Sie sind auf Seite 1von 16

TUBERKULOSIS PARU

Pengertian
SPO PNPK

Penyakit menular TB paru adalah kasus TB


langsung yang yang melibatkan parenkim
disebabkan oleh paru atau trakeobronkial. TB
kuman TB milier diklasifikasikan
(Mycobacterium sebagai TB paru karena
tuberculosis) yang terdapat lesi di paru. Pasien
menyerang jaringan yang mengalami TB paru dan
paru. Tidak termasuk ekstraparu harus
pleura. diklasifikasikan sebagai
kasus TB paru.
Anamnesis
SPO PNPK
Batuk berdahak terus Sama seperti PNPK kecuali poin:
menerus selama lebih dari 3 Batuk produktif lebih dari dua
minggu minggu
Batuk darah Menurun berat badan
Sesak napas Keringat malam
Nyeri dada
Badan lemah
Nafsu makan menurun

Pemeriksaan Fisik
SPO PNPK
Tidak dijumpai tanda yang Idem
khas
Pemeriksaan Penunjang
SPO PNPK
Foto toraks Sama seperti PNPK, kecuali
Sputum BTA 3 kali poin:
Biakan BTA Pemeriksaan darah (LED,
LED limfositosis) tidak ada
Uji mantoux bila perlu rujukannya, dan tidak dianjurkan
dalam pedoman diagnosis TB
nasional maupun internasional

Penatalaksanaan Nonmedikamentosa
SPO PNPK
Perbaikan gizi, pendidikan Idem
kesehatan
Penatalaksanaan
Medikamentosa
SPO PNPK
Obat anti tuberculosis (OAT): rifampisin, Idem
INH, pyrazinamid, etambutol,
streptomycin.
Panduan OAT menurut panduan dari PDPI Idem
sesuai dengan tipe kasus penderita,
memperbaiki status gizi pasien dan bila
perlu pemberian hepatoprotektor
TB dengan malnutrisi disertai penurunan Tidak tercantum
kadar albumin (<2,7) dapat diberikan pada PNPK
Human Albutinin sampai kadar albumin
>3.
Penatalaksanaan
Medikamentosa
SPO PNPK

Khusus: mengatasi Pengobatan khusus untuk


komplikasi seperti hemoptisis massif, hemoptisis
hemoptisis massif, berulang dan destroyed lobe/ lung
hemoptisis berulang, tidak tercantum pada PNPK
penyebaran milier, Pengobatan TB milier
destroyed lobe/ lung, menggunakan lini pertama dengan
MDR diberikan antibiotic panduan 2RHZE/4RH. Pemberian
lini ke dua, kortikosteroid diberikan pada
Fluorokuinolon: keadaan: tanda/ gejala meningitis,
Ciprofloxacin 2x500 mg, sesak napas, tanda/ gejala toksik,
ofloxacin 400 mg selama demam tinggi
12 bulan.
Penatalaksanaan
Medikamentosa
SPO PNPK

Pada TB-DM, OAT pada prinsipnya sama


dengan TB tanpa DM, dengan syarat kadar
gula darah terkontrol, jika kadar gula
darah tidak terkontrol, maka lama
pengobatan dapat dilanjutkan sampai 9
bulan; penggunaan rifampisin akan
mengurangi efektivitas obat oral
antidiabetes (sulfonil urea) sehingga
dosisnya perlu ditingkatkan; hati-hati
dengan penggunaan etambutol, karena
efek samping etambutol pada mata,
sedangkan pasien DM sering mengalami
komplikasi kelainan pada mata
Penatalaksanaan
Medikamentosa
SPO PNPK

Pada TB-HIV, diberikan terapi tambahan


kotrimoksazol untuk mencegah infeksi lain;
pasien dengan HIV setelah dievaluasi dengan
seksama tidak menderita tuberculosis aktif,
sebaiknya diobati sebagai infeksi tuberculosis
laten dengan isoniazid selama 6-9 bulan
Paduan obat standar TB MDR di Indonesia
adalah minimal 6 bulan fase intensif dengan
paduan obat pirazinamid, etambutol,
kanamisin, levofloksasin, etionamid, sikloserin
dan dilanjutkan 18 bulan fase lanjutan dengan
paduan obat pirazinamid, etambutol,
levofloksasin, etionamid, sikloserin (6Z-(E)-
Kn- Lfx-Eto-Cs / 18Z-(E)-Lfx-Eto-Cs)
ASMA
Pengertian
SPO SPM Nasional
Gangguan inflamasi Suatu kelainan berupa
kronik jalan napas inflamasi (peradangan) kronik
yang melibatkan saluran napas yang
banyak sel inflamasi menyebabkan hipereaktivitas
sehingga bronkus terhadap berbagai
menimbulkan gejala rangsangan yang ditandai
periodik berupa dengan gejala episodik berupa
mengi, sesak napas, mengi, sesak napas, dada
dada terasa berat dan terasa berat dan batuk-batuk
batuk-batuk terutama terutama malam dan atau dini
malam dan atau dini hari yang umumnya bersifat
hari. Gejala ini reversibel dengan atau tanpa
bersifat reversibel pengobatan.
Anamnesis
SPO SPM Nasional
Riwayat serangan sesak - Apakah ada batuk berulang terutama malam
napas disertai mengi menjelang dini hari?
dan atau batuk berulang - Apakah pasien mengalami mengi atau dada
terasa berat atau batuk setelah terpajan
dengan atau tanpa
allergen atau polutan (pencetus)?
dahak akibat faktor - Apakah pada waktu pasien mengalami
pencetus dan dapat salesma (common cold) merasakan sesak di
hilang dengan atau dada dan salesmanya menjadi
tanpa pengobatan berkepanjangan (10 hari atau lebih)?
- Apakah ada mengi atau rasa berat di dada
atau batuk setelah melakukan aktifitas atau
olah raga?
- Apakah gejala gejala tersebut di atas
berkurang/hilang setelah pemberian obat
pelega (bronchodilator)?
- Apakah ada batuk, mengi, sesak di dada jika
terjadi perubahan musim/cuaca atau suhu
yang ekstrem (perubahan yang tiba-tiba)?
- Apakah ada penyakit alergi lainnya (rhinitis,
dermatitis atopi, konjungtivitis alergi)?
- Apakah dalam keluarga ada yang menderita
Pemeriksaan Fisik
SPO SPM Nasional
Ekspirasi memanjang Inspeksi: Pasien terlihat gelisah, sesak (napas
dengan atau tanpa mengi cuping hidung, napas cepat, retraksi sela iga,
(wheezing) retrasksi epigastrium, retraksi suprasternal),
sianosis
Palpasi: Biasanya tidak ada kelainan yang nyata
(pada serangan berat dapat terjadi pulsus
paradoksus)
Perkusi: Biasanya tidak ada kelainan yang nyata
Auskultasi: Ekspirasi memanjang, wheezing,
suara lendir
Pemeriksaan Penunjang
SPO SPM Nasional
Spirometri, uji bronchodilator, Faal paru dengan spirometer, arus
arus puncak ekspirasi (APE), puncak ekspirasi dengan peak flow rate
foto toraks untuk meter, uji reversibilitas (dengan
menyingkirkan penyakit lain bronchodilator), uji provokasi bronkus,
uji alergi (skin prick test), foto toraks
untuk menyingkirkan penyakit lain
selain asma
Diagnosis Banding
SPO SPM Nasional
Tidak ada - Penyakit paru obstruktif kronis
(PPOK)
- Bronkhitis kronis
- Gagal jantung kongestif
- Batuk kronik akibat lain lain
- Disfungsi laring
- Obstruksi mekanis
- Emboli paru
Penatalaksanaan
SPO SPM Nasional
- Terapi serangan akut - Terapi serangan akut
- Non medikamentosa: Oksigen, cairan - Serangan ringan: 2 agonis kerja cepat
infus yang sebaiknya diberikan dalam bentuk
- Medikamentosa: bronchodilator inhalasi. Bila tidak memungkinkan dapat
inhalasi/nebulizer (B2 agonis diberikan secara sistemik. Pada dewasa
antikolinergik), untuk serangan akut dapat dapat diberikan kombinasi dengan
diberikan s/d 3 kali dalam 1 jam, teofilin/aminofilin oral.
selanjutnya dapat diulang setelah 6-8 jam. - Serangan sedang: 2 agonis kerja cepat
Bronkodilator parenteral (adrenalin 1/1000, dan kortikosteroid oral
0,3 ml s.c terbutalin sub cutan 0,5cc bila (metilpredinsolon). Pada dewasa dapat
perlu), aminofilin drip 0,5 mg/kg berat ditambahkan ipratropium bromida
badan/jam, kortikostreoid sistemik apabila inhalasi, aminofilin IV (bolus atau drip).
terdapat kontraindikasi untuk kortikosteroid Bila perlu dapat diberikan oksigen dan
sistemik dapat diberikan kortikosteroid cairan IV.
inhalasi, antibiotic sesuai indikasi. - Serangan berat: Oksigen, cairan IV, 2
Penilaian ulang setelah 1 jam. Bila respons agonis kerja cepat, ipratropium bromida
baik dan stabil dalam 60 menit bisa rawat inhalasi, kortikosteroid IV, dan aminofilin
jalan. Bila respons tak sempurna perlu IV(bolus atau drip). Apabila 2 agonis
rawat inap dan bila respons buruk kerja cepat tidak tersedia dapat digantikan
pertimbangkan ICU dengan adrenalin subcutan.
Penatalaksanaan
SPO SPM Nasional
- Terapi jangka panjang - Terapi jangka panjang
- Non medikamentosa: menghindari - Edukasi
faktor pencetus, senam asma, - Obat asma terdiri dari obat pelega
pendidikan dan penyuluhan kesehatan dan pengontrol. Obat pelega
- Medikamentosa : anti inflamasi diberikan pada saat serangan asma,
(steroid inhaler/ oral dosis rendah) sedangkan oat pengontrol ditujukan
diberikan rutin dengan dosis untuk pencegahan serangan asma dan
disesuaikan dengan derajat asma. Bila diberikan dalam jangka panjang dan
perlu teofilin lepas lambat, 2 agonis terus menerus. Obat pengontrol antara
aksi lama diberikan rutin. Derajat amsa lain inhalasi kortikosteroid, 2
dievaluasi tiap 6 bulan. agonis kerja panjang, antileukotrien,
- Rawat jalan dan teofilin lepas lambat.
- Menjaga kebugaran dengan senam
asma

Das könnte Ihnen auch gefallen