Sie sind auf Seite 1von 28

HEPATITIS B DAN VAKSINASINYA

KELOMPOK 6A
Latar belakang
Hepatitis virus akut merupakan infeksi sistemik yang dominan
menyerang hati dan merupakan urutan pertama dari berbagai
penyakit hati di seluruh dunia.

Prevalensi anti HCV pada donor darah di beberapa tempat di


Indonesia menunjukkan angka di antara 0.5-3,37%.
Sedangkan prevalensi anti HCV pada hepatitis virus akut
menunjukkan bahwa hepatitis C (15,5-46,4%) menempati
urutan kedua setelah hepatitis A akut (39,8-68,3%) sedang
urutan ketiga hepatitis B (6,4-25,9%).
Data-data menunjukkan bahwa bayi yang terinfeksi VHB sebelum usia 1
tahun mempunyai resiko kronisitas sampai 90%, sedangkan bila infeksi
VHB terjadi pada usia antara 2- 5 tahun risikonya menurun menjadi 50%,
bahkan bila terjadi infeksi pada anak berusia di atas 5 tahun hanya berisiko
5-10% untuk terjadinya kronisitas.

Prevalens HBsAg di berbagai daerah di Indonesia berkisar antara 3-20%,


dengan frekuensi terbanyak antara 5-10%. Pada umumnya di luar Jawa
angka ini lebih tinggi. Di Jakarta prevalens HBsAg pada suatu populasi
umum adalah 4,1%.
DEFINISI
Penyakit infeksi akut yang menyebabkan peradangan hati yang disebabkan
oleh Virus Hepatitis B. Infeksi HBV mempunyai 2 fase akut dan kronis :
Akut, infeksi muncul segera setelah terpapar virus itu. beberapa kasus
berubah menjadi hepatitis fulminan.
Masa inkubasi 15-180 hari (rata-rata 60-90 hari)
Viremia berlangsung selama beberapa minggu sampai bulan setelah
infeksi akut
Sebanyak 1-5% dewasa, 90% neonatus dan 50% bayi akan berkembang
menjadi hepatitis kronik dan viremia yang persisten
Kronik, bila infeksi menjadi lebih lama dari 6 bulan
ETIOLOGI
Virus hepatitis B: virus DNA
Family: Hepadnaviridae
Ukuran: 42 nm dan berbentuk
seperti bola
Nukleokapsid ini berukuran 27
nm dan mengandung genom
(DNA) VHB yang sebagian
berantai ganda (partially double
stranded) dengan bentuk sirkular.
Selama infeksi VHB, terdapat 2
macam partikel virus yang
terdapat dalam darah yaitu : virus
utuh (virion) yang disebut juga
partikel Dane dan selubung virus
yang kosong (HBsAg).
Ukuran kapsul virus kosong
berukuran 22 nm, dapat
berbentuk seperti bola atau
filament.
Cara transmisi
Melalui darah : penerima produk darah, IVDU, pasien
hemodialisis, pekerja kesehatan, pekerja yang terpapar darah,
Transmisi seksual
Penetrasi jaringan (perkutan) atau permukosa : tertusuk
jarum, penggunaan ulang alat medis yang terkontaminasi,
penggunaan bersama pisau cukur, tato, akupunktur,
penggunaan sikat gigi bersama
Transmisi maternal neonatal: Transmisi perinatal dari ibu yang
terinfeksi virus hepatitis B (VHB) ke bayi.
Tak ada bukti penyebaran fecal-oral
PATOGENESIS
HBV->hepatosit (antigen nukleoplasmid, HBcAG, HBeAG + MHC Mayot
kelas 1 -> sel T sitotoksik.
Akut: sistem imun diaktivasi utk pembersihan virus + ^ serum
transaminase => anti-HBs.
->Aktivasi sistem imun nonspesifik (interferon)-> meningkatkan ekspresi HLA
kelas 1 diperlukan sel hepatosit. Agar sel T mengenal hepatosit yang
terinveksi dan melisiskanya.
->APC: makrofag, sel Kupffer memfagosit VHB.
->APC mempresentasikan antigen VHB oleh HLA Kelas 2 pada CD 4 (sel Th)
=>kompleks imun.
->Th0 menjadi Th1 memproduksi IL-2 dan IFN y melisis hepatosit dan virus.
-> IL-12 mengaktifkan sel NK untuk meresolusi virus.
Klinis HBV umumnya dibagi menjadi 4 stadium :
Stadium I
Bersifat imun toleran. Pada neonatus, stadium ini dapat berlangsung
hanya 2-4 minggu
replikasi virus dapat terus berlangsung walaupun serum ALT hanya sedikit
dan asimptomatis

Stadium II
muncul respons imun dan berkembang mengakibatkan stimulasi sitokin
dan menyebabkan sitolisis hepatosit secara langsung dan terjadi proses
inflamasi. HBeAg tetap diproduksi, tetapi serum DNA-VHB menurun
jumlahnya karena sel yang terinfeksi juga menurun.
Pada hepatitis B akut, stadium ini merupakan periode simtomatik dan
umumnya berlangsung selama 3-4 minggu.
Pasien hepatitis kronis: berlangsung selama 10 tahun atau lebih, yang
kemudian akan melanjut sitosis dan komplikasinya.
Stadium III
Dimulai ketika pejamu mampu mempertahankan respons imunnya
dan mampu mengeliminasi sel hepatosit yang terinfeksi sehingga
sel yang terinfeksi menurun jumlahnya dan replikasi virus aktif
berakhir.
Pada stadium ini tidak terdapat lagi HBeAg dan kemudian muncul
antibody terhadap HBeAg. Penurunan jumlah DNA virus yang
bermakna ditemukan walaupun DNA-VHB pasien tetap positif.

Stadium IV
HBsAg menghilang dan timbul antibody terhadap HBsAg (anti-HBs).
Petanda Stadium I Stadium II Stadium III Stadium IV
HbsAg + + + -
Anti-HBs - - - +
DNA-VHB +kuat + - -
Anti HBc + + + +
HbeAg + + - -
HbeAg - - + +
AST & ALT N meningkat N N
Seorang bayi dengan infeksi perinatal oleh HBV mempunyai
predisposisi untuk mengalami infeksi HBV kronis, karena :
Pada neonatus system imunnya belum sempurna
Diduga HBeAg ibu akan melewati barier plasenta dan HBeAg
ini menyebabkan sel T helper tidak responsive terhadap
HBcAg
HBeAg pada neonatus yang lahir dari ibu pengidap dengan
HBeAg positif
Adanya IgG anti HBc ibu yang secara pasif masuk dalam
sirkulasi bayi akan menutupi ekspresi HBcAg di permukaasn
hepatosit bayi, sehingga akan mengganggu pengenalan dan
penghancuran hepatosit oleh sel T sitotoksik.
GEJALA KLINIS
Gejala berkembang dan muncul antara 30-
180 hari setelah terpapar virus. Gejala: Gagal hati, gejalanya:
Kehilangan nafsu makan Asites
Cepat lelah Jaundice yang persisten
Mual dan muntah Kehilangan nafsu makan,
Gatal seluruh tubuh penurunan berat badan
Nyeri abdomen kanan atas Muntah disertai darah
Kuning, kulit dan atau sklera Perdarahan pada hidung, mulut,
Warna urin seperti teh atau cola anus, atau keluar bersama feses
Warna feses lebih pucat
DIAGNOSIS
Skrining untuk hepatitis B rutin memerlukan assay sekurang-kurangnya 2
pertanda serologis.
HBsAg adalah pertanda serologis pertama infeksi yang muncul,
kenaikannya sangat bertepatan dengan mulainya gejala.
HBeAg sering muncul selama fase akut dan menunjukkan status yang
sangat infeksius.
Karena kadar HBsAg turun sebelum akhir gejala, antibody IgM terhadap
antigen core hepatitis B (IgM anti HBcAg) juga diperlukan karena ia naik
awal pasca infeksi dan menetap selama beberapa bulan sebelum diganti
dengan IgG anti-HBcAg, yang menetap selama beberapa tahun.
Anti-HBcAg adalah satu pertanda serologis infeksi HBV akut yang paling
berharga karena ia muncul hampir seawal HBsAg.
PENATALAKSANAAN
Hepatits B akut tidak membutuhkan terapi antiviral dan prinsipnya adalah
suportif.
Pasien dianjurkan beristirahat cukup pada periode simptomatis.
Hepatitis B immunoglobulin (HBIg) dan kortikosteroid tidak efektif.
Lamivudin 100 mg/hari dilaporkan dapat digunakan pada hepatitis
fulminan akibat eksaserbasi akut HBV.
Berdasarkan APASL: anak dengan HBV dipertimbangkan untuk mendapat
terapi antiviral bila nilai ALT lebih dari 2 kali batas atas normal selama
lebih dari 6 bulan, terdapat replikasi aktif (HBeAg dan/atau HBV-DNA
positif).
Sebaiknya biopsy hati dilakukan sebelum memulai pengobatan untuk
mengetahui derajat kerusakan hati.
Terapi Imunomodulator
Interferon (IFN) alfa.
IFN dalah salah satu pilihan untuk pengobatan pasien
hepatitis B kronik dengan HBeg positif, dengan aktivitas
penyakit ringan sampae sedang, yang belum mengalami
sirosis.
Pengaruh pengobatn IFN adalah menurunkan replikasi virus.
Dosis IFN untuk hepatitis B kronik dengan HBeAg positif
adalah 5-10 MU 3x seminggu selama 16-24 minggu.
PEG Interferon
pemakaian PEG IFN alfa 2a dengan dosis 90,180, atau 270
mikrogrm tiap minggu selama 24 minggu menimbulkan
penurunan DNA VHB yang lebih cepat dari IFN biasa yag
diberik 4.5 MU 3x seminggu.
Terapi Antivirus
Lamivudin
Lamivudin menghambat produksi HBV baru dan mencegh
terjadinya infeksi hepatosit sehat yang belum terinfeksi, tetapi tidak
mempengaruhi sel-sel yang telah terinfeksi.
Lamivudin adalah analog nukleosid oral dengan aktivits antivirus
yang kuat. Jika di berikan dalm dosis 100mg/hari, lamivudin akan
menurunkan konsentrasi DNA HBV sebesr 95% atau lebih.
Adefovir Dipivoksil
disetujui oleh FDA untuk digunakan sebagai anti virus
terhadap hepatitis B kronis.
menghambat amplifikasi dari cccDNA virus.
Dosis yang direkomendasikan untuk dewasa adalah 10
mg/hari oral paling tidak selama satu tahun
Entecavir
menghambat aktivitas polimerase virus hepatitis sehingga
mengurangi sintesis DNA virus.
Dosis untuk terapi hepatitis B kronik adalah 0,5mg per hari
penderita resisten terhadap lamivudin menggunkan dosis 1 mg
per-hari diberikan pada perut kosong (2 jam sebelum atau setelah
makan).
KOMPLIKASI
Hepatitis fulminan akut lanjut naik bila ada infeksi bersama
atau superinfeksi dengan HDV.
Infeksi HBV juga dapat menyebabkan hepatitis kronis, yang
dapat menyebabkan sirosis dan karsinoma hepatoseluler
primer.
Glomerulonefritis membranosa dengan pengendapan
komplemen dan HBeAg pada kapiler glomerulus merupakan
komplikasi infeksi HBV yang jarang.
PENCEGAHAN
Dasar utama imunoprofilaksis adalah pemberian vaksin hepatitis B
sebelum paparan.
1. Imunoprofilaksis vaksin hepatitis B sebelum paparan
A. Vaksin rekombinan ragi
Mengandung HbsAg sebagai imunogen
Sangat imunogenik, menginduksi konsentrasi proteksi anti HbsAg pada
> 95% pasien dewasa muda sehat setelah pemberian komplit 3 dosis
Efektivitas sebesar 85-95% dalam mencegah infeksi HBV
Booster tidak direkomendasikan walaupun setelah 15 tahun imunisasi
awal
Booster hanya untuk individu dengan imunokompromais jika titer
dibawah 10mU/mL
B. Dosis dan jadwal vaksinasi HBV. Pemberian IM (deltoid) dosis
dewasa untuk dewasa, untuk bayi, anak sampai umur 19
tahun dengan dosis anak (1/2 dosis dewasa), diulang pada 1
dan 6 bulan kemudian
C. Indikasi
Imunisasi universal untuk bayi baru lahir
Vaksinasi catch up untuk anak sampai umur 19 tahun, bila
belum divaksinasi
Grup resiko tinggi : Pasangan dan anggota keluarga yang
kontak dengan karier hepatitis B
2. Imunoprofilaksis pasca paparan dengan( vaksin hepatitis B dan
imunoglobulin hepatitis B (HBIG)
Dosis 0,04-0,07mL/kg HBIG sesegera mungkin setelah paparan
Vaksin HBV pertama diberikan pada saat atau hari yang sama pada deltoid
sisi lain
Vaksin kedua dan ketiga diberikan 1 dan 6 bulan kemudian.
Neonatus dari ibu yang diketahui mengidap HbsAg positif :
0,5 ml HBIG diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir di bagian
anterolateral otot paha atas
Vaksin HBV dengan dosis 5-10 ug, diberikan dalam waktu 12 jam pada sisi
lain, diulang pada 1 dan 6 bulan.
Vaksin Kombinasi
Digunakan kepada orang yang mempunyai kemungkinan akan
terpapar kedua infeksi virus hepatitis A dan B.
Twinrix untuk hepatitis A dan B
usia 2-15 tahun hanya membutuhkan 2 kali vaksinasi dengan
interval bulan ke 0 dan ke 6.
orang dewasa diatas usia 15 tahun membutuhkan 3 dosis
penyuntikan vaksin ini dengan interval waktu penyuntikan 0
bulan, 1 bulan dan 6 bulan kemudian
Kelompok Vaksin

Recombivax Engerix-B Bio


HB Dosis (ml)
Dosis (ml) Farma/KGCC
Dosis (ml)
Bayi + anak < 5 g (0,5) 10 g (0,5) 10 g (0,5)
11 tahun
Anak 11-19 5 g (0,5) 10 g (0,5) 20 g (1,0)
tahun
Dewasa > 20 10 g (1,0) 20 g (1,0) 20 g (1,0)
tahun
Upaya pencegahan umum
Uji tapis donor darah terhadap HBV
Sterilisasi alat operasi, alat suntik, peralatan gigi
Penggunaan sarung tangan oleh tenaga medis
Mencegah kemungkinan terjadinya mikrolesi yang dapat menjadi tempat
masuknya virus, seperti pemakaian sikat gigi, sisir, alat pencukur rambut
pribadi
Untuk mencegah transmisi vertical, semua ibu hamil terutama yang
berisiko terinfeksi HBV sebaiknya skrining HBV pada awal dan trisemester
ketiga kehamilan.
Tingkat Keberhasilan Vaksinasi
Kesehatan Dasar 2007 pravalensi hepatitis B
sebesar 9,4%
RISKESDAS 2013 pravalensi hepatitis B sebesar
7,1 %
SEKIAN

Das könnte Ihnen auch gefallen