Sie sind auf Seite 1von 54

-REFERAT-

MENSTRUASI DAN GANGGUAN


SIKLUS MENSTRUASI
Disusun Oleh:
Ainun Nafis Dwi Ramadani
30101206565

Pembimbing:
Letkol CKM dr. Arief Soffanto, Sp.OG
Pendahuluan
Menstruasi atau haid merupakan suatu kondisi yang dialami oleh
setiap perempuan. Biasanya seorang gadis dikatakan sudah
menginjak remaja bila telah mengalami haidnya yang pertama
(disebut dengan menarche). Datangnya haid ini menandakan
bahwa fungsi tubuh seorang perempuan berjalan dengan baik dan
normal.
Pola haid merupakan suatu siklus menstruasi normal, dengan
menarche sebagai titik awal. Pada umumnya menstruasi akan
berlangsung setiap 28 hari selama lebih kurang 7 hari. Lama
perdarahannya sekitar 3-5 hari, ada yang 1-2 hari diikuti darah
yang sedikit-sedikit dan tidak terasa nyeri. Jumlah darah yang
hilang sekitar 30-40 cc. Puncaknya hari ke-2 atau ke-3 dengan
jumlah pemakaian pembalut sekitar 2-3 buah. (Manuaba, 2008).
-MENSTRUASI-
Definisi Menstruasi
Menstruasi adalah perdarahan periodik dari uterus yang
dimulai sekitar 14 hari setelah ovulasi secara berkala
akibat terlepasnya lapisan endometrium uterus (Bobak,
2004). Sedangkan menurut Prawirohardjo (2005),
menstruasi adalah perdarahan secara periodik dan siklik
dari uterus, disertai pelepasan (deskuamasi)
endometrium.
Fisiologi Menstruasi
Fase-Fase Menstruasi

Fase Fase
Ovarium Endometrium
Fase Folikular Fase Menstruasi
Fase Ovulasi Fase Proliferasi
Fase Luteal Fase Sekretorik
Fase Menstruasi (Ovarium)
Fase Folikuler
Pada fase ini, terjadi peningkatan hormon FSH untuk membantu perkembangan dan pematangan folikel.
Dengan berkembangnya folikel, produksi estrogen meningkat dan ini akan memberi efek feedback, yaitu
penekanan produksi hormon FSH.
Selama pembentukan folikel, seiring dengan pembentukan dan penyimpanan bahan oleh oosit primer untuk
digunakan jika dibuahi, terjadi perubahan-perubahan penting di sel-sel yang mengelilingi oosit dalam
persiapan untuk pembebasan sel telur dari ovarium (Sherwood, 2009).
Fase Ovulasi
Pada saat ovulasi, kadar estrogen perlahan-lahan meningkat dan kemudian dengan cepat mencapai puncaknya
dan akan menyebabkan lonjakan LH pada pertengahan siklus. Lonjakan LH ini menyebabkan empat
perubahan besar dalam folikel :
1) Menghentikan sintesis estrogen oleh sel folikel.
2) Memicu kembali meiosis di oosit folikel yang sedang berkembang.
3) Memicu pembentukan prostaglandin kerja lokal yang akan memicu ovulasi dengan mendorong perubahan
vaskular yang menyebabkan pembengkakan cepat folikel dan menginduksi digesti enzimatik dinding folikel
yang akan menyebabkan pecahnya dinding folikel yang menutupi tonjolan folikel.
4) Menyebabkan diferensiasi sel folikel menjadi sel luteal.
Fase Luteal
Setelah memicu pembentukan korpus luteum, LH merangsang sekresi berkelanjutan hormon steroid oleh
struktur ovarium ini. Di bawah pengaruh LH, korpus luteum mengeluarkan progesteron dan estrogen. Kadar
progesteron akan meningkat dan kadar estrogen juga meningkat tetapi tidak sampai mencapai kadar yang
sama ketika fase folikular. Progesteron akan mendominasi fase luteal dan akan menghambat sekresi LH dan
FSH untuk mencegah pematangan folikel baru dan ovulasi selama fase luteal.
Fase Menstruasi Endometrium
Fase Menstruasi
Saat korpus luteum berdegenerasi karena tidak terjadi fertilisasi, kadar progesteron dan estrogen
menurun tajam, merangsang pembebasan prostaglandin yang menyebabkan vasokonstriksi
vaskular endometrium.
Penurunan distribusi oksigen menyebabkan kematian endometrium beserta vaskularnya.
Perdarahan yang terjadi melalui kerusakan vaskular ini membilas jaringan yang mati ke lumen
uterus dan hanya menyisakan sebuah lapisan tipis epitel dan kelenjar yang nantinya menjadi asal
regenerasi endometrium.
Fase Proliferasi
Ketika darah haid berhenti, endometrium mulai memperbaiki diri dan berproliferasi di bawah
pengaruh estrogen dari folikel-folikel yang baru berkembang. Estrogen memacu proliferasi sel
epitel, kelenjar, dan vaskular endometrium. Fase ini berlangsung dari akhir menstruasi hingga
ovulasi, kadar puncak estrogen memicu lonjakan LH yang menjadi penyebab ovulasi.

Fase Sekretorik
Setelah ovulasi, terbentuk korpus luteum baru yang mengeluarkan sejumlah besar progesteron
dan estrogen. Progesteron mengubah endometrium menjadi kaya vaskular dan glikogen yang
mana dipersiapkan untuk implantasi.
Faktor yang Mempengaruhi
Status gizi

Obat-
Stress
Obatan

Menstruasi
Kelainan
Olahraga
Genetik

Penyakit
Sistem Merokok
Reproduksi
-GANGGUAN
SIKLUS MENSTRUASI-
Definisi Siklus Menstruasi
Siklus menstruasi adalah menstruasi yang berulang setiap bulan yang
merupakan suatuproses kompleks yang mencakup reproduktif dan
endokrin yang berangkai secara kompleks dan saling mempengaruhi
(Sherwood, 2009). Suzannec (2001), mendeskripsikan siklus menstruasi
adalah proses kompleks yang mencakup reproduktif dan endokrin.
Menurut Bobak (2004), Siklus menstruasi merupakan rangkaian
peristiwa yang secara kompleks saling mempengaruhi dan terjadi secara
simultan.
Panjang siklus menstruasi adalah jarak antara tanggal mulainya menstruasi
yang lalu dan mulainya menstruasi berikutnya. Hari mulainya perdarahan
dinamakan hari pertama siklus (Prawirohardjo, 2005).
Panjang siklus menstruasi yang normal atau dianggap sebagai siklus
menstruasi klasik adalah 28 hari, tetapi variasinya cukup luas biasanya
berlangsung selama kurang lebih 7 hari. Lama perdarahan sekitar 3-5 hari
dengan jumlah darah yang hilang sekitar 30-40 cc (Bobak, 2005).
Gangguan Lama Menstruasi
Polimenore atau Epinore
Pada polimenore siklus menstruasi lebih pendek dari biasanya yaitu terjadi dengan interval
kurang dari 21 hari (Jones, 2002). Perdarahan kurang lebih sama atau lebih banyak dari biasa.
Polimenore dapat disebabkan oleh gangguan hormonal yang mengakibatkan gangguan
ovulasi, atau menjadi pendeknya masa luteal. Sebab lain adalah kongesti ovarium karena
peradangan, endometriosis, dan sebagainya (Simanjuntak, 2009).
Oligomenoe
Siklus menstruasi lebih panjang dari normal yaitu lebih dari 35 hari (Jones, 2002).
Perdarahan pada oligomenore biasanya berkurang. Pada kebanyakan kasus oligomenore
kesehatan wanita tidak terganggu, dan fertilitas cukup baik. Siklus menstruasi biasanya
ovulatoar dengan masa proliferasi lebih panjang dari biasanya (Simanjuntak, 2009).
Amenore
Amenore adalah keadaan tidak adanya menstruasi sedikitnya tiga bulan berturut-turut.
Amenore primer terjadi apabila seorang wanita berumur 18 tahun ke atas tidak pernah
mendapatkan menstruasi, sedangkan pada amenore sekunder penderita pernah mendapatkan
menstruasi tetapi kemudian tidak dapat lagi (Simanjuntak, 2009).
Gangguan Jumlah Darah Menstruasi
Hipomenore
Perdarahan haid yang lebih pendek dan atau kurang dari biasa dengan discharge
menstruasi sedikit atau ringan (Jones, 2002). Hipomenore disebabkan oleh karena
kesuburan endometrium kurang akibat dari kurang gizi, penyakit menahun maupun
gangguan hormonal. Adanya hipomenore tidak mengganggu fertilitas (Simanjuntak,
2009).
Hipermenore/Menoragia
Perdarahan haid yang lebih banyak dari normal, atau lebih lama dari normal (lebih dari 8
hari). Sebab kelainan ini terletak pada kondisi dalam uterus, misalnya adanya mioma
uteri dengan permukaan endometrium lebih luas dari biasa dan dengan kontraktilitas
yang terganggu, polip endometrium, gangguan pelepasan endometrium pada waktu haid,
dan sebagainya. Pada gangguan pelepasan endometrium biasanya terdapat juga gangguan
dalam pertumbuhan endometrium yang diikuti dengan pelepasannya pada waktu haid
(Simanjuntak, 2009). Menoragia mungkin terjadi disertai dengan suatu kondisi organik
uterus, atau mungkin terjadi tanpa ada kelainan yang nyata pada uterus. Hal ini disebut
perdarahan uterus disfungsional, dengan kata lain disebabkan oleh perubahan endokrin
atau pengaturan endometrium lokal pada menstruasi (Jones, 2002).
Gangguan Berhubungan Menstruasi
Pre-Menstrual Syndrome (PMS)
Keluhan terdiri dari gangguan emosional berupa emosional berupa
iritabilitas, gelisah, insomnia, nyeri kepala, perut kembung, mual,
pembesaran dan rasa nyeri pada mammae, dsb. Sedang pada kasus yang
berat terdapat depresi, rasa ketakutan, gangguan konsentrasi, dan
peningkatan gejala-gejala tersebut di atas (Manuaba, 2002).
Dismenorea
Dismenorea adalah nyeri atau rasa sakit yang menyertai menstruasi sehingga
dapat menimbulkan gangguan pekerjaan sehari-hari. Nyeri sering
bersamaan dengan rasa mual, sakit kepala, perasaan mau pingsan, lekas
marah, dll. Keluhan ini biasanya baru timbul 2 atau 3 tahun sesudah
menarche. Umumnya hanya terjadi pada siklus haid yang disertai pelepasan
sel telur.
Penyebab Gangguan Menstruasi
Mioma uteri, adenomiosis
Polip endometrium
Hiperplasia endometrium

Keadaan

Adenokarsinoma endometrium, sarkoma
Infeksi pada serviks, endometrium, dan uterus
Patologi Panggul

Kanker serviks, polip
Trauma
Adenomiosis difus, mioma uteri, hipertrofi miometrium
Endometriosis
Malformasi arteri vena pada uterus

Gangguan hemostasis; penyakit von Willebrand, gangguan faktor


Penyakit Medis II,V,VII,VIII, IX, XIII, trombositopenia, gangguan platelets
Penyakit tiroid, hepar, gagal ginjal, disfungsi kelenjar adrenal,
Sistemik SLE
Gangguan hipotalamus hipofisis: adenoma, prolaktinoma, stress,
olahraga berlebih

Merupakan gangguan haid tanpa keadaan patologi pada panggul


Penyakit Uterus dan penyakit sistemik. Pada kepustakaan 2008, Fraser dkk
menyebut sebagai perdarahan uterus abnormal-Mechanism
Disfungsi Currently Unexplained (MCU) karena masalah ketepatan arti
terminologi perdarahan uterus disfungsi masih diperdebatkan.
Penanganan Gangguan Menstruasi
a. Penanganan dengan Medikamentosa Hormonal

1) Estrogen

2) Progrestin

3) Kombinasi Estrogen dan Progrestin

b. Penanganan dengan Medikamentosa Non-Hormon

1) Obat Anti Inflasmasi Non Steroid (NSAID)

2) Antifibrinolisis

c. Penanganan dengan Terapi Bedah

Histerektomi merupakan prosedur bedah utama yang dilakukan


pada kegagalan terapi medikamentosa.
-PERDARAHAN UTERUS
DISFUNGSI (PUD)-
Definisi PUD
Perdarahan uterus disfungsi (PUD) adalah perdarahan uterus abnormal
yang terjadi tanpa adanya keadaan patologi pada panggul, penyakit
sistemik tertentu, atau kehamilan. PUD dapat terjadi pada siklus
ovulasi ataupun anovulasi yang sebagian besar disebabkan oleh
gangguan fungsi mekanisme kerja poros hipotalamus-hipofisis-
ovarium-endometrium.
Istilah perdarahan uterus disfungsi telah digunakan sejak lama, tetapi
mempunyai arti yang bervariasi dan berbeda. PUD dapat menunjukkan
siklus ovulasi atau siklus anovulasi. Pada perkembangan terakhir dengan
berbagai pertimbangan istilah PUD diusulkan diganti dengan istilah
perdarahan uterus abnormal-Mechanism Currently Unexplained (MCU).
Terminologi dan definisi tersebut masih membutuhkan diskusi dan
debat lebih lanjut agar tercapai kesepakatan bersama.
Gambaran Klinis PUD
PUD menggambarkan spektrum pola perdarahan uterus
abnormal yang dapat terjadi setiap saat dan tidak diduga,
yaitu dapat berupa perdarahan akut dan banyak,
perdarahan ireguler, metroragia, menometroragia,
oligomenorea, dan menoragia. PUD dapat terjadi pada
setiap umur antara menarche dan menopause, tetapi
paling sering dijumpai pada masa perimenarche dan
perimenopause.
Penanganan PUD
Penanganan PUD dilakukan untuk mencapai dua tujuan
yang saling berkaitan, yaitu yang pertama
mengembalikan pertumbuhan dan perkembangan
endometrium abnormal yang menghasilkan keadaan
anovulasi dan kedua membuat haid yang teratur, siklik
dengan volume dan jumlah yang normal. Kedua tujuan
tersebut dapat dicapai dengan cara menghentikan
perdarahan dan mengatur haid supaya normal kembali.
Medikamentosa yang dipakai adalah kombinasi estrogen
dan progrestin.
-AMENOREA-
Definisi
Mencakup salah satu tiga tanda berikut:
Tidak terjadi haid sampai usia 14 th, disertai tidak adanya
pertumbuhan atau perkembangan tanda kelamin sekunder
Tidak terjadi haid sampai usia 14 th, disertai adanya
pertumbuhan normal dan perkembangan tanda kelamin
sekunder
Tidak terjadi haid sedikitnya selama 3 bulan berturut-turut pada
perempuan yang sebelumnya pernah haid
Amenorea
Fisiologis

Amenorea
Amenorea Primer

Amenorea Patologis

Amenorea Sekunder
AMENOREA

AMENOREA AMENOREA
FISIOLOGIK PATOLOGIK

Prapubertas
Masa kehamilan
Masa laktasi Gangguan organik pusat
Sesudah menopause Gangguan kejiwaan
Gangguan poros
hipotalamus-hipofisis
Gangguan hipofisis
Gangguan gonad
Gangguan glandula
suprarenalis
Gangguan glandula tiroidea
Gangguan pankreaS
Gangguan uterus, vagina
Penyakit penyakit umum
Amenorea
Primer :
Jika seorang wanita berumur 18 tahun ke atas tidak pernah
mendapat haid
Lebih berat dan lebih sulit diketahui, disebabkan kelainan
kongenital atau genetik

Sekunder :
Jika seorang wanita pernah haid, tetapi kemudian tidak dapat
lagi.
Lebih menunjuk kepada sebab sebab yang timbul dalam
kehidupan wanita seperti gangguan gizi, gangguan metabolisme,
tumor dan penyakit infeksi
Lingkungan

SSP
Kompartemen IV

Median
eminence
GnRh

Anterior Progesteron & Estrogen


Kompartemen III
Ptuitary
FSH LH

Kompartemen II Ovarium

Kompartemen I Uterus

HAID
Kompartemen I
Gangguan pada uterus dan patensi (outflow tract)

Kompartemen II
Gangguan pada ovarium

Kompartemen III
Gangguan pada hipofisis

Kompartemen IV
Gangguan pada hipotalamus/susunan saraf pusat
Gangguan Pada Kompartemen I
Sindroma Asherman
Kerusakan endometrium akibat tindakan kuret berlebihan terlalu
dalam sehingga terjadi perlekatan intrauteri obliterasi
lengkap/partial (pada rongga uterus, OUI dan kanalis servikalis)
Tidak terdapat hematometra karena endometrium tidak sensitif terhadap
stimulus
Tata laksana: lepaskan perlekatan (histerokopi, kateter pediatric
folley), memacu pertumbuhan endometrium dan mengembalikan
siklus haid (estrogen 2,5 mg dan progestin 10 mg)
Endometritis tuberkulosa
Timbul sekunder pada penderita salphingitis tuberkulosa
Pemeriksaan: biopsi endometrium (tuberkel)
tatalaksana: terapi spesifik tuberkulosa

Agenesis duktus mulleri


Sindroma meyyer-rokitansky-kuster-hause penyebab primer
aminorhea
Tanda klinis: hipoplasia/aplasia vagina tidak ada uterus dan tuba
fallopi, bisa juga terjadi kelainan bawaan pada traktus urinarius
Etiologi : mutasi pada gen dan reseptor ANH
Tatalaksana: rekonstruksi neo vagina
Sindroma insensitifitas androgen (AIS)
Disebut juga feminisasi testikuler
Sindroma ini adalah bentuk hermafroditisme laki-laki dengan
fenotip perempuan
Etiologi: genetik X linked recessive yang bertanggung jawab pada
reseptor androgen intraseluler dengan gonad laki-laki yang gagal
melakukan virilisasi
Gambaran klinis: gambaran spektrum kegagalan perkembangan
laki-laki tidak komplit sampai komplit
Perempuan dengan sindroma ini tumbuh normal, payudara tumbuh
dan berkembang sempurna (defisiensi jaringan kelenjar dan
hipoplasi puting susu, rambut pubis dan aksila tidak tumbuh, vagina
tidak terbentuk/ kantong buntu, tidak ada serviks dan uterus,
terdapat testis tanpa spermatogenesis)
Tatalaksana: rekonstruksi neo vagina, gonadektomi
Gangguan Pada Kompartemen II
Sindroma turner
Kelainan gonad atau disgenesis gonad pemeriksaan kariotipe:
kromosom X tidak ada atau abnormal(45X), ada nya mosaik 45-
XO/46-XX
Gambaran klinis: perempuan tubuh pendek, webbed neck, dada
perisai dengan puting susu jauh ke latereal, amenore, gonad tidak
ada hanya berupa jaringan parut, tidak ada pertumbuhan folkile,
tidak di produksi hormon seksteroid, saluran muller bentuk lebih
kecil
Tatalaksana: pengobatan subtitusi hormon siklik estrogen dan
progesteron.
Premature ovarian failure
Hilang nya fungsi ovarium sebelum 40 tahun
Pemeriksaan: penignkatan kadar FSH >40IU/L dan LH lebih dari
5x normal karena hilang nya mekanisme umpan balik
kehipothalamus akibat rendah nya produksi hormon estrogen
ovarium
Gejala klinis:
Terjadi secara spointan : kelainan genetik autoimun, idiopatik
Iatrogenik: tindakan bedah (ovarium diangkat), radiasi, sitostatika
Tatalaksana : subtituse hormon estrogen dan progesteron
Sindroma ovarium resisten gonadotropin
Perempuan amenore dengan pertumbuhan dan perkembangan
tubuh normal, kariotipe normal dan kadang gonadotropin tinggi
Etiologi: gangguan pembentuka reseptor gonadotropin di ovarium
penanganan sama dengan premature ovarian failure

Sindroma sweyer
Disebut juga disgenesis gonad XY
Gambaran klinis: permpuan amenorea dengan kariotipe 46XY,
kadar testosteron normal, tidan terdapat perkembangan seksual
karena tidak terdapat hormon estrogen
Tatalaksana: pengangkatan streakgonad
Gangguan Pada Kompartemen III
Adenoma Hipofisis Sekresi Prolaktin
Tumor hipofisis yang paling sering didapatkan
Gambaran klinis: amenorea, kadar prolaktin tinggi, galaktorea,
Etiologi: kadar estrogen rendah, faktor heterogenesitas hormon
peptida prolaktin yang berada di sirkulasi
Tatalaksana: bedah radiasi, bromokriptine
Empty Sella Sindrome
Kelainan kongenital: tidak lengkapnya diafragma sella ekstensi
ruang subarakhnoid kedalam fossa hipofisis
Gambaran klinis: galaktore, peningkatan prolaktin
Tatalaksana: pengobatan hormon, induksi ovulasi
Sindroma sheehan
Perdarahan post partum berat spasme dan trombosis arteriol2 di
pars anterior hipofisis nekrosis produksi hormon terganggu
Sindrom sheehan: amenore, hilangnya laktasi, libido turun, atrofi
alat genital kadang bisa perbaikan
Peny. Simmonds: Sindrom Sheehan + kurus, rambut ketiak/pubis
hilang, hipotermi, hipotensi
Gangguan Pada Kompartemen IV
Amenorea hipothalamus
Defisiensi sekresi pulsatil GnRH gangguan pengeluaran gonadotropin
gangguan pematangan folikel dan ovulasi
Etiologi: lesi di hipofisis dan gangguan psikis

Penurunan berat badan berlebih


Anoreksia nevrosa
kurus, nafsu makan (-), hirsutisme, gangguan gizi, atrofi alat genital, kadar hormon
di bawah normal
Bulimia
Episode makan berlebihan dilanjutkan menginduksi muntah, puasa, penggunaan
obat pencahar disfungsi mekanisme tubuh mengatur rasa lapar, haus,
keseimbangan otonomik kadar FSH dan Lh rendah, sedangkan kadar kortisol
meningkat
Tatalaksana: intervensi psikologis
Sindroma Kallmann
Kelainan kongenital hipogonadotropin hipogonadisme
Etiologi: defisit sekresi GnRH
Gambaran klinis: amenore primer perkembangan seks sekunder
infantil, kadar gonadotropin rendah, kariotipe perempuan normal
dan kehilangan persepsi bau
Sindroma ini berhubungan dengan hipoplasia atau tidak ada nya
sulkus olfaktorius di rinencephalon
Tatalaksana: stimulus gonadotropin, induksi ovulasi
Rencana Pemeriksaan
Anamnesis
Amenore primer/sekunder?
Kehamilan?
Gangguan emosional?
Penyakit lainnya?
PF
Biometri tubuh? gangguan gizi?
Ciri2 kelamin sekunder?
Px Ginekologi
Aplasia vaginae, aplasia uteri, keadaan klitoris, tumor?
Rencana Pemeriksaan
Pemeriksaan Penunjang
Foto RO (TB pulmonum) Kerokan endometrium (Endometritis
tuberkulosa)
Sitologi vagina (pengaruh estrogen)
Tes toleransi glukosa (DM)
Px Mata retina, luas visus (Tumor Hipofisis)
Px T3,T4,TSH (Tiroid)
Pemeriksaan Khusus
Laparoskopi
Px Kromatin Seks
Px kadar hormon
Langkah AMENORE
Galaktorea
TSH

Evaluasi Prolaktin/MRI
tesprogestin

Perdarahan
TSH meningkat Perdarahan (-)
(+)

hipotiroid Prolaktin normal Estrogen dan


Prolaktin >100
TSH normal progestin siklik

Perdarahan (+) Perdarahan (-)


anovulasi

Periksa FSH,LH Masalah di


uterus

rendah normal tinggi


MRI

MRI
Kegagalan
ovarium

Amenore
hipotalamus
-Perdarahan Uterus
Disfungsional-
(PUD)
DEFINISI

PERDARAHAN UTERUS ABNORMAL OLEH KARENA


GANGGUAN FUNGSI H-H-O TANPA DISERTAI
PATOLOGI ORGAN REPRODUKSI DAN PENYAKIT
SISTEMIK LAINNYA
Ovulatorik a. Fase proliferasi memanjang Oligomenorea
b. Fase sekresi memanjang Oligomenorea
c. Fase proliferasi memendek Polimenorea
d. Fase sekresi memendek Polimenorea

Kelainan a. Insufisiensi Bercak prahaid


Menoragia
Korpus Polimenorea
Menoragia
Luteum
b. Pemanjangan Oligomenorea

Anovulatorik a. Siklik Oligomenorea


Menoragia
b. Asiklik Metroragia
Anamnesis

Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan Ginekologis dan penunjang

Kelainan organik Ada

Tdk ada

Hematologik Abnormal

Normal

BMR dan Lab. lengkap Abnormal

Normal

Ovulatorik Penentuan Ovulasi Anovulatorik


TERAPI

PERBAIKI KU HORMONAL
HENTIKAN ANTI PROSTAGLANDIN
PERDARAHAN ANTI FIBRINOLITIK
ATUR SIKLUS/HAMIL OPERATIF
PERTIMBANGKAN UMUR,
FERTILITAS, BERAT, JENIS
DAN LAMANYA
PERDARAHAN
Estrogen
Bermanfaat dalam
menghadapi kasus
perdarahan akut
Mekanisme penghen-tian
darah masih belum jelas
Dapat diberikan estrogen
konyugasi parenteral
Progestin
Pemberian siklik
Data Cochrane : pemberian progestin siklik pada fase luteal kurang efektif
dalam menurunkan jumlah perdarahan pada kasus PUD ovulatoir
Pemberian progestin siklik lebih memuaskan pada PUD anovulatoir
karena ada defek progesteron

Pemberian kontinyu sistemik (DMPA)


Lebih efektif untuk menangani PUD ovulatoir
Estrogen Plus Progestin
Penggunaan kontrasepsi
oral telah diterima secara
luas efektivitasnya dalam
menangani PUD karena
siklus ovulatir atau
anovulatoir
GnRH Agonis
Menimbulkan kondisi hipogonadotropik karena ada efek
downregulation dari reseptor GnRH

1 2 3 4 5

10 9 8 7
Inhibitor Siklooksigenase
Prostaglandin yang dominan pada fase luteal lanjut adalah
PGF 2a (vasokonstriktor) dan PGE2, PGI2 (vasodilator)
Pada kasus menoragia : terdapat peningkatan PGI2 dan
PGE2
Pemberian NSAID akan mencegah pembentukan
prostaglandin (menghambat siklooksigenase)

Asam Arakidonat Prostaglandin

NSAID

Enzim siklooksigenase
Agen Antifibrinolitik
Mekanisme Fibrinolisis
Pada kasus menoragia terdapat
peningkatan aktivitas
Plasmin FDP
plasminogen aktivator (PA)
sehingga terdapat peningkatan
aktivitas fibrinolitik yang akan
mengganggu reaksi hemostasis
Plasminogen lokal
Fibrin
Asam traneksamat akan
PAI berfungsi sebagai Plasminogen
Activator Inhibitor (PAI)
PA
OPERATIF
KURETASE
HISTEREKTOMI
ABLASI ENDOMETRIUM
-TERIMA KASIH-

Das könnte Ihnen auch gefallen