Sie sind auf Seite 1von 88

PROGRAM pencegahan dan pengendalian

infeksi saluran pernafasan akut

Subdit Pengendalian ISPA


Direktur Pengendalian Penyakit Menular Langsung
Ditjen PP dan PL

1
SISTEMATIKA
1 Pendahuluan

2 Situasi Epidemiologi

3 Perkembangan Strategi & Kebijakan


ISPA
4 Kegiatan & Capaian

5 Isu-isu
strategis
1
Pendahuluan
PROGRAM INDONESIA SEHAT

Penerapan pendekatan
continuum of care
Intervensi berbasis
resiko kesehatan

Keluarga 4
SASARAN RPJMN 2015-2019

1. Peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak


2. Status Gizi masyarakat
3. Penurunan Prevalensi Penyakit menular dan Tidak Menular
4. Peningkatan Pemerataan Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan
5. Peningkatan Perlindungan Finansial
6. MemastikaPeningkatan Ketersediaan, Penyebaran, dan Mutu Sumber Daya
Manusia Kesehatan
7. n Ketersediaan dan Mutu Obat dan makanan
8. Peningkatan upaya peningkatan promosi kesehatan & pemberdayaan
masyarakat serta Peningkatan pembiayaan kegiatan promotif & preventif
9. Peningkatan upaya peningkatan perilaku hidup bersih & sehat (PHBS)
10. Peningkatan perlindungan finansial termasuk menurunnya pengeluaran
katastropik akibat pelayanan kesehatan
11. Peningkatan responsifitas sistem kesehatan (health system responsiveness)
12. 5
Peningkatan daya saing obat dan makanan nasional
PENDEKATAN KELUARGA

6
7

PENGERTIAN PENDEKATAN KELUARGA

Pendekatan Keluarga adalah salah satu cara


Puskesmas untuk meningkatkan jangkauan
sasaran dan mendekatkan atau
meningkatkan akses pelayanan kesehatan
dengan mendatangi keluarga

Pendekatan pelayanan yang mengintegrasikan


mber Foto: achmad fiqqy fierly
Tujuan Pendekatan Keluarga:
UKP & UKM secara berkesinambungan,
1. Meningkatkan akses keluarga terhadap pelayanan dengan target keluarga, didasari data &
kesehatan yang komprehensif informasi dari profil kesehatan keluarga
2. Mendukung pencapaian SPM Kab/Kota dan SPM Provinsi
3. Mendukung pelaksanaan JKN
4. Mendukung tercapainya program indonesia sehat

DITJEN YANKES untuk RAKERKESNAS 2017


8

KONSEP PENDEKATAN KELUARGA

Puskesmas

UKBM:
Posyandu, PAUD, UKS, Poskestren,
Upaya Kes Kerja, Posbindu PTM, dll
AREA PRIORITAS PROGRAM
KESEHATAN
KESEHATAN IBU
Menurunkan angka kematian ibu (AKI) PENGENDALIAN PENYAKIT
TDK MENULAR
KESEHATAN ANAK Hipertensi
Menurunkan angka kematian bayi (AKB) Obesitas
Diabetes
Menurunkan prevalensi balita pendek
(STUNTING)
Kanker
Gangguan Jiwa
PENGENDALIAN PENYAKIT MENULAR:
HIV-AIDS
Tuberkulosis
Malaria

9
10
PELAYANAN PUSKESMAS
TERINTEGRASI, MENGIKUTI SIKLUS
HIDUP DAN PENDEKATAN
KELUARGA TATANAN
SEHAT
DALAM
GEDUNG IBU HAMIL
(UKP) PELAYANAN
PELAYANAN
TERINTEGRAS BAYI
PUSKESMAS
I
BALITA
PELAYANAN
MENGIKUTI UKBM
KUNJUNGAN SIKLUS REMAJA
KE RUMAH HIDUP
(UKM) LAIN-LAIN MASYARAKAT
SEHAT

KELUARGA

Tatanan Sehat: Perilaku sehat di sekolah, tempat kerja, tempat


bermain, tempat umum, tempat ibadah dan Fasyankes.
11

12 INDIKATOR KELUARGA SEHAT

1 Keluarga mengikuti KB Penderita hipertensi berobat teratur

Ibu bersalin di faskes Gangguan jiwa berat tidak ditelantarkan

Bayi mendapat imunisasi dasar Tidak ada anggota keluarga yang


lengkap merokok
Keluarga mempunyai akses terhadap air
Bayi diberi ASI eksklusif selama 6
bulan
bersih
Pertumbuhan balita dipantau tiap Keluarga mempunyai akses atau
bulan menggunakan jamban sehat

Penderita TB Paru berobat sesuai


Sekeluarga menjadi anggota JKN/askes
standar
INDIKATOR KELUARGA SEHAT YANG MENDUKUNG SPM

Indikator Keluarga Sehat Standar Pelayanan Minimal


A Program Gizi, Kesehatan Ibu & Anak: NO PERNYATAAN STANDAR
1 Setiap ibu hamil mendapatkan pelayanan antenatal sesuai
1 Keluarga mengikuti KB standar.
2 Ibu bersalin di faskes
2 Setiap ibu bersalin mendapatkan pelayanan persalinan sesuai
standar.
3 Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap 3 Setiap bayi baru lahir mendapatkan pelayanan kesehatan
sesuai standar.
4 Bayi diberi ASI eksklusif selama 6 bulan 4 Setiap balita mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai
standar.
5 Pertumbuhan balita dipantau tiap bulan
5 Setiap anak pada usia pendidikan dasar mendapatkan skrining
B Pengendalian Peny. Menular & Tidak Menular: kesehatan sesuai standar.
6 Setiap warga negara Indonesia usia 15 s.d. 59 tahun
6 Penderita TB Paru berobat sesuai standar mendapatkan skrining kesehatan sesuai standar.

Sehat
Keluarga Sehat
7 Penderita hipertensi berobat teratur 7 Setiap warga negara >60 tahun mendapatkan skrining
kesehatan sesuai standar.
8 Gangguan jiwa berat tidak ditelantarkan

Indikator Keluarga
8 Setiap penderita hipertensi mendapatkan pelayanan
C Perilaku dan kesehatan lingkungan: kesehatan sesuai standar.
9 Setiap penderita DM mendapatkan pelayanan kesehatan
9 Tidak ada anggota keluarga yang merokok sesuai standar.

Indikator
10 Keluarga mempunyai akses terhadap air bersih 10 Setiap orang dg gangguan jiwa mendapatkan pelayanan
kesehatan sesuai standar.
Keluarga mempunyai akses atau menggunakan
11 11
jamban sehat Setiap orang dengan TB mendapatkan pelayanan TB sesuai
standar.
12 Sekeluarga menjadi anggota JKN/askes
12 Setiap orang berisiko terinfeksi HIV mendapatkan pemeriksaan
HIV sesuai standar.

12
13

UPAYA MENCAPAI SPM BIDANG KESEHATAN

LINGKUNGAN POLITIK, HUKUM, EKONOMI, SOSIAL, AGAMA,


BUDAYA, FISIK, BIOLOGI, ILMU DAN TEKNOLOGI
PENELITIAN DAN
PENGEMBANGAN
KESEHATAN
KELUARGA SPM
PEMBIAYAAN
SEHAT UPAYA KESEHATAN
KESEHATAN
SUMBER DAYA
KESEHATAN
SEDIAAN FARMASI,
ALKES DAN
MAKANAN

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANAJEMEN


KESEHATAN

*PERPRES 72/2012 SKN; PMK 39/2016 PDKT KELUARGA; PMK 43/2016 SPM KES
ROAD MAP PENDEKATAN KELUARGA

14
15

PENTAHAPAN PROGRAM INDONESIA SEHAT


DENGAN PENDEKATAN KELUARGA
9754
Puskesmas
5852 34 Prov
Puskesmas 514 Kab/Kota
2926 34 Prov
Puskesmas 514 Kab/Kota
34 Prov
514 Kab/Kota

470
Puskesmas
9 Prov
64
UJI COBA Kab/Kota
4
Puskesmas
4 Prov Kab/Kota dapat mengembangkan
4 Kab/Kota sendiri PIS-PK diluar lokus
Puskesmas tahun 2017 karena
pelatih sudah tersedia di 34
Propinsi dan 514 kab/kota
16

SEBARAN LOKUS PUSKESMAS INTEGRASI


PENDEKATAN KELUARGA TAHUN 2017

Kaltara: 14
Aceh : 213

Medan : 285 Sulut : 42


Maluku Utara: 16

Kalbar: 64 Kaltim: 47 Gorontalo : 12


Riau : 84 Papua : 35
Kep. Riau: 49
Papua Barat : 17
Kalteng: 25 Sulbar : 11
Sumbar : 103
Babel : 28 Sulteng : 79
Maluku : 16
Jambi : 67 Sulsel : 135
Palembang : 104 Kalsel: 69
Sultra: 32
Bengkulu : 45 Lampung : 111
DKI Jakarta : 85
Jawa Tengah: 301
Banten : 63 Jawa Timur : 360 NTB : 86
Jawa Barat : 210 NTT : 37
DIY : 29 Bali : 51

Data Lokus : Klik >>> Binwil Wilayah: Klik >>>


Perubahan
Organisasi Kementerian
Kesehatan

17
STRUKTUR ORGANISASI
DIREKTORAT
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
PENYAKIT MENULAR LANGSUNG

SUBBAGIAN
TATA USAHA

SUBDIREKTORAT
SUBDIREKTORAT SUBDIREKTORAT SUBDIREKTORAT
SUBDIREKTORAT HEPATITIS DAN
INFEKSI SALURAN HIV AIDS DAN PENYAKIT TROPIS
TUBERKULOSIS PENYAKIT INFEKSI
PERNAPASAN AKUT PENYAKIT INFEKSI MENULAR
SALURAN
MENULAR SEKSUAL LANGSUNG
PENCERNAAN

SEKSI
SEKSI INFEKSI
SALURAN SEKSI SEKSI SEKSI
TUBERKULOSIS
PERNAPASAN HIV AIDS HEPATITIS KUSTA
SENSITIF OBAT
ATAS

SEKSI SEKSI
SEKSI
SEKSI PENYAKIT PENYAKIT
TUBERKULOSIS SEKSI
PNEUMONIA INFEKSI INFEKSI
RESISTENSI FRAMBUSIA
MENULAR SALURAN
OBAT
SEKSUAL PENCERNAAN
KELOMPOK
JABATAN
FUNGSIONAL

Perubahan nomenklatur terjadi pada Ditjen, Direktorat, Subdit dan


Seksi-Seksi
Pengertian
INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA):
Infeksi akut yang menyerang salah satu bagian/lebih dari saluran
napas mulai hidung - alveoli termasuk adneksanya (sinus, rongga
telinga tengah, pleura).

PNEUMONIA
Adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli).

ISPA BAGIAN ATAS


Infeksi akut yang menyerang saluran pernafasan bagian atas.
20
WHO . http://whqlibdoc.who.int/publications/ 2008
2
Situasi Epidemiologi
Pneumonia Pembunuh Balita di Dunia
Pada tahun 2015, 5,9 juta balita meninggal
dan 15 % (935.000) diantaranya karena
pneumonia.
99% kematian pneumonia anak di negara
berkembang
Pneumonia di negara maju banyak
disebabkan virus sedangkan negara
berkembang oleh bakteri.
Target MDGs_4 : reduksi 2/3 kematian
bayi/Balita pada akhir tahun 2015 dilanjut
SDGs 2030
Tujuan Global 2025, Untuk semua balita:
- Angka kematian akibat pneumonia kurang
dari 3 per 1000 KH
- Mengurangi insidensi pneumonia berat
sebesar 75% dibanding tahun 2010;
Situasi Pneumonia Bayi/Balita di
Indonesia
Riskesdas 2007, Penyebab
kematian bayi => terbanyak diare
(31,4%) dan pnemonia (23,8%).
dan Penyebab kematian anak
balita => terbanyak diare (25,2%)
& pnemonia (15,5%)

Riskesdas 2013; Insiden dan


prevalensi pneumonia Indonesia Pneumonia

adalah 1,8% dan 4,5%

SRS; 2014 : 23 balita meninggal


setiap jam dan 4 diantaranya
karena pneumonia
Sumber : Riskesdas (2007)
Angka Perkiraan Pneumonia
Balita
Perhitungan sasaran penemuan kasus
pneumonia balita (estimasi jumlah pneumonia
balita):
berdasarkan data riskesdas dengan
mempertimbangkan faktor risiko
berkisar 1-6 % dari total populasi balita

24
Angka Perkiraan Pneumonia 2015
NO PROVINSI PERKIRAAN KASUS NO PROVINSI PERKIRAAN KASUS

1 Aceh 4.46 18 Nusa Tenggara Barat 6.38


2 Sumatera Utara 2.99 19 Nusa Tenggara Timur 4.28
3 Sumatera Barat 3.91 20 Kalimantan Barat 2.12
4 Riau 2.67 21 Kalimantan Tengah 4.37
5 Jambi 3.15 22 Kalimantan Selatan 5.53
6 Sumatera Selatan 3.61 23 Kalimantan Timur 2.86
7 Bengkulu 2.00 24 Sulawesi Utara 2.68
8 Lampung 2.23 25 Sulawesi Tengah 5.19
9 Kep. Bangka Belitung 6.05 26 Sulawesi Selatan 3.79
10 Kepulauan Riau 3.98 27 Sulawesi Tenggara 3.84
11 DKI Jakarta 4.24 28 Gorontalo 4.84
12 Jawa Barat 4.62 29 Sulawesi Barat 4.88
13 Jawa Tengah 3.61 30 Maluku 3.74
14 DI Yogyakarta 4.32 31 Maluku Utara 2.29
15 Jawa Timur 4.45 32 Papua Barat 2.88
16 Banten 4.12 33 Papua 2.80
17 Bali 2.05 NASIONAL 3.55
25
3
Perkembangan Strategi & Kebijakan
ISPA
INDIKATOR DAN TARGET P2-ISPA
2015-2019
STRATEGI
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN ISPA

PENURUNAN
KESAKITAN & KEMATIAN AKIBAT ISPA

SIM, SURVEILANS, & KAJIAN


DUKUNGAN MANAJEMEN
PRIORITAS P2-ISPA 2016 - 2019

Prioritas: Penemuan dan tatalaksana kasus dgn pendekatan keluarga

Prioritas: Penyusunan Renkon di provinsi terpilih

Prioritas: Pengembangan rumah singgah pada wilayah kabut asap

Prioritas: SIM, Surveilans & Kajian

Prioritas: Perencanaan, SDM, Logistik, Pembinaan, Monev


Intensifikasi Pencegahan dan Pengendalian
Pneumonia
PROMOTIF
PROMOTIF PREVENTIF
PREVENTIF DIAGNOSTIK
DIAGNOSTIK KURATIF
KURATIF

ANC Imunisasi : Hitung Napas


ASI eksklusif DPT Lihat Tarikan
Gizi seimbang Campak Dinding Dada Antibiotik
PHBS (CTPS) Hib bawah Ke dalam (Amoksisilin)
Mengurangi Pneumokok (TDDK)
Periksa Saturasi Terapi Oksigen
polusi udara (Demonstrasi
Etika batuk di 2kab Lotim Oksigen
Deteksi dini & Lobar)

Pendekatan Keluarga Penguatan Talaksana


Peralihan dari Co-trimoxazole
Amoxicillin
o Hasil penelitian
o Rekomendasi IDAI
o Tanggapan Komite Ahli

Pemilihan antibiotik untuk


pengobatan Pneumonia
Amoxicillin dosis tinggi
(50 mg/kg BB/kali, sebanyak 2x sehari
selama 3 hari)
4 Kegiatan & Capaian
KEGIATAN P2-ISPA

1. Penemuan dan tatalaksana kasus pneumonia balita


2. Kesiapsiagaan & respon terhadap pandemi
3. Pengendalian faktor risiko ISPA
4. Sistim informasi, surveilans dn kajian/riset
5. Penguatan dukungan manajemen program
BAHAN CAPAIAN PNEUMONIA
BALITA
Cakupan Program ISPA
2011-2016
CAKUPAN PENEMUAN PNEUMONIA BALITA TAHUN 2016
Jumlah kasus dan estimasi kasus
pneumonia balita di Indonesia
Th 2016
ABSENSI LAPORAN TAHUN 2016
Cakupan Penemuan Pneumonia Balita
Prov. JAWA BARAT Th. 2016
Jumlah kasus, Estimasi kasus, Insiden
pneumonia balita di Prov. JABAR Th
2016
Prosentase Kabupaten yang
Puskesmasnya Melaksanakan
Tatalaksana standar min 60%
Absensi Pelaporan
ISPA Kab/Kota di
Prov. JABAR Th 2016
Tantangan/Kendala P2 ISPA (1)
1. Keterbatasan jumlah dan kapasitas SDM di Fasyankes Primer
dalam : (a) Deteksi pneumonia secara cepat dan akurat, (b)
Tatalaksana kasus, (c) Manajemen program ISPA karena tingginya
frekuensi mutasi pegawai di daerah)
2. Kasus pneumonia balita yang under reported karena : rendahnya
pengetahuan dan pemahaman petugas tentang ISPA atau
Pneumonia balita di Fasyankes Primer dan Rumah Sakit.
3. Ketergantungan daerah kepada Pusat, dalam : (a) Dukungan alat
deteksi pneumonia, (b) Buku pedoman, (c) Peningkatan kapasitas
Nakes, (c) Media promotif-preventif dan KIE.
4. Beberapa Kab/Kota memiliki Dana APBD untuk operasional ISPA,
banyak Provinsi yang tergantung Anggaran Dekonsentrasi.
Tantangan/Kendala P2 ISPA (2)

5. Dana BOK belum optimal dimanfaatkan daerah


untuk mendukung Program P2ML
6. Banyak Provinsi dan Kabupaten/Kota yang belum
terpapar tentang rencana kontijensi dan
kesiapsiagaan pandemi influenza
7. Kelengkapan laporan 2015 program ISPA masih
rendah : kelengkapan laporan provinsi 62,99% dan
kelengkapan laporan Kab/Kota 59,05%
Peran Tenaga Medis dalam
Pengendalian Pneumonia Balita

Deteksi dan tatalaksana kasus sesuai standar


Mendidik/mensosialisasikan tenaga kesehatan
lain di wilayah kerjanya dalam deteksi dan
tatalaksana kasus
Mendidik keluarga pasien dalam pencegahan,
pengenalan gejala dan tanda pneumonia
5 Isu-isu
strategis

46
Isu-isu Strategis

Dukungan penyediaan data untuk manajemen P2-


ISPA
Dukungan Linsek dan LinProg dalam
Pengendalian Faktor Risiko
Kapasitas Fasyankes dalam penemuan dan tata-
laksana kasus
Harmonisasi kegiatan di setiap level (Pusat,
Provinsi, Kabupaten & Fasyankes)
Koordinasi Kesiap-siagaan pandemi influenza
Penerapan pendekatan keluarga dalam P2-ISPA

47
Kebijakan dan Strategi
Kesiapsiagaan Pandemi Influenza

di Indonesia

Subdit Pengendalian ISPA


Direktur Pengendalian Penyakit Menular Langsung
Ditjen PP dan PL Kemenkes RI
Pendahuluan
History of Influenza Pandemics in
20th Century

2009: Swine Flu

1918: Spanish Flu 100,000-400,000


1968: Hong Kong Flu
deaths*
40-50 million deaths* 1957: Asian Flu
1 -4 million deaths*
CFR 0.02%*
CFR 2-3%* 1-4 million deaths* CFR < 0.2%*
Children & Young Adult
Most affected Young Adult CFR < 0.2%* All age groups
H1N1
All age groups H3N2
H1N1
H2N2 H7N9
H5N1
*) Estimated
HxNy
MENGAPA HARUS BERSIAP MENGHADAPI
PANDEMI?

Agar mampu mengenali secara dini dan menanggulangi


dampaknya
Membatasi atau memperlambat penularan dan
penyebaran ke wilayah yg lebih luas
Meminimalisasi jumlah penderita yang dirawat maupun
kematian
Menjaga/ mempersiapkan keberlangsungan unit-unit
esensial
Mengurangi dampak ekonomi dan sosial
PANDEMI: Dengan & Tanpa Kesiagaan
Kasus Harian

DEKOMPRESI
BEBAN
PUNCAK

KASUS RENDAH
DAMPAK BURUK
TANPA KURANG
INTERVENSI
DENGAN
INTERVENSI

Waktu mulai kasus pertama


Iwan MM
Beberapa prinsip dalam fase-fase
pandemi
Fase pandemi WHO berubah dan mempertimbangkan
hasil penilaian risiko
Setiap negara, daerah mempunyai situasi kondisi
masing-masing sehingga risiko pun berbeda-beda
Masing-masing tingkatan risiko memerlukan
tindakan yang berbeda sesuai tingkat risikonya
agar upaya yang dilakukaan fokus dan efektif.

pedoman kesiapsiagaan Pandemi dg salah satu prinsip


penilaian risiko dan manejemennya
Pedoman-pedoman terkait Kesiapsiagaan andemi
Influenza

RENCANA STRATEGIS NASIONAL


PENGENDALIAN FLU BURUNG (AVIAN INFLUENZA)
DAN KESIAPSIAGAAN MENGHADAPI
PANDEMI INFLUENZA
2006-2008
RENCANA STRATEGIS NASIONAL
PENGENDALIAN FLU BURUNG (AVIAN INFLUENZA)
DAN KESIAPSIAGAAN MENGHADAPI
PANDEMI INFLUENZA
2006-2008
KERANGKA KONSEP RENCANA
KESIAPSIAGAAN PANDEMI
DI INDONESIA
Kendali Komando dan Koordinasi

Aktivasi Sistem Komando Emergensi

Deteksi dini dan Respons Karantina dan


Kewaspadaan Medis dan pengawasan Pembatasan Keberlangsung Post
dini melalui Kesmas mobilisasi an pelayanan Pandemi
Sosial
Surveilans dan
orang dan publik yang
Laboratorium
barang esensial

Komunikasi Risiko dan Kerjasama Internasional


57
Situasi Epidemiologi
JENIS
SURVEILANS
SURVEILANS INFLUENZA LIKE
ILLNESS (ILI) DI PUSKESMAS
SURVEILANS ISPA BERAT INDONESIA
(SIBI) DI RUMAH SAKIT
Surveilans ISPA Berat
Indonesia (SIBI)

60
HASIL ANALISA DATA

61
62

Dari total 259.039 pasien rawat inap, 3.223 (1,2%)


teridentifikasi sebagai kasus ISPA Berat.
63

Dari total 3.051 spesimen ISPA Berat yang


diperiksa, 350 (11%) diantaranya positif
influenza.
64
-- A
(H1N1)pdm09
-- A(H3N2)
-- B

Jenis virus influenza yang


teridentifikasi adalah influenza B,
A(H1N1)pdm09, dan A(H3N2).
65

Kasus ISPA Berat banyak ditemukan pada kelompok umur 1


4 tahun (36,2%), < 1 tahun (29,1%), dan 5 14 tahun
(17%). Kasus influenza banyak diidentifikasi pada
kelompok umur 1-4 tahun (40,9%).
Kasus ISPA Berat berdasarkan
gejala saat masuk

Dari 3.223 kasus ISPA Berat, gejala saat masuk


yang paling banyak diidentifikasi adalah:
99% Riwayat panas
99% Batuk
51% Sesak napas
35% Muntah
20% Sakit tenggorokan
18% Diare

66
Kasus ISPA Berat dan
predisposisi
Dari 3.223 kasus ISPA Berat, riwayat medis yang
paling banyak teridentifikasi adalah:
6% Perokok aktif
4.5% Asma
2% PPOK
2% Tuberkulosis

Dari 350 kasus positif influenza, 33 kasus (9%)


perokok aktif, 27 kasus (8%) asma, 17 kasus (5%)
PPOK, dan 6 kasus (2%) TB.

67
Kondisi dan diagnosis serta
tatalaksana Kasus ISPA Berat di
sentinel SIBI
Kasus ISPA Positif Pneumonia
Berat Influenza (N=940)
(N=3,223) (N=350) n (%)
n (%) n (%)

Sembuh 2,617 (81) 298 (85) 845 (90)


Meninggal 56 (2) 2 (0,6) 31 (3)

Diagnosis
akhir 940 (29) 70 (20) ----
Pneumonia

Antibiotik 2,222 (69) 219 (63) 927 (99)


Oseltamivir 8 (0.2) 2 (0,6) 4 (0.4)

Ventilator 73 (2) 5 (1) 26 (3)

ICU/HCU 35 (1) 4 (1) 20 (2) 68


Kasus pneumonia paling banyak terdapat pada
kelompok umur
< 1 tahun (47%) dan 1-4 tahun (34%) < 5 69
tahun
Kasus ISPA Berat yang meninggal paling banyak
terdapat pada kelompok umur < 5 tahun (37% + 16% =
70
53%)
Kesimpulan Hasil Analisa
Data
Dalam 3 tahun, diidentifikasi 11% kasus
ISPA Berat positif influenza (ada 350 kasus
dari total 3.223 kasus ISPA Berat).
Mayoritaskasus influenza ditemukan pada
kelompok umur 1-4 tahun (41%).
Dari350 kasus positif influenza, riwayat
medis yang ditemukan adalah perokok aktif
(9%), Asma (8%), PPOK (5%), dan TB (2%)
Mayoritaskasus influenza diberi pengobatan
dengan antibiotik (219 dari 350 kasus).
Ada2 kasus positif influenza yang
meninggal.
71
INDIKATOR KINERJA SITE

72
Kasus ISPA Berat per Rumah Sakit, Mei 2013
Desember 2016

Total
Kasus Proporsi kasus ISPA
Rumah Sakit
Total Kasus
ISPA Berat
ISPA
Berat
Berat per rumah sakit
(%) dengan menunjukkan berapa
Spesimen banyak kasus ISPA
n (%)
Berat yang
RSUD 535 (1.8) 510 (95) diidentifikasi di
Wonosari
rumah sakit, RSUD dr.
RS Kanujoso 834 (1.0) 801 (96) M. Haulussy yang
paling sedikit (0.7%)
RSUD Bitung 325 (0.9) 278 (86) dibandingkan rumah
sakit lain.
RSUD Deli 473 (1.2) 425 (90)
Serdang
Untuk kasus ISPA Berat
RSU Prov NTB 800 (1.8) 796 (99) yang diambil
RSUD dr. M. spesimennya, paling
256 (0.7) 241 (94)
Haulussy sedikit di RSUD Bitung
Total 3,223 (1.2) 3,051 (94)
(86%). 73
Skrining kasus ISPA Berat
Di tahun 2016, ada 2 pasien tanpa gejala batuk, yaitu
dari RSUD Deli Serdang dan RSUD Kanujoso
Perhatikan DO kasus ISPA Berat (harus ada batuk)

Rumah Tanggal Jenis


No. ID Umur
sakit Wawancara Kelamin
RSUD Deli 5
16-08-2016 ES1121204171W Perempuan
Serdang bulan

RSUD Kanujoso 12-10-2016 ES1647108181W Perempuan 1 tahun

74
75

Kasus ISPA Berat teridentifikasi hampir di semua


golongan umur di setiap rumah sakit sentinel,
mayoritas adalah anak di bawah 5 tahun.
Kelengkapan pengisian formulir
SIBI
Kelengkapan pengisian formulir sudah bagus (98% - 100%).
Beberapa ketidaklengkapan yang sering ditemukan:
Formulir Kasus SARI/SIBI
Jenis Kelamin
Diagnosis masuk
Frekuensi napas
Tanda-tanda MTBS (untuk anak usia <5thn)
Riwayat medis/faktor predisposisi

Formulir Keluar
Diagnosa utama dan sekunder
Jenis antibiotik
Oseltamivir
Ventilator
HCU/ICU 76
Ketepatan Waktu Pelaporan
Tahun 2014 - 2016
77
7 hari
Rumah Sakit
2014 2015 2016
RSUD Deli Serdang 36% 76% 68%
RSUD Kanudjoso 41% 21% 62%
RSUD Wonosari 88% 95% 81%
RSUD Bitung 9% 25% 48%
RSU PROV. NTB 75% 61% 56%
RSUD DR. M. Haulussy 21% 27% 7%

Input data ke website SIBI:


RSUD Wonosari merupakan sentinel dengan pelaporan
terbaik
RSUD Bitung dan RSUD Haulussy memiliki kinerja
paling rendah dalam pelaporan kasus ke website
78

Kelengkapan laporan mingguan dari RS Haulussy sangat


rendah, banyak laporan mingguan yang belum dikirimkan ke
pusat
Kesimpulan kinerja
Kelengkapan pengisian formulir sudah baik.

Kelengkapan laporan mingguan masih perlu


diperhatikan.

Kelengkapan formulir keluar sangat rendah, harus


diperhatikan.

79
SURVEILANS
Influenza Like Illness (ILI)

80
81

Dari total 476.044 pasien yang berkunjung ke


puskesmas, 3.899 (0,8%) teridentifikasi sebagai
kasus ILI.
82

Kasus ILI banyak ditemukan pada kelompok umur 5


14 tahun
83
Kondisi saat ini
Avian Influenza : H7N9, H5N2, H5N3, H5N6, H5N8
Avian Influenza H5N1 masih bersirkulasi
Influenza musiman (H1N1)

Ancaman pandemi

Peningkatan kesiapsiagaan
Upaya dan kegiatan
UPAYA
Kesiapsiagaan Pandemi
Influenza
1. Pembentukan Komnas Zoonosis
2. Pedoman kesiapsiagaan pandemi
influenza.
3. Pembuatan simulasi pandemi influenza
di Jembrana Bali dan di Makasar
4. Pembuatan pedoman rencana kontijensi
nasional pandemi Influenza
5. Penyusunan rencana kontijensi
nasional pandemi influenza
6. Penyusunan rencana kontijensi pandemi
influenza daerah
Kegiatan kesiapsiagaan
Pandemi Influenza tahun 2016
1. Revisi Pedoman Pandemi Influenza
2. Pembuatan Pedoman Renkon Nasional
3. Penyusunan Renkon nasional
4. Renkon daerah (Prov Jatim, Jabar,
Kepri, Banten)
5. Monev ILI - SARI
88

88

Das könnte Ihnen auch gefallen