Sie sind auf Seite 1von 99

SKENARIO 2

BLOK PANCA INDERA II


KELOMPOK TUTORIAL 12
Seorang wanita usia 36 tahun, buruh pabrik rokok yang
sudah bekerja selama 15 tahun di pabrik tersebut
sebagai buruh linting rokok, datang ke poli THT-KL
dengan keluhan hidung kanan kiri pilek ingus kental tidak
disertai berbau busuk sejak 3 bulan, kepala pening dan
nyeri di bagian pipi. 3 tahun yang lalu juga mengalami
pilek, ingus, kental, dan kepala pening hanya tidak
berbau, sudah sering berobat ke klinik perusahaan diberi
obat sembuh tapi beberapa hari kemudian kambuh, oleh
dokter klinik perusahaan dilakukan pemeriksaan foto
rontgen waters dengan hasil gambaran penebalan
mukosa sinus maksilaris kanan dan kiri disarankan terapi
Short Wave Diatermi serta minum obat dan sembuh.
Tetapi sakit yang sama sering kambuh hampir setiap
tahun sekali. Sakit yang diderita diawali dengan nyeri
pada gigi geraham atas kanan kiri sejak 4 bulan yang lalu.
Bersin-bersin tidak dikeluhkan, batuk kadang-kadang,
parau atau sesak tidak dikeluhkan. Pasien mempunyai
kebiasaan tidak memakai masker sesuai yang dianjurkan
dengan alasan muka panas dan bernafas tidak bebas.
Pada pemeriksaan rhinoskopi anterior didapatkan sekret
mukopurulen di meatus medius kanan dan kiri dan
dilakukan x foto rontgen waters kembali. Pada x foto
rontgen saat ini didapatkan gambaran perselungan pada
sinus maksilaris kanan dan kiri, serta ada gambaran air
fluid level dan direncanakan operasi.
KEYWORD
1. Wanita 36 tahun
2. Nyeri dibagian pipi
3. Buruh linting rokok
4. Didahului nyeri gigi geraham atas
kanan kiri
5. Pilek ingus kental tidak berbau
6. Kepala pening
7. Tidak memakai masker
KLARIFIKASI ISTILAH

Short wave diatermi adalah suatu alat


terapi yang menggunakan pemanasan pada
jaringan dengan mengubah energi
elektromagnetik menjdai energi panas
berfungsi untuk mengurangi spasme otot
dan mempercepat penyembuhan radang
(Gabriel J.F, 2010)
KLARIFIKASI ISTILAH

Foto rontgen waters adalah pemeriksaan


untuk menilai kondisi sinus maksilaris yang
memperlihatkan perselubungan air fluid
level dan penebalan mukosa (Posumah, Ali
dan Loho, 2011)
KLARIFIKASI ISTILAH

Rinoskopi anterior adalah pemeriksaan


rongga hidung dari depan dengan memakai
spekulum hidung. Di belakang vestibulum
dapat dilihat bagian dalam hidung. Saluran
udara harus bebasdan kurang lebih sama
pada kedua sisi. Pada kedua dinding lateral
dapat dilihat konka inferior. (Nurhidayah,
2013)
RUMUSAN MASALAH
1. Mengapa timbul rasa sakit di pipi dan gigi geraham
atas?
2. Mengapa ditemukan sekret mukopurulen di meatus
medius kanan kiri pada pemeriksaan rinoskopi
posterior?
3. Apa penyebab keluhan-keluhan pasien (batuk, ingus,
dan kepala pening)?
4. Apakah ada hubungan RPSos dan RPS pasien?
5. Mengapa pasien sudah diobati dengan short wave
diatermi dan sembuh tetapi kambuh kembali?
6. Apa diagnosis dan diagnosis banding pada skenario?
7. Mengapa dokter merencanakan operasi? Dan apa
indikasi dilakukan operasi?
8. Pemeriksaan penunjang apa saja yang dapat
dilakukan?
HIPOTESIS
1. Mengapa timbul rasa sakit di
pipi dan gigi geraham atas?

Gigi geraham (P2, M1, dan M2) akar


gigi sangat menonjol atau menembus
lantai sinus gigi geraham infeksi
nyeri gigi geraham infeksi
menembus ke sinus mengganggu
drainase sinus nyeri di pipi
sinusitis tipe dentogen.
2. Mengapa ditemukan sekret
mukopurulen di meatus medius
kanan kiri pada pemeriksaan
rinoskopi posterior?

Foto rontgen terlihat air fluid level


pada sinus maksila mukus/cairan
Infeksi pada sinus maksila bakteri
masuk bakteri berkembang di air
fluid level purulen
3. Apa penyebab keluhan-keluhan
pasien (batuk, ingus, dan kepala
pening)?
Batuk karena aspirasi sekret
Ingus karena paparan alergen
menyebabkan terjadinya faktor-faktor
proinflamasi meningkat sehingga terjadi
permeabilitas kapiler sehingga timbullah
sekret
Kepala pening karena penambahan
cairan pada sinus yang menambah
tekanan
4. Apakah ada hubungan RPSos
dan RPS pasien?

Kandungan pada tembakau iritan iritasi


mukosa hidung kerusakan silia (silia
menjadi pendek) bakteri mudah masuk
infeksi mengganggu drainase sekret
rhinitis
5. Mengapa pasien sudah diobati
dengan short wave diatermi dan
sembuh tetapi kambuh kembali?

Karena pasien bekerja tanpa


menggunakan APD yang sesuai tidak
menghilangkan faktor pencetus
Karena terapi tersebut dapat melebarkan
pembuluh darah dan bukan untuk
mengobati infeksi, cara kerja
memanaskan mukosa hidung sekretnya
encer sekret keluar
6. Apa diagnosis dan diagnosis
banding pada skenario?

Diagnosis rhinosinusitis maxilaris


Diagnosis banding rhinitis alergi
7. Mengapa dokter merencanakan
operasi? Dan apa indikasi
dilakukan operasi?
Diagnosis rhinosinusitis
Rhinosinusitis kronik yang tidak
sembuh dengan pengobatan medik
indikasi dilakukan operasi kelainan
mukosa menetap, adanya obstruksi
pada kompleks osteomeatal (KOM)
yang dapat menyebabkan
rhinosinusitis kronik
8. Pemeriksaan penunjang apa
saja yang dapat dilakukan?
Naso endoskopi
CT scan
Transiluminasi
Di kamar gelap
Lampu bertangkai dimasukkan rongga mulut,
sinar menembus rongga sinus maksila, terlihat
di pipi (infraorbital), dibandingkan kanan dan kiri
Sinus yang terisi cairan tampak suram atau
gelap
Aspirasi sinus (hanya untuk sin maksila dan atas
indikasi tertentu)
LEARNING OBJECTIVE
Mahasiswa dapat memahami dan
menjelaskan:

1.Anatomi dan fisiologi hidung dan sinus


2.Rhinosinusitis etiologi, epidemiologi, gejala
klinis, klasifikasi, patofisiologi, pemeriksaan
penunjang, tatalaksana, prognosis
3.Rhinitis alergi etiologi, epidemiologi, gejala
klinis, klasifikasi, patofisiologi, pemeriksaan
penunjang, tatalaksana, prognosis
4.Kesehatan dan keselamatan kerja
5.Peta Konsep dan pembahasan
ANATOMI FISIOLOGI
HIDUNG DAN SINUS
ANATOMI
HIDUNG DAN SINUS
PARANASALIS
Aninda Putri Mulyani
201410330311112
FISIOLOGI
HIDUNG DAN SINUS
PARANASALIS
Penyaring dan Proteksi
Fungsi ini berguna untuk membersihkan udara inspirasi
dari debu dan bakteri yang dilakukan oleh :
a. Rambut (vibrissae) pada vestibulum nasi
b. Silia
c. Palut lendir (mucous blanket). Debu dan bakteri akan
melekat pada palut lendir dan partikel partikel yang
besar akan dikeluarkan dengan refleks bersin. Palut
lendir ini akan dialirkan ke nasofaring oleh gerakan
silia.
d. Enzim yang dapat menghancurkan beberapa jenis
bakteri, disebut lysozime.
Air Conditioning
untuk mempersiapkan udara yang akan masuk ke dalam
alveolus. Fungsi ini dilakukan dengan cara :
a. Mengatur kelembaban udara : Fungsi ini dilakukan
oleh palut lendir.
b. Mengatur suhu : Fungsi ini dimungkinkan karena
banyaknya pembuluh darah di bawah epitel dan adanya
permukaan konka dan septum yang luas, sehingga
radiasi dapat berlangsung secara optimal. Dengan
demikian suhu udara setelah melalui hidung kurang
lebih 37 C.
Fungsi Respirasi
Pada inspirasi
udara masuk melalui nares anterior naik
ke atas setinggi konka media turun ke
bawah ke arah nasofaring, sehingga aliran
udara ini berbentuk lengkungan atau
arkus.
Pada ekspirasi, udara masuk melalui
koana dan kemudian mengikuti jalan yang
sama seperti udara inspirasi.
Fungsi Penghiduan

Sherwood, Lauralee. 2014. Fisiologi Manusia: dari sel ke sistem. Edisi 8.


Jakarta: EGC
Sherwood, Lauralee. 2014. Fisiologi Manusia: dari sel ke sistem. Edisi 8.
Jakarta: EGC
Fungsi Resonansi dan Fonasi

Penting untuk kualitas suara ketika berbicara dan


menyanyi.
Membantu proses pembentukan kata. Kata dibentuk
oleh lidah, bibir, palatum mole dengan konsonan
nasal (m, n, ng) dimana rongga mulut tertutup dan
rongga hidung terbuka, palatum molle turun untuk
aliran udara.
Reflek Nasal

Mukosa hidung merupakan reseptor refleks yang


berhubungan dengan saluran cerna, kardiovaskuler,
pernafasan dan untuk meningkatkan tekanan udara
didalam cavum nasi.
Contoh : iritasi mukosa hidung menyebabkan refleks
bersin dan nafas terhenti.
Rangsang bau tertentu menyebabkan sekresi kelenjar
liur, lambung dan pankreas.
REFLEK NASAL

iritasi terhadap saluran hidung


impuls aferen melewati nervus kelima menuju medula
Inspirasi
Epiglotis dan vocal cord tertutup rapat
Kontraksi otot pernafasan
Peningkatan tekanan paru
Epiglotis dan vocal cord terbuka tiba-tiba
uvula mengalami depresi
Fisiologi Sinus
FUNGSI SINUS
- Menghangatkan/melembabkan udara
- Membantu regulasi tekanan intranasal dan tekanan
gas
- Membantu pertahanan imun
- Peningkatan area permukaan mukosa
- Mengurangi berat tengkorak
- Peredam guncangan
- Memberikan resonansi suara
- Membantu pertumbuhan tulang wajah
Sistem Drainase Sinus Paranasal
Sinus Maksilaris
Drainase menuju meatus nasi media melalui hiatus semilunaris
Sinus Frontalis
Celah sempit resesus frontal infundibulum etmoid > celah antara prosesus
unsinatus dan konka media (meatus nasi media)
Sinus Sphenoidalis
Drainase menuju sphenoetmoidal recess
Sinus etmoidalis
Anterior : drainase menuju infundibulum dan meatus nasi media
Media : drainase menuju meatus nasi media atau bulla etmoidalis
Posterior : drainase menuju meatus nasi superior
DRAINASE SINUS Anterior
FRONTALIS & MAKSILARIS

41
DRAINASE SINUS Posterior
ETMOIDALIS & SFENOIDALIS
DRAINASE DUKTUS NASOLAKRIMALIS

Di meatus Nasi
Inferios
RHINOSINUSITIS
RHINOSINUSITIS
ETIOLOGI - EPIDEMIOLOGI
ETIOLOGI

Berdasarkan data dari National Center for


Health 2004, sekitar 13 % penduduk
dewasa Amerika Serikat (AS) pernah
mengidap sinusitis dalam jangka waktu 12
bulan.
Pada rinosinusitis akut, infeksi virus dan
bakteri patogen telah ditetapkan sebagai
penyebab utama.
Faktor etiologi rinosinusitis kronik, dikelompokkan
masing-masing berdasarkan faktor
genetik/fisiologik, lingkungan dan struktural.
Genetic/Physiologic Environmental
Structural Factors
Factors Factors
Airway hyperreactivity Allergy Septal deviation
Immunodeficiency Smoking Concha bullosa
Aspirin sensitivity Irritants/pollution Paradoxic middle
turbinate
Ciliary dysfunction Viruses Haller cells
Cystic fibrosis Bacteria Frontal cells
Autoimmune disease Fungi Scarring
Granulomatous Stress Bone inflammation
disorders Craniofacial
anomalies
Foreign bodies
Dental disease
Mechanical trauma
Barotrauma
DAFTAR PUSTAKA
Bacert, Claus, Ruby Pawankar. 2014. Chronic Rhinosinusitis. World
Allergy Organization Journal 2014 7:25.
Busquets JM, Hwang PH. Nonpolypoid rhinosinusitis: Classification,
diagnosis and treatment. In Bailey BJ, Johnson JT, Newlands SD,
eds. Head & Neck Surgery Otolaryngology. 4th ed. Vol 1.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 2006; 406-416.
Jackman AH, Kennedy DW. Pathophysiology of sinusitis.In Brook I,
eds. Sinusitis from microbiology to management. New York: Taylor
& Francis, 2006;109-129.
RHINOSINUSITIS
GEJALA KLINIS DAN
KLASIFIKASI
Klasifikasi Rhinosinusitis

RSBA
RSK
Rinosinusitis
Rinosinusitis
Bakterial
kronik
Akut

RSBA
berulang(rec
urrent
rinosinusitis)
The American Academy Of
Pediatric (AAP),2001,
Gejala Klinis
RSBA (Rinosinusitis Bakterial Akut)
Diawali dengan ISPA (Infeksi Saluran Nafas
Atas), membaik sendiri dalam 5 7 hari
Terdiri dari gejala mayor dan gejala minor

Gejala mayor Gejala minor


buntu hidung, batuk,
ingus purulen, febris,
sakit pada daerah tenggorok
muka (pipi, dahi, berlendir,
hidung), nyeri kepala,
gangguan nyeri geraham,
penciuman. mulut berbau
(Josephson dan Roy, 1999; Bachert dan Verhaeghe,
2002; Mulyarjo, 2003).
RSK (Rinosinusitis kronik)
Tanda-tanda dan gelaja RSK pada anak-
anak umumnya meliputi batuk malam
hari, rinore, buntu hidung,postnasal drip,
sakit kepala. Menurut Josephson danRoy,
(1999), sejumlah gejala tidak lainya
mungkin dapt menyesatkan dokter dalam
memastikan diagnosis rinosinusitis

Gejala-gejala
rinosinusitis (Josephson
dan Roy, 1999).
RSK Pada orang dewasa
Gejala lebih dari 12 minggu
Terdapat dua atau lebih gejala, salah
satunya harus berupa hidung tersumbat/
obstruksi/ kongesti atau pilek (sekret
hidung anterior/ posterior): nyeri wajah/
rasa tertekan di wajah penurunan/
hilangnya penghidu
RSBA berulang(recurrent rinosinusitis)
RSA > 4X setahun, min 8 minggu bebas
gejala
RHINOSINUSITIS
PATOFISIOLOGI
INFEKSI VIRUS

OEDEM MUKOSA

PENYUMBATAN OSTIUM

GANGGUAN DRAINASE/VENTILASI
OBSTRUKSI OSTIUM
HIPOKSIA

VASODILATASI DISFUNGSI KLJR


SILIA TERGANGGU
TRANSUDASI
SEKRET
KENTAL
STAGNASI SEKRET

PENUMPUKAN SEKRET
RS AKUT BAKTERIAL (RSAB)

PENUMPUKAN SEKRET
pH berubah
koloni kuman patogen
Pertahanan menurun, koloni kuman
meningkat
RSAB
DAFTAR PUSTAKA

Campbell GD. Pathophysiology of


Rhinosinusitis. In: (Adult chronic
sinusitis and its complication).
Pulmonary critical care update
(PCCU), 2008 :16, lesson 20,7
Widodo AK. 2013. Etiologi dan
Patofisiologi Rhinosinusitis. SMF Ilmu
Kesehatan THT Univrsitas Airlangga.
RHINOSINUSITIS
TATALAKSANA
Goals of Medical Therapy
for Acute Sinusitis

Control Infection
Facilitate sinus ostial patency and
drainage
Provide relief of symptoms
Evaluate and treat any predisposing
conditions to prevent recurrences
THERAPY
Decongestives/pain
acute
Saline washes
Antibiotics (oral, IV)
Corticosteroids (local, oral)
Surgery:
Adenoidectomy (child) chronic

Endoscopic sinus surgery (adult)


Antibiotic Therapy in Acute
Sinusitis
if Staph. aureus is suspected

Also useful if patient fails Rx with


antibiotics on previous slide
Cefuroxime axetil 500 mg po q 12h
Cefprozil 500 mg po q 12h
Cefpodoxime 200 mg po 12h
Loracarbef 400 mg po q 12h
Use of Topical Decongestants
for Rx of Acute Sinusitus

Ephedrine sulfate 1 % 2 sprays each


nostril q 4h
Phenylephrine HCl 0.25 to 0.5 % 2
sprays q 4h
Oxymetazoline HCl 0.05 % 2 sprays
q 12h Limit use to 3 to 5 days
to avoid rebound
vasodilatation and
"rhinitis
Use of Oral Decongestants for
Rx of Acute Sinusitis

Phenylpropanolamine HCl 12.5 mg


po q 4h or 75 mg q 12h (now not
available in U.S.A.)
Pseudoephedrine HCl 60 mg po q 6h
or 120 mg q 12h
Usually should be
continued for 4 weeks
STRENGTH OF EVIDENCE FOR
TREATMENT OF ACUTE
RHINOSINUSITIS
Therapy Level Recommendat Relevance
ion
antibiotic Ia (49 studies) A yes: after 5-
10days,
or in severe
cases
topical corticosteroid 1b (1 study) A yes
addition of topical Ib (5 studies) A yes
steroid to
Antibiotic
oral steroid no evidence D no
(1 study)
addition of oral Ib (1 study) B no
antihistamine
in allergic patients
nasal douche no evidence D no
(3 studies)
decongestion no evidence
EAACI Position Paper on Rhinosinusitis and D Yes as
(3 studies)
Nasal Polyps, Allergy 2005: 60: 583-601 symptomatic
relief
An update on acute
rhinosinusitis management:
antibiotics in adults
Cochrane Review Antibiotics for acute maxillary sinusitis

7330 subjects in 32 studies (10 double blind)


antibiotic vs. control (n=5)
newer, non-penicillin antibiotic vs. penicillin class
(n=10)
amoxicillin-clavulanate vs. other extended
spectrum antibiotics (n=10)

Confirmed radiographically or by aspiration, current


evidence is limited but supports penicillin or
amoxicillin for 7 to 14 days. Clinicians should weight
the moderate benefits of antibiotic treatment against
the potential for adverse effects

Williams Jr JW, The Cochrane Library 2003


Evidence for treatment of
rhinosinusitis with topical
corticosteroids plus
antibiotics - 1
Study Drug Antibiotic Number Effect X-ray
Meltzer, Momet. amox/clav 407 Significant No
2000 furuate effect in statisti
(340) congestion, cal
facial difference
pain, headache in
and CT
rhinorrhea. No outcom
significant e
effect in
postnasal drip
Nayak, Momet. amox/clav 967 Total symptom No
2002 furuate Score (TSS) was statisti
(341) improved cal
(nasal difference
congestion, in
facial pain, CT
Evidence for treatment of
rhinosinusitis with topical
corticosteroids plus
antibiotics - 2
Study Drug Antibioti Numb Effect X-ray
c er
Dolor, FP cefurox 95 Significant Not
2001 effect. done
(342) Effect
measured
As clinical
success
depending
on
Patients
self-
judgment
of
symptomati
Evidence for treatment of
rhinosinusitis with topical
corticosteroids plus
Study
antibiotics
Drug
- 3
Antibioti Numb Effect X-ray
c er
Barlan, Bud amox/cl 89 Improvemen Not
1997 av childr t in done
(343) en cough and
nasal
secretion
seen at
the end of
the
second week
of
treatment in
the
BUD group
Meltzer, Flunis amox/cl 180 Significant No
1993 ol. av sympt: effect
ANTIBIOTIC THERAPY FOR
SINUSITIS 2007
Penicillin Macrolide
Amoxicillin Erythromycin/sulfiso
Amoxicillin/clavulanate xazole
Clarithromycin
Azithromycin
Cephalosporin
Miscellaneous
Cefuroxime
Cefopodoxime Ketolides
Cefixime Quinalones
Cefprozil Metronidazole
Cefdinir Trimethoprin/sulfam
ethoxazole
Clindamycin
RECOMMENDED ANTIBIOTIC
CHOICES - 2007
First choice:
Amoxicillin/clavulante or cephalosporin
Good second choice: Clarithromycin

Back-ups:
Quinalones
Use metronidazole plus one of the above or
clindamycin when gram negative is suspected
Topical mupiricin very useful in select cases
An update on acute
rhinosinusitis management:
Antibiotics in acute

rhinosinusitis?
Dont treat viral common cold with antibiotics
Use symptomatic treatment in mild acute
rhinosinusitis
saline
decongestant
NSAID
Use topical steroids in acute and chronic sinusitis
(evidence)
Reserve antibiotics for severe acute presumably
bacterial
rhinosinusitis
Prescribe antibiotics based on local resistance
patterns
Short Wave Diathermy
SWD is a modality that produces deep
heating via conversion of
electromagnetic energy to thermal
energy. The pattern of heat produced
depend on:
Freq. used.
type of SWD unit.
water content of the tissues
INDIKASI
1. Resent burns. 8. Bells palsy.
2. Recent injuries. 9. Sub deltoid bursitis
ass. With
3. Plastic surgery. calcification.
4. Postoperative 10.Chronic arthritis
5. Post laminectomy 11.Degenerative
pain. complaints.
6. Sinusitis 12.PID (pelvic infla. Dis.)
7. TMJ disorders. 13.pain ass. With
herpes zoster
Efek Terapi SWD

1. Increase blood flow.


2. Help resolution of inflammation.
3. accelerate wound healing.
4. extensibility of deep collagen tissues.
5. joint stiffness.
6. Relief deep mus. Pain & spasm. ( via
muscle spindle & Golgi tendon organ
stimulation)
Anamnesis
Mukopurulent > 7
hari

Rinoskopi Perbaikan
Anterior

Sinusitis
Akut Sinusitis Kronis

Naso-Endoscopy/
AB Empiris Terapi tambahan: Faktor Predisposisi: Rontgen Polos/ CT
(2x24jam): Lini I Dekongestan oral + Septum Deviasi, scan/ Pungsi & Irigasi
Amoksil 3 x 500mg Topikal mukolitik, konka bulosa, sinus/ Sinuscopy
/ Cotrimoksazol 2 x analgetik, hipertrofi
480 mg + Terapi Pasien atopi: adenoid(pada anak)
Antihistamin/kortik Polip, kista, jamur,
tambahan Faktor
y osteroid dentogenik yy
Perbai a a
a Predisposisi ?
kan ? Teruskan AB tid
yang ak
mencukupi 7 Tatalaksana Terapi sesuai pada
Lini II AB (7 yang sesuai
Hari) : Amoks
14 hari episode akut lini II
Terapi tambahan:factor
+ Klav/ Dekongestan oral +
predisposisi
+ terapi tambahan
Teruskan AB y
Amphicillin Topikal mukolitik, a
Sulbactam yang Perbai
analgetik,
Cephalosporin mencukupi 7 kan? tid
Antihistamin/kortikosteroi
gen II/ III 14 hari ak
y
d(Pasien atopi), Diatermy,
Macrolide proet, irigasi sinus Teruskan AB alternative 7
Perbai a
+Terapi AB yang hari atau buat
kan?
Tambahan tid mencukupi kultur
ak
7 14 hari tid
Rontgen Polos/ CT
scan dan atau Naso- ak
Kemungkinan Perbai
Endoscopy (NE)
y Sinusitis Akut kan?
kelain a
an tid berulang tid Evaluasi kembali:
ak
Evaluasi Diagnosis terapi dengan ak NE, sinuskopi atau
Kembali terapi sinusitis CT jika belum
y
1.Evaluasi kronis a
Diagnosis Alergi Cari alur Tindakan
LPR (Refluks) diagnostic Bedah :
2.Kultur pungsi lain BSEF atau
DAFTAR PUSTAKA
A Richetti et al. 2002 J Laryngology &
Otology
Aukema, Mulder, Fokkens; JACI 2005
Boeis. 1997. Buku Ajar Penyakit THT.
Jakarta: EGC
EAACI Position Paper on Rhinosinusitis and
Nasal Polyps, Allergy 2005
Goats, G. C. (1989). Continuous short-wave
(radio-frequency) diathermy. British Journal
of Sports Medicine 23.
RHINITIS
RHINITIS
ETIOLOGI - EPIDEMIOLOGI
Farah Meidita Firdaus
201410330311104
DEFINISI

Rinitis alergi merupakan suatu peradangan


atau inflamasi pada mukosa hidung yang
disebabkan oleh reaksi alergi, dimana pasien
sebelumnya sudah terpapar dengan alergen
yang sama kemudian saat terpapar kembali
akan melepaskan mediator-mediator kimia
(imunoglobulin E). (Rafi, 2015)
ETIOLOGI

Umum Jarang
Jamur
Serbuk sari
Alternaria
Spora lumut
Cladosporium
Debu
Aspergillus
Tungau
Tempat kerja
Kecoa
Tepung
Bulu binatang seperti
Hewan laboratorium
kucing, anjing, kelinci
Serbuk kayu
EPIDEMIOLOGI

RSUD Arifin
Prevalensi WHO (2000) Achmad
Pekanbaru
Prevalensi rinitis Di Amerika Utara kasus rinitis alergi
alergi di Indonesia dan Eropa Barat terbanyak pada
mencapai 1,5- terjadi peningkatan umur 15-24 tahun
12,4% dan prevalensi rinitis (22,3%)
cenderung alergi dari 13-16% lebih banyak pada
mengalami menjadi 23-28% perempuan 128
peningkatan setiap dalam 10 tahun (57,92%)
tahunnya. terakhir. Gejala rinore
sebanyak 29
kasus (50,88%)
hidung tersumbat
14 kasus (24,56%)
DAFTAR PUSTAKA

Rafi, Muhammad, dkk.2015. Jom FK


Volume 2 No.2 Oktober 2015: Gambaran
Rinitis Alergi Pada Mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Riau Angkatan
2013-2014. Pekanbaru.
Angier, Elizabeth, et al.2010.Management
of Allergic and Non-allergic Rhinitis: A
Primary Care Summary of The BSACI
Guideline.London.
RHINITIS
GEJALA KLINIS DAN
KLASIFIKASI
GEJALA KLINIS RINITIS ALERGI

1. Bersin

Bersin disebabkan oleh iritasi histamin pada


saraf sensorik (trigeminus) di mukosa
hidung yang ditransmisikan ke pusat bersin
di medulla oblongata. Efek iritan dari
histamin pada saraf sensorik dibangkitkan
oleh alergi dan menyebabkan bersin.
GEJALA KLINIS RINITIS
ALERGI
2. Watery Rhinorrhea

Reseptor H1 terdapat di sel endotel yang apabbila


diinduksi dapat menaikkan permeabilitas kapiler dan
rinore.

Iritasi saraf sensorik pada mukosa hidung


menyebabkan eksitasi saraf parasimpatis, dan
menyebabkan refleks bersin. Hal ini memicu
pelepasan asetilkolin oleh saraf parasimpatis yang
dapat meningkatkan sekresi kelenjar.
GEJALA KLINIS RINITIS ALERGI

3. Pembengkakan Mukosa Hidung

Pelepasan sitokin dan aktivasi sel endotel


menyebabkan terjadinya fase lambat yang
ditandai dengan penebalan mukosa hidung.
KLASIFIKASI RINITIS ALERGI
1. Berdasarkan Waktu
2. Berdasarkan Gejala
3. Berdasarkan Tingkat Keparahan
4. ARIA (WHO)
Saat ini digunakan klasifikasi rinitis alergi berdasarkan rekomendasi dari WHO
ARIA (Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma), yaitu berdasarkan sifat
berlangsungnya dibagi
RHINITIS
PATOFISIOLOGI
RHINITIS
PEMERIKSAAN -
TATALAKSANA
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan serum IgE


Hitung jenis sel darah tepi
Pmx sitologi nasal dan mukosa hidunng
Radiologi (ct scan atau MRI)
Prick test
TATALAKSANA

1. Menghindari atau mengeliminasi alergen


2. Farmakoterapi
a. Antihistamin
b. Dekongestan
c. Ipraropium Bromide
d. Kortikosteroid
3. Imunoterapi
KESEHATAN DAN
KESELAMATAN KERJA
PETA KONSEP
Buruh Linting
Ny X 36 th Rokok selama 15
tahun
Keluhan utama :
Pilek hidung kanan
Tidak suka
kiri
memakai
ingus kental tidak
masker
berbau
Kepala pening
nyeri bagian pipi
Nyeri graham atas

Pemeriksaan Foto
Pemeriksaan Rhinoskopi
Rontgen:
anterior:
Gambaran perselubungan
Sekret mukopurulen pada
sinus maksilaris dextra et
meatus nasi anterior
sinistra
Gambaran air fluid level

Diagnosis Medikamentos
Rinosinusitis a
kronik sinus Tatalaksa
maksilaris dextra na
et sinistra Non-
medikamentosa
Rinosinusitis
kronik sinus
maksilaris dextra
et sinistra
Tatalaksa
na

Non- Medikamentos
medikamentosa a

-Pencucian -Antibiotik (untuk bakteri


rongga hidung gram negatif dan anaerob
dengan NaCl - Analgesik
- Irigasi sinus - Mukolitik
maksila - Steroid topikal/oral
-Pembedahan
sinus

Das könnte Ihnen auch gefallen