Sie sind auf Seite 1von 30

Analisa Teknis Ballast Water

Treatment dengan Menggunakan


Economizer yang Memanfaatkan
Panas Gas Buang Mesin Induk Kapal
Sebagai Pemenuhan Persyaratan
International Ballast Water
Management Pada Kapal MV. Leader
Win
Pengusul:
Nama : Wiwin Rohmawati
NRP
: 4214106006

Dosen Pembimbing :
Nama : Ir. Hari Prastowo, M.Sc.
NIP : 1965 1030 1991 02 1001

OUTLINE
i JUDUL
ii OUTLINE
1. LATAR BELAKANG
2. RUMUSAN MASALAH
3. BATASAN MASALAH
4. TUJUAN
5. MANFAAT
6. TINJAUAN PUSTAKA
7. METODELOGI
8. JADUAL PELAKSANAAN
9. DAFTAR PUSTAKA

1 Latar Belakang
IBWT

Method
Regulati
on

Ballast
Water
Treatment

Ballast
Water
Condition

Case

IMO
SECTION

D - STANDARDS FOR BALLAST WATER MANAGEMENT


Regulation D-1 Ballast Water Exchange Standard
1.

2.

Ships performing Ballast Water exchange in accordance with this regulation


shall do so with an efficiency of at least 95 percent volumetric exchange of
Ballast Water.
For ships exchanging Ballast Water by the pumping-through method,
pumping through three times the volume of each Ballast Water tank shall
be considered to meet the standard described in paragraph 1. Pumping
through less than three times the volume may be accepted provided the
ship can demonstrate that at least 95 percent volumetric exchange is met.

.
Regulation
1.

D-2 Ballast Water Performance Standard


Ships conducting Ballast Water Management in accordance with this
regulation shall discharge less than 10 viable organisms per cubic metre
greater than or equal to 50 micrometres in minimum dimension and less
than 10 viable organisms per millilitre less than 50 micrometres in
minimum dimension and greater than or equal to 10 micrometres in
minimum dimension; and discharge of the indicator microbes shall not
exceed the specified concentrations described in paragraph 2.

IMO
2.

Indicator microbes, as a human health standard, shall


include:
3. Toxicogenic Vibrio cholerae (O1 and O139) with less
than 1 colony forming unit (cfu) per 100 millilitres or
less than 1 cfu per 1 gram (wet weight) zooplankton
samples ;
4. Escherichia coli less than 250 cfu per 100 millilitres;
5.

Intestinal Enterococci less than 100 cfu per 100


milliliters.

Case
In this time, ballast water become
an impotant attention beside issue
of water soil and supposed also
become
source
of
global
microorganisme dissemination.

Method
BALLAST WATER MANAGEMENT

PORT-BASED

TREAT AFTER
DEBALLASTING

SHIPBOARD

BALLAST WITH
TREATED WATER

ONBOARD TREATMENT

BALLAST WATER
EXCHANGE
Emptying & Refiling Method
Flow -through Exchange

Land-based Facilities

PHYSICAL M ETHODS

M ECHANICAL METHODS

CHEMICAL METHODS

Filtration
Cyclonic

Ultraviolet ( UV )
Heat ( in transit )
Ultrasound
Magnetic Field
Electrical Field

Biocides
Chlorine
Ozone
Hydrogen Peroxide
Organic Chemical

2 Rumusan Masalah
1. Apakah panas yang dari gas buang mesin induk kapal
dapat digunakan sebagai ballast water heater untuk
kebutuhan ballast water treatment sebagai pemenuhan
persyaratan International Ballast Water Management ?

2. Bagaimana Mekanisme ditribusi panas dari gas buang


menuju tangki-tangki ballast kapal?

3. Bagaimana Spesifikasi Economizer yang sesuai dari


perhitungan kebutuhan panas yang di distribusikan ke
tangki-tangki ballast kapal?

3 Batasan Masalah
1. Dalam Tugas Akhir ini nantinya menggunakan data utama kapal dan spesifikasi
mesin induk kapal MV. Leader Win.

2. Sumber Panas sesuai dengan spesifikasi dari exhaust gas mesin induk MV. Leader
Win.

3. Temperatur untuk mematikan microorganisme pada air ballast yaitu mengacu


pada penelitian saudari Yolanda Putri Yudha ( Jurusan Teknik Sistem Perkapalan,
Fakultas Teknologi Kelautan, ITS Surabaya)

4. Drawing sebagai key plan dan isometri diagram system ballast dan economizer.

5. Tugas akhir ini mengacu pada standart International Maritime Organization (IMO).

4 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengaruh
panas dari gas buang mesin
induk kapal MV. Leader Win
terhadap mikroorganisme yang
di dalam air ballast kapal,
sebagai salah satu metode
ballast water treatment sesuai
dengan standart IMO mengenai
International
Ballast
water
Management.

2.
Untuk
menghitung
kebutuhan
energi
panas
terhadap mikroorganisme dan
skenario pemanasannya.

3. Melakukan modifikasi desain


dan key plan untuk ballast
water treatment.

4. Menyusun Material
Requirment Plan (MRP)

5 Manfaat

1. Mahasiswa dapat memahami serta mengaplikasikan analisa


teknis perlakuan panas terhadap air ballast menjadi garis besar
3. 2.
4.
Memberikan
rekomendasi
perlakuan
airyang
ballast
yang
sesuai
Memberikan
Meminimalisir
pencemaran
teknologi
sesuai
air teknis
laut
metode
yang
mengandung
ada
untuk
judul
Tugas inovasi
Akhir
Penulis.
dengan
regulasi
maritim
membunuh
mikroorganisme
mikroorganisme
ketika dilakukan
pada airdunia
pertukaran
ballast.
air(IMO)
ballast

6 TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Standart
Management
Air
ballast
filtration
berdasarkan
IMO
(ANNEX III Section
D)
II.3 Jenis
Mikroorganisme
(sesuai IMO)
II.3.1 Karakteristik
Mikroorganisme
II.3.2 Dampak
mikrooorganisme di dalam
air ballast

II.5 Temperatur
Engine

II.2 Air Ballast

II.4 Pengaruh
Temperatur Terhadap
Perkembangan
Mikroorganisme
Di
Dalam
Air
Ballast
(Berdasarkan
Penelitian
Sebelumnya)

II.6 Economizer

6 TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Standart Management Air ballast filtration berdasarkan
IMO (ANNEX III Section D)

IMO
(ANNEX
III
Section
D)

6 TINJAUAN PUSTAKA
II.2 Air Ballast

6 TINJAUAN PUSTAKA
II.3

Jenis Mikroorganisme (sesuai IMO)


II.3.1 Karakteristik Mikroorganisme

KARAKTERISTIKVibrio Cholerae

Vibrio choleraeadalah organisme gram negatif dan bakteri yang tidak


membentuk spora.V. choleraedapat tumbuh pada suhu 10-43 oC, dengan
suhu optimal 37oC.V. choleraejuga dapat bertahan hidup dalam lemari
pendingin dan bertahan hidup dalam kondisi lembab, rendah asam, makanan
dingin selama 2 minggu atau lebih.V. choleraejuga dapat bertahan untuk
waktu yang lama pada suhu pembekuan.Rentang pH untuk pertumbuhanV.
choleraeadalah 5,0-9,6, dengan pH optimum pada 7,6.V. choleraetoleran
terhadap pH tinggi tetapi tidak asam dan tidak aktif pada nilai pH 4.5 pada
suhu kamar.PertumbuhanV. choleraeakan meningkat dengan adanya
konsentrasi garam yang rendah. Organisme ini sensitif terhadap pengeringan
dan bertahan hanya selama kurang dari 48 jam dalam makanan kering.
V. choleraemerupakan organisme fakultatif anaerob (tumbuh dengan atau
tanpa oksigen). Namun pada kondisiaerobik,V. choleraejuga dapat tumbuh
dengan baik. Organisme ini tidak tahan terhadapdesinfektanyang biasanya
digunakan dalam lingkungan pengolahan makanan.V. choleraetidak tahan
panas dan dapat mati pada suhu pasteurisasi yaitu 60 oC selama 2,65 menit
dan 71oC selama 0,30 menit. Memasak pada suhu 70 oC biasanya cukup untuk
menginaktivasiV. cholera(Lawleyet al., 2008).

6 TINJAUAN PUSTAKA
II.3

Jenis Mikroorganisme (sesuai IMO)


II.3.1 Karakteristik Mikroorganisme

KARAKTERISTIK Intestinal Enterococci

Nama Enterocoque pertama kali digunakan oleh Thiercelin pada surat


kabar di Prancis pada tahun 1899 untuk mengidentifikasi organisme pada
saluran intestinal. Pada tahun 1930, Lancefield mengelompokkan
Enterococci sebagai Streptococci grup D. Kemudian pada tahun 1937,
Sherman mengajukan skema klasifikasi dimana nama enterococci hanya
digunakan untuk streptococci yang dapat tumbuh pada 10C dan 45C,
pada pH 9,6 dan dalam 6,5 % NaCl serta dapat bertahan pada suhu 60C
selama 30 menit. Akhirnya pada tahun 1984, berdasarkan perbedaan
genetik, enterococci dipindahkan dari genus Streptococcus dan ditempatkan
di genusnya sendiri yaitu Enterococcus. Sejak diklasifikasikan sebagai
Entrococcus pada tahun 1984, Enterococcus faecalis sangat dikenal sebagai
salah satu bakteri yang resisten terhadap beberapa janis antibiotik. Bakteri
ini memiliki resistensi alami terhadap beberapa antibiotik. Lebih dari 25%
dari genom Enterococcus faecalis secara eksogen menyebabkan resistensi
terhadap antibiotik stongest dan antibiotik lainnya. Enterococcus faecalis
sering terjadi di rumah sakit sebagai penyebab infeksi sekunder.

6 TINJAUAN PUSTAKA
II.3

Jenis Mikroorganisme (sesuai IMO)


II.3.1 Karakteristik Mikroorganisme

KARAKTERISTIK Bakteri E. Coli

Bakteri E. coli mempunyai dinding sel yang kaku, berpori dan


berguna untuk memberikan bentuk tertentu pada sel serta
berperan sebagai pelindung. Dinding sel diklasifikasikan sebagai
antigen O. Berdasarkan komposisi dinding sel dan pewarnaannya
itulah E. coli digolongkan sebagai bakteri Gram negatif. Bakteri
Gram negatif diketahui tidak tahan terhadap perlakuan fisik
(bakteri akan mati pada suhu 60OC selama 30 menit). Namun,
bakteri ini lebih tahan terhadap antibiotik golongan penisilin dan
golongan lainnya seperti streptomisin.

6 TINJAUAN PUSTAKA
II.3

Jenis Mikroorganisme (sesuai IMO)


II.3.2 Dampak mikrooorganisme di dalam air ballast

6 TINJAUAN PUSTAKA
II.4 Pengaruh
Temperatur
Mikroorganisme Di Dalam
Penelitian Sebelumnya)

Terhadap
Perkembangan
Air Ballast (Berdasarkan

Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan oleh


saudara Yolanda Putri Yudha, alumni mahasiswi Institut
Teknologi Sepuluh Nopember, Fakultas Teknologi
Kelautan, Jurusan Teknik Sistem Perkapalan angkatan
2010 mengenai Ballast Treatment (Ecogreenship)
disebutkan pada bagian kesimpulan yaitu Dari analisa
hasil perhitungan, distribusi temperatur antara gas
buang dan air ballast yang sebelumnya 280C menjadi
600C dapat membunuh mikroorganisme di dalam air
ballast. Pada daerah tertentu sebagai contoh Vibrio
Cholera sangat resistance terhadap suhu tinggi
sehingga mampu bertahan sampai dengan temperatur
sekitar 1700C, di daerah inilah gas inert dari gas buang
berperan penting. Peranannya yaitu mengkontaminasi
oksigen di dalam air ballast dengan gas inert sehingga
terjadi perubahan pH air laut yang ekstrim serta
hilangnya kemampuan mikroorganisme untuk
membentuk energi akibat kekurangan oksigen
menyebabkan virus sejenis Vibrio Cholera mati.

6 TINJAUAN PUSTAKA
II.5 Temperatur Engine

Balaji dan Yaakob telah menganalisis ketersediaan


panas di papan tanker operasional, mengingat semua
limbah panas yang tersedia. Kisaran suhu pada mesin
diesel kapal untuk propulsi dan tujuan tambahan akan
menjadi sekitar 200-450 C, tergantung pada beban.

6 TINJAUAN PUSTAKA
II.6 Economizer

Economizer pada dasarnya merupakan alat penukar


panas yang mempunyai fluida kerja yang berbeda yaitu
gas dan air (cair). Pada perancangan economizer, unjuk
kerjanya ditentukan oleh fluida yang mempunyai
koefisien perpindahan panas yang rendah yaitu gas.
Karena
itu,
berbagai
usaha
dilakukan
untuk
meningkatkan kecepatan perpindahan panas (Qt). Hal
ini dilakukan dengan :
Meningkatkan koefisien perpindahan panas total (n)
dengan mengatur susunan tubins / properti fin
Meningkatkan luas kotak/ lubang perpindahan panas
(Atot)

Skema System Ballast Treatment


Direct System (menggunakan Coil)

Skema System Ballast Treatment


Indirect System (Heat Exchanger)

7. METODOLOGI
Mulai

Identifikasi dan Perumusan Masalah

Studi Literatur

Pengumpulan data :
Data Utama Kapal
Data Performance Main
Engine
Data Kriteria Mikroorganisme

Buku
Catalog
Internet
Jurnal
Paper

7. METODOLOGI
A
Analisa data perhitungan

Desain modifikasi Economizer (by Design)

Pemilihan Skenario
atau simulasi ReDesign yang efektif
dan efisien

Tidak

Skenario Pemanasan Ballast


Water Treatment berdasarkan
Re-Design Key Plan Ballast
Water Treatment disertai
susunanMaterial Requirment
Plan (MRP)
susunan Material Requirment
Plan (MRP)
Ya

7. METODOLOGI
B
Kesimpulan dan
Saran

Selesai

8. JADUAL PELAKSANAAN
No

Jenis Kegiatan

Studi Literatur dan


Penumpulan Data

Analisa data dan


perhitungan

Desain modifikasi
Economizer (by
Design)

Skenario Pemanasan
Ballast Water Treatment
berdasarkan Re-Design
Key Plan Ballast Water
Treatment disertai

Kesimpulan dan Saran

Bulan ke 1

9. DAFTAR PUSTAKA

Balaji, R. and O. Yaakob. 2015. Optimisation of a Waste Heat Exchanger


for Ballast Water Treatment. Scientia Iranica. 22(3): 871-882.

IMO, 2004. INTERNATIONAL CONFERENCE ON BALLAST WATER


MANAGEMENT FOR SHIPS. Section D. Adpted on 16 Februari 2004.

Yhuda, Y. P. 2014. ECOGREENSHIP Konsep Water Ballast Treatment


Memanfaatkan Gas Inert Temperatur Tinggi Dari Gas Buang Mesin Induk
Untuk Mengurangi Mikroorganisme Air Ballast

Pada Kapal. Teknik

Sistem Perkapalan ITS. Surabaya.

Ganapathy, V. 1993. Steam Plant Calculations Manual. Marel Deklur Inc.


New York.

THANKS!
Any
questions?

Das könnte Ihnen auch gefallen