Sie sind auf Seite 1von 13

BAB II HISTOPLASMOSIS

a. Pengertian Histoplasmosis Merupakan infeksi akibat inhalasi spora Histoplasma capsulatum, biasanya tidak menimbulkan gejala tetapi pada beberapa kasus dapat menimbulkan pneumonia akut, hiperplasia retikuloendothelial diseminata dengan

hepatosplenomegali, dan anemia, atau penyakit seperti influenza dengan efusi sendi dan eritema nodosum. Reaktivasi infeksi, seperti pada pasien dengan gangguan kekebalan imun, mengenai paru-paru, meninges, jantung, peritoneum, dan glandula adrenal. Beberapa kasus yang terjadi antara lain : African histoplasmosis, disebabakan oleh hitoplasma duboisii, penyakit yang berbeda dari bentuk klasik histoplasmosis

berdasarkan bentuk ragi yang besar pada Histoplasma capsulatum var.duboisii dalam jaringan. Equine histoplasmosis, atau epizootic lymphangitis, merupakan penyakit menular kronik pada kuda yang menyerupai penyakit ingusan tetapi disebabkan oleh jamur H.farciminosus, ditandai oleh adanya nanah pada pembuluh darah limfatiksubkutan dan kelenjar getah bening regional, yang membentuk ulkus subkutsn yang membutuhkan waktu kurang lebih setahun untuk sembuh. Disebut juga pseudofarcy, pseudoglanders, African Glanders, Japanese farcy atau glanders, dan Neapolitan farcy. Ocular Histoplasmosis, koroiditis diseminata menyebabkan

munculnya jaringan parut pada tepian fundus dekat dengan nervus opticus, dan ditandai dengan lesi makular diskiformis. Histoplasmosis diseminata progresif, dialami oleh bayi dan orang dewasa yang mengalami gangguan kekebalan imun, disebabkan oleh penyebaran jamur dari paru-paru ke bagian tubuh yang lain; dalam mulut, faring, dan traktus gastrointestinal dan dapat
1

menyebabkan ulcerasi, pendarahan, atau obstruksi dan pada susunan saraf pusat dapat menimbulkan cerebritis fokal atau meningitis difus.

Synonim Histoplasmosis : Etiologi Reticuloendothelial cytomycosis Missippi valley fever Cave disease Darlings disease Ohio Valley disease Tingo Maria fever Reticuloendotheliosis Cave fever Histo Epizootic Lymphangitis (equine histoplasmosis) Appalachian Mountain disease Central Missippi River Valley disease African histoplasmosis : Histoplasma kapsulatum

Klasifikasi histoplasma kapsulatum Kingdom Phylum Subphylum Class Ordo Family Genus Spesies : Fungi : Ascomycota : Ascomycotina : Ascomycetes : Onygenales : Onygenaceae : Histoplasma / Ajellomyces : Histoplasma Capsulatum

b. Hospes Bentuk di dalam jaringan hospes umumnya yeast. Histoplasma capsulatum tumbuh pada plat agar darah, Brain Heart Infussion Agar, dan pada Saboroud Dextose Agar. Pada plat agar darah (37oC), tumbuh sebagai fase budding yeast (bentuk yeast like),berupa koloni berkeriput (wrinkled), seperti adonan (pasty). Pada saboroud dextrose agar (25oC), tumbuh dengan koloni putih, seperti kapas (cottony) yang dapat berubah kuning atau coklat sesuai penuaan. Miseli umm di hasilkan dengan 2 macam spora : 1. Macroconidia bulat,kecil,halus,muncul pada cabang lateral pendek, atau melekat langsung pada dasar. 2. Macroconidia atau clamydosphore bulat, berdinding tebal dan tertutup oleh projeksi (tuberculate) menyerupai knop (knop like projection). Macam-macam species dari genus histoplasma : Histoplasma capsulaum (dimorphic) : H. duboisii sinonim obsolete dari species ini. H. farciminosum merupakan sinonim obsolete dari spesies ini. Histoplasma capsulatum var. capsulatum (dimorphic) : Capsulatus adalah telemorphdari species ini. Capsulatus juga merupakan sinonim obsolete dari species ini. H. pyriforme merupakan sinonim obsolete species ini, capsulata dan capsulatus merupakan sinonim obsolete dari H. pyriforme. Histoplasma capsulatum var. duboisii (dimorphic) : Capsulatus merupakan telemorph species ini dan H. duboisii merupakan sinonim obsolete species ini. Bentuk varian yang lebih besar daripada varian yang lain, merupakan penyebab histoplasmosis di Afrika Histoplasma capsulatum var. farciminosum (dimorphic) : merupakan agen penyebab limpangitis epizootika, berbeda dari varian lain karena memiliki makroaleuriospora halus pada stadium saprofitik. Histoplasma duboisii (obsolete) : spesies obsolete ini merupakan sinonim dari H. capsulatum dan H.capsulatum var.duboisii.

Histoplasma capsulatum adalah jamur dimorfik yang tumbuh sebagai koloni filament. Histoplasma capsulatum var capsulatum adalah dimorphic fungus. Dia tumbuh di tanah sebagai spore-bearing mold dengan macroconidia tapi berubah menjadi fase yeast pada temperature tubuh. Ada 2 bentuk,yaitu : Bentuk seperti ragi : parasit pada manusia dan hewan Bentuk benang dan miselium : saprofit tanah. c. Siklus Hidup Penyakit ini disebabkan oleh jamur Histoplasma capsulatum. Jamur ini termasuk kedalam Ascomycota parasit yang dapat menghasilkan spora askus (spora hasil reproduksi seksual). Jamur ini berkembang biak secara seksual dengan hifa yang bercabang-cabang ada yang berkembang menjadi askogonium (alat reproduksi betina) dan anteridium (alat reproduksi jantan), dari askegonium akan tumbuh saluran untuk menghubungkan keduanya yang disebut saluran trikogin. Dari saluran inilah inti sel dari anteridium berpindah ke askogonium dan berpasangan. Kemudian masuk ke askogonium dan membelah secara mitosis sambil terus tumbuh cabang yang dibungkus oleh miselium dimana terdapat 2 inti pada ujungujung hifa. Dua inti itu akan membelah secara meiosis membentuk 8 spora dan disebut spora askus yang akan menyebar, jika jatuh di tempat yang sesuai maka akan tumbuh menjadi benang hifa yang baru, demikian seterusnya.

Histoplasmosis adalah infeksi oportunistik (IO) yang umum pada orang HIVpositif. Infeksi ini disebabkan oleh jamur Histoplasma capsulatum. Jamur ini berkembang dalam tanah yang tercemar dengan kotoran burung, kelelawar dan unggas, sehingga ditemukan dalam di kandang burung/unggas dan gua. Infeksi menyebar melalui spora (debu kering) jamur yang dihirup saat napas, dan tidak dapat menular dari orang yang terinfeksi. Jamur ini dapat tumbuh dalam aliran darah orang dengan sistem kekebalan tubuh yang rusak, biasanya dengan jumlah
4

CD4 di bawah 150. Setelah berkembang, infeksi dapat menyebar pada paru, kulit, dan kadang kala pada bagian tubuh yang lain. Histoplasmosis adalah penyakit yang didefinisi AIDS. d. Distribusi Histoplasmosis Histoplasma ditemukan oleh Darling pada 1905 tetapi infeksinya baru menyebar dengan luas pada tahun 1930-an. Sebelum ditemukan, beberapa dari kasus histoplasmosis disalah artikan sebagai TBC, dan banyak dari penderitanya dikirim ke sanatorium dan akhirnya terinfeksi TBC di sana. Jamur histoplasmosis dapat ditemukan diseluruh dunia. Jamur tumbuh alamiah di tanah di beberapa area di Amerika, kebanyakan di daerah negara bagian barat-tengah dan tenggara dan sepanjang Ohio dan lembah sungai Mississippi. Jamur ini tumbuh dengan subur di tanah yang kaya dengan kotoran kelelawar dan burung. Jika tanah yang mengandung jamur histoplasmosis terganggu, spora jamur akan terbang ke udara. Orang kemudian menghirup spora dan terkena histoplasmosis. Tetapi penyakit ini tidak menular dari satu orang ke orang lain Histoplasma capsulatum terutama ditemukan di daerah temperate di seluruh dunia dan merupakan jamur yang paling umum di Amerika Serikat bagian tengah dan timur. Histoplasma capsulatum ini endemis di lembah sungai Ohio, Missouri, dan Mississippi. Ditemukan pula di Kanada Timur, Meksiko, Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Pernah pula dilaporkan di Afrika, Australia, sebagian Asia Timur, dan daerah tertentu di India dan Malaysia. Jamur ini telah ditemukan di dalam alas kandang unggas, gua kelelawar dan sarang burung. Pola pertumbuhannya dan mekanisme perubahan dari spora di dalam tanah ke bentuk hyphen dalam paruparu dipengaruhi oleh peningkatan dari temperature ruang ke temperature tubuh. Delapan puluh persen (80%) orang yang tinggal di daerah yang umum ditemukan Histoplasma capsulatum, Amerika Serikat Timur dan Tengah, dinyatakan positif terhadap tes kulit histoplasmin.

Semua orang dapat terinfeksi histoplasmosis, tetapi orang yang kontak dengan kotoran burung atau kelelawar lebih rentan terinfeksi penyakit ini. Profesi yang rentan penyakit ini seperti: petani, tukang kebun, pekerja konstruksi, pembersih cerobong, penyelidik gua. Anak-anak dan orang lanjut usia dengan riwayat penyakit paru-paru atau perokok berat, gejala yang timbul lebih berkembang. Orang dengan system imun yang lemah, seperti pada penyakit AIDS dan leukemia atau karena terapi yang sedang dijalankan (kortikosteroid dan kemoterapi), perkembangan penyakit ini lebih mengarah ke bentuk kronis atau disseminated. e. Gejala Klinis Secara umum histoplasmosis tanpa gejala dan hanya ditandai dengan gejala hypersensitive terhadap histoplasmin. Berupa tumor pernafasan akut yang jinak, dengan variasi mulai dari penyakit yang ringan pada saluran pernafasan sampai dengan tidak dapat melakukan aktivitas karena tidak enak badan, demam, kedinginan, sakit kepala, myalgia, nyeri dada dan batuk nonproduktif, kadangkadang timbul erythema multiforme dan erythema nodosum. Ditemukan adanya pengapuran kecil-kecil tersebar pada paru-paru, pengapuran pada kelenjar limfe, hiler dan limpa merupakan gejala lanjut dari penyakit ini. Infeksi terjadi dengan inhalasi spora, terutama mikrokonidia, spora yang cukup kecil untuk mencapai alveoli pada inhalasi, yang kemudian berlanjut dengan bentuk budding. Dengan berlanjutnya waktu, reaksi granuloma terjadi. Nekrosis perkijuan atau kalsifikasi dapat menyerupai tuberkulosis. Diseminasi transien dapat meninggalkan granuloma kalsifikasi pada limpa. Pada orang dewasa, massa bulat atau jaringan parut dengan atau tanpa kalsifikasi sentral dapat menetap pada paru, yang disebut histoplasmoma. Dapat pula terbentuk infiltrat paru dan pembesaran kelenjar hilus. Bila infeksi terjadi dengan jumlah spora yang besar maka terdapat gambaran yang mirip dengan tuberkulosis miliaris. Infeksi ini biasanya sembuh dengan atau tanpa meninggalkan perkapuran dalam paru. Pada beberapa keadaan, dapat berlangsung progresif hingga mengenai sebagian atau seluruh paru, deseminata, dengan atau tanpa riwayat histoplasmosis primer akut

paru, potensial fatal hingga dapat menyebabkan kematian. Infeksi kedua kali dapat menimbulkan reaksi jaringan yang lebih kuat sehingga menimbulkan rongga atau kaverna dengan gejala batuk darah. Kebanyakan orang yang terinfeksi tidak memiliki gejala-gejala. Saat gejalanya datang, sangat bermacam-macam gejalanya, tergantung kepada bentuk dari penyakitnya. Infeksi paru-paru dapat menjadi short-term (acute) dan relatif ringan, atau dapat juga menjadi long-term (kronis) dan serius. Gejala-gejala infeksi paru-paru akut adalah kelelahan, demam, dingin, sakit di dada, dan batuk kering. Infeksi paru-paru kronis dapat seperti tuberculosis dan terjadi di sebagian besar orang yang telah sakit paru-paru. Hal ini dapat berkembang berbulan-bulan atau bertahun-tahun dan melukai paru-paru. Gejala yang ditimbulkan tidak khas dan menyerupai gejala penyakit paru lain seperti demam, batuk, sesak napas, dan lain-lain. Penyakit yang menahun mirip dengan gejala tuberkulosis sehingga sulit dibedakan dari penyakit tersebut. Di alat dalam lain, gejala yang ditimbulkan juga tidak khas dan menyerupai penyakit pada alat tersebut sehingga seringkali penyakit ini tidak dapat dikenal secara dini. Dari paru, jamur dapat menyebar secara hematogen ke alat lain, terutama sistem retikulo-endotel, sehingga menimbulkan pembengkakan hati, limpa, dan kelenjar getah bening. Walaupun demikian, pada Histoplasmosis diseminata, penderita tidak selalu menunjukkan gejala paru ataupun sangat minimal, seperti juga yang terjadi pada pasien ini. Suatu bentuk infeksi yang akut dan fatal serta cepat dijumpai pada anak-anak dan penderita imunosupresi, termasuk penderita AIDS. Demam, anemia, leukopesia, berat badan menurun, sering dijumpai pada penyebaran H. capsulatum diseminata. Jika tidak terdiagnosa, dapat menimbulkan kematian. Penyakit paru fulminan dapat menyerupai infeksi pneumonia oleh Pneumocystis carinii. Fungemia sering dijumpai dan kadang organisme intraselular ini dapat terlihat bersirkulasi pada pemeriksaan sediaan apus darah tepi biasa di dalam monosit. Gejala awal muncul serupa dengan penyakit flu yang ringan, dan berkembang dengan berbagai gejala, termasuk kelelahan, demam, sesak napas, batuk kering, sakit kepala, kehilangan nafsu makan, sakit sendi dan otot, serta
7

panas dingin. Penyakit parah dapat menyebabkan pembengkakan pada hati atau kelenjar getah bening. Histoplasmosis juga dapat mempengaruhi sumsum tulang, dengan akibat anemia (kurang darah merah), leukopenia (kurang beberapa jenis darah putih) dan trombositopenia (kurang trombosit, dengan akibat darah sulit beku). Kurang lebih separuh penderita mengalami masalah paru ; rotgen dada dapat menunjukkan tanda yang khas pada paru. Penyakit paru akibat histoplasmosis serupa dengan TB dan dapat semakin parah selama bertahuntahun. Histoplasmosis juga dapat mempengaruhi susunan saraf pusat (SSP), dengan sampai 20% pasien mengalami gejala kejiwaan. Menurut gejala-gejala di atas Histoplasmosis dibedakan menjadi 3 macam : 1. Histoplasmosis akut Pada bentuk yang akut, gejala biasanya timbul dalam waktu 3- 21 hari setelah penderita menghisap spora jamur. Penderita akan merasakan sakit disertai demam dan batuk. Gejala-gejala tersebut biasanya menghilang dalam waktu 2 minggu tanpa pengobatan dan kadang bisa menetap sampai selama 6 minggu. Bentuk ini jarang bersifat fatal. 2. Histoplasmosis diseminata progresif Dalam keadaan normal tidak akan terjadi pada orang dewasa yang sehat. Biasanya terjadi pada anak-anak dan penderita gangguan sistem kekebalan (penderita AIDS). Gejalanya sangat lambat ataupun sangat cepat, akan bertambah buruk. Hati,limpa dan kelenjar getah bening membesar. Kadang infeksi ini menyebabkan ulkus (luka terbuka) di mulut dan saluran pencernaan. Dalam beberapa kasus, kelenjar adrenal mengalami gangguan sehingga timbul penyakit Addison. Tanpa pengobatan, bentuk ini 90% berakibat fatal. Bahkan meskipun diobati, pada penderita AIDS bisa terjadi kematian. 3. Histoplasmosis kavitasi kronis Bentuk ini merupakan infeksi paru-paru yang timbul secara bertahap dalam waktu beberapa minggu, menyebabkan batuk dan kesulitan bernafas. Gejala-gejala lainnya adalah penurunan berat badan, malaise (merasa tidak enak badan) dan demam ringan. Kebanyakan penderita akan pulih tanpa

pengobatan dalam waktu 2- 6 bulan. Tetapi gangguan pernafasan bisa bertambah buruk dan beberapa penderita mengalami batuk darah yang kadang-kadang jumlahnya banyak sekali. Kerusakan paru-paru atau masuknya bakteri ke paru-paru pada akhirnya bisa menyebabkan kematian. Secara klinis penyakit ini sangat jarang terjadi, dan jarang menjadi berat. Prevalensi meningkat dari masa kanak-kanak sampai dengan umur 15 tahun, perbedaan gender biasanya tidak nampak kecuali bentuk paru-paru kronis lebih banyak terjadi pada pria. Wabah terjadi pada daerah endemis di lingkungan keluarga, pelajar, pekerja yang terpajan dengan burung, ayam atau terpajan dengan kotoran kelelawar yang mengontamisai tanah. Histoplasmosis juga terjadi pada anjing, kucing, kuda, tikus, sigung, opossum, rubah atau binatang lainnya, sering dengan gambaran klinis yang sama dengan penyakit pada manusia. Histoplasmosis akibat H. capsulatum var. duboisii, Histoplasmosis Afrika. Penyakit ini biasanya muncul sebagai granuloma subakut pada kulit atau tulang. Infeksi biasanya setempat atau menyebar pada kulit, jaringan di bawah kulit, kelenjar limfe, tulang sendi, paru dan organ dalam rongga perut. Granuloma pada kulit bermanifestasi sebagai nodul atau ulcer atau lesi-lesi ekstrim. Bila penyakit telah menyebar dan semakin serius, dapat terbentuk giant cell granuloma pada kebanyakan organ-organ internal. Penyakit ini lebih banyak terjadi pada pria dan menyerang semua umur, khususnya pada dekade kedua kehidupan. Sejauh ini penyakit tersebut hanya diketemukan di Afrika dan Madagaskar.

Kasus penyakit dilaporkan pernah terjadi pada anjing, sapi, primata, kucing, kuda, domba, babi, manusia, dan hewan-hewan liar. Beberapa lesi yang ditemukan pada anjing dan kucing adalah ulserasi usus. Kemungkinan dapat terjadi pembengkakan dan peradangan pada hati, limpa, dan nodus limfatikus yang disebabkan oleh lesi yang seperti tubercle.

Hasil survey menunjukan bahwa infeksi sering terjadi pada sapi, domba dan kuda di daerah endemik. Anjing merupakan satu-satunya spesies hewan yang sering menunjukkan tanda-tanda klinis.

Anjing adalah spesies yang sangat sering menunjukan tanda-tanda klinis tetapi seperti halnya pada manusia, sebagian besar infeksi pada anjing adalah asimtomatik. Bentuk respiratori yang utama adalah adanya encapsulation dan pengapuran. Dalam kasus yang tidak jelas anjing biasanya kehilangan berat badan dan diare lama, ascites dan batuk kronik, hepatosplenomegaly dan

lymphadenopathy. Pada anjing penyakit umumnya sering terjadi pada jenis anjing pekerja dan anjing sporting. f. Pengobatan dan Pencegahan a. Pada Manusia Bila histoplasmosis terjadi secara akut, sesungguhnya tindakan pengobatan sudah tidak diperlukan. Pasien dengan sistem kekebalan tubuh yang baik dan mengalami histoplasmosis kronis dapat diobati dengan pemberian ketoconazole (Nizoral) atau Amphotericin B (Fungizone). Sedangkan pasien yang mengalami gangguan sistem kekebalan tubuh dapat diobati dengan Amphotericin B yang diberikan secara intravena. Pasien biasanya diberikan obat tambahan untuk meminimalisasi terjadinya efek samping akibat penggunaan Amphotericin B. Pasien yang mengalami AIDS disertai dengan histoplasmosis dilakukan pengobatan dengan pemberian Itraconazole (Sporonox) secara peroral dengan tujuan menghindari kambuhnya penyakit. Bila tubuh pasien tidak dapat menerima Itraconazole maka dapat digantukan dengan obat yang lain yaitu dengan pemberian obat Fluconazole (Diflucan). b. Pada Hewan Pada kasus terjadinya Epizootic Lymphangitis pada kuda, pengobatn yang dapat dilakuakan yaitu dengan pemberian Iodide Sodium secara intravena, atau dengan pemberian Potassium Iodide secara peoral, namun terjadinya penyakit terulang kembali atau kambuh pada beberapa bulan kemudian dapat terjadi. Secara invitro sensitifitas organisme terhadap Amphotericin B, Nystatin, dan Clotrimazole telah dilaporkan. Pada kebanyakan kasusu hewan yang terinfeksi oleh penyakit ini tidak diijinkan untuk dilakukan pengobatan, dan hewan yang terinfeksi segera dimusnahkan dengan eutanasia.

10

Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk menghindari terjadinya Histoplasmosis antara lain : Hindari tempat yang berkembangnya jamur, terutama daerah yang dipenuhi dari ekskresi burung dan kelelawar Mengeluarkan atau membersihkan koloni kelelawar atau kandang burung dari gedung ataupun perumahan. Melakukan desinfeksi pada daerah yang mengalami kontaminasi. Meminimalisir terbangnya debu yang kemungkinan terkontaminasi dengan spora jamur dengan cara menyemprotkan dengan air daerah yang berpotensi sebagai sumber penularan penyakit, seperti kandang ayam sebelum dibersihkan dilakukan penyemprotan dengan air untuk menghindari terbangnya debu yang mengandung spora jamur. Saat bekerja di tempat yang beresiko sebagai tempat penyebaran penyakit, pekrja hendaknya menggunakan pakaian khusus dan menggunakan masker wajah yang berfungsi untuk menyaring debu yang masuk saat bernafas, sebaiknya gunakan masker dengan diameter kurang lebih 1 milimicron.

g. Hubungan Masing-Masing Topik Jadi, histoplasmosis merupakan infeksi akibat inhalasi spora Histoplasma capsulatum, biasanya tidak menimbulkan gejala tetapi pada beberapa kasus dapat menimbulkan pneumonia akut, hiperplasia retikuloendothelial diseminata dengan hepatosplenomegali, dan anemia, atau penyakit seperti influenza dengan efusi sendi dan eritema nodosum. Histoplasmosis masuk dalam mikosis dalam (deep mycosis) yaitu infeksi jamur yang mengenai organ internal dan jaringan sebelah dalam. Seringkali tempat infeksi awal adalah paru-paru, kemudian menyebar melalui darah. Masing-masing jamur cenderung menyerang organ tertentu. Semua jamur bersifat dimorfik, artinya mempunyai daya adaptasi morfologik yang unik terhadap pertumbuhan dalam jaringan atau pertumbuhan pada suhu 37 o C. Mikosis subkutan akut kerapkali juga berdampak pada terjadinya mikosis sistemik melalui terjadinya infeksi sekunder. Sedangkan mikosis masuk pada cabang ilmu

11

mikologi.

Mikologi

sendiri

masuk

pada

ilmu

parasitologi.

Sehingga

histoplasmosis merupakan cabang dari ilmu parasitologi.

12

DAFTAR PUSTAKA

Levine. Norman D., 1994. Parasitologi Veteriner. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta. Robertson R.S. 1976. Handbook on Animal Disease In The Tropics. Edisi ke-3. Burgess & Son Ltd : Abingdon Soeharsono. 2002. Zoonosis. Kanisius : Yogyakarta. Levine. Norman D., 1994. Parasitologi Veteriner. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta. Robertson R.S. 1976. Handbook on Animal Disease In The Tropics. Edisi ke-3. Burgess& Son Ltd : Abingdon Soeharsono. 2002. Zoonosis. Kanisius : Yogyakarta. http://www.mayoclinic.com/health/histoplasmosis/DS0051/DSECTION=6 http://www.tempo.co.id/medika/arsip/052001/lak-2.htm

13

Das könnte Ihnen auch gefallen