Sie sind auf Seite 1von 19

PERCOBAAN 2 METABOLISME OBAT

I.

Tujuan Mempelajari pengaruh bebarapa senyawa kimia terhadap enzim pemetabolisme obat dengan mengukur efek farmakologinya.

II.

Dasar Teori Metabolisme obat adalah suatu proses perubahan struktur kimia obat yang terjadi dalam tubuh dan dikatalis oleh enzim.Pada proses ini molekul obat diubah menjadi lebih polar, artinya lebih mudah larut dalam air dan kurang larut dalam lemak sehingga lebih mudah diekresikan melalui ginjal. Organ utama yang bertanggung jawab untuk metabolisme atau biotransformasi obat adalah hati yakni di membrane endoplasmic reticulum (mikrosom) dan di sitosol. Akan tetapi jaringan intestine, paru dan ginjal juga mengandung sejumlah enzim biotransformasi. Jaringan lain dan mikroflora intestine dapat pula berperan dalam biotransformasi obat. Tujuan metabolisme obat adalah mengubah obat dari yang non polar (larut lemak) menjadi polar (larut air) agar dapat diekskresi melalui ginjal atau empedu. Dengan adanya ini obat aktif umumnya diubah menjadi inaktif. Enzim yang berperan dalam dalam biotransformasi obat dapat dibedakan berdasarkan letaknya dalam sel, yaitu enzim mikrosom yang terdapat dalam retikulum endoplasma halus (yang pada isolasi invitro membentuk kromosom ) dan enzim non mikrosom. Kedua enzim metabolisme ini terutama terdapat dalam sel hati, tetapi juga terdapat dalam sel jaringan lain, misalnya: ginjal, paru-paru, epitel saluran cerna dan plasma. Di lumen saluran cerna juga terdapat enzim non mikrosom yang dihasilkan flora usus. Enzim mikrosom mengkatalisis reaksi glukoronida, sebagian besar reaksi oksidasi obat, serta reksi reduksi dan

hidrolisis. Sedangkan enzim non mikrosom mengkatalisis reaksi konjugasi lainnya, beberapa reaksi oksidasi, reaksi reduksi dan hidrolisis. Adapun faktor-farmakodinamik yang mempengaruhi aktifitas metabolisme obat, yaitu : 1. Sitokrom P450 yang merupakan enzim pereduksi. 2. Pembentukan metabolit yang dapat memberikan efek farmakologi yang lebih kompleks dibanding obat awalnya.

3. Lokasi atau tempat kerja dari metabolit yang dihasilkan. 4 Perbedaan antara profil farmakokinetik dan farmakodinamik dari metabolit aktif dan obat awal. Perbedaan ini menyebabkan konsentrasi dan intensitas efek farmakologik metabolit dan obat awal sulit dibedakan. Efek obat kadang-kadang ditimbulkan oleh metabolitnya.

Metabolit itu mempunyai peran penting sebagai obat oleh karena : a. Metabolit kemungkinan menimbulkan toksisitas atau efek samping lebih rendah dibanding pro-drugnya. b. Secara umum metabolit mengurangi variasi respon klinik dalam populasi yang disebabkan perbedaan kemampuan metabolisme oleh individu-individu atau oleh adanya penyakit tertentu. Proses metabolisme terjadi disebabkan oleh reaksi enzm dan digolongkan menjadi 2 fase,yaitu: Fase pertama merupakan reaksi perubahan yang asintetik dan fase kedua merupakan reaksi konjugasi. Pada metablisme fase I mengubah obat menjadi lebih polar, dengan akibat menjadi inaktif. Fase pertama metabolisme terdiri dari : Reaksi oksidasi meliputi : a) Oksidasi dengan mikrosomal cytochroma P450 b) Oksidasi dengan mikrosoma non cytochroma P450 c) Oksidasinon mikrosomal Reaksi reduksi Hanya beberapa obat mengalami metabolisme dengan jalan reduksi baik pada letak mikrosomal maupun non mikrosomal. Dalam usus pada mikroba terdapat beberapa enzim reduktase. Gugus nitro,azo

dan karbonil merupakan subyek reduksi yang menghasilkan gugus hidroksida amino lebih polar.

Reaksi hidrolisis Proses lain yang menghasilkan senyawa yang lebih polar adalah hidrolisis dari ester dan amida oleh enzim esterase yang terletak baik mikrosomal dan non mikrosomal akan menghidrolisa obat yang mengandung gugus ester. Sedangkan pada fase II merupakan reaksi konjugasi dengan

substrat endogen : asam glukuronat, asam sulfat, asam asetat, atau asam amino, dan hasilnya menjadi sangat polar, dengan demikian hampir selalu tidak aktif . Fase kedua terdiri dari : Glukoronidasi. Asetilasi. Konjugasi sulfat, glisin, glutation. Induksi merupakan peningkatan enzim metabolisme pada tingkat transkipsi sehingga terjadi peningkatan kecepatan metabolisme obat yang menjadi substrat enzim yang bersangkutan, akibatnya diperlukan peningkatan dosis obat tersebut, sehingga terjadi toleransi farmakokinetik, karena melibatkan sintesis enzim maka diperlukan waktu panjang beberapa hari antara 3 hari sampai 1 minggu, sebelum dicapai waktu yang maksimal. ( Anief,1995)

Gambar 1. Struktur kimia fenobarbital Fenobarbital adalah obat tertua dari obat-obat antiseizure. Bahwa Phenobarbital secara selektif menekan neuron abdomal, menghambat penyebaran dan menekan firing (rangsangan depolarisasi) dari neuron focus.

Gambar 2. Struktur kimia Diazepam Diazepam termasuk obat dengan kelas terapi antiansietas, antikonvulsan, dan sedatif. Indikasi dari diazepam adalah untuk status epileptikus, ansietas atau insomnia, konvulsi akibat keracunan, kejang demam, dan untuk spasme otot. Sumber: http://yosefw.wordpress.com

Gambar 3. Struktur kimia simetidin Bioavailabilitas cimetidin sekitar 70 % sama dengan pemberian IV atau Im ikatan protein plasma hanya 20 %.Absorbsi simetidin diperlambat oleh makanan sehingga cimetidin diberikan bersama atau segera setelah makan dengan maksud untuk memperpanjang efek pada periode paska makan. Absorpsi terutama terjadi pada menit ke 60 -90. Cimetidin masuk kedalam SSP dan kadarnya dalam cairan spinal 10-20% dari kadar serum. Sekitar 50-80% dari dosis IV dan 40% dari dosis oral diekskresi dalam bentuk asal dalam urin. Masa paruh eliminasi sekitar 2 jam. Sumber: http://yosefw.wordpress.com

Gambar 4. Struktur kimia kurkumin Kurkumin (bahasa Inggris: diferuloylmethane adalah senyawa aktif yang ditemukan pada kunir, berupa polifenol dengan rumus kimia

C21H20O6. Kurkumin memiliki dua bentuk tautomer: keton dan enol. Struktur keton lebih dominan dalam bentuk padat, sedangkan struktur enol ditemukan dalam bentuk cairan. Senyawa turunan kurkumin disebut kurkuminoid, yang hanya terdapat dua macam, yaitu desmetoksikurkumin dan bis-desmetoksikurkumin. Kurkumin merupakan senyawa yang berinteraksi dengan asam borat menghasilkan senyawa berwarna merah yang disebut rososiania.Sumber:http://id.wikipedia.org/wiki/Kurkumin Jalur metabolisme :

Gambar 5. Jalur metabolisme

(sumber: http://ocw.usu.ac.id)

III.

Alat dan Bahan Alat Bahan : Spett injeksi 0,1 1 ml , Stopwatch : Fenobarbital 2%, dosis 80 mg/kgBB Diazepam 0,25%, dosis 20 mg/kgBB Cimetidin 1%, dosis 90 mg/kgBB Curcumin 0,5%, dosis 10 mg/kgBB Hewan Uji : Mencit

IV.

Cara Kerja
Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4 Kelompok 5

Kelompok 1

4 mencit

Mencit 1

Mencit 2

Mencit 3

Mencit 4

kontrol

Diazepam 0,25%

Curcumin 0,5%

Cimetidin 1%

Diberi perlakuan, selama 3 hari dengan fenobarbital 2%

IP

PO

PO

Setelah 1 jam,beri diazepam 0,25%

Setelah 1 jam,beri diazepam 0,25%

IP

IP

IP

Catat onset dan durasi

Bandingkan dengan analisis ANOVA

Kesimpulan

V.

Hasil Percobaan

Mencit 1. 2. 3. 4.

Berat ( gram ) 23,6 19,1 20,2 15,6

Perlakuan Fenobarbital + Diazepam Kontrol ( Diazepam ) Curcumin + Diazepam Cimetidin + Diazepam

Mencit 1 =

x 23,6 gram = 0,472 mg x 100 = 0,18 ml

Volume Diazepam yang disuntikkan =

Mencit 2 =

x 19,1 gram = 0,382 mg x 100 = 0,15 ml

Volume Diazepam yang disuntikkan =

Mencit 3 = Peroral ( Curcumin ) , Dosis Curcumin = 0,404 mg Volume Curcumin yang disuntikkan = Diazepam ( IP ) = x 100 = 0,08 ml x 20,2 gram =

x 20,2 gram = 0,404 mg x 100 = 0,16 ml

Volume Diazepam yang disuntikkan =

Mencit 4 = Peroral ( Cimetidin ) , Dosis Cimetidin = mg Volume Cimetidin yang disuntikkan = Diazepam ( IP ) = x 100 = 0,14 ml x 15,6 gram = 1,4

x 15,6 gram = 0,312 mg x 100 = 0,12 ml

Volume Diazepam yang disuntikkan =

Pemberian obat Fenobarbital + Diazepam

Rep 1. 2. 3. 4. 5. X

Onset ( menit ) 22 13 12 9 25 16,2 10 4 7 12 34 16,8 5 7 5 12 15 8,8 15 41 5 8 15 16,8

Durasi ( menit ) 28 22 27 41 34 30,4 100 60 123 65 56 80,8 65 85 55 39 80 64,8 75 45 75 66 54 63

Diazepam

1. 2. 3. 4. 5. X

Cimetidin + Diazepam

1. 2. 3. 4. 5. X

Curcumin + Diazepam

1. 2. 3. 4. 5. X

VI.

Pembahasan Pada praktikum kali ini bertujuan agar mahasiswa dapat mempelajari pengaruh bebarapa senyawa kimia terhadap enzim

pemetabolisme obat dengan mengukur efek farmakologinya.Metabolisme obat adalah suatu proses perubahan struktur kimia obat yang terjadi dalam tubuh dan dikatalis oleh enzim.Pada proses ini molekul obat diubah menjadi lebih polar, artinya lebih mudah larut dalam air dan kurang larut dalam lemak sehingga lebih mudah diekresikan melalui ginjal. Metabolit itu mempunyai peran penting sebagai obatkarena : a. Metabolit kemungkinan menimbulkan toksisitas atau efek samping lebih rendah dibanding pro-drugnya. b. Secara umum metabolit mengurangi variasi respon klinik dalam populasi yang disebabkan perbedaan kemampuan metabolisme oleh individu-individu atau oleh adanya penyakit tertentu. Faktor-faktor yang mempengaruhi metabolisme : a. Genetik Hewan uji pada percobaan kali ini adalah mencit. Genetik pada masingmasing mencit dapat berpengaruh pada metabolisme obat. Galur/ras mencit berpengaruh pada proses metabolisme yang dilakukan. Galur juga mempengaruhi kecepatan metabolisme. b. Lingkungan Pengaruh lingkungan pada sekitar mencit berada, berpengaruh pada proses metabolisme. Lingkungan yang kurang baik mempengaruhi stamina optimal hewan uji. c. Nutrisi Nutrisi untuk masing-masing mencit bervariasi. Mencit yang kurang nutrisi, akan mempengaruhi kondisi hati, karena hati merupakan tempat metabolisme utama. d. Umur dan berat badan Umur juga mempengaruhi stamina mencit. Mencit yang sudah tua, proses metabolismenya menurun sehingga dalam percobaan disarankan digunakan mencit dengan variasi umur yang sama. Berat badan akan

mempengaruhi dosis obat yang diberikan. Dosis obat yang diberikan juga akan mempengaruhi proses metabolisme. Injeksi intraperitonial merupakan injeksi yang diberikan ke dalam rongga perut. Di dalam rongga perut terdapat banyak pembuluh darah sehingga obat tidak mengalami metabolisme ( bioavaibilitas 100 % ) dan langsung masuk ke peredaran darah untuk memberi efek. Dihitung terlebih dulu dosis individu untuk masing-masing mencit. Dosis individu dihitung dengan mengalikan bobot mencit dengan dosis konversi. Untuk mencit pertama dengan berat 23,6 gram disuntikkan diazepam sebanyak 0,18 ml. Mencit kedua dengan berat 19,1 gram disuntikkan diazepam 0,15 ml. Mencit ketiga diberikan curcumin secara peroral terlebih dulu setelah 1 jam disuntikkan diazepam secara ip. Curcumin yang diberikan 0,08 ml sedangkan diazepam yang disuntikkan adalah 0,16 ml. Mencit keempat diberikan simetidin secara po sebanyak 0,14 ml dan diazepam secara ip sebanyak 0,12 ml. Setelah menghitung dosis dan volume yang diberikan maka mencit diberi perlakuan sesuai urutan tersebut. Reaksi metabolisme yang terpenting adalah oksidasi oleh enzim cytochrome P450 (CYP). Sistem P-450 adalah sebuah keluarga enzim (isozim) yang terjadi dalam kebanyakan sel, tetapi terutama sangat banyak dalam hati. Banyak obat dapat menginduksi peningkatan kadar sitokrom P-450, yang menyebabkan suatu peningkatan kecepatan metabolisme obat penginduksi tersebut atau obat-obat lain yang dibiotransformasi oleh system P-450. Banyak obat menghambat system P-450 dan bisa

memperkuat kerja obat lain yang dimetabolisme oleh enzim sitokrom.


KTM konsentrasi KEM

waktu

Gambar 6. Profil metabolisme enzim

Untuk proses metabolisme tanpa dipengaruhi oleh induktor ataupun inhibitor menunjukkan grafik seperti di atas. Obat masuk dan melapaui KEM namun masih di bawah KTM. Di area tersebut obat memberikan efek terapinya, setelah tercapai efek terapi optimal maka obat akan diekskresikan dan kurva akan menurun.Obat-obat yang digunakan dalam percobaan ini adalah fenobarbital, diazepam, kurkumin dan simetidin. Fenobarbital dan Diazepam merupakan induktor enzim. Kerja induktor enzim yaitu dengan merangsang sintesa enzim CYP untuk dihasilkan dalam jumlah berlebih sehingga ketika ada obat yang masuk langsung dimetabolisme dan diekskresikan. Fenobarbital bekerja dengan merangsang pengeluaran enzim CYP berlebih, sehingga ketika ada obat lain diberikan ( diazepam ) obat tersebut langsung dimetabolisme dan diekskresikan sehingga diperoleh durasi obat yang pendek. Durasi obat yang pendek berarti efek terapi yang diberikan obat tersebut pun tidak optimal dan belum sampai mencapai efek terapi maksimal.Untuk terapi dengan obat, induktor enzim memberi akibat berikut: - Pada pengobatan jangka panjang dengan induktor enzim terjadi penurunan konsentrasi bahan obat yang dapat mencapai tingkat konsentrasi dalam plasma pada awal pengobatan dengan dosis tertentu. - Kadar bahan berkhasiat tubuh sendiri dalam plasma dapat menurun sampai dibawah angka normal. - Pada pemberian bersama dengan obat lain terdapat banyak interaksi obat yang kadang-kadang berbahaya. Selama pemberian induktor enzim, konsentrasi obat kedua dalam darah dapat juga menurun sehingga diperlukan dosis yang lebih tinggi untuk mendapatkan efek yang sama
KTM konsentrasi

KEM

waktu

Gambar 7. Profil induktor enzim

Dalam

grafik

dijelaskan

bahwa

penggunaan

fenobarbital

menyebabkan diazepam tidak mampu mencapai batas KEM dan mempunyai durasi obat yang pendek. Fenobarbital, merupakan golongan Benzodiazepin bekerja pada reseptor GABA. Terdapat dua jenis reseptor GABA, yaitu GABAA dan GABAB. Reseptor GABAA (reseptor kanal ion klorida kompleks) terdiri atas lima subunit yaitu 1, 2, 1, 2 dan 2. Benzodiazepin berikatan langsung pada sisi spesifik subunit 2 sehingga pengikatan ini menyebabkan pembukaan kanal klorida, memungkinkan masuknya ion klorida ke dalam sel menyebabkan peningkatan potensial elektrik sepanjang membran sel dan menyebabkan sel sukar tereksitasi. Mencit 1 diberikan Fenobarbital 3 hari sebelumnya, lalu diinjeksikan Diazepam. Fenobarbital yang merupakan induktor enzim akan merangsang enzim CYP, ketika diazepam diberikan diazepam akan langsung dimetabolisme oleh enzim CYP dalam jumlah yang besar dan langsung di ekskresikan. Oleh karena itu dalam percobaan diperoleh durasi yang cukup singkat untuk perlakuan fenobarbital dan diazepam yaitu 30,4 menit. Diazepam merupakan induktor enzim. Sama seperti yang dijelaskan sebelumnya, bahwa kerja induktor enzim merangsang pengeluaran enzim CYP dalam jumlah berlebih. Namun untuk mencit 2 yang diinjeksikan diazepam saja ( berlaku sebagai kontrol ). Mencit diinjeksikan diazepam secara intraperitonial. Diazepam termasuk obat dengan kelas terapi antiansietas, antikonvulsan, dan sedatif. Diazepam berikatan dengan reseptor-reseptor stereospesifik benzodiazepin di neuron postsinaptik GABA pada beberapa sisi di dalam Sistem Syaraf Pusat (SSP). Diazepam meningkatkan penghambatan efektifitas GABA dalam menghasilkan rangsangan dengan meningkatkan permeabilitas membran terhadap ion klorida. Perubahan ini mengakibatkan ion klorida berada dalam bentuk terhiperpolarisasi (bentuk kurang aktif / kurang

memberikan rangsangan) dan stabil. Diazepam merupakan pro drug yaitu obat yang secara biologis tidak aktif namun di dalam tubuh diubah

menjadi bentuk aktif baik secara enzimatik atau non enzimatik. Metabolit umunya kurang aktif dibanding daripada obat asalnya. Akan tetapi tidak selalu seperti itu. Terkadang metabolit sama aktifnya dengan obat aslinya. Diazepam dimetabolisme menjadi nordiazepam dan oxazepam yang keduanya aktif. Jalur metabolisme diazepam seperti berikut : Diazepam diabsorpsi dengan cepat secara lengkap setelah pemberian peroral dan puncak konsentrasi dalam plasmanya dicapai pada menit ke 15-90 pada dewasa dan menit ke-30 pada anak-anak. Bioavailabilitas obat dalam bentuk sediaan tablet adalah 100%. Range t1/2diazepam antara 20-100 jam dengan rata-rata t1/2-nyaadalah 30 jam. Metabolisme utama diazepam berada di hepar, menghasilkan tiga metabolit aktif. Enzim utama yang digunakan dalam metabolisme diazepam adalah CYP2C19 dan CYP3A4. N-Desmetildiazepam

(nordiazepam) merupakan salah satu metabolit yang memiliki efek farmakologis yang sama dengan diazepam, dimana t1/2-nya lebih panjang yaitu antara 30-200 jam. Ketika diazepam dimetabolisme oleh enzim CYP2C19 menjadi nordiazepam, terjadilah proses N-dealkilasi ( reaksi tahap 1). Pada fase eliminasi baik pada terapi dosis tunggal maupun multi dosis, konsentrasi N-Desmetildiazepam dalam plasma lebih tinggi dari diazepam sendiri. N-Desmetildiazepam dengan bantuan enzim CYP3A4 diubah menjadi oxazepam, suatu metabolit aktif yang dieliminasi dari tubuh melalui proses glukuronidasi. Oxazepam memiliki estimasi t1/2 antara 5-15 jam. Metabolit yang ketiga adalah Temazepam dengan estimasi t1/2 antara 10-20 jam. Temazepam dimetabolisme dengan bantuan enzim CYP3A4 dan CYP 3A5 serta mengalami konjugasi dengan asam glukuronat sebelum dieliminasi dari tubuh. Diazepam secara cepat terdistribusi dalam tubuh karena bersifat lipid-soluble, volume

distribusinya 1,1L/kg, dengan tingkat pengikatan pada albumin dalam plasma sebesar (98-99%). Efek samping ringan Diazepam dapat terjadi pada konsentrasi plasma mencapai 50-100g/L, tetapi ini juga tergantung pada sensitivitas setiap individual. Efek anxiolitik terlihat pada

penggunaan secara long-term dengan konsentrasi 300-400g/L. Diazepam ini tidak boleh digunakan dalam jangka waktu yang panjang (tidak boleh lebih dari 3 bulan), karena berakibat buruk bagi tubuh penderita. Hal ini mungkin dapat disebabkan karena t1/2 diazepam yang cukup panjang, ditambah lagi t1/2 N-Desmetildiazepam yang lebih panjang yaitu, 2 kali t1/2 Diazepam. Hal ini berarti setelah konsentrasi diazepam dalam tubuh habis untuk menghasilkan efek, masih dapat dihasilkan efek bahkan sebesar 2 kalinya yang diperoleh dari N-Desmetildiazepam sebagai metabolit aktif diazepam. Ditambah lagi persentase metabolit yang terikat protein dalam plasma (97%), lebih sedikit daripada prosentase diazepam yang terikat protein plasma (98%-99%). Oleh karena itu penggunaan diazepam dalam terapi pengobatan harus ekstra berhati-hati, yaitu perlu dipertimbangkan adanya efek yang ditimbulkan oleh metabolit aktif Diazepam, untuk itu mungkin perlu dilakukan kontrol terhadap konsentrasi diazepam dan metabolitnya dalam plasma. Diazepam mengikuti kinetika reaksi metabolisme fase pertama dan kedua. Pada tahap pertama diazepam mengalami dealkilasi menjadi nordiazepin. Lalu dihidrolisa dan dieliminasi menjadi N-Desmetildiazepam. Reaksi fase 2 terjadi ketika N-Desmetildiazepam diubah menjadi oxazepam ( proses konjugasi glukoronidasi ) kemudian dieliminasi melalui proses

glukoronidasi. Temazepam dimetabolisme mengalami konjugasi dengan asam glukuronat sebelum dieliminasi dari tubuh. Tahap ketiga yaitu konjugasi.

KTM konsentrasi KEM

waktu

Gambar 8. Profil inhibitor enzim

Inhibitor baik kurkumin maupun simetidin menyebabkan kadar diazepam dalam plasma menjadi berlebih dan bersifat toksik ( melampaui KTM ). Inhibitor menyebabkan durasi obat yang diberikan selanjutnya menjadi lebih lama. Mencit ketiga diberi curcumin terlebih dahuu, selang satu jam diberikan diazepam secara ip. Curcumin merupakan inhibitor enzim. Kerja suatu inhibitor yaitu berikatan dengan enzim CYP sehingga ketika ada obat lain masuk obat tersebut tidak akan dimetabolisme. Karena hal tersebut obat yang tidak berikatan dengan enzim tersebut akan terakumulasi dalam plasma dan akan menyebabkan efek toksik. Akibat yang mungkin terjadi yaitu durasi efek terapi yang lama dan bahkan kematian hewan uji karena efek toksik yang mungkin terjadi. Obat-obat yang meningkatkan (menginduksi) metabolisme obat melalui peningkatan reticulum endoplasma di hepatocyte dan karena peningkatan kandungan Cyt P450 dan cyt c- reduktase. Hal ini dapat meningkatkan ataupun menurunkan efek dari object drug. Tujuan diberikan selang waktu 1 jam sebelum diinjeksikan diazepam yaitu memberi waktu kurkumin untuk berikatan dengan enzim CYP. Pemberian kurkumin secara peroral memberikan efek terapi yang cukup lama karena pemberian secara peroral memerlukan waktu untuk diabsorbsi dan dimetabolisme terlebih dahulu oleh hati. Diinjeksikan diazepam sebanyak 0,16 ml dan dihitung onset dan durasinya. Seharusnya pada mencit 3 tersebut mempunyai durasi yang lebih panjang dibanding mencit 1 dan mencit 2. Mencit keempat diberi simetidin secara po dan diazepam secara ip. Pemberian simetidin bertujuan agar enzim CYP dapat berikatan dengan simetidin sehingga ketika diazepam diinjeksikan, diazepam tidak mampu berikatan dengan enzim CYP. Diazepam akan memberikan efek durasi yang cukup lama dibanding mencit 1 dan mencit 2. Simetidin sebagai inhibitor bekerja dengan cara : AH2 Simetidin terikat sitokrom P-450 sehingga menurunkan aktifitas enzim mikrosom hati, jadi obat lain akan terakumulasi bila diberikan bersama simetidin. Obat yang metabolismenya dipengaruhi oleh simetidin adalah diazepam dan fenobarbital.

Perbandingan berbagai onset dan durasi berbagai obat : Fenobarbital dan diazepam Telah dijelaskan di atas bahwa fenobarbital merupakan induktor enzim sehingga jika ada obat lain yang masuk obat tersebut akan langsung dimetabolisme dan di ekskesikan sehingga diperoleh durasi obat yang pendek. Dalam percobaan diperoleh onset 16,2 menit dan durasi 30,4 menit. Diazepam Berlaku sebagai kontrol, sehingga diperoleh durasi yang lebih lama dibanding dengan pemberian fenobarbital dan diazepam. Ketika diazepam diberikan obat akan dimetabolisme seperti umumnya sehingga memerlukan waktu yang lebih lama dibanding mencit 1. Diperoleh onset dan durasi yaitu 16,8 dan 80,8 menit. Simetidin dan diazepam. Simetidin merupakan inhibitor enzim yang dapat memperlama efek obat yang diberikan selanjutnya. Diharapkan dengan pemberian simetidin selang 1 jam dapat memberikan durasi yang lama dibanding mencit 1 dan 2. Diperoleh onset dan durasi 8,8 dan 64,8 menit. Hasil ini tidak sesuai dengan teoritisnya bahwa penggunaan inhibitor dapat memperpanjang durasi diazepam. Hal ini mungkin disebabkan kesalah teknis dalam praktikum seperti kesalahan dalam pemberian obat, keadaan hewan uji dan waktu yang diperlukan simetidin untuk berikatan dengan enzim CYP kurang lama. Selain itu seperti dijelaskan di atas bahwa simetidin menyebabkan diazepam terakumulasi dan dapat menurunkan absorbsi dari diazepam sehingga durasi yang diperoleh tidak mampu mencapai keadaan teoritis. Simetidin selain sebagai inhibitor juga dapat menurunkan absorbsi dari berbagai senyawa. Kurkumin dan diazepam. Kurkumin merupakan inhibitor yang dapat memperlama efek diazepam. Diharapkan durasi yang dihasilkan jauh lenih lama dibanding dengan mencit 1 dan mencit 2. Diperoleh onset dan durasi

16,8 dan 63 menit. Hasil ini tidak sesuai dengan teoritisnya bahwa pemberian dengan inhibitor terlebih dulu dapat mengahsilkan durasi diazepam yang lebih lama dibanding mencit 1 dan 2. Hal ini juga lebih disebabkan dengan kesalahan teknis dalam praktikum. Mekanisme penghambatan kurkumin hingga menyebabkan durasi yang diperoleh tidak sesuai dengan teoritis belum diketahui dengan pasti. Namun pada dasarnya, onset untuk masing-masing obat tidak memberikan perbedaan yang signifikan, kecuali untuk simetidin + diazepam yang mempunyai onset lebih cepat dan durasi lebih lama dibanding dengan kurkumin + diazepam. Hal ini disebabkan simetidin mempunyai sifat inhibisi lebih kuat dibanding dengan kurkumin.

Analisis one WAY ANOVA Hasil percobaan dipertegas dengan analisis oneWAY ANOVA. Dengan bantuan software tersebut dapat diperoleh hasil akurasi yang lebih baik tentang perbedaan yang signifikan antar data. Hasil ANOVA signifikan jika memberikan hasil kurang dari 0,05 atau taraf kepercayaannya 95%. Jika memberikan hasil > 0,05 maka hubungan antar data adalah tidak signifikan, namun jika hasil < 0,05 hubungan antar data adalah signifikan ( memberikan perbedaan nyata ). Tabel yang disajikan pada analisis ANOVA berupa tabel deskriptif, tabel ANOVA, post hoc tests. Dari tabel deskriptif dapat diketahui jumlah replikasi dan rata-rata onset yang diperoleh dari masing-masing cara pemberian. Durasi diperoleh hasil yang signifikan antar data yaitu 0,005 ( < 0,05 ). Hasil ini diperjelas pada post hoc test bahwa onset antar data tidak bermakna signifikan. Namun pada posthoct test dengan LSD, durasi yang diperoleh bermakna signifikan. Jika secara tukey, terdapat beberapa data yang menunjukkan tidak signifikan namun pada LSD data tersebut menunjukkan hasil yang signifikan. Secara LSD, untuk fenobarbital + Diazepam (induktor) memberikan durasi yang signifikan dengan ketiga data lainnya. Induktor memberikan hasil signifikan terhadap kontrol dengan nilai 0,001. Induktor dengan inhibitor lain menunjukkan hasil signifikan dengan nilai 0,015 dan 0,011. Kontrol memberikan hasil signifikan hanya pada fenobarbital +

diazepam (induktor) dengan nilai 0,001. Sedangkan kontrol tidak memberikan hasil signifikan pada inhibitor karena nilai yang diperoleh > 0,05, yaitu dengan inhibitor kurkumin 0,158 dan inhibitor simetidin 0,201. Dari analisis LSD dapat disimpulkan bahwa pemberian kontrol dengan induktor memberikan hasil yang signifikan sedangkan kontrol dengan inhibitor memberikan hasil yang tidak signifikan.

VII.

Kesimpulan

Metabolisme merupakan proses perubahan struktur kimia obat yang terjadi dalam tubuh dan dikatalis oleh enzim.

Pada proses metabolisme molekul obat diubah menjadi lebih polar, artinya lebih mudah larut dalam air dan kurang larut dalam lemak sehingga lebih mudah diekresikan melalui ginjal.

Penggunaan induktor ataupun inhibitor enzim dapat mempengaruhi proses metabolisme. Induktor mempercepat proses metabolisme senyawa obat ( < KEM ), inhibitor memperpanjang fase obat dalam tubuh ( > KTM ).

Hasil percobaan belum sesuai dengan teoritisnya ( durasi induktor + diazepam diazepam inhibitor + diazepam ), yaitu durasi

penggunaan inhibitor + diazepam mempunyai durasi lebih singkat dibanding penggunaan diazepam saja. Analisis oneWAY ANOVA menunjukkan bahwa data signifikan berlaku pada penggunaan induktor + diazepam dengan kontrol (0,001) dan inhibitor + diazepam (0,015 dan 0,011). Perbandingan antara kontrol dengan induktor + diazepam memberikan hasil signifikan namun antara kontrol dan inhibitor + diazepam tidak memberikan hasil yang signifikan.

VIII. Daftar Pustaka

Anief,Moh. 1995. Perjalanan dan Nasib Obat dalam Badan. Yogyakarta : UGM Press Yosefw. 2008. Metabolit Aktif Diazepam. //yosefw.wordpress.com. diakses 17 maret 2012.

Yosefw. 2008. Pengaruh Metabolit Obat Terhadap Farmakokinetik dan Farmakodinamik. //yosefw.wordpress.com. diakses 17 maret 2012.

Yosefw. 2008. Cimetidin dan Ranitidin. //yosefw.wordpress.com. diakses 17 maret 2011.

Das könnte Ihnen auch gefallen