaga kejaksaan yang berkedudukan di
ibukota provinsi dan daerah hukumnya meliputi wilayah kekuasaan provinsi.
Kejaksaan tinggi merupakan kekuasaan negara khususnya di bidang penuntutan,
di mana semuanya merupakan satu kesatuan yang utuh yang tidak dapat
dipisahkan. Seiring dengan meningkatnya kebutuhan akan fasilitas untuk
mendukung kinerja kejaksaan tinggi maka pemerintah provinsi Sumatera Selatan
membangun infrastruktur berupa gedung baru. Daerah yang menjadi sentra
pembangungan infrastruktur gedung Kejaksaan Tinggi adalah daerah Jakabaring
yang merupakan kawasan pengembangan di kota Palembang.
Pembangunan atau pelaksanaan suatu struktur pada umumnya melibatkan
berbagai tahap. Urutan aktual mengenai kejadian tertentu sangat bergantung pada
besar, ruang lingkup, jenis konstruksi, dan model yang dipilih untuk mengelola
suatu proyek. Pembangunan suatu konstruksi, pertama-tama sekali yang
dilaksanakan dan dikerjakan dilapangan adalah pekerjaan pondasi (struktur
bawah) baru kemudian melaksanakan pekerjaan struktur atas. Pekerjaan struktur
yang diantaranya pile cap, tie beam, plat, balok, kolom dan shearwall mencakup
banyak pekerjaan lain, seperti pemasangan bekisting, pembesian, pengecoran
yang sangat perlu diperhatikan untuk mencapai mutu yang diinginkan.
Proyek pembangunan Gedung Kantor Kejaksaan Tinggi menggunakan
pondasi tiang pancang dengan penampang persegi. Pondasi tiang pancang tersebut
direncanakan untuk dapat menahan beban struktur di atasnya serta menyalurkan
ke dalam tanah. Untuk melihat daya dukung tiang pancang di lapangan
dilakukanlah kalendering dan dilakukan test pembebanan pada tiang pancang.
Konstruksi pondasi pada proyek ini merupakan tiang pancang kelompok. Di atas
tiang pancang kelompok harus diletakkan suatu konstruksi yang disebut Pile cap
yang berfungsi untuk mempersatukan kelompok tiang pancang tersebut.
Oleh karena itu, diambil analisa perhitungan daya dukung tiang pancang
dengan metode dinamis serta perhitungan pile cap dalam proyek pembangunan
Gedung Kantor Kejaksaan Tinggi Sumatera Selatan agar dapat dilihat
perbandingan perhitungan di lapangan dan perhitungan yang akan dianalisis.
1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan penulisan laporan ini adalah :

1. Untuk mengetahui dan memahami pelaksanaan suatu proyek, khususnya
pada pekerjaan pelaksanaan pondasi tiang pancang dan konstruksi pile cap
pada proyek Pembangunan Gedung Kantor Kejaksaan Tinggi Sumatera
Selatan.
2. Melakukan analisa perhitungan mengenai daya dukung dari tiang pancang
tersebut dengan metode dinamis serta membandingkan perhitungan
tulangan pile cap yang dihitung sendiri dengan yang ada di lapangan.

1.3 Metode Pengumpulan Data
Penulisan laporan kerja praktek ini, dilakukan studi literatur serta
berdasarkan pada data-data yang diperoleh dilapangan secara lisan maupun
tulisan.
Adapun metode pengambilan data yaitu dengan cara :
1. Melakukan observasi secara langsung ke lokasi proyek
pembangunan gedung.
2. Melakukan konsultasi dan tanya jawab dengan pihak-pihak yang
terlibat langsung dalam pekerjaan proyek pembangunan gedung.
3. Mempelajari kegiatan di proyek dan gambar-gambar rencana
proyek yang ada.
4. Mempelajari literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang
akan dibahas.
5. Membuat dokumentasi dan meminta data-data yang diperlukan dari
pihak proyek pembangunan gedung Kejati Sumatera Selatan.

1.4 Ruang Lingkup Penulisan

Pelaksanaan kerja praktek ini berlangsung selama 2(dua) bulan yaitu akhir
bulan September sampai dengan akhir bulan November 2011, yaitu pada proyek
pembangunan Gedung Kantor Kejaksaan Tinggi Sumatera Selatan di Jakabaring.
Pelaksanaan pembangunan ini memakan waktu yang cukup lama, sehingga tidak
memungkinkan untuk meninjau keseluruhan dari pelaksanaan proyek tersebut.
Permasalahan yang akan dibahas dibatasi hanya mengenai pekerjaan pondasi
tiang pancang dan pile cap yaitu berupa teknis pelaksanaan pekerjaan pondasi
tiang pancang dan struktur pile cap beserta analisis perhitungan daya dukung tiang
pancang dengan metode dinamis dan perhitungan tulangan pile cap.
1.5 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan laporan kerja praktek ini dibagi menjadi 6 bab, yaitu
sebagai berikut :
Bab I. PENDAHULUAN
Pada bab ini, dibahas mengenai latar belakang proyek pembangunan
gedung Kejaksaan Tinggi Sumatera Selatan di Jakabaring disertai maksud dan
tujuan, metode pengumpulan data, ruang lingkup penulisan, dan sistematika
penulisan.
Bab II. URAIAN/ GAMBAR UMUM PROYEK
Pada bab ini dibahas tentang uraian umum data proyek, pihak-pihak yang
terlibat dalam proyek, struktur organisasi proyek, serta jadwal pelaksanaan
pekerjaan.


Bab III. DASAR TEORI
Pada bab ini membahas tentang pondasi tiang pancang, jenis-jenis pondasi tiang
pancang, kapasitas daya dukung tiang pancang tunggal dan kapasitas daya dukung
tiang pancang kelompok, membahas beberapa tipe pile cap, pelaksanaan
pekerjaan pile cap serta perhitungannya.
Bab IV. TINJAUAN PELAKSANAAN
Berisi pembahasan mengenai teknik pelaksanaan pekerjaan pondasi tiang
pancang dan pile cap di lapangan.
Bab V. TINJAUAN PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN
Pembahasan mengenai perhitungan daya dukung tiang pancang dengan
menggunakan metode dinamis serta membahas mengenai data-data teknis plat
lantai serta perhitungan pada pelaksanaan pekerjaan Pile cap.
Bab VI. PENUTUP
Pada bab ini membahas tentang kesimpulan akhir dari pelaksanaan
pekerjaan proyek yang ditinjau dan saran-saran yang disampaikan penulis.









BAB II
GAMBARAN UMUM PROYEK

2.1 Uraian Umum Proyek
Proyek Pembangunan Gedung Kantor Kejaksaan Tinggi Sumatera Selatan
dapat dijelaskan dengan keadaan sebagai berikut :
Data-Data Umum Proyek
Nama Pekerjaan : Proyek Pembangunan Gedung Kantor
KejaksaaanTinggi Sumatera Selatan
Lokasi Proyek :Jalan Gubernur H.A. Bastari Jakabaring Palembang
Pemilik Proyek : Kejaksaan Tinggi Sumatera Selatan
Nilai Kontrak : Rp. 31.535.920.000,-
Sifat Kontrak : Unit Price
Sumber Dana : APBN
Waktu Pelaksanaan : 180 hari (27 Juni 2011 23 Desember 2011)
Konsultan Pengawas : PT.Deserco Development Services
Konsultan Perencana : PT. Pandu Persada
Kontraktor Pelaksana : PT. Adhi Karya
Konstruksi : Beton Bertulang
Data-Data Teknis Proyek
Jumlah Lantai : 10 lantai
Pondasi : Pondasi tiang pancang
Dimensi tiang pancang : 40cm x 40 cm
Bentuk penampang tiang pancang : Persegi
Kedalaman pancang : (24-26) m
Mutu Beton Tiang pancang : K-500
Mutu Beton Pilecap : K-300
2.2. Struktur Organisasi

Dalam berbagai bidang pekerjaan struktur organisasi merupakan suatu
kelengkapan yang sangat penting, demikian juga halnya dengan pekerjaan yang
berkaitan dengan pembangunan suatu konstruksi. Pada gambar 2.1 dijelaskan
pihak-pihak yang terlibat dalam proyek pembangunan Gedung Kantor Kejaksaan
Tinggi Sumatera Selatan sebagai berikut : Kejaksaan Tinggi Sumatera Selatan
selaku pemilik proyek, PT.Pandu Persada sebagai konsultan perencana, PT.Adhi
Karya (persero) Tbk sebagai kontraktor pelaksana, dan PT. Deserco Development
Services sebagai konsultan pengawas.












Gambar 2.1 Struktur organisasi proyek pembangunan gedung kantor Kejaksaan Tinggi Sumatera Selatan



OWNER
KEJAKSAAN TINGGI PROVINSI
SUMATERA SELATAN
KONSULTAN
PERENCANA
PT. PANDU PERSADA
KONSULTAN
PENGAWAS
PT. DESERCO
DEVELOPMENT
SERCIVE
KONTRAKTOR
PELAKSANA
PT. ADHI KARYA (Persero)
Tbk
2.3 Syarat-syarat Pelaksanaan Kerja
Gambar-gambar perencanaan pada proyek ini dibuat oleh konsultan
perencana proyek. Setelah perencanaan selesai dikerjakan, maka dapat diketahui
berapa banyak anggaran pengeluaran yang harus dikeluarkan.
2.4 Jadwal Pelaksanaan Proyek
Jadwal pelaksanaan pekerjaan (time schedule) merupakan suatu acuan
proyek agar tidak terjadi overlapping (menumpuknya pekerjaan dalam suatu
waktu), dan juga menghindari keterlambatan pelaksanaan pekerjaan suatu proyek.
Pelasanaan pekerjaan pondasi tiang pancang serta pekerjaan srtuktur pile cap
dilaksanakan mulai bulan Juni 2011 sampai dengan september 2011.
2.5 Peta Lokasi Proyek
Gambar 2.2 menjelaskan lokasi pelaksanaan proyek Gedung Kantor
Kejaksaan Tinggi Sumatera Selatan.
















Gambar 2.2 Lokasi pelaksanaan proyek (disunting dari citra satelit)

BAB III
DASAR TEORI

3.1 Pengertian Pondasi
Pembagian dari konstruksi bangunan yang bertugas meletakkan bangunan
dan meneruskan beban bangunan atas (upper structure/super struktur) ke dasar
tanah yang cukup kuat mendukungnya disebut pondasi.
Pondasi umumnya berlaku sebagai komponen struktur pendukung
bangunan yang paling bawah, dan telapak pondasi berfungsi sebagai elemen
terakhir yang meneruskan beban ketanah. Karena fungsinya tersebut,telapak
pondasi harus memenuhi untuk mampu dengan aman menebar beban yang
diteruskannya sedemikian rupa sehingga kapasitas atau daya dukung tanah tidak
terlampui. Sehingga perlu diperhatikan bahwa dalam merencanakan pondasi harus
memperhitungkan keadaan yang berhubungan dengan sifat-sifat dan mekanika
tanah. Dasar pondasi harus diletakkan diatas tanah keras pada kedalaman tertentu,
bebas dari lumpur, humus dan pengaruh perubahan cuaca.
Dalam merencanakan podasi untuk suatu konstruksi dapat digunakan
beberapa macam tipe pondasi. Pemilihan ini didasarkan atas beberapa hal :
1. Fungsi bangunan atas (upper structure) yang akan dipikul oleh pondasi
tersebut.
2. Besarnya beban dan beratnya bangunan atas.
3. Keadaan tanah dimana bangunan tersebut akan didirikan.
4. Biaya pondasi dibandingkan dengan bangunan atas.

3.1.1 Pondasi Tiang Pancang
Tiang pancang adalah bagian pondasi yang dibuat dari kayu, beton, atau
baja yang digunakan untuk mentransmisikan beban-beban yang bekerja pada
struktur atas ke lapisan tanah keras dibawahnya. Pondasi tiang pancang
dipergunakan untuk pondasi suatu banguanan apabila tanah dasar dibawah
bangunan tersebut tidak mempunyai daya dukung (bearing capacity), yang cukup
untuk memikul berat bangunan dan bebannya, atau apabila tanah keras yang
mempunyai daya dukung cukup untuk memikul berat bangunan dan beban
letaknya sangat dalam. Selain itu pondasi tiang pancang dapat juga digunakan jika
kita menginginkan keamanan yang lebih terjamin bagi bangunan, walaupun tanah
yang baik tidak begitu dalam letaknya (misal untuk jembatan besar,gedung
bertingkat banyak, menara dan sebagainya) termasuk juga kalau ada bahaya
pengerusan tanah dasar dibawah pondasi oleh arus air.
Pondasi tiang pancang melayani pelimpahan beban dari atas kepala
sekelompok tiang pancang di bawahnya, yang kemudian diteruskan kepada tanah
pendukung melalui gesekan permukaan atau tumpuan ujung tiang. Tiang pancang
umumnya digunakan :
1. Untuk membawa beban-beban konstruksi di atas tanah, ke dalam atau
melalui sebuah lapisan tanah.
2. Untuk menahan gaya desakan ke atas, atau gaya guling seperti untuk
telapak ruangan bawah tanah di bawah bidang batas jenuh atau untuk
menopang kaki-kaki menara terhadap guling.
3. Menampatkan endapan tak berkohesi yang bebas lepas melalui kombinasi
perpindahan isi tiang pancang dan getaran dorongan. Tiang ini dapat
ditarik kemudian.
4. Mengontrol penurunan bila kaki-kaki yang terbesar atau telapak berada
pada tanah tepi atau didasrkan oleh sebuah lapisan yang kemampatannya
tinggi.
5. Membuat tanah di bawah pondasi mesin menjadi kaku untuk mengontrol
amplitude getaran dan frekuensi alamiah dari sistem tersebut.
6. Sebagai faktor keamanan tambahan di bawah tumpuan jembatan dan/atau
pir (tiang), khususnya jika erosi merupakan persoalan yang potensial.
7. Dalam konstruksi lepas pantai untuk meneruskan beban-beban di atas
permukaan air melalui air dan ke dalam tanah yang mendasari air tersebut.
Hal seperti ini adalah mengenai tiang pancang yang ditanamkan sebagian
dan yang terpengaruh baik oleh beban vertikal dan tekuk maupun beban
lateral.
Pada umumnya tiang pancang ditancapkan tegak lurus ke dalam tanah,
tetapi apabila diperlukan untuk menahan gaya-gaya horisontal maka tiang
pancang akan dipancangkan miring (batter pile). Sudut-sudut kemiringan yang
dapat dicapai oleh tiang pancang tergantung dari alat pancang yang digunakan
serta disesuaikan pula dengan perencanaannya. Tiang pancang sebagai pondasi
dapat dianggap sebagai tanah yang diperkuat oleh tulangan sehingga dapat
meningkatkan daya dukungnya dan merubah kekakuan perubahan bentuknya,
hampir sama dengan beton yang diperkuat oleh baja pada struktur bertulang dan
beton pratekan.

3.1.2. Penggolongan Tiang Pancang
Penggolongan tiang pancang dibagi menjadi tiga, yaitu :
1. Penggolongan berdasarkan bahan
2. Penggolongan berdasarkan pemindahan beban
3. Penggolongan berdasarkan pengerjaan
3.1.3 Kapasitas Daya Dukung Tiang Pancang
3.1.3.1 Kapasitas Dukung Satu Tiang
Dalam menentukan kapasitas dukung tiang diperlukan klasifikasi tiang
dalam mendukung beban yang bekerja. Menurut Terzaghi, klasifikasi tiang
didasarkan pada pondasi tiang, yaitu:
1. Tiang gesek (friction pile),
2. Tiang lekat (cohesion pile),
3. Tiang mendukung di bagian ujung tiang (point / end bearing pile)

Untuk menentukan kapasitas dukung satu tiang digunakan metode
pendekatan analitis dari hasil pengujian karakteristik fisik dan mekanik
tanah di laboratorium dan kemudian di dekati dengan formula klasik dan
metode empiris dengan mengandalkan hasil pengujian lapangan. Adapun
metode-metode tersebut adalah metode statik yaitu hasil intrepertasi dari
diagram penetrasi yang didapat dari hasil penetrometer, metode dinamis
yaitu menggunakan rumus pancang, dan hasil uji beban langsung.
a) Kapasitas Dukung Tiang Berdasarkan Metode Statis Analitis
Kapasitas statis analisis adalah metode perhitungan daya dukung
yang berdasarkan keadaan tanah dan bentuk suatu tiang pancang dalam suatu
proyek. Dalam analisis ini , daya dukung suatu tiang sangat dipengaruhi oleh
bentuk tiang atau pondasi, kedalaman dasar tiang, kemiringan beban dan
pengaruh pembebanan eksentris dalam suatu pondasi. Statis analisis ini juga
mengkorelasikan hasil dari laboratorium dengan keadaan yang ada di
lapangan. Hasil dari laboratorium seperti data kohesi tanah (C), sudut gesek
tanah () dan berat jenis tanah () juga menjadi faktor analisis yang akan
digunakan untuk menghitung kapasitas daya dukung tiang pada metode statis
analisis ini.
Metode yang paling dikenal pada statis analisis ini adalah metode
yang di kembangkan oleh Terzaghi (1943) yaitu:
Q
ult
= C.N
c
.S
c
+ q. N
q
+ 0,5 . .B .N. S.........................................(3.1)
Dimana :
q = . D
f
...........................................................................................(3.2)
Keterangan :
Q
ult
= Kapasitas dukung tiang
C = Kohesi tanah di bawah dasar pondasi
= Berat volume tanah
S,S
c
= Bentuk pondasi
D
f
= Kedalaman pondasi
N
c
,N,N
q
= Faktor kapasitas dukung tanah yang tergantung dengan nilai .

b) Kapasitas Dukung Tiang Berdasarkan Metode Statis Empiris
1. Menggunakan Hasil Sondir (Static Peneration Test)
Pemeriksaan kekuatan tanah dengan sondir bertujuan untuk
mengetahui kekuatan suatu lapisan tanah berdasarkan pada perlawanan
penetrasi konus dan hambatan lekat. Perlawanan penetrasi konus adalah
perlawanan tanah terhadap ujung konus yang dinyatakan dalam gaya per
satuan luas. Sedangkan hambatan lekat adalah perlawanan geser tanah
terhadap selubung bikonus dalam gaya per satuan luas. Data-data ini
sangat dibutuhkan dalam perencanaan pondasi tiang.
Static penetration test di Indonesia lebih dikenal sebagai alat
sondir dengan kemampuan yang disesuaikan dengan beban yang nantinya
akan bekerja (20 kN atau 100 kN), sedang bentuk ujung alat (konis)
dibedakan dua tipe sebagai konis biasa dan bikonis.
a. Konis biasa
Konis biasa merupakan tipe alat yang mula-mula dibuat dan hanya
tekanan pada ujung konis saja yang dapat diukur. Cara pelaksanaannya,
bagian inti ditekan sehingga ujung konis masuk ke dalam tanah.
Pembacaan P (tekanan yang diberikan) setiap kedalaman mencapai 20 cm
atau kelipatannya demikian seterusnya. Selanjutnya dibuat grafik
hubungan antar nilai konis dengan kedalaman. Metode ini dapat dilakukan
secara cepat dan hanya saja tidak diperlukan besarnya hambatan akibat
lekatan yang terjadi.
b. Bikonis
Alat ini merupakan pengembangan dari alat konis biasa dan dapat
digunakan untuk menentukan besarnya nilai konis dan lekatan yang
terjadi. Pada prinsipnya cara pengujian tidak berbeda jauh dengan alat
konis biasa.
Rumus umum yang digunakan untuk menghitung besarnya daya
dukung ultimit tiang tunggal adalah:

5
) . (
3
) . ( O JHP A NK
Q
all
+ = ............................................( Meyerhoff )(3.3)
Dimana:
Q
all
= Daya dukung ijin tiang tunggal (Kg)
NK = Nilai konus rata-rata pada ujung tiang (Kg/cm
2
)
A = Luas penampang tiang (cm
2
)
O = Keliling tiang (cm)
JHP = Jumlah hambatan pelekat rata-rata (Kg/cm)
2. Menggunakan Hasil Penetrasi Standar (Standard Penetration Test)
Metode ini menggunakan jenis alat yang sederhana, berupa tabung
standar dengan diameter 5 cm dan panjang 56 cm. Pelaksanaan dilakukan
di dasar lubang bor.
Meyerhof menggunakan dua macam rumus, yaitu:
a. Tiang berpenampang bundar
s p u A N A N P . . 2 , 0 . . 40 + = ........................................................................(3.4)
b. Tiang berpenampang H atau I
s p u A N A N P . . 1 , 0 . . 40 + = .........................................................................(3.5)
Keterangan:
u P = daya dukung maksimum ( ton )
N = nilai standar penetrasi pada ujung tiang
N = nilai rata-rata standar penetrasi sepanjang tiang
p A = luas penampang ujung tiang ( m
2
)
s A = luas selimut tiang ( m
2
).
Rumus Meyerhof (1956) tersebut sebetulnya lebih tepat digunakan untuk
tiang-tiang yang dimasukan ke dalam lapisan tanah yang berkohesi kecil
sampai cohession less. Faktor keamanan yang digunakan diambil 2-3.
c) Kapasitas Dukung Tiang Berdasarkan Metode Dinamis
Perhitungan kapasitas tiang pancang secara dinamis dilakukan
dengan menganalisis kapasitas ultimit dengan data yang diperoleh dari
pemancangan tiang. Untuk menentukan daya dukung tiang pancang,
formula dinamis merupakan metode yang paling tua. Formula dinamis ini
biasa disebut formula tiang pancang rasional yang bergantung pada
prinsip-prinsip impuls-momentum. Formula dinamis yang sering
digunakan sekarang ini, didasarkan pada persamaan yang berasal dari
prinsip-prinsip tersebut dan dengan anggapan-anggapan yang
disederhanakan.
1. Formula Tiang Pancang Rasional
Formula dinamik telah banyak digunakan untuk meramalkan
kapasitas tiang pancang. Diperlukan suatu cara di lapangan untuk
menentukan apakah sebuah tiang pancang telah mencapai nilai
dukung yang cukup selain hanya dengan pemancangannya ke
kedalaman yang telah ditentukan sebelumnya.
a. Formula Janbu

s K
E e
Q
u
h h
u
.
= .............................................................................(3.6)

r
p
d
W
W
C 15 , 0 75 , 0 + =

|
|
.
|

\
|
+ + =
d
d u
C
C K

1 1
2
.
. .
AEs
L E e
h h
=

SF
Q
Q
u
i
=
SF = 3
b. Formula Hiley

p r
p r
r h
u
W W
W n W
k k k s
h W e
Q
+
+
+ + +
=
2
3 2 1
.
) (
2
1
.......................................(3.7)

SF
Q
Q
u
i
= ;SF = 4

c. Formula Kobe

p r
p r
r
u
W W
W e W
K s
h W
Q
+
+
+
=
2
2
............................................................(3.8)

SF
Q
Q
u
i
=
SF = 4
Dimana :
L = Panjang tiang pancang
A = Luas penampang tiang pancang
E = Modulus elastisitas tiang pancang
s = Besarnya nilai set
e
h
= Faktor efisiensi palu pada hammer
W
r
= Berat diesel hammer
W
p
= Berat tiang pancang
h = Tinggi jatuhnya balok besi panjang/ram stroke
1 k = Kompresi blok topi elastic dan topi tiang pancang
2 k = Pemampatan tiang pancang elastic
3 k = Pemampatan tanah elastic
E
h
= Tenaga palu pabrik yang dipakai per satuan waktu
2. Formula Dinamik Lain dan Pertimbangan Umum
Semua formula yang disajikan dalam tabel di bawah ini kecuali
formula Gates diturunkan dengan menggunakan berbagai asumsi.
Karena tafsiran pengalaman pemakai tidak subyektif serta dipasangkan
dengan variabilitas kondisi-kondisi tanah dan palu, maka formula
dinamik tidak mempunyai korelasi yang sangat baik dengan pengalaman
lapangan, khususnya bila digunakan oleh orang-orang lain dalam
kawasan geografis yang berbeda atau untuk perbandingan statistik.

Jika kita mendefinisikan suku tumbukan dalam persamaan Hilley
(1930) sebagai,

(.)
dengan mengambil nilai n
2
W
r
/ W
p
0, maka kita dapatkan,

(.0)
yang menjadi titik tolak untuk beberapa faktor formula.
Formula Engineering News Record (ENR) didapat dengan
mengumpulkan semua kehilangan menjadi sebuah faktor tunggal serta
dengan mengambil
h
e = 1 untuk mendapatkan blok pancang/drop
hammer,



(.)
dan palu uap,



.
Sebuah modifikasi ENR yang terakhir (dan kira-kira seperti yang
digunakan dalam tabel) adalah,

(.)



Tabel 3.1 Beberapa formula tiang pancang dinamik
Kode Bangunan Nasional Kanada (gunakan SF = 3)
3 2
1
C C s
C E e
P
h h
u
+
=

p r
p r
W W
W n W
C
+
+
=
) 5 , 0 (
2
1

A
P
C
u
2
2
=

0001 , 0
3
+ =
E
L
C

Perhatikan bahwa satuan-satuan dari
3 2
C C sama seperti s .
Rumus Denmark (Olsen dan Flaate (1967)) (gunakan SF = 3 sampai 6)
1
C s
E e
P
h h
u
+
=

AE
L E e
C
h h
2
. .
1
=
(satuan dari s)
Rumus Eytelwein (gunakan SF = 6) ( Chellis (1941))
) / ( 1 , 0
r p
h h
u
W W s
E e
P
+
=

Rumus Gates (Gates (1957)) (gunakan SF = 3)
) log ( . s b E e a P
h h u
=

u
P = kips atau kN
h
E = kips, kaki atau kN.m
s = inchi atau mm a = 27 Fps; 104,5 SI b = 1.0 Fps; 2,4 SI
h
e = 0,75 untuk drop hammer dan 0,85 untk semua palu yang lain.
Janbu (lihat Olsen dan Flaate (1967), Mansur dan Hunter (1970)) (gunakan SF = 3 sampai 6)
s K
E e
P
u
h h
u
.
=

r
p
d
W
W
C 15 , 0 75 , 0 + =

|
|
.
|

\
|
+ + =
d
d u
C
C K

1 1

2
.
. .
AEs
L E e
h h
=

Gunakan satuan-satuan yang sesuai untuk menghitung
u
P . Ada ketaksepakatan dalam penggunaan
h
e karena
h
e
tersebut muncul dalam
d
C ; tapi, kecocokan statistik cenderung menggunakan
h
e seperti yang diperhatikan.
Rumus-rumus ENR yang diubah (gunakan SF = 6)
p r
p r h h
u
W W
W n W
s
E e
P
+
+
+
=
.
1 , 0
. 25 , 1
2
(ENR (1965)
Menurut AASTHO (bagian 2.3.6 dan SF = 6; terutama untuk tiang pancang kayu)
1 , 0
) . ( .
+
+
=
s
p A W h e
P
r r h
u

Untuk palu uap kerja rangkap ambil
r
A = luas penampang blok besi panjang dan = tekanan uap (atau udara);
untuk yang kerja tunggal dan gravitas p A
r.
= 0. Gunakan satuan yang sesuai. Ambil
h
e ~ 1,0. Rumus di atas dan
rumus lain dapat digunakan untuk baja dan tiang pancang beton.
Rumus Navy-McKay (gunakan SF = 6)
) 3 , 0 1 (
1
C s
E e
P
h h
u
+
=

r
p
W
W
C =
1

Kode Bangunan Uniform Pantai Pasifik (PCUBC) (dari Kode Bangunan Uniform, Bab 28) (gunakan SF = 4)

2
1
C s
C E e
P
h h
u
+
=

p r
p r
W W
W k W
C
+
+
=
.
1
k = 0,25 untuk tiang pancang baja
AE
L P
C
u
.
2
=
k = 0,10 untuk semua tiang pancang lain
Pada umumnya mulailah dengan
2
C = 0,0 dan hitunglah nilai
u
P ; reduksilah nilai sebesar 25 persen; hitunglah
2
C dan nilai
u
P yang baru. Gunakan nilai
u
P ini untuk menghitung
2
C yang baru, dan begitu seterusnya,
sampai
u
P yang digunakan ~
u
P yang dihitung.
Sumber : Bowles, 1993
d) Kapasitas Dukung Tiang Berdasarkan Metode Loading Test

Pengujian tiang pancang dengan cara ini didasarkan pada analisis
data hasil rekaman getaran gelombang yang terjadi pada waktu tiang
dipukul dengan palu pancang. Pile Driving Analyzer (PDA) adalah
mengukur regangan dan dipasang di bagian atas tiang, minimum 2d dari
ujung tiang. Regangan dan percepatan gelombang akibat tumbukan alat
pancang diukur dengan menggunakan strain transducer dan
accelerometer. Dua buah strain transducer dan dua accelerometer
dipasang pada bagian atas tiang (minimum 1,5 diameter dari kepala tiang).

Tujuan pemasangan dua buah instrumen untuk masing-masing
pengukuran adalah untuk mendapatkan data yang lebih (rata-rata)
disamping sebagai faktor keamanan apabila salah satu instrumen tidak
bekerja dengan baik. Hasil pengukran direkam dengan alat Pile Driving
Analyzer (PDA), dan dianalisis dengan cara yang dikenal dengan nama
Case Method, berdasarkan teori gelombang satu dimensi (one
dimensional wave theory).

3.1.3.2 Kapasitas Dukung Tiang Kelompok
Perumusan dari Uniform Building Code dari AASHTO adalah :
Dengan efisiensi tiang :

(

+
=
' 90
) 1 ( ) 1 (
1
mn
n m m n
u q
.......................................................(3.14)
maka, kapasitas tiang kelompok = Qu n. . q
Dimana :

m = jumlah tiang dalam deretan baris
n = jumlah tiang dalam deretan kolom
= arc tan (d/s) dalam derajat
s = jarak antar tiang (as ke as)
d = diameter tiang

3.2 Pengertian Pile Cap
Pada suatu konstruksi bangunan pondasi sering didapati pondasi tiang
pancang kelompok. Di atas tiang pancang kelompok harus diletakkan suatu
konstruksi yang disebut Pile Cap yang berfungsi untuk mempersatukan kelompok
tiang pancang tersebut.
Dalam perhitungan-perhitungan Pile Cap dianggap atau dibuat kaku
sempurna sehingga :
- Bila beban-beban yang bekerja pada kelompok tiang pancang tersebut
menimbulkan penurunan maka setelah penurunan bidang pile cap tetap
akan merupakan bidang datar.

- Gaya-gaya yang bekerja pada tiang berbanding lurus dengan penurunan
tiang-tiang tersebut.

3.2.1 Jenis-Jenis Pile Cap
Meskipun pada tiang berdiameter besar atau untuk beban yang ringan sering
digunakan pondasi tiang tunggal untuk memikul kolom atau beban struktur, pada
lazimnya beban kolom struktur atas dipikul oleh kelompok tiang atau pile cap.
Tetapi dalam hal pengelompokan tiang baik pada ujung maupun keliling tiang
akan terjadi overleping daerah yang mengalami tegangan-tegangan akibat beban
kerja struktur.


Gambar 3.1 menjelaskan beberapa tipe pile cap













Gambar 3.1 Tipe-Tipe Pile Cap

3.2.2 Perhitungan Tulangan Pile Cap
Pada perhitungan pile cap yang akan di bahas adalah mengenai
perhitungan pembebanan pada kolom dan perhitungan rencana tulangan pile.
3.2.3 Perhitungan-perhitungan pembebanan kolom
Analisa struktur kolom pada bangunan ditinjau dengan analisa struktur
program SAP 2000. Analisa ini memperhitungkan pembebanan akibat :
pembebanan pelat, pembebanan angin, pembebanan atap yang dijadikan input
SAP 2000. Pada perhitungan pembesian kolom ini akan menggunakan
perhitungan momen dan gaya aksial yang didapat dari output program SAP 2000.
Perhitungan pembebanan pada struktur bangunan :
- Pembebanan pada plat Atap
- Pembebanan pada lantai 10
- Pembebanan pada lantai 9
- Pembebanan pada lantai 8
- Pembebanan pada lantai 7
- Pembebanan pada lantai 6
- Pembebanan pada lantai 5
- Pembebanan pada lantai 4
- Pembebanan pada lantai 3
- Pembebanan pada lantai 2
- Pembebanan pada lantai 1
Dari hasil analisa diatas maka di dapat hasil Pmax, Mmax.
3.2.4 Perhitungan Tulangan Pile Cap
Di atas pondasi tiang, terutama jika menggunakan kelompok tiang diberi
pengikat yang diberi nama pile cap. Tulangan Pile Cap ini diperhitungkan dengan
memperhatikan tegangan pons atau tegangan geser. Adapun tahap-tahap
perhitungannya yaitu:
Intensitas beban rencana
pilecap
u
A
kolom p
=
.....................................................(3.15)
Hitung jarak pelimpahan geser dari kolom ke pile cap (B)
B = lebar kolom + (1/2 d).2 ..........................................................................(3.16)
Gaya geser terfaktor yang bekerja pada penampang adalah :
Vu = Pu (A-B
2
) ............................................................................................(3.17)


Kuat geser adalah :
Vc =( ) d bo c f . ' 4

..........................................................................................(3.18)
Vn = Vc / | = Vc / 0,8
Bila Vc > Vn maka pile cap memenuhi persyaratan geser
Kemudian dilanjutkan dengan mencari berat sendiri dari pile cap yaitu volume
ukuran pile cap.
Setelah didapat beban sendiri pile cap dicari beban per tiang pancang :
- Beban per tiang pancang
g jumlahtian
ritiang beratsendi Pkolom+
=
- Beban merata pilecap (q) = lebar pilecap x tinggi pilecap x
beton

Pada rencana pile cap dicari momen maksimum, yang dilanjutkan dengan mencari
jarak dari serat tepi tekan terluar terhadap titik berat tulangan tarik (d) :
D = h ( h selimut beton + tulangan sengkang + | 2 / 1 tulangan utama)
Momen maksimum digunakan untuk mencari k
2
d b
Mu
K

=
|
............................................................................(3.19)

fc
fy
m
85 , 0
=
|
|
.
|

\
|
=
f y
mRn
m
2
1 1
1

Kemudian dicari luas tulangan dengan rumus
d b As = .....................................................................................................(3.20)
Dari luas tulangan yang didapat akan diperoleh rencana tulangan melalui
tabel hubungan antara luas penampang tulangan dengan diameter tulangan.
BAB IV
RENCANA TINJAUAN PELAKSANAAN

Proyek pembangunan Gedung Kejaksaan Tinggi Sumatera Selatan dimulai
sejak Juni 2011 sampai dengan Desember 2011. Adapun perencanaan pelaksanaan
pekerjaan pondasi tiang pancang dan konstruksi tulangan pile cap antara lain :
4.1 Pekerjaan Pendahuluan
Pelaksanaan pekerjaan pada suatu proyek perlu persiapan yang cermat
agar dicapai hasil yang memuaskan dan efisien tinggi. Hal ini sangat dirasakan
pengaruhnya terutama dalam menyelesaikan persoalan yang timbul dilapangan
dimana persiapan memerlukan sistematis kerja dalam pelaksanaannya.
Pekerjaan persiapan meliputi pendahuluan, antara lain :
1. Rencana kerja
2. Pengukuran dan Bowplank
3. Direksi Keet dan Bengkel Kerja
4.2 Pelaksanaan Pemancangan
Tahap-tahap dari pelaksanaan pemancangan meliputi penentuan letak titik
tiap pancang pemancangan, penyambungan tiang pancang dan kalendering.
a. Penentuan letak titik pancang
b. Persiapan pemancangan
c. Pemancangan tiang
d. Penghentian pemancangan tiang
e. Penyambungan Tiang
f. Pengujian tiang pancang (PDA TEST dan Kalendering)
g. Pemotongan tiang pancang




4.3 Pelaksanaan Pekerjaan Pile Cap
Setelah selesai pekerjaan pondasi dan tiang pancang, maka dapat
dilanjutkan dengan pekerjaan pile cap.
a. Pengukuran dan pemasangan bowplank
b. Penggalian
c. Pemotongan tiang
d. Pembuatan bekisting dan lantai kerja
e. Pembesian pile cap
f. Pengecoran pile cap














BAB IV
RENCANA TINJAUAN PERHITUNGAN

Rencana Perhitungan dalam Laporan Kerja Praktek yang akan dikerjakan meliputi
:
1. Perhitungan Daya Dukung Tiang Tunggal dan Kelompok dengan Metode
Dinamis
2. Perbandingan hasil hitungan metode dinamis dengan hasil test PDA
3. Perhitungan pembesian tulangan pile cap
Adapun rumus yang akan digunakan meliputi :
Rumus umum yang digunakan untuk menghitung besarnya daya dukung ultimit
tiang tunggal sesuai pers.3.3
Rumus khusus yang dugunakan untuk menghitung besarnya daya dukung ultimit
dengan metode dinamis yaitu :
a) Rumus Janbu ( pers.3.6)
b) Rumus Hilley ( pers.3.7)
c) Rumus Kobe ( pers.3.8)
Rumus umum yang digunakan untuk menghitung besarnya daya dukung ultimit
kelompok tiang sesuai pers.3.14
Pada perhitungan pile cap yang akan di bahas adalah mengenai perhitungan
pembebanan pada kolom dan perhitungan rencana tulangan pile cap berdasarkan
pers.3.15, pers.3.16, pers.3.17, pers.3.18, pers.3.19 dan pers.3.20.






BAB VI
RENCANA DAFTAR PUSTAKA

Bowles, Joseph E., Analisa dan Design Pondasi. Jilid 2, cetakan ke-4, Erlangga,
Jakarta, 1991.
Bowles, Joseph E., Analisa dan Disain Pondasi edisi revisi. Jilid 2, cetakan ke-4,
Erlangga, Jakarta, 1999.
Departemen Pekerjaan Umum., Divisi 7 Struktur Tiang Pancang.
www.google.co.id
Mulyono, Tri., Teknologi Beton, Penerbit Andi, Yogyakarta, 2004.
Sosrodarsono, Suyono dan Kazuto Nakazawa, Mekanika Tanah dan Teknik
Pondasi. Penerbit Pradnya Paramita, Jakarta, 1984.
Suryolelono, K.Basah., Teknik Fondasi Bagian II Fondasi Tiang, Turap, Sumuran
dan Fondasi Spesial. Nafiri, Yogyakarta, 1994.
Ir. Sunggono KH. Buku Teknik Sipil, Penerbit NOVA, Bandung, 84.
Dipohusodo, Istimawan, Struktur Beton Bertulang, Penerbit PT. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta,1999
Pedoman Pelaksanaan Kerja Praktek dan Tugas Akhir, Jurusan Teknik
Sipil, Fakultas teknik, Universitas Sriwijaya, 2007.
Badan Standarisasi Nasional, RSNI Tata Cara Perencanaan Struktur Beton untuk
Bngunan Gedung.
Kusuma, Ir Gideon H. M. Eng, Dasar Dasar Perencanaan Beton Bertulang,
Penerbit Erlangga, Ciracas, Jakarta, 1993

Das könnte Ihnen auch gefallen