Sie sind auf Seite 1von 55

Drs.

Darmo
Drs. Darmo

Definisi:
Susunan bilangan berbentuk persegi panjang
yang diatur dalam baris dan kolom.
Contoh:
1
1
1
]
1

7 1
0 2
3 4
A
1
]
1

1 3
3 1
B

Bentuk umum suatu matriks:

Elemen kolom ke-1 =

Elemen baris ke-1 =


1
1
1
1
]
1

mn m m
n
n
a a a
a a a
a a a
A

2 1
2 22 21
1 12 11
1
1
1
1
]
1

1
21
11
m
a
a
a

[ ]
n
a a a
1 12 11

a
ij
adalah elemen baris ke-i, kolom ke-j

Matriks yang terdiri dari m baris dan n kolom disebut


berordo m n.

Matriks berordo mxn yang banyak baris sama dengan


banyaknya kolom disebut matriks persegi.

Contoh:

Elemen 3, -6, -1 disebut elemen-elemen diagonal utama.


1
1
1
]
1


1 8 9
7 6 4
1 2 3
A

Kesamaan Dua Matriks Kesamaan Dua Matriks


Dua matriks disebut sama jika ordonya sama dan
elemen-elemen yang seletak sama.

Jumlah Dua Matriks Jumlah Dua Matriks


Dua Matriks A dan B dapat dijumlahkan jika
ordonya sama.
Jumlah dua matriks A dan B ialah matriks C yang
ordonya sama dengan ordo matriks A maupun B,
sedangkan elemen-elemen yang seletak
dijumlahkan:
Contoh:
1
]
1

1
]
1

+
1
]
1


3 2
3 1
8 2
4 3
5 0
1 2

Hasil Kali Matriks dengan Skalar Hasil Kali Matriks dengan Skalar
Hasil kali matriks A dengan skalar k ialah matriks yang
ordonya sama dengan ordo matriks A sedangkan elemen-
elemennya dikalikan dengan k.

Hasil Kali 2 Matriks Hasil Kali 2 Matriks


Jika A adalah sebuah matriks m r dan B adalah matriks r n
maka hasil kali A B adalah matriks mxn yang elemen-
elemennya ditentukan sbb: elemen di dalam baris ke-i, kolom
ke-j dari AB, maka pilihlah baris ke-i dari matriks A dan
kolom ke-j dari matriks B, kalikanlah elemen-elemen yang
bersangkutan dari baris dan kolom tersebut bersama-sama dan
kemudian tambahkanlah hasil perkalian yang dihasilkan.

Contoh:
2 3 3 4 2 4

(2 4) + (6 3) + (0 5) = 26
1
1
1
]
1


1
]
1

2 5 7 2
1 3 1 0
3 4 1 4

0 6 2
4 2 1
B A
1
]
1

1
1
1
]
1

1
]
1

12 26 . 4 .. . 8 ..
.. 13 . .. 30 . . 27 .. .. 12 .
2 5 7 2
1 3 1 0
3 4 1 4

0 6 2
4 2 1
Misalkan ordo matriks-matriks berikut memenuhi syarat agar
operasi-operasi berikut terdefinisi maka berlaku:
1.A+B = B+A (H. Komutatif Penjumlahan)
2.A+(B+C) = (A+B)+C (H. Asosiatif Penjumlahan)
3.k(A+B) = kA+kB k skalar
4.(k+l)A = kA + lA k dan l skalar
5.(kl)A = k(lA) k dan l skalar
6.k(AB) = kA(B) = A(kB) k skalar
7.A(BC) = (AB)C (H. Asosiatif Perkalian)
8.A(B+C) = AB + AC (H. Distributif)
9.(A+B)C = AC + BC (H. Distributif)
1. Misalkan A dan B adalah matriks-matriks 45 dan misalkan
C, D, dan E berturut-turut adalah matriks-matriks: 52, 42,
dan 54. Tentukanlah yang mana diantara pernyataan
berikut terdefinisi dan berapakah ordo hasilnya.
2. Hitunglah a, b, c dan d jika
3. Ditentukan: dan
dengan tidak menghitung hasil keseluruhan, hitunglah:
1
]
1

1
]
1

+ +
+
6 7
1 8
4 2 3 d a c d
c b b a
1
1
1
]
1

9 4 0
4 5 6
7 2 3
A
1
1
1
]
1

5 7 7
3 1 0
4 2 6
B
dengan tidak menghitung hasil keseluruhan,
hitunglah:
4. Misalkan Q adalah matriks nn yang elemen di dalam baris
ke-i, kolom ke-j adalah 1 jika i = j, dan 0 jika i j. Perlihatkan
bahwa aI = Ia = a untuk setiap matriks A nn .
5. Jika A dan B matriks-matriks persegi yang ordonya sama,
apakah (A+B)
2
=A
2
+2AB+B
2
. Mengapa?

Definisi:
Jika A suatu matriks persegi didefinisikan A
o
= I (matriks
Identitas) A
n
=AA A A A sebanyak n faktor.

Jika A suatu matriks mn maka transpose matriks A ditulis A


t

atau A didefinisikan sebagai matriks nxm dengan kolom ke-i
diperoleh dari baris ke-i dalam A, untuk i=1,2, , m.

Contoh:
1
]
1

1
1
1
]
1


0 1 2
3 5 4

0 3
1 5
2 4
t
A A

Berdasarkan pengertian transpose dapat dibuktikan sifat


berikut:
Jika ordo matriks-matriks berikut memenuhi syarat agar
operasinya terdefinisi maka:
1. (A
t
)
t
= A
2. (A+B)
t
= A
t
+ B
t
3. (kA)
t
= k(A
t
)
4. (AB)
t
= B
t
. A
t
Contoh:
1
]
1

1
]
1

,
_

1
]
1

1
]
1

1
]
1

1
]
1



1
]
1

1
]
1

2 22
3 12
2 3
22 12
1 0
5 3
3 1
2 4
) (
1 5
0 3
dan
3 2
1 4
1 0
5 3
dan
3 1
2 4
t
t
t
t t
AB
B A B A

Jadi (AB)
t
= B
t
. A
t
1
]
1

1
]
1


1
]
1

1
]
1

1
]
1

1
]
1

2 22
3 12

3 2
1 4
1 5
0 3

3 21
1 7
1 5
0 3

3 2
1 4
t t
t t
A B
B A

Matriks nol
adalah matriks yang semua elemennya nol.
Contoh:

Matriks satuan / Identitas


adalah matriks persegi yang semua elemen diagonal utamanya satu,
sedangkan elemen lainnya nol. Matriks identitas dinyatakan dengan I.
Contoh:

Matriks diagonal
adalah matriks persegi yang semua elemen di luar diagonal utamanya
adalah nol, sedangkan elemen diagonal utamanya tidak semua nol.
Contoh:
1
]
1

0 0
0 0
1
1
1
]
1

1 0 0
0 1 0
0 0 1
1
1
1
]
1

4 0 0
0 2 0
0 0 1

Matriks segitiga atas


adalah matriks persegi yang semua elemen di bawah diagonal utama nol,
sedangkan yang lain tidak semua nol.
Contoh:

Matriks segitiga bawah


adalah matriks persegi yang semua elemen di atas diagonal utama nol,
sedangkan yang lain tidak semua nol.
Contoh:

Matriks simetri
adalah matriks persegi yang berlaku A = A
t
.
Contoh:
1
1
1
]
1

1 0 0
7 2 0
5 3 1
1
1
1
]
1

1 8 5
0 2 3
0 0 1
1
1
1
]
1

2 5 3
5 4 2
3 2 1

Matriks Eselon
adalah matriks yang memenuhi sifat-sifat berikut:
1. Jika ada baris nol maka letaknya di bawah.
2. Jika suatu baris tak nol maka elemen tak nol pertama adalah satu.
Satu ini disebut satu utama / satu pemuka / leading entry.
3. Satu utama pada baris yang lebih awal terletak pada kolom yang lebih awal pula.
Contoh:

Matriks Eselon Tereduksi


adalah matriks eselon yang pada setiap kolom yang memuat satu utama maka
elemen lainnya nol.
Contoh:
1
1
1
]
1

1 0 0 0
1 1 0 0
3 2 1 0
A
1
1
1
1
]
1

0 0 0 0
3 1 0 0
1 0 1 0
0 3 2 1
B
1
1
1
1
]
1

0 0 0 0
3 1 0 0
1 0 1 0
0 0 0 1
B

Misalkan pada suatu matriks dilakukan operasi-operasi sebagai


berikut:
1. Saling menukar dua baris. (misalnya menukar baris ke-i dengan baris ke-j).
2. Mengalikan sutu baris dengan bilangan real tak nol. (Misalnya mengalikan
baris ke-i dengan k, k 0).
3. Menambahkan suatu baris dengan kelipatan baris lain (Misalnya baris ke-i
ditambah k kali baris ke-j)
Setiap operasi di atas disebut: OPERASI BARIS ELEMENTER (OBE) dan
berturut-turut dinyatakan dengan:
1. R
ij
2. R
i(k)
atau k. R
i
3. R
ij(k)
atau R
i
+ k.R
j
Contoh:

Jika matriks B diperoleh dari matriks A dengan satu kali atau


beberap kali OBE, maka dikatakan A ekuivalen baris B di
tulis A B.

Jika matriks B diperoleh dari matriks A melalui suatu OBE


maka dari B dapat diperoleh kembali matriks A melalui OBE
sejenis.
( ) 1
]
1

1
]
1

1
]
1


1
]
1

1
]
1

1 1 0
2 0 1
1 1 0
5 3 1
7 7 0
5 3 1
3 1 2
5 3 1
5 3 1
3 1 2
) 3 ( 12
2
) 2 ( 21 12
7
1
R R R R

Misalkan:

A R
ij
B B R
ij
A A

A R
i(k)
B B R
i(1/k)
A A

A R
ij(k)
B B R
ij(-k)
A A

Jika A, B, dan C tiga matriks berordo sama maka Jika A, B, dan C tiga matriks berordo sama maka
1. 1. Jika A Jika A B maka B B maka B A (sifat simetri) A (sifat simetri)
2. 2. Jika A Jika A B dan B B dan B C maka A C maka A C (sifat transitif) C (sifat transitif)

Matriks elementer adalah matriks identitas yang dikenai satu


kali OBE.

Jika E suatu matriks elementer berordo mm, dan A suatu


matriks berordo mn maka EA hasilnya akan sama dengan
matriks yang diperoleh dari A dengan melakukan operasi
baris elementer yang sesuai.
1
1
1
]
1

1
1
1
]
1

0 1 0
1 0 0
0 0 1

1 0 0
0 1 0
0 0 1
23 3
E I
Contoh:
Diketahui :
1
1
1
]
1


1
1
1
]
1

4 0
7 1
2 3
7 1
4 0
2 3
23
R A
1
1
1
]
1

1
1
1
]
1


1
1
1
]
1

1
1
1
]
1

4 0
7 1
2 3
7 1
4 0
2 3

0 1 0
1 0 0
0 0 1
0 1 0
1 0 0
0 0 1
23
EA
E

Definisi:
matriks persegi A disebut invers B jika AB = BA = I.
A disebut invers B dan B disebut invers A.
invers A di tulis A
-1
.
Invers matriks elementer merupakan matriks elementer juga.
(I
ij
)
-1
= I
ij
(I
i(k)
)
-1
= I
i(1/k)
(I
ij(k)
)
-1
= I
ij(-k)
Mengapa ???

Contoh:
1
1
1
]
1

1
1
1
]
1

1
1
1
]
1



1
1
1
]
1

1
1
1
]
1

1
1
1
]
1


1
1
1
]
1

1
1
1
]
1

1 0 0
0 1 0
0 0 1
1 0 0
0 1 0
0 2 1

1 0 0
0 1 0
0 2 1
1 0 0
0 1 0
0 0 1
0 1 0
1 0 0
0 0 1

0 1 0
1 0 0
0 0 1
1 0 0
0 1 0
0 0 1

0 1 0
1 0 0
0 0 1
) 2 ( 12 ) 2 ( 12
23 23
23
I I
E E
I E

Perhatikan sekarang dengan menggunakan


beberapa kali OBE akan kita ubah metriks tersebut menjadi matriks
eseleon baris tereduksi.
1
]
1

4 3
3 2
A
1
]
1

1
]
1

1
]
1

1
]
1

1
]
1


1 0
0 1
1 0
1 1
3 2
1 1
3 2
4 3
4 3
3 2
) 1 ( 12 ) 2 ( 21 ) 1 ( 12 12
R R R R
( ) ( ) ( )
( )
( ) I E E E E A
E E E E A
I E E E E A E E E E E E E E
I A E E E E
I
12 ) 1 ( 12 ) 2 ( 21 ) 1 ( 12
1
1
12 ) 1 ( 12 ) 2 ( 21 ) 1 ( 12
1
12 ) 1 ( 12 ) 2 ( 21 ) 1 ( 12 12 ) 1 ( 12 ) 2 ( 21 ) 1 ( 12
1
12 ) 1 ( 12 ) 2 ( 21 ) 1 ( 12
12 ) 1 ( 12 ) 2 ( 21 ) 1 ( 12

Contoh:

1
]
1

1
]
1

1
]
1

1
]
1

1
]
1


2 3
3 4
1 0
0 1
2 3
1 1
1 0
1 1
0 1
1 1
3 2
1 1
0 1
1 0
3 2
4 3
1 0
0 1
4 3
3 2
) 1 ( 12
) 2 ( 21 ) 1 ( 12 12
R
R R R
Banyaknya permutasi dari n elemen yang berlainan ialah n!, ditulis P
n
=
n!
Contoh:
untuk n=3, misalnya {1, 2, 3} permutasinya P
3
= 3! = 321 = 6; yaitu:
(1, 2, 3)(2, 1, 3)(3, 1, 2)
(1, 3, 2)(2, 3, 1)(3, 2, 1)

Suatu inversi terjadi jika dalam suatu permutasi tercatat bilangan yang
lebih besar mendahului yang lebih kecil.
Contoh:

1 2 3 4 5 6 inversinya 0, karena tidak ada bilangan yang lebih besar menadhului


yang lebih kecil.

1 3 2 inversinya 1; yaitu 3 mendahului 2.

6 5 4 3 2 1 inversinya 15 (selidiki sendiri!)

Permutasi genap permutasi yang banyak inversinya genap.

Permutasi ganjil permutasi yang banyak inversinya ganjil.


Permutasi Banyaknya inversi Klasifikasi
(1, 2, 3) 0 Genap
(1, 3, 2) 1 Ganjil
(2, 1, 3) 1 Ganjil
(2, 3, 1) 2 Genap
(3, 1, 2) 2 Genap
(3, 2, 1) 3 Ganjil

Perkalian elementer dari A


nn
ialah hasil kali n elemen dari A yang tidak
sebaris dan tidak sekolom.
Contoh:

Yaitu:

Perkalian elementer bertanda dari A


nn
adalah perkalian elementer dari A
dikalikan (-1) berpangkat jumlah inversinya.

Contoh: di atas
1
1
1
]
1

33 32 31
23 22 21
13 12 11
a a a
a a a
a a a
A
33 22 11
a a a
32 23 11
a a a
33 21 12
a a a
31 23 12
a a a
31 22 13
a a a
32 21 13
a a a
33 22 11
a a a +
32 23 11
a a a
33 21 12
a a a
31 23 12
a a a +
31 22 13
a a a
32 21 13
a a a +

Determinan matriks A
nn
ditulis det A atau |A| didefinisikan sebagai jumlah
semua perkalian elementer bertanda dari A.

Contoh:
1
1
1
]
1

33 32 31
23 22 21
13 12 11
a a a
a a a
a a a
A
32 23 11 33 21 12
31 22 13 32 21 13 31 23 12 33 22 11
a a a a a a
a a a a a a a a a a a a A

+ +
1
]
1

22 21
12 11
a a
a a
A
21 12 22 11
a a a a A
1
1
1
]
1

33 32 31
23 22 21
13 12 11
a a a
a a a
a a a
A
A
Dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:
32
22
12
31
21
11
33 32 31
23 22 21
13 12 11
a
a
a
a
a
a
a a a
a a a
a a a
31
21
11
33 32 31
23 22 21
13 12 11
33
23
13
a
a
a
a a a
a a a
a a a
a
a
a
+ + + + + +
+ + + + + +

Determinan yang terjadi jika baris ke-i dan kolom ke-j dihilangkan disebut
MINOR unsur a
ij
; ditulis M
ij

Contoh:
Kofaktor elemen aij ditulis K
ij
=(-1)
(i+j)
M
ij
maka K
23
=(-1)
2+3
M
23
= 1
1
1
1
]
1


1 9 5
6 7 4
3 2 1
A
1 10 9
9 5
2 1
23
M
1 10 9
9 5
2 1
23
M
Determinan matrik A dapat Juga
dihitung dengan :
(diuraikan atas baris ke i)
Atau
(diuraikan atas kolom ke j)

M a M a M a
in in
n i
i i
i
i i
i
A
+ + +
+ + + ) 1 ( .... ) 1 ( ) 1 (
2 2
2
1 1
1
K a K a K a
nj nj j j j j
A + + + ....
2 2 1 1
Contoh :
1
1
1
]
1

1
1
1
]
1

1
1
1
]
1

1 9 5
6 7 4
3 2 1
1 9 5
6 7 4
3 2 1
1 9 5
6 7 4
3 2 1

Tuliskan sifat-sifat determinan beserta contohnya.

Jangan lupa tuliskan referensi yang Anda pakai.

Tugas ditulis tangan dengan rapi dalam kertas folio.

Dikumpulkan satu minggu setelah tugas ini diberikan.

Jika A adalah sebarang matriks n n maka matriks kofaktor A adalah


matriks yang berbentuk

Transpose matriks kofaktor A disebut matriks adjoin A dan dinyatakan


dengan adj(A)
1
1
1
1
]
1

nn n n
n
n
K K K
K K K
K K K
A K

2 1
2 22 21
1 12 11
) (
1
1
1
1
]
1

nn n n
n
n
K K K
K K K
K K K
A adj

2 1
2 22 12
1 21 11
) (

Contoh:
1
1
1
]
1

0 4 2
3 6 1
1 2 3
A
Carilah K(A) = ? dan adj(A) = ?
12
0 4
3 6
11

K
4
0 4
1 2
21

K 16
4 2
2 3
23

K
1
1
1
]
1

33 31
22
13 12
10
16 4
12
) (
K K
K
K K
A K
10
3 1
1 3
32

Invers matriks A dihitung menggunakan matriks adjoint adalah sebagai


berikut.

Contoh:
1
1
1
]
1

8 0 1
3 5 2
3 2 1
A ? ...
1

A
) 1 ( 3
) 3 ( 23
) 9 ( 13
) 3 ( 32
) 2 ( 12
) 1 ( 31
) 2 ( 21
1 2 5
0 1 2
0 2 5
1 0 0
3 1 0
9 0 1
1 0 1
0 1 2
0 0 1
5 2 0
3 1 0
3 2 1
1 0 0
0 1 0
0 0 1
8 0 1
3 5 2
3 2 1

1
1
1
]
1

1
1
1
]
1

1
1
1
]
1

R
R
R
R
R
R
R
1
1
1
]
1

1 2 5
3 5 13
9 16 40
1 0 0
0 1 0
0 0 1
Jadi
1
1
1
]
1

1 2 5
3 5 13
9 16 40
1
A
Menggunakan Operasi Baris Elementer:

Menggunakan matriks adjoint


1
1
1
]
1

8 0 1
3 5 2
3 2 1
A
1
1
1
]
1

1 3 9
2 5 16
5 13 40
) ( A K Jadi dan
1
1
1
]
1

1 2 5
3 5 13
9 16 40
) ( A adj
1 32 0 15 0 6 40
0 1
5 2
2 1
8 0 1
3 5 2
3 2 1
+ + A
1
1
1
]
1

1
1
1
]
1

1 2 5
3 5 13
9 16 40
1 2 5
3 5 13
9 16 40
1
1
) (
1
1
A adj
A
A
Bentuk umum :
dimana x
1
, x
2
, . . . , x
n
variabel tak diketahui, a
ij
, b
i
,
i = 1, 2, . . . , m; j = 1, 2, . . . , n bil. diketahui.
Ini adalah SPL dengan m persamaan dan n variabel.
SPL
Mempunyai penyelesaian
disebut KONSISTEN
Tidak mempunyai penyelesaian
disebut TIDAK KONSISTEN
TUNGGAL
BANYAK

SPL 2 persamaan 2 variabel:

Masing-masing pers berupa garis lurus. Penyelesaiannya


adalah titik potong kedua garis ini.
kedua garis sejajar kedua garis berpotongan kedua garis berhimpitan
SPL BENTUK MATRIKS
STRATEGI MENYELESAIKAN SPL:
mengganti SPL lama menjadi SPL baru yang mempunyai
penyelesaian sama (ekuivalen) tetapi dalam bentuk yang
lebih sederhana.
SPL
1. Mengalikan suatu persamaan
dengan konstanta tak nol.
2. Menukar posisi dua
persamaan sebarang.
3. Menambahkan kelipatan suatu
persamaan ke persamaan
lainnya.
MATRIKS
1. Mengalikan suatu baris
dengan konstanta tak nol.
2. Menukar posisi dua baris
sebarang.
3. Menambahkan kelipatan suatu
baris ke baris lainnya.
Ketiga operasi ini disebut OPERASI BARIS ELEMENTER (OBE)
SPL atau bentuk matriksnya diolah menjadi bentuk seder-
hana sehingga tercapai 1 elemen tak nol pada suatu baris
DIKETAHUI
kalikan pers (i)
dengan (-2), kemu-
dian tambahkan ke
pers (ii).
kalikan baris (i)
dengan (-2), lalu
tambahkan ke
baris (ii).
(i)
(ii)
(iii)
kalikan pers (i)
dengan (-3), kemu-
dian tambahkan ke
pers (iii).
kalikan baris (i)
dengan (-3), lalu
tambahkan ke
baris (iii).
kalikan pers (ii)
dengan (1/2).
kalikan baris (ii)
dengan (1/2).
kalikan pers (iii)
dengan (-2).
kalikan brs (iii)
dengan (-2).
kalikan pers (ii)
dengan (1/2).
kalikan baris (ii)
dengan (1/2).
kalikan pers (ii)
dengan (-3), lalu
tambahkan ke pers
(iii).
kalikan brs (ii)
dengan (-3),
lalu tambahkan
ke brs (iii).
kalikan pers (ii)
dengan (-1), lalu
tambahkan ke pers
(i).
kalikan brs (ii)
dengan (-1), lalu
tambahkan ke brs
(i).
kalikan pers (ii)
dengan (-1), lalu
tambahkan ke pers
(i).
kalikan brs (ii)
dengan (-1), lalu
tambahkan ke brs
(i).
kalikan pers (iii)
dengan (-11/2), lalu
tambahkan ke pers (i)
dan kalikan pers (ii) dg
(7/2), lalu tambahkan
ke pers (ii)
kalikan brs (iii)
dengan (-11/2), lalu
tambahkan ke brs (i)
dan kalikan brs (ii) dg
(7/2), lalu tambahkan
ke brs (ii)
Diperoleh penyelesaian x = 1, y = 2, z = 3. Terdapat
kaitan menarik antara bentuk SPL dan representasi
matriksnya. Metoda ini berikutnya disebut dengan
METODA ELIMINASI GAUSS.
KERJAKAN EXERCISE SET 1.1
Misalkan SPL disajikan dalam bentuk matriks berikut:
maka SPL ini mempunyai penyelesaian x = 1, y = 2, z = 3.
Matriks ini disebut bentuk echelon-baris tereduksi.
Untuk dapat mencapai bentuk ini maka syaratnya adalah sbb:
1. Jika suatu brs matriks tidak nol semua maka elemen
tak nol pertama adalah 1. Brs ini disebut mempunyai leading 1.
2. Semua brs yg terdiri dari nol semua dikumpulkan di bagian bawah.
3. Leading 1 pada baris lebih atas posisinya lebih kiri daripada leading
1 baris berikut.
4. Setiap kolom yang memuat leading 1, elemen lain semuanya 0.
Matriks yang memenuhi kondisi (1), (2), (3) disebut
bentuk echelon-baris.
CONTOH bentuk echelon-baris tereduksi:
CONTOH bentuk echelon-baris:
dimana lambang dapat diisi bilananga real sebarang.
dimana lambang dapat diisi bilangan real sebarang.
Ide pada metoda eliminasi Gauss adalah mengubah
matriks ke dalam bentuk echelon-baris tereduksi.
CONTOH: Diberikan SPL berikut.
Bentuk matriks SPL ini adalah:
-2B
1
+ B
2
B
2
5B
2
+B
3
B
3
1
1
1
1
]
1

6 18 0 8 4 0 0
0 0 0 0 0 0 0
1 - 3 - 0 2 - 1 - 0 0
0 0 2 0 2 - 3 1
B
4
B
4
+4B
2
B
3

B
4
B
3
B
3
/3
-3B
3
+B
2
B
2
2B
2
+B
1
B
1
Akhirnya diperoleh:
Akhirnya, dengan mengambil x
2
:= r, x
4
:= s dan x
5
:= t maka diperoleh
penyelesaian:
dimana r, s dan t bilangan real sebarang. Jadi SPL ini mempunyai tak
berhingga banyak penyelesaian.
Misalkan kita mempunyai SPL dalam matriks berikut:
Bentuk ini ekuivalen dengan:
LANGKAH 1: selesaikan variabel leading, yaitu x
6
. Diperoleh:
LANGKAH 2: mulai dari baris paling bawah subtitusi ke atas, diperoleh
LANGKAH 3: subtitusi baris 2 ke dalam baris 1, diperoleh:
LANGKAH 4: Karena semua persamaan sudah tersubstitusi maka peker-
jaan substitusi selesai. Akhirnya dengan mengikuti langkah pada
metoda Gauss-Jordan sebelumnya diperoleh:
Mengubah menjadi bentuk echelon-baris (tidak perlu direduksi), kemudian
menggunakan substitusi mundur.
CONTOH: Selesaikan dengan metoda eliminasi Gaussian
PENYELESAIAN: Diperhatikan bentuk matriks SPL berikut:
Dengan menggunakan OBE diperoleh bentuk echelon-baris berikut:

Das könnte Ihnen auch gefallen