Sie sind auf Seite 1von 17

COMPROMISED PATIENT

(KLASIFIKASI ASA)
Surya Triharsa
Andina Novita Sari
Lisna Mirna Kuntari
Muhamad Syafri

1
KLASIFIKASI ASA
Suatu sistem untuk menilai kesehatan pasien sebelum
operasi.
Tahun 1963 American Society of Anesthesiologist (ASA)
mengadopsi sistem klasifikasi status 5 kategori fisik :
1. Seorang pasien yang normal dan sehat.
2. Seorang pasien dengan penyakit sistemik ringan.
3. Seorang pasien dengan penyakit sistemik sedang -
berat.
4. Seorang pasien dengan penyakit sistemik berat yang
merupakan ancaman bagi kehidupan
5. Seorang pasien yang hampir mati tidak diharapkan
untuk bertahan hidup tanpa operasi.

2
ASA I
Patients are considered to be normal and
healthy.
Little or no anxiety. Little or no risk.
This classification represents a "green flag"
for treatment
Modifikasi perawatan dental tidak diperlukan

3
ASA II
Patients have mild to moderate systemic disease or are
healthy ASA I patients who demonstrate a more extreme
anxiety and fear toward dentistry.
Minimal risk during treatment. This classification
represents a "yellow flag" for treatment.
Examples: History of well-controlled disease states
including non-insulin dependent diabetes,
prehypertension, epilepsy, asthma, or thyroid conditions;
ASA I with a respiratory condition, pregnancy, and/or
active allergies. May need medical consultation.
Note: Patients who demonstrate a more extreme anxiety
and fear toward dentistry have a baseline of ASA II even
before their medical history is considered; that situation
raises the classification system
4
ASA III
Patients have severe systemic disease that limits
activity, but is not incapacitating.
If dental care is indicated, stress reduction
protocol and other treatment modifications are
indicated. This classification represents a
"yellow flag" for treatment.
Examples: History of angina pectoris, myocardial
infarction, or cerebrovascular accident,
congestive heart failure over six months ago,
slight chronic obstructive pulmonary disease, and
controlled insulin dependent diabetes or
hypertension. Will need medical consultation.

5
ASA IV
Patients have severe systemic disease that limits activity and is a
constant threat to life. Distress is present even at rest. Patients
pose significant risk since patients in this category have a severe
medical problem of greater importance to the patient than the
planned dental treatment.
Whenever possible, elective dental care should be postponed
until such time as the patient's medical condition has improved
to at least an ASA III classification.
This classification represents a "red flag" a warning flag
indicating that the risk involved in treating the patient is too
great to allow elective care to proceed.
Examples: History of unstable angina pectoris, myocardial
infarction or cerebrovascular accident within the last six months,
severe congestive heart failure, moderate to severe chronic
obstructive pulmonary disease, and uncontrolled diabetes,
hypertension, epilepsy, or thyroid condition. If emergency
treatment is needed, medical consultation is indicated.
6
COMPROMISED PATIENT :
PREGNANCY
Penggunaan rontgen dan obat selama kehamilan
harus mendapatkan perhatian khusus
Pemberian obat pada masa kehamilan merupakan
kontroversi, hal ini karena obat dapat bertransimi
melewati plasenta sehingga menghasilkan efek
toksik atau teratogenik terhadap fetus.
Idealnya tidak terdapat obat yang diberikan
sebelum kehamilan terutama pada trimester
pertama. Trimester ke dua merupakan periode
paling aman yang menyediakan perawatan gigi
rutin. Prosedur bedah yang signifikan sebaiknya di
tunda sampai melahirkan.

7
masa menyusui, walaupun transmisi obat minimal melalui
serum saat menyusui kepada bayi tidak signifikan tetapi
sebaiknya dihindari pemberian obat yang membahayakan
bayi.
Drg berkonsultasi dg dokter yg bertanggung jawab
sebelum pemberian obat utk ibu menyusui.
Pertimbangan alternatif meliputi penggunaan dosis obat
minimal , ibu disarankan menyimpan ASI nya didalam
botol sebelum perawatan, menyusui anaknya sebelum
perawatan dan menyarankan penggunaan formula untuk
bayi penggunaan obat selesai.
The US food and Drug administration (FDA) dan American
Academy of pediatric mempermasalahkan daftar obat
yang dianggap cocok untuk pasien yang sedang menyusui.

8
KATEGORI OBAT DALAM
KEHAMILAN MENURUT FDA
Obat kategori A : adalah golongan obat yang pada studi (terkontrol) pada kehamilan
tidak menunjukkan resiko bagi janin pada trimester I dan berikutnya. Obat dalam
kategori ini kecil kemungkinannya bagi keselamatan janin
Obat kategori B : golongan obat yang pada studi terhadap sistem reproduksi
binatang percobaan tidak menunjukkan resiko terhadap janin. Belum ada studi
terkontrol pada wanita hamil yang menunjukkan adanya efek samping kecuali
adanya penurunan fertilitas pada kehamilan trimester pertama, sedangkan pada
trimester berikutnya tidak didapatkan bukti adanya resiko
Obat kategori C : golongan obat yang pada studi terhadap sistem reproduksi
binatang percobaan menunjukkan adanya efek samping bagi janin. Sedangkan pada
wanita hamil belum ada studi terkontrol. Obat golongan ini hanya dapat
dipergunakan jika manfaatnya lebih besar ketimbang resiko terhadap janinnya.
Obat kategori D : golongan obat yang menunjukkan adanya resiko bagi janin. Pada
keadaan khusus obat ini digunakan jika manfaatnya kemungkinan lebih besar
dibanding resikonya. Penggunaan obat golongan ini terutama untuk mengatasi
keadaan yang mengancam jiwa atau jika tidak ada obat lain yang lebih aman.
Obat kategori X : golongan obat yang pada studi terhadap binatang percobaan
maupun pada manusia menunjukkan bukti adanya resiko bagi janin. Obat golongan
ini tidak boleh dipergunakan (kontraindikasi) untuk wanita hamil, atau kemungkinan
dalam keadaan hamil.

9
ANESTETIKUM LOKAL
Sebagian besar anestetikum lokal belum ditunjukkan
bersifat teratogenik terhadap manusia dan dianggap
relatif aman untuk digunakan selama kehamilan.
Semua anestetikum lokal dapat melewati plasenta
dan menyebabkan depresi pada janin, maka
pembatasan ke dosis minimal yang dibutuhkan untuk
kontrol nyeri yang efektif perlu dianjurkan.
Epinefrin yang merupakan hormon alami umumnya
dianggap tidak mempunyai efek teratogenik jika
diberikan bersama anestetikum gigi. Oleh karena
epinefrin diketahui merangsang fungsi
kardiovaskuler, maka pemberiannya membutuhkan
teknik yang cermat dan dosis yang tepat.

10
ANALGESIK
Aspirin harus dihindari, khususnya pada usia kehamilan
tua, oleh karena berhubungan dengan komplikasi
persalinan dan perdarahan pasca melahirkan pada ibu.
Penggunaan aspirin yang kronik di awal kehamilan
berhubungan dengan anemia pada wanita hamil.
Aspirin dan obat-obatan anti inflamasi non steroid
(NSAID) baru, seperti ibuprofen dan naproksen,
mempunyai mekanisme lazim untuk menghambat
sintesa prostaglandin yang terlibat dalam induksi
proses melahirkan, NSAID dapat memperpanjang masa
kehamilan.
Aspirin dan semua jenis NSAID lainnya harus dihindari,
khususnya selama trisemester ketiga kehamilan

11
ANTIBIOTIK
Jenis penisilin dan sefalosporin merupakan anti biotik yang
sangat lazim digunakan di bidang kedokteran gigi, yaitu
penisilin V-potasium, amoksisilin dan sefaleksin, umumnya
dianggap aman diberikan selama kehamilan. Klindamisin,
metronidazol dan erotromisin juga diyakini mempunyai risiko
yang kecil. Eritromisin estolat mungkin lebih cenderung
menyebabkan toksisitas hepatik pada pasien hamil dan
karenanya tidak dianjurkan.
Aminoglikosida, misalnya gentamisin, dapat menyebabkan
toksisitas pada janin jika diberikan pada akhir kehamilan.
Tetrasiklin, termasuk doksisiklin hiklat, telah ditunjukkan
berdampak menyebabkan diskoloraasi gigi dan penghambatan
perkembangan tulang pada janin. Kloramfenikol tidak boleh
diberikan selama kehamilan karena akan menyebabkan
toksisitas pada ibu dan kegagalan sirkulasi pada janin yang di
sebut gray syndrome.
12
COMPROMISED PATIENT :
DIABETES

13
14
15
COMPROMISED PATIENT :
CARDIOVASCULAR
Pasien dengan beberapa jenis kelainan kardiovaskuler
rawan terhadap stres fisik dan emosional selama
perawatan gigi, termasuk endodonti
Vasokontiktor tidak boleh diberikan pada pasien
dengan angina pektoris tidak stabil atau pasien
dengan hipertensi tidak terkontrol, aritmia
refraktori, miokardial infark (kurang dari 6 bulan),
stroke (kurang dari 6 bulan), operasi by pass koroner
(kurang dari 3 bulan), gagal jantung kongestif tidak
terkontrol, dan hipertiroid tidak terkontrol.
Anestesi lokal dengan atau tanpa vasokonstriktor
biasanya adekuat untuk prosedur perawatan
endodontik non bedah.

16
Pasien dengan riwayat bising jantung atau
katup mitral prolaps dengan regurgitasi,
demam rematik, atau kelainan jantung
bawaan harus diberikan antibiotik prifilaksis
sebelum terapi endodontik untuk mengurangi
resiko bakterial endokarditis.
Evaluasi yang cermat dari histori pengobatan
pasien meliputi status jantung pasien,
penggunaan antibiotik profilaksis yang
semestinya, dan strategi dalam pengurangan
stres akan menurunkan resiko penyakit
jantung lanjutan yang serius.
17

Das könnte Ihnen auch gefallen