Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Demas Christiawan Agnes Amelinda Emilia Christina Shinta Lestari Octaviany Gultom
Preceptor:
Definisi
Istilah kusta berasal dari
bahasa sansekerta, yakni kustha berarti kumpulan gejala-gejala kulit secara umum.
Kusta merupakan penyakit
infeksi yang kronik dan penyebab ialah Mycobacterium leprae yang bersifat intraselular obligat.
Etiologi
Kuman penyebabnya
adalah Mycobacterium leprae yang ditemukan oleh G. A. Hansen padatahun 1874 di Norwegia.
Bentuk basil Ukuran 3-8 Um x 0,5 Um Tahan asam dan dan alcohol Gram positif.
Belum dapat dibiakkan dalam m edia artifisial. yang sangat lama yaitu 2-21 hari.
Faktor Risiko
Klasifikasi Madrid
Klasifikasi Madrid
Tipe indeterminate
Tipe tuberkuloid
Tipe lepromatosa Tipe borderline
(dimorphous)
(BL)
Klasifikasi WHO
1.Tipe Pause - Basiler
(PB)
2.Tipe Multi - Basiler
(MB)
Prevalensi
Menkes : Indonesia berhasil
mencapai eliminasi kusta pada tahun 2000 di 19 propinsi dan sekitar 300 kab/kota.
Prevalensi juga menurun
sebesar 81% dari 107.271 penderita pada tahun 1990 menjadi 21.026 penderita tahun 2009
10
Indonesia dan jumlah kasus terdaftar sebanyak 21.026 orang. tercatat 10.706) dan jumlah kasus terdaftar sebanyak 20.329 orang : 0.86. peringatan Hari Kusta Sedunia ke 58
Kusta
Patogenesis
Pengaruh M. leprae terhadap kulit bergantung pd
imunitas seseorang.
Proteksi awal melalui mekanisme imunitas non-
imunitas selular.
Kusta
Patogenesis
Kusta
Patogenesis
Imunitas Spesifik
Robins Cotran, Pathologic Basis of Disease Dikutip dari: Robins Cotran, Pathologic Basis of Disease
Kusta
Patogenesis
15
Tuberkuloid (TT)
Jumlah Distribusi
Permukaan
Sensibilitas BTA Pada lesi kulit Tes Lepromin
Makula atau Makula dibatasi infiltrat saja makula dibatasi infiltrat Satu atau beberapa Beberapa atau satu dengan lesi satelit Terlokalisasi dan Asimetris asimetris Kering, skuama Kering, skuama Hilang Positif kuat (3+) Hilang - atau 1+ Positif (2+)
16
Makula atau makula dibatasi infiltrat, terlokalisasi simetris, kering, berskuama, sensibilitas hilang, tes Lepromin 3+, BTA -.
17
Makula dibatasi infiltrat, kering, berskuama, beberapa, ada lesi satelit, sensibilitas hilang, tes Lepromin 2+, BTA-.
18
Karakteristik
Lesi Tipe
Lepromatosa (LL)
Mid-borderline (BB)
Jumlah Distribusi Permukaan Sensibilitas BTA Pada lesi kulit Pada hembusan hidung Tes Lepromin
19
Makula, infiltrate difus, papul, nodus Permukaan halus mengkilap Tidak ada kulit yang sehat Sensibilitas normal BTA : banyak Tes Lepromin -
20
Makula, plak, papul, halus berkilap Sensibilitas sedikit Kulit sehat masih ada BTA kulit banyak, BTA hidung Tes Lepromin-
21
Gejala Klinik
Sifat Bentuk LL Makula infiltrat, difus, papul, nodus Tak terhitung simetris BL Makula, plakat, papul BB Plakat, dome shped, punched out Sukar dihitung Dapat dihitung Hampir asimetris simetris
22
Jumlah Distribusi
23
24
Jumlah
Distribusi
25
BTA sekret
Banyak
Biasanya negatif
Negatif
26
Kriteria Diagnosis
Ditemukan satu atau lebih TANDA KARDINAL :
Kusta
Gambaran Klinis
Tanda penyakit kusta masih aktif
Kulit: lesi membesar, jumlah bertambah, ulserasi, eritematosa,
terkena bertambah
28
Dasar Diagnosis
Anamnesa teliti Keluhan utama/ tambahan Riwayat kontak dengan penderita Latar belakang keluarga, asal/ sosial-ekonomi
29
Pemeriksaan Pasien
1.Inspeksi 2.Palpasi : - kelainan kulit - kelainan saraf : N. auricularis magnus, N.ulnaris, N. peroneus 3. Tes fungsi saraf: a. sensoris :raba,nyeri,suhu b. Tes otonom :tes Gunawan c. tes motoris
30
31
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan bakterioskopik ( kerokan
jaringan kulit) kerokan jaringan kulit/kerokan mukosa hidung -> Ziehl-Neelsen -> (BTA)
32
33
Pemeriksaan Penunjang
2. Skin test : tes lepromin
3. Pemeriksaan histopatologik
SIS yang tinggi: makrofag ->
fagosit M.leprae
SIS rendah: sel Virchow atau
34
Pemeriksaan Penunjang
4. Pemeriksaan serologik
Uji MLPA ( Mycobacterium Leprae
Particle Aglutination)
Indeks bakteri (I.B): Untuk menentukan klasifikasi penyakit Lepra, dengan melihat kepadatan BTA tanpa melihat kuman hidup (solid) atau mati (fragmented/ granular)
35
BTA +1 +2
1 10/ 1 L.P
10 100/ 1 L.P 100 1000/ 1 L.P > 1000/ 1 L.P
+3
+4 +5 +6
Pemeriksaan Serologi
Dasar : terbentuknya antibodi spesifik M. leprae, yaitu antibodi anti phenolic glycolipid -1 (PGL-1) dan antibodi antiprotein 16 kD seta 35 kD. Tidak spesifik : antibodi anti-lipoarabinomanan (LAM) Fungsi :
Aglutination) Uji ELISA (Enzyme Linked Immuno-sorbent Assay) ML dipstick test (Mycobacterium leprae dipstick) ML flow test (Mycobacterium leprae flow test)
Tes Lepromin
Tujuan : Melihat Daya Imunitas Pasien Terhadap Penyakit Kusta
Menggunakan basil lepra mati Hasil rx diperiksa stlh 3 4 minggu Interpretasi: - tidak ada reaksi/ kelainan +/- papel + eritema < 3 mm +1 papel + eritema 3 5 mm +2 papel + eritema > 5 mm +3 ulserasi
Menggunakan fraksi prot M.leprae Hasil reaksi diperiksa setelah 48 jam Interpretasi: -
tidak ada kelainan +/- indurasi + eritema < 5 mm + 1 indurasi + eritema 5 10 mm + 2 indurasi + eritema 10 15 mm + 3 indurasi + eritema 15 20 mm
41
X 100%
42
Diagnosis Banding
granula anulare Xantomatosis Skleroderma Leukemia kutis Tuberkulosis kutis verukosa Birth mark.
Psoriasis
Neurofibromatosis
43
Tujuan Terapi
Eradikasi infeksi
Mencegah
komplikasi
Mengurangi
morbiditas
44
Regimen Obat
Rifampine (bakterisidal) Dapsone (bakteriostatik) Clofazimine (bakterisidal lemah, bakteriostatik)
45
Regimen
46
Rifampin
Bakterisid
Menghambat DNA- dependent RNA
47
Dapson
Dapson = diamino difenil sulfon Bakteriostatik : menghambat
pertumbuhan bakteri Antagonis kompetitif paraaminobezoic acid (PABA) inhibisi sintesis asam folat ES : anemia hemolitik, skin rash, anoreksia, nausea, vomit, cephalgia, dan vertigo
48
Clofazimine
Bakteriostatik dan dapat
49
Obat Lain
Sulfas Ferrous untuk
anemia berat
Vitamin A untuk kulit
50
Ofloxacin Minocyclin)
Pemberian obat sekali saja langsung RFT (Release
From Treatment) Obat diminum di depan petugas Anak-anak Ibu hamil tidak di berikan ROM.
51
52
pasif untuk :
tipe PB : 2 thn tipe MB : 5 thn
53
54
55
Komplikasi
Proses terjadinya cacat kusta
Dikutip dari: Depkes RI. Buku Pedoman Nasional Pemberantasan Penyakit Kusta. Cetakan XVIII. 2006
56
Tingkat 1
Tingkat 2
terdapat kerusakan dan ada kerusakan deformitas. (lagoftalmos, iritis, kekeruhan kornea) dan atau visus sangat terganggu.
57
Pencegahan Cacat
Penemuan dini penderita sebelum cacat Mengobati dan menangani reaksi penderita
fungsi saraf
PRINSIP 3M: Mencegah timbulnya cacat. Mencegah agar cacat tidak lebih berat. Menjaga agar cacat tidak kambuh lagi.
58
Prognosis
BERGANTUNG PADA: seberapa luas lesi tingkat stadium penyakit kepatuhan pasien terhadap pengobatan pasien dapat mengalami kelumpuhan (cacat) kualitas hidup pasien menurun Kematian
Reaksi Kusta
Reaksi kusta
Interupsi dg/ episode akut
Reaksi kusta
E.N.L
Tipe LL & BL Makin >> multibasilar, makin
REAKSI REVERSAL
Tipe borderline (Li, BL, BB,
BT, Ti)
Tergantung SIS:
Up grading
pertama
Gejala klinis
E.N.L = NODULAR
Nodus eritema
Nyeri Predileksi: lengan & tungkai
E.N.L
Reaksi Reversal
Fenomena Lucio
Reaksi kusta sangat berat pd tipe
Fenomena Lucio
Pengobatan E.N.L
Prednison tablet (15-30 mg/hari), Klofazimin tablet (200-300 mg/hari)
dosis diturunkan bertahap-stop sesuai
perbaikan reaksi
Analgetik & sedativa p.r.n
neuritis akut
Prednison 40-60 mg/hari, dosis
diturunkan perlahan
Pengobatan secepatnya, dosis
adekuat
Ekstremitas yg kena neuritis akut
diistirahatkan
Analgetik & sedativa p.r.n
68
Referensi
A. Kosasih, I Made Wisnu, Emmy S, Sri Linuwih. Kusta dalam : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Enam. Jakarta : FKUI. 2011 : 73 88. Klaus W, Johnson R.A. Bacterial Infection Involving The Skin In : th Fitzpatricks Color Atlas and Synopsis of Clinical Dermatology 6 edition. Mc Graw Hill. 2009 : 665 671. Lewis FS. Dermatologic Manifestations of Leprosy. www.emedicine. medscape.com/article/1104977-overview. 5 Agustus 2011. Kumar, Abbas, Fausto. Robbins and Cotrans Pathologic Basic of Disease. 7th Edition. 2006. USA: McGraw Hill. World Health Organization. www.who.int/wer/2011/wer8636.pdf No. 36, 2011 page.389400. 2 September 2011. Klaus W, Lowell A.G, Stephen I.K. Bacterial disease In: Fitzpatricks Dermatology In General Medicine. 7th edition. Mc Graw Hill. 2008 : 1786 1796. Kementerian Koordinator Bidang Kesra. www.data.menkokesra.go.id. 17 September 2009.
69