Sie sind auf Seite 1von 61

KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU DENGAN RIWAYAT INFERTIL PRIMER TUJUH TAHUN

ABSTRAK
Kehamilan ektopik terganggu adalah kehamilan dengan ovum yang dibuahi berimplantasi dan tumbuh di luar endometrium kavum uteri. Salah satu faktor resiko kahamilan ektopik adalah infertilitas. Infertilitas primer adalah ketidakmampuan seorang wanita untuk hamil walaupun bersenggama dan dihadapkan pada kemungkinan kehamilan selama 12 bulan. Sebuah kasus pada seorang pasien G1P0A0, 32 tahun, kiriman RSU Sukoharjo dengan keterangan kehamilan intra tuba. Pasien tidak mengetahui bahwa dirinya hamil. Pasien merasakan nyeri pada perut sebelah kanan bawah yang menjalar sampai dengan punggung. Riwayat fertilitas jelek, riwayat obstetrik belum dapat dinilai. Pada pemeriksaan fisik dan penunjang menunjukkan adanya kehamilan ektopik terganggu dengan riwayat infertile primer 7 tahun. Direncanakan untuk melakukan laparotomi eksplorasi emergency. Keadaan umum pasien diperbaiki dengan pemberian tindakan resusitasi cairan

Kata kunci : kehamilan ektopik terganggu, riwayat infertil primer

KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU


Kehamilan ektopik adalah suatu komplikasi dalam kehamilan dimana ovum yang sudah dibuahi berimplantasi di jaringan lain selain dinding uterus. Pada konsepsi yang normal, ovum dibuahi oleh sperma pada tuba falopii kemudain ovum yang sudah dbuahi tersebut akan bergerak sepanjang tuba menuju uterus sekitar 3 4 hari kemudian. Kebanyakan kehamilan ektopik terjadi pada tuba falopii (sehingga disebut kehamilan tuba). Kehamilan tuba dapat terjadi dikarenakan tuba falopii terhalang atau rusak dan tidak dapat dilewati oleh embrio

Epidemiologi
Insidensi kehamilan ektopik untuk wanita kulit berwarna lebih tinggi dalam setiap kategori umur dibandingkan dengan wanita berkulit putih. Sekitar 2 % dari kehamilan merupakan kehamilan ektopik. Kehamilan ektopik merupakan salah satu faktor penyebab kematian ibu, sekitar 9 % dan merupakan penyebab kematian terbanyak pada trimester pertama. 3,4

ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO


Fungsi tuba falopii pada alat reproduksi wanita sangat penting, yaitu: Proses ovum pick up mechanism Transportasi spermatozoa menuju ampula tuba sebagai tempat yang paling besar untuk terjadinya konsepsi. Alat transportasi ovum menuju ampula tuba sehingga dapat terjadi konsepsi. Tempat tumbuh kembangnya hasil konsepsi, dari bentuk zygot sampai blastula sehingga siap untuk melakukan implantasi. Alat tempat transportasi hasil konsepsi menuju uterus sebagai tempat akhir implantasi dan tumbuh kembang sampai menjadi aterm. 5

Penyebab paling utama gangguan transportasi hasil konsepsi pada tuba adalah: 1. Infeksi alat genitalia interna, khususnya tuba falopii Infeksi STD akibat makin meningkatnya hubungan sexual pranikah. Infeksi asendens akibat penggunaan IUD. Bakteri khusus yang menyebabkan gangguan tuba Falopii adalah Chlamydia trachomatis yang menyebabkan peyempitan lumen tuba. Terdapat desakan dari luar tuba - Kista ovarium atau mioma subserosa sehingga pada bagian tertentu, lumen tuba falopii menyempit, akibatnya hasil konsepsi tidakdapat lewat sehingga tumbuh dan berkembang setempat. - Endometriosis menimbulkan perlekatan dengan sekitarnya sehingga terjadi penyempitan tuba falopii.

2.

3.

Operasi pada tuba falopii - Operasi rekonstruksi tuba falopii, tetapi lumennya tidak selebar semula sehingga hasil konsepsi tersangkut dan tumbuh kembang di dalamnya. - Rekanalisasi spontan dari sterilisasi tuba, dengan pembukaan lumen ynag tidak sempurna dan terjadi penyempitan. Akibatnya hasil konsepsi tersangkut dan terjadi kehamilan ektopik.

4. Kelainan kongenital alat reproduksi interna - Tuba falopii memanjang sehingga dalam perjalanan blastula terpaksa melakukan implantasi dan menimbulkan kehamilan ektopik. - Terdapat divertikulum dalam tuba falopii, sehingga hasil konsepsi dapat melakukan implantasi dan terjadi kehamilan ektopik.

5. Terjadi migrasi intraperitoneal spermatozoa ataupun ovum - Terjadi kehamilan ektopik pada uterus rudimenter. - Terjadi kehamilan pada ovarium. 6. Kelambatan implantasi Kelambatan implantasi hasil konsepsi menyebabkan implantasi terjadi di bagian bawah kavum uteri dalam bentuk plasenta previa dan kehamilan servikalis. 5

Patogenesis
Aktivasi aksis hypothalamicpituitaryadrenal (HPA) janin atau ibu: stres

Manifestasi Klinis
Trias gejala dan tanda dari kehamilan ektopik adalah riwayat keterlambatan haid atau amenorrhea yang diikuti perdarahan abnormal (60-80%), nyeri abdominal atau pelvik (95%). 1 Biasanya kehamilan ektopik baru dapat ditegakkan pada usia kehamilan 6 8 minggu saat timbulnya gejala tersebut di atas.2 Gejala lain yang muncul biasanya sama seperti gejala pada kehamilan muda, seperti mual, rasa penuh pada payudara, lemah, nyeri bahu, dan dispareunia. Selain itu pada pemeriksaan fisik didapatkan pelvic tenderness, pembesaran uterus dan massa adneksa. 3

Diagnosis

Diagnosis Banding
1. Salpingitis Gejalanya serupa tetapi pada hasil laboratorium, tes kehamilan terbukti negatif, adanya peningkatan AL dan juga adanya peningkatan suhu. 2. Aborsi threatened Perdarahan lebh hebat, nyeri lebih terlokalisasi pada perut tengah bawah. Ditemukannya kista korpus luteum dapat membingungkan dalam menentukan diagnosis. 3. Appendisitis Tidak didapatkan amenorrhea ataupun perdarahan pervaginam. Nyeri pada kuadran kanan bawah abdomen cenderung menetap, dengan disertai demam, dan gejala gastrointestinal. Hasil tes kehamilan negatif.

4. Torsi Ovarii Biasanya nyeri hilang timbul, tetapi dapat enetap apabila asupan vaskuler terpenuhi. Dapat dijumpai peningkatan AL dan masssa adneksa yang dapat teraba. Hasil tes kehamilan negatif. 5. Lain lain, misalnya perdarahan uterus disfungsional (biasanya tidak nyeri dan perdarahan lebih hebat dibanding dengan kehamilan ektopik), kista korpus luteum yang menetap, penggunaan IUD, gastroenteritis, atau infeksi traktus urinarius.4

Penatalaksanaan
1. Segera dibawa ke rumah sakit 2. Transfusi darah dan pemberian cairan untuk mengkoreksi anemia dan hipovolemia 3. Operasi segera dilakukan setelah diagnosis dapat dipastikan :
a. Kehamilan di tuba dilakukan salpingektomi

Total salpingectomy

Partial salpingectomy

b. Kehamilan di kornu dilakukan ovorektomi atau salpingo-oovorektomi

Salpingotomi

Salpingo-oovorektomi

c. Kehamilan di kornu dilakukan:


Histerektomi bila telah umur > 35 tahun Fundektomi bila masih muda untuk kemungkinan masih bisa haid. Eksisi bila kerusakan pada kornu kecil dan kornu dapat direparasi

d. Kehamilan abdominal
Bila mudah, kantong dan plasenta diangkat Bila besar atau susah (kehamilan abdominal lanjut), anak dilahirkan dan tali pusat dipotong dekat plasenta, plasenta ditinggalkan dan dinding perut ditutup.2, 3, 4

Komplikasi
Komplikasi dari kehamilan ektopik dapat terjadi akibat kurang tepatnya diagnosis, terlambat mendiagnosis, ataupun terlambat memberikan terapi. Terlambatnya diagnosis ataupun terapi dapat mengakibakan ruptur tuba ataupun ruptur uteri, diikuti dengan perdarahan masif, syok, DIC dan kematian. 1

Prognosis
1. Bagi kehamilan berikutnya - Umumnya penyebab kehamilan ektopik (misalnya penyempitan tuba atau - pasca penyakit radang panggul) bersifat bilateral. Sehingga setelah pernah mengalami kehamilan ektopik pada tuba satu sisi, kemungkinan pasien akan mengalami kehamilan ektopik lagi pada tuba sisi yang lain. 2. Bagi ibu - Bila diagnosis cepat ditegakkan umumnya prognosis baik, terutama bila - cukup penyediaan darah dan fasilitas operasi serta narkose. 7

INFERTILITAS
Infertilitas Primer Ketidakmampuan seorang wanita untuk hamil walaupun bersenggama dan dihadapkan pada kemungkinan kehamilan selama 12 bulan. Infertilitas Sekunder Seorang wanita pernah mengalami hamil, tetapi kemudian tidak terjadi lagi kehamilan walaupun bersenggama dan dihadapkan pada kemungkinan kehamilan selama 12 bulan.

Diagnosis
1. Syarat Pemeriksaan Pasangan Infertil

a. Istri yang berusia 20-30 tahun baru akan diperiksa setelah berusaha untuk mendapatkan anak selama 12 bulan. Pemeriksaan dapat dilakukan lebih dini apabila : Pernah mengalami keguguran berulang Diketahui mengidap kelainan endokrin Pernah mengalami infeksi rongga panggul ataupun rongga perut Pernah mengalami bedah ginekologik

b. Istri yang berusia 31-35 tahun dapat diperiksa pada kesempatan pertama pasangan itu datang ke dokter. c. Istri pasangan infertil yang berumur antara 36-40 tahun hanya dilakukan pemeriksaan infertilitas kalau belum memiliki anak dari perkawinan ini. d. Pemeriksaan infertilitas tidak dilakukan pada pasangan infertil yang salah satu anggota pasangannya mengidap penyakit yang dapat membahayakan kesehatan pasangan atau anaknya.

2. Pemeriksaan masalah infertilitas

a. Pemeriksaan air mani Karateristik air mani Pemeriksaan mikroskopik Uji ketidakcocokan imunologik b. Pemeriksaan vagina Pemeriksaan ini untuk mengetahui masalah vagina yang berhubungan dengan kemampuan menyampaikan air mani ke dalam vagina sekitar serviks yaitu sumbatan (psikogen atau anatomik) atau peradangan.

c. Pemeriksaan serviks Pemeriksaan iini untuk mengetahui sumbatan kanalis servikalis, lendir serviks yang abnormal dan malposisi dari servik Uji pascasenggama Uji invitro : uji gelas obyek dan uji kontak air mani dengan lendir serviks d. Pemeriksaan uterus Biopsi endometrium : menilai perubahan endometrium sebagai cermin dari pengaruh hormon-hormon ovarium Histeriosalpingografi Histeroskopi

e. Pemeriksaan tuba Pemeriksaan ini dilakukan dengan uji Rubin bertujuan memeriksa patensi tuba dengan jalan meniupkan gas CO2 melalui kanula atau kateter Foley yang dipasang pada kanalis servikalis. f. Pemeriksaan ovarium Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi masalah ovulasi yang dapat diketahui dengan beberapa pemeriksaan, yaitu : Perubahan lendir serviks Catatan suhu basal badan Sitologi vagina hormonal Pemeriksaan hormonal

g. Pemeriksaan peritoneum Pemeriksaan dilakukan dengan laparoskopi diagnostik. 3. Rencana dan jadwal pemeriksaan tabel

Penanganan Infertilitas
Penanganan masalah infertilitas disesuaikan dengan penyebabnya Air mani yang abnormal maka penanganannya adalah dengan penyesuaian coitus dengan masa subur istri Bila terdapat varikokele ataupun sumbatan vas deferens, penanganannya dengan tindakan bedah Infeksi genitalia diatasi dengan pemberian antibiotik Defisiensi gonadotropin dilakukan pengobatan hormonal dengan pemberian HCG dan FSH untuk merangsang spermatogenesis Hiperprolaktinemia diatasi dengan pemberian dopamin agonis 2-bromo-alfa-ergo-kriptin Adanya Mioma uteri, dilakukan myomektomi . Tuba yang tersumbat, dicari dulu penyebabnya apabila penyebabnya adalah infeksi, maka sumber infeksi harus dihilangkan dulu dengan antibiotik, bila perlu dilakukan pembedahan.

- Endometriosis, terapinya : Menunggu sampai terjadi kehamilan spontan, pengobatan hormonal dengan pil Kb yang berkhasiat progestasional seperti noretinodrel 5 mg + mestranol 75 mcg ataupun tindakan pembedahan. Induksi ovulasi dengan klomifen sitrat

Prognosis
Prognosis terjadinya kehamilan bergantung pada : Umur suami : fertilitas maksimala pria dicapai pada umur 24-25 Umur istri : fertilitas maksimal wanita dicapai pada umur 24 tahun. Frekuensi senggama Lamanya perkawinan

Anamnesis
Identitas Penderita Nama Umur Jenis Kelamin Pekerjaan Agama Pendidikan Alamat Status Perkawinan HPMT HPL UK Tanggal Masuk Berat badan Tinggi Badan : Ny. S : 32 tahun : Perempuan : Swasta : Islam : SD : Kedungwinong, RT 03/02, Nguter, Sukoharjo : Kawin 1 kali dengan suami 7 tahun : 24 Juli 2013 : 1 Mei 2014 : 7+2minggu : 7 September 2013 : 55 Kg : 153 cm

Keluhan Utama Nyeri perut sebelah kanan bawah.


Riwayat Penyakit Sekarang Datang seorang G1P0A0, 32 tahun, kiriman RSU Sukoharjo dengan keterangan kehamilan intra tuba. Pasien tidak mengetahui bahwa dirinya hamil. Pasien merasakan nyeri pada perut sebelah kanan bawah yang menjalar sampai dengan punggung, perdarahan jalan lahir (+), tidak mrongkol-mrongkol, BAB & BAK dalam batas normal. Kemudian pasien memeriksakan diri ke RSU Sukoharjo, diberi infus RL 20 tpm dan injeksi ampicillin 1gr/8jam. Kemudian dirujuk ke RSUD Dr. Moewardi.

Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat sesak nafas Riwayat Hipertensi Riwayat Penyakit Jantung Riwayat DM Riwayat Asma Riwayat Alergi Obat/makanan Riwayat Minum Obat Selama Hamil Riwayat operasi : Disangkal : Disangkal : Disangkal : Disangkal : Disangkal : Disangkal : Disangkal : Disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga Riwayat Mondok Riwayat Hipertensi Riwayat Penyakit Jantung Riwayat DM Riwayat Asma Riwayat Alergi Obat/makanan : Disangkal : Disangkal : Disangkal : Disangkal : Disangkal : Disangkal

Riwayat Fertilitas Buruk Riwayat Obstetri Belum dapat dievaluasi (Kehamilan pertama : sekarang)

Riwayat Ante Natal Care (ANC) Belum pernah periksa. Riwayat Haid Menarche : 13 tahun Lama menstruasi : 6-7 hari Siklus menstruasi : 28-30 hari Riwayat Perkawinan Menikah 1 kali, selama 7 tahun, saat pasien berumur 25 tahun. Riwayat Keluarga Berencana -

Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum Tensi Nadi Respiratory Rate Suhu Kepala Mata THT Leher : Baik, CM, Gizi kesan cukup : 100/70 mmHg : 90 x / menit : 20 x/menit : 36,8 0C : Mesocephal : Conjuctiva pucat (-/-), Sklera Ikterik (-/-) : Tonsil tidak membesar, Pharinx hiperemis (-) : Pembesaran kelenjar tiroid (-)

Pemeriksaan Fisik
Thorak Cor Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi Pulmo Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi : : IC tidak tampak : IC tidak kuat angkat : Batas jantung kesan tidak melebar : Bunyi jantung I-II intensitas normal, reguler, bising (-) : : Simetris statis dinamis : Fremitus ka = ki : Sonor seluruh lapangan paru : Suara dasar vesikuler (+/+), Suara tambahan (-/-)

Pemeriksaan Fisik
Abdomen Inspeksi Auskultasi Perkusi Palpasi : : Dinding perut > dinding dada : Peristaltik (+) menurun : Tympani bawah processus xipoideus,redup daerah uterus : Supel, NT (+) bagian kanan bawah, massa (-), Mc burney sign (-), rebound tenderness (+) : Oedem + + Akral dingin -

Ekstremitas

Status Obstetri pk. 16.30


SI (-/-) CA (-/-) SDV (+/+), ST (-/) BJ I-II int N Reg Bising -

Inspekulo : Vulva / uretra tenang, dinding vagina dalam batas normal, portio utuh, OUE tertutup, darah (+), discharge (-), cavum Douglasi menonjol. VT : Vulva / uretra tenang, dinding vagina dalam batas normal, portio lunak, OUE tertutup, corpus uteri sebesar telur bebek, Slinger pain (+), cavum Douglasi menonjol.

Dinding perut > dinding dada Supel, NT (+) bagian kanan bawah, massa (-), Mc burney sign (-), rebound tenderness (+)

Edema tungkai (-/-)

Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium Darah 07/09/2013
Hb AE Hct AL AT Gol. PT APTT : 9 g/dl : 26,4 x 103/uL : 2,88% : 6,7 x 103/uL : 335 x 103/uL :B : 13,7 detik : 32 detik GDS Ur Cr K Na HBsAg PP Test : 112 mg/dl : 335 x 103/uL : 0,6 mg/dL : 3.7 mmol/L : 141 mmol/L : non reaktif : (+)

Ultrasonografi (USG)
Vesica urinaria terisi cukup, tampak uterus ukuran 8x6x3 cm3, endometrium line (+), tampak gambaran hipoekhoik di adnexa kanan berbatas tegas, kesan gestational sact ukuran 2,5cm, tidak tampak fetal pole, tampak gambaran hematokel retrouterin. Kesimpulan : menyokong kehamilan ekstra uterin dengan umur kehamilan 7+2 minggu.

Kesimpulan
Seorang G1P0A0, 32 tahun, UK 7+2 minggu, riwayat fertilitas jelek, riwayat obstetrik kehamilan pertama, Vulva / uretra tenang, dinding vagina dalam batas normal, portio utuh, OUE tertutup, darah (+), discharge (-), cavum Douglasi menonjol, Corpus uteri sebesar telur bebek, Slinger pain (+)

Diagnosis Awal Kehamilan ektopik terganggu dengan infertile primer 7 tahun. Prognosis Buruk
Terapi

Usul laparotomi eksplorasi emergency Konsul anestesi KIE keluarga

Laporan Operasi Laparotomi eksplorasi emergency dilakukan pada 7 September 2013 dan dilakukan salphingectomi dekstra. Diagnosis post operasi : ruptur pars ampularis tuba dekstra.
Diagnosis Akhir Ruptur pars ampularis tuba dekstra dengan riwayat infertil primer 7 tahun.

Follow up
Tanggal 8 September 2013 Keluhan KU VS Mata Thoraks Abdomen Genital Diagnosis : nyeri bekas luka operasi (+) : baik, CM, gizi kesan cukup : T : 100/70 mmHg RR : 20 x/menit N : 100 x/menit t : 36,5 C : CA(-/-), SI (-/-) : C/P dbn : supel, NT(+), tampak luka bekas operasi tertutup verban : perdarahan (-), discharge (-) : post laparotomi eksplorasi emergency pada ruptur pars ampularis tuba dekstra dengan riwayat infertil primer 7 tahun DPH I

Terapi : Awasi KU/VS Puasa s/d peristaltik (+) Balance cairan Cek Hb, bila < 10 g/dl transfusi s/d Hb 10 g/dl Infus RL 20 tpm Injeksi Cefotaxim 1 g/12 jam (iv) Injeksi Metronidazole 500 mg/8 jam (iv) Injeksi Alinamin F 1 ampul/8 jam (iv) Injeksi Vitamin C 1 ampul/12 jam (iv) Injeksi Vitamin B complex 2 cc/24 jam (im) Injeksi Asam traneksamat 1 ampul/8 jam Injeksi Antalgin 1 ampul/8 jam (iv)

Follow up
Tanggal 8 September 2013 Keluhan KU VS Mata Thoraks Abdomen Genital Diagnosis : nyeri bekas luka operasi (+) : baik, CM, gizi kesan cukup : T : 120/80 mmHg RR : 20 x/menit N : 80 x/menit t : 36,7 C : CA(-/-), SI (-/-) : C/P dbn : supel, NT(-), kontraksi (+), tampak luka operasi tertutup verban, bising usus (+) normal : lochia (+) : Post SCTP-em + insersi IUD DPH II a/i perdarahan antepartum e/c placenta previa totalis pada multipara h.aterm : Infus RL 20 tpm Inj. Ceftriaxon 1gr/12 jam Inj. Ketorolac 1 amp/8 jam Inj. Vit. C 1 amp/8jam

Terapi

Follow up
Tanggal 9 September 2013 Keluhan KU VS Mata Thoraks Abdomen Genital Diagnosis : nyeri bekas luka operasi (+) berkurang : baik, CM, gizi kesan cukup : T : 90/60 mmHg RR : 20 x/menit N : 100 x/menit t : 36,2 C : CA(-/-), SI (-/-) : C/P dbn : supel, NT(-), tampak luka operasi tertutup verban : perdarahan (-), discharge (-) : post laparotomi eksplorasi pada ruptur pars ampularis tuba dekstra dan riwayat infertil primer 7 tahun DPH II

Terapi : Awasi KU/VS Infus RL 20 tpm Injeksi Cefotaxim 1 g/12 jam (iv) Injeksi Metronidazole 500 mg/8 jam (iv) Injeksi Alinamin F 1 ampul/8 jam (iv) Injeksi Vitamin C 1 ampul/12 jam (iv) Injeksi Vitamin B complex 2 cc/24 jam (im) Medikasi

Follow up
Tanggal 10 September 2013 Keluhan KU VS Mata Thoraks Abdomen Genital Diagnosis :: baik, CM, gizi kesan cukup : T : 120/80 mmHg RR : 20 x/menit N : 76 x/menit t : 36,7 C : CA(-/-), SI (-/-) : C/P dbn : supel, NT(-), kontraksi (+), tampak luka operasi tertutup verban, bising usus (+) normal : perdarahan (-), discharge (-) : post laparotomi eksplorasi pada ruptur pars ampularis tuba dekstra dan riwayat infertil primer 7 tahun tahun DPH III

Terapi : Awasi KU/VS Cefadroxil 2 x 500 mg Ferofort 2 x 1 tab Asam mefenamat 3 x 1 tab Metronidazole 3 x 500 mg Vitamin C 3 x 100 mg Medikasi Diit lunak Mobilisasi

ANALISIS KASUS DIAGNOSIS


1. Kehamilan ektopik terganggu Diagnosis kehamilan ektopik tidak selalu mudah ditegakkan karena spektrum gejalanya yang luas dari bentuk asimptomatik sampai bentuk yang jelas gawat akut abdomen dan disertai syok. Pada kasus ini diagnosa kehamilan ektopik terganggu pertama ditegakkan melalui anamnesis pasien. Berdasarkan hasil anamnesis didapatkan gejala klasik yang merupakan trias kehamilan ektopik yaitu nyeri perut kanan bawah, tidak menstruasi sejak 1,5 bulan yang lalu dan perdarahan melalui jalan lahir. Rasa nyeri pada kehamilan ektopik dapat beragam, baik sifat berat dan lokasinya. Dengan rupturnya lokasi kehamilan ektopik, pasien merasa nyerinya berkurang karena regangan serosa di lokasi itu berkurang atau hilang.

Pemeriksaan fisik obstetri menunjukkan Hegar sign (+), OUE tertutup, corpus uteri sebesar telur bebek, nyeri tekan (+), Slinger paint (+), cavum Douglasi menonjol menunjukkan adanya hematokel retrouterina.Pemeriksaan USG menunjukkan uterus ukuran 4x6x8 cm3, tampak gambaran hipoekhoik di adnexa kanan berbatas tegas, kesan gestational sact ukuran 2,5cm, tidak tampak fetal pole, tampak cairan bebas retrouterina. Pemeriksaan laboratorium Pada pemeriksaan darah didapatkan anemia serta leukositosis. Anemia dengan kadar Hb dan jumlah sel darah merah yang menurun menunjang adanya tanda-tanda perdarahan dalam rongga perut. Pada tes kehamilan menunjukkan PP test positif yang menunjang adanya kehamilan. Tetapi PP tes negatif tidak menyingkirkan kemungkinan KET karena kematian hasil konsepsi dan degenerasi trofoblas menyebabkan produksi HcG menurun sehingga mengakibatkan PP test negatif.

Pada laparotomi eksplorasi elektif Didapatkan rupture pars ampularis tuba dekstra

2. Infertilitas Infertilitas pada pasien ini ditegakkan melalui anamnesis yaitu setelah 7 tahun menikah pasangan ini belum mempunyai anak sedangkan riwayat KB tidak ada.

Analisis Kasus Penatalaksanaan


Penatalaksanaan dalam kehamilan ektopik terganggu tergantung pada beratnya gejala yang telah terjadi. Tindakan penanganan yang dilakukan bisa radikal atau konservatif. Tindakan radikal berarti mengutamakan keselamatan jiwa pasien dan tidak begitu menghiraukan kemampuan reproduksi kembali di kemudian hari. Umumnya dilakukan melalui laparotomi pada pasien dengan gejala yang berat dan secara hemodinamik keadanya tidak stabil. Tindakan pembedahan radikal adalah salpingektomi untuk kehamilan dalam saluran telur, histerektomi pada kehamilan servikal dan interstisial atau kornual, dan pada kehamilan di ovarium dilakukan ooforektomi. Pada pasien ini dilakukan dilakukan salphingectomi dekstra melalui laparotomi eksplorasi emergency.

Penatalaksaan pada pasien dengan kehamilan ektopik terganggu dengan riwayat infertilitas sekunder selama 7 tahun adalah dengan laparotomi eksplorasi elektif oleh karena pada pasien ini tidak didapatkan tanda akut abdomen, selain itu laparotomi eksplorasi ini bertujuan untuk mengetahui letak kehamilan ektopiknya sehingga dapat ditentukan prognosis untuk kehamilan yang berikutnya. Untuk menangani masalah infertilitas harus dilakukan dengan menganalisa keduabelah pihak yakni suami istri sebagai satu kesatuan, namun berhubung anamnesis dari pihak suami belum dilakukan maka kami membahas dari segi posisi istri .

Dari faktor- faktor yang telah disebutkan sebelumnya, pada pasien ini memiliki resiko infertilitas yakni pernah mengalami operasi ginekologis yakni pengangkatan kista, dimana akibat dari pengangkatan kista dapat terjadi; Gangguan fungsi tuba karena adanya sikatrik, hal ini dapat mengakibatkan terjadinya infertilitas ataupun kehamilan ektopik pada pasien ini. Namun untuk menegakkan mencari penyebab pasti infertilitas maka harus dilakukan pemeriksaan secara runtut seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Sehingga penatalaksanaan disesuaikan dengan penyebabnya. Pada pasien ini pemeriksaan terhadap infertilitasnya tidak dilakukan karena pasien datang ke Rumah sakit tidak mengeluhkan tentang infertilitasnya.

Prognosis infertilitas pada pasien ini dubia, karena menurut Jones and Pourmand (1962) pasangan yang telah dihadapkan pada kemungkinan kehamilan selama tiga tahun atau kurang dapat mengharapkan angka kehamilan sebesar 50 % yang lebih dari lima tahun menurun menjadi 30 %. Namun dengan kemajuan teknologi di bidang gynekologi, maka kemungkinan pasangan ini mempunyai anak masih ada.

Daftar Pustaka
Anonim. 2008. Ectopic Pregnancy. en.wikipedia.org/wiki/Pregnancy_ectopic. Tanggal akses 9 September 2013.

American Society for Reproductive Medicine. 2006. Ectopic Pregnancy a Guide for Patients. www.asrm.org/Patients/patientbooklets/ectopicpregnancy.pdf. Tanggal akses 9 September 2013.
Brandon, J. Bankowski, et al. 2002. The Johns Hopkins Manual of Gynecology and Obstetrics. Edisi 2. Lippincot Williams & Wilkins. Philadelphia Cuningham, M. G., et al. 2005. Williams Obstetrics. Edisi 22. McGraw Hill Company. New York. Hal: 253 63 Sepilian VP. 2007. Ectopic Pregnancy. www.emedicine.com/med/topic3212.htm. Tanggal akses 9 September 2013. Edmonds D K., 2007. Dewhursts Textbook of Obstetrics and Gynaecology. Edisi 7. Blackwell Publishing. Massachusetts. Hal : 106 15 Hanifa W. 1999. Ilmu Kandungan. Edisi 2. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. Hal : 250 - 60

TERIMA KASIH

Das könnte Ihnen auch gefallen