Sie sind auf Seite 1von 19

FOTOGRAFI

FORENSIK
RETNO SAWITRI
DEFINISI
Fotografi : seni dan penghasilan gambar dan
cahaya pada film atau permukaan yang
dipekakan
Fotografi forensik : pemotretan dengan
membuat gambar mengenai segala hal yang
diperlukan guna penyidikan dalam hal
pembuktian
Fotografi forensik penting untuk
dokumentasi bukti fisik penting bahwa
gambar harus diambil dan ditangani dengan
cara yang benar
Faktor-faktor yang dipertimbangkan
dalam fotografi forensik :
1. Identifikasi
2. Skala
3. Perspektif
4. Cropping
5. Latar belakang foto (Background)
6. Orientasi
7. Lighting
IDENTIFIKASI
Dalam setiap foto yang diambil
nama pasien,
nomor kasus,
tanggal pengambilan foto,
nama yang mengambil foto dan tanda
tangannya
SKALA
Pengukur / penggaris seharusnya memiliki permukaan yang dapat menyebarkan
sinar
Sebisa mungkin berwarna abu-abu untuk menghindari paparan (exposure) yang dapat
mengubah hasil pengambilan gambar.
Alat pengukur/penggaris sangat penting menampilkan ukuran.
Dalam foto sebaiknya dilakukan pengambilan sebanyak 2x
1. Dengan skala (penggaris)
2. Tanpa skala (penggaris)
Hal tersebut dilakukan untuk menghindari tuduhan menyembunyikan barang bukti
dengan penggaris
Penggaris yang sebaiknya
digunakan dalam fotografi
forensik Penggaris ABFO
dapat meminimalisir
distorsi pada foto dan
menjamin ketepatannya
PERSPEKTIF
Definisi : kedalaman atau hubungan spasial
antara objek dalam foto, serta dimensinya yang
berhubungan dengan sudut pandang
Efek perspektif diatur oleh jarak antara
kamera dengan obyek semakin jauh jarak
kamera dengan subyek, maka hasil yang
didapatkan semakin akurat.

Pada foto tersebut tampak
adanya distorsi.
CROPPING
Definisi : menghilangkan bagian tertentu dari suatu
gambar yang tidak diinginkan.
Suatu gambar/foto harus dapat menunjukkan
informasi yang cukup agar dapat mengarahkan
viewer dan secara jelas menunjukkan subjek dalam
foto tanpa adanya gangguan atau informasi yang
salah.

Potongan pada foto
tersebut tampak
menunjukkan
beberapa luka
dengan penunjuk
anatomis (mata dan
telinga)
LATAR
BELAKANG
Sebaiknya, latar belakang pada foto tidak mengganggu subjek
foto.
Secara ideal latar belakang berwarna netral, tidak bertekstur,
dan memiliki permukaan yang menyebarkan cahaya (tidak
memberikan efek memantulkan cahaya)
Penempatan latar belakang yang sehubungan dengan subjek
dapat mempengaruhi bayangan
Untuk menghindari terbentuknya bayangan terhadap subyek
pada hasil foto dengan menempatkan latar belakang yang
letaknya jauh dari subjek.

Alas yang digunakan pada
foto tersebut
menimbulkan masalah
karena adanya pantulan
cahaya. Hal tersebut
menimbulkan
overexposure pada tangan
yang menghilangkan detail
pada gambar tangan
tersebut sehingga luka
menjadi tidak tampak
ORIENTASI
Pengambilan foto
1. Secara keseluruhan terhadap subjek, sebaiknya diambil 2 foto
2. Pengambilan foto secara orientasional (regional) meliputi daerah yang diinginkan
sehubungan dengan penanda anatomis
3. Pengambilan foto secara close up fokus pada subjek (luka-luka) yang diinginkan.
Dalam mengidentifikasi luka tertentu dapat dikonfirmasi pada foto secara orientasional
(regional)
Pada foto tersebut,
mata dan telinga
merupakan
penanda anatomis
dan skala pengukur
diletakkan secara
horizontal.
Foto close up luka
LIGHTING
Jika memungkinkan, pengambilan foto dilakukan
pada siang hari atau dengan pencahayaan pada latar
belakangnya.
Adanya cahaya yang terlalu terang, atau permukaan
yang reflektif menghasilkan foto yang
overexposure dan cedera akan menjadi kurang
terlihat pada foto tersebut.
SUMBER :
1. Monash Forensic Photography
2. Ozkalipci Onder, MD, Volpellier Mulier, MD. Photographic documentation, a practical guide for
non professional forensic photography. Torture vol.20 [1]. 2010
TERIMA
KASIH

Das könnte Ihnen auch gefallen