Sie sind auf Seite 1von 46

ALIRAN HUKUM

HUKUM ALAM
Lahirnya HK Alam pada dasarnya
merupakan sejarah umat manusia dlm
usahanya untuk menemukan apa yang
dinamakan absolute justice (keadilan yg
mutlak) disamping sejarah tentang
kegagalan umat manusia dlm mencari
keadilan.
Selama sekitar 2.500 tahun yg lalu,
muncul pemikiran tentang HK Alam dlm
berbagai bentuk, sebagai suatu
ungkapan untuk mencari HK ideal yg
lebih tinggi dr HK Positif.
Aliran HK Alam menyebut hukum itu
langsung bersumber dr Tuhan, bersifat
universal dan abadi, serta antara hukum
dan moral tdk boleh dipisahkan.
Hukum dan Moral merupakan
pencerminan dan pengaturan secara
internal dan eksternal dr kehidupan
manusia yg diwujudkan melalui hukum
dan moral (das Sein dan das Sollen).
ARISTOTELES

Menurut Aristoteles manusia sebagai


makhluk politik (zoon politicon) harus
menyumbang bagi Negara yang
merupakan kewajiban alamiah bagi laki -
Iaki yang mempunyai hak-hak yuridis
sebagai warga polis.
Aristoteles membagi hukum kepada dua
kelompok, yaitu :
Hukum alam atau hukum kodrat, yang
mencerminkan aturan alam. Hukum alam itu
merupakan suatu hukum yang selalu berlaku
dan tidak pernah berubah kaitannya dengan
alam.
Hukum Positif, yaitu hukum yang dibuat oleh
manusia (Penguasa).
Mengapa orang tunduk pada hukum ?
Menurut aristoteles :
Hukum berlaku karena penetapan Negara.
Hukum alam sebagai hukum yang asli berlaku
dimana saja tidak tergantung waktu dan tempat,
orang-orang yang berfikiran sehat merasakan
hukum alam selaras dengan kodrat
manusia.
Hukum tidak tergantung pada pandangan
manusia tentang baik buruknya.
THOMAS AQUINAS (1225-1274)

Menurut Aquinas hukum kodrat sebagai


prinsip-prinsip segala hukum positif,
berhubungan langsung dengan manusia
dan dunia sebagai ciptaan Tuhan.
Prinsip-prinsip tersebut dibagi menjadi dua, yaitu:
1). Prinsip hukum kodrat primer, yaitu prinsip
hukum yang telah dirumuskan oleh para
pemikir Stoa zaman klasik. Prinsip hukum
kodrat primer yaitu: honeste viver (hidup
terhormat), neminem laedere (tidak
merugikan orang lain), unicuique
suutntribuere (memberikan orang lain sesuai
haknya).
2). Prinsip hukum kodrat sekunder, yaitu norma-
norma moral seperti jangan membunuh,
mencuri dan lain sebagainya.
Membagi HK kedlm 4 gol :
1. Lex Aeterna, rasio tuhan sendiri yg mengatur
segala sesuatu dan merupakan sumber dr segala
HK.
2. Lex Divina, bagian dr rasio tuhan yg dpt ditangkap
oleh manusia berdasarkan waktu yg diterimanya.
3. Lex Naturalis, HK alam, yaitu penjelmaan dr lex
aeterna di dlm rasio manusia.
4. Lex Positivis, HK yg berlaku mrpkan pelaksanaan
dr HK alam oleh manusia berkaitan dgn syarat
khusus yg diperlukan oleh keadaan dunia.
HUGO DE GROOT
Hukum kodrat sebagai pernyataan akal budi
praktis manusia. Para pemikir cenderung
menyusun suatu daftar hukum kodrat yang
dianggap tetap berlaku dan abadi. Hugo
Grotius menyatakan prinsip hukum a priori
yaitu hukum kodrat yang berlaku positif.
Menurut Grotius, ada dua macam prinsip-
prinsip dalam konsepnya tersebut :
I). Prinsip-prinsip dasar, meliputi: prinsip
kepunya-kepunyaan, prinsip kesetiaan pada
janji, prinsip ganti rugi, prinsip perlunya
hukuman.
2). Prinsip-prinsip yang melekat pada subjek
hukum, meliputi hak atas kebebasan, hak
untuk berkuasa atas orang lain, hak untuk
berkuasa sebagai majikan, hak untuk
berkuasa atas milik.
MESSNER

Menurut Messner hukum kodrat sama dengan


prinsip-prinsip dasar bagi kehidupan sosial dan
individual.
Hukum kodrat adalah aturan hak-hak
(kompetensi) khas baik pribadi maupun
masyarakat yang berakar dalam kodrat
manusia yang bertanggungjawab sendiri.
Menurut Messner terdapat tiga macam hukum
kodrat, yaitu:
1).Hukum kodrat primer yang mutlak, yaitu
memberikan kepada tiap orang sesuai haknya.
Dari prinsip ini diturunkan prinsip-prinsip umum
seperti jangan membunuh, dan seterusnya.
2).Hak fundamental, yaitu kebebasan batin,
kebebasan agama, hak atas nama baik, hak atas
privacy, hak atas pernikahan, hak untuk
membentuk keluarga, dan sebagainya.
3).Hukum kodrat sekunder, yaitu hak yang
diperoleh karena berkaitan dengan situasi
kebudayaan, misalnya hak milik dan azas-azas
hukum adat .
Friedman, berpendapat bahwa hukum alam
ini memiliki fungsi jamak, yakni : pertama,
sebagai instrumen utama dalam
transformasi dari hukum sipil kuno pada
zaman romawi ke suatu sistem yang luas
dan kosmopolitan. Kedua, digunakan
sebagai sejata oleh kedua belah pihak
dalam pertikaian antara gereja pada Abad
Pertengahan dan para kaisar Jerman.
Ketiga, sebagai latar belakang
pemikiranuntuk mendukung berlakunya
hukum internaional dan menuntut
kebebasan individu terhadap absolutisme,
dan Keempat, prinsip-prinsip hukum alam
juga digunakan oleh para hakim Amerika
(yang berhak untuk menafsirkan konstitusi)
guna menentang usaha-usaha perundang-
undangan negara untuk mememodifikasi
dan mengurangi kebebasan mutlak individu
dalam bidang ekonomi.
Soedjono Dirdjosisworo, hukum alam adalah
ekspresi dari kegiatan manusia yg mencari
keadilan sejati yang mutlak.
Fungsi HK alam terhadap HK positif :
1. HK alam sebagai sarana koreksi bg HK
positif.
2. HK alam menjadi inti HK positif
3. HK alam sebagai pembenaran HAM.
Berdasarkan sumbernya aliran HK Alam ini dapat
dibagi dua, yaitu
Irasional, berpendapat bahwa hukum yang
berlaku universal dan abadi itu bersumber dari
Tuhan secara langsung. Pendukung aliran hukum
alam irasional antara lain Thomas Aquinas, John
Salisbury, Dante, Piere Dubois, Marsilius Padua,
dan John Wycliffe.
Rasional, bahwa sumber hukum yang universal
dan abadi itu adalah rasio manusia. hukum alam
rasional adalah Hugo de Groot (Grotius), Cristian
Thomasius, Imanuel Kant dan Samuel von
Pufendorf.
Sifat HK Alam :
1. Terlepas dr kehendak manusia/tdk
bergantung pd pandangan manusia.
2. Berlaku tdk mengenal batas waktu, artinya
berlaku kapan saja.
3. Bersifat universal artinya berlaku bagi semua
orang.
4. Berlaku di semua tempat/berlaku dimana
saja tdk mengenal batas tempat.
5. Bersifat jelas bg manusia.
ALIRAN HUKUM POSITIVISME

Aliran Positivisme mengatakan bahwa


kaedah hukum hanya bersumber dari
kekuasaan negara yg tertinggi, dan sumber
itu hanyalah hukum positif yg terpisah dr
kaedah sosial, bebas dr pengaruh politik,
ekonomi, sosial, dan budaya.
Positivisme Hukum (Aliran Hukum Positif)
memandang perlu memisahkan secara tegas antara
hukum dan moral (antara hukum yang berlaku dan
hukum yang seharusnya antara das Sein dan das
Sollen). Aliran ini memandang bahwa tiada hukum
kecuali perintah penguasa (law in a command of
the lawgivers). Bahkan aliran legisme yang
merupakan bagian dari Positivisme Hukum
mengatakan lebih tegas lagi bahwa hukum identik
dengan undang-undang.
Aliran Positivisme Hukum di bagi dalam dua corak,
yaitu (1) Aliran Hukum Positif Analitis (Analitical
Jurisprudence) dengan pelopornya John Austin; dan
(2) Aliran Hukum Murni (Reine Rechtlehre)
dipelopori Hans Kelsen.
Positivisme dalam pengertian modern adalah
suatu sistem filsafat yang mengakui hanya
fakta-fakta positif dan fenomena-fenomena
yang bisa diobservasi.
Positivisme merupakan sebuah sikap ilmiah,
menolak spekulasi-spekulasi apriori dan
berusaha membangun dirinya pada data
pengalaman.
Teori ini dikembangkan oleh August Comte,
seorang sarjana Perancis yang hidup pada
tahun 1798 hingga 1857.
Positivisme hukum ada 2 bentuk :
1. Positivisme yuridis
Dalam perspektif positivisme yuridis, hukum
dipandang sebagai suatu gejala tersendiri yang
perlu diolah secara ilmiah.
Tujuan postivisme yuridis adalah pembentukan
struktur-struktur rasional system-sistem yuridis
yang berlaku. Dalam praktisnya konsep ini
menurunkan suatu teori bahwa pembentukan
hukum bersifat professional yaitu hukum
merupakan ciptaan para ahli hukum.
Prinsip-prinsip positivisme yuridis adalah:
1. Hukum adalah sama dengan undang-undang.
HaI ini didasarkan pemikiran bahwa hukum muncul
berkaitan dengan Negara, sehingga hukum yang benar
adalah hukum yang berlaku dalam suatu Negara.
2. Tidak ada hubungan mutlak antara hukum dan moral.
Hukum adalah ciptaan para ahli hukum belaka.
3. Hukum adalah suatu closed logical system .
Untuk menafsirkan hukum tidak perlu bimbingan
norma sosial, politik dan moral melainkan cukup
disimpulkan dari undang-undang.
Tokohnya adalah: R. von Jhering dan John Austin
(analytical jurisprudence).
2. Positivisme sosiologis
Dalam perspektif positivisme sosiologis, hukum
dipandang sebagai bagian dari kehidupan
masyarakat. Dengan demikian hukum bersifat
terbuka bagi kehidupan masyarakat. Keterbukaan
tersebut menurut positivisme sosiologis harus
diselidiki melalui metode ilmiah.
Tokohnya adalah August Comte (1789-1857) yang
menciptakan ilmu pengetahuan baru, sosiologi.
John Austin (1790-1859)
Teori Analytical Jurisprudence (aliran hukum
analitis).
Hukum merupakan perintah dari mereka yg
memegang kekuasaan tertinggi, atau dari yang
memegang kedaulatan.
Hukum adalah tiap -tiap undang-undang positif
yang ditentukan secara langsung atau tidak
Iangsung oleh seorang pribadi atau sekelompok
orang yang berwibawa bagi seorang anggota atau
anggota-anggota suatu masyarakat politik yang
berdaulat, dimana yang membentuk hukum adalah
yang tertinggi.
la mendefinisikan hukum sebagai suatu aturan
yang ditentukan untuk membimbing makhluk
berakal oleh makhluk berakal yang telah
memiliki kekuatan mengalahkannya. Sehingga
karenanya hukum, yang dipisahkan dari
keadilan dan sebagai gantinya didasarkan pada
ide-ide baik dan buruk, dilandaskan pada
kekuasaan yang tertinggi.
Austin membagi HK kedlm dua bagian :
1. Hukum yg dibuat oleh Tuhan.
2. Hukum yg disusun oleh umat manusia :
a. Hukum yang sebenarnya;
b. Hukum yg tdk sebenarnya.
Maka untuk dapat disebut hukum
menurut Austin diperlukan adanya
unsur-unsur sebagai berikut:
1. adanya penguasa (souvereighnity);
2. suatu perintah (command);
3. kewajiban untuk menaati (duty) , dan
4.sanksi bagi mereka yang tidak taat
(sanction).
Positivisme Pragmatik
Sebagai lawan dari teori Austin adalah gerakan
kaum Realis Amerika yang disebut Positivisme
Pragmatis, yang mempelajari hukum sebagai
karya-karya dan fungsi-fungsinya bukan
sebagai yang tertulis di atas kertas.
Hukum menurut Positivisme Pragmatik, harus
ditentukan oleh fakta-fakta sosial yang berarti
sebuah konsepsi hukum dalam perubahan
terus menerus dan konsep masyarakat yang
berubah lebih cepat dibandingkan hukum.
ALIRAN HUKUM MURNI
Pembahasan utama Hans Kelsen (1881-1973)
dalam teori hukum murni adalah untuk
membebaskan ilmu hukum dari unsur ideologis.
Keadilan misalnya, oleh Kelsen dipandang sebagai
sebuah konsep ideologis. la melihat dalam
keadilan sebuah ide yang tidak rasional dan teori
hukum murni tidak bisa menjawab tentang
pertanyaan tentang apa yang membentuk
keadilan karena pernyataan ini sama sekali tidak
bisa dijawab secara ilmiah. Jika keadilan harus
diidentikkan dengan legaIitas, dalam arti tempat,
keadilan berarti memelihara sebuah tatanan
(hukum) positif melalui aplikasi kesadaran atasnya.
Teori Hukum Murni menghendaki hukum harus
dibersihkan dari unsur-unsur yg tdk yuridis
seperti etis, sosiologis, politis, dan sejarah.
Teori ini tdk memberi tempat bagi berlakunya
suatu hukum alam.
Hukum adalah sebagaimana mestinya, yakni
terdpt dlm berbagai peraturan yg ada. Oleh
karena itu, yg dipermasalahkan bukanlah
bagaimana hukum itu seharusnya, melainkan
apa hukumnya.
Objek penyelidikan ilmu pengetahuan hukum
adalah sifatnya normatifnya. Hukum itu berada
dalam dunia sollen (yang seharusnya menurut
hukum),bukan dlm dunia sein (kenyataan dlm
masyarakat).
Konsep Grundnorm atau teori stufenbau, semua
hukum bersumber pada satu induk.
HUKUM BERLANDASKAN WAHYU

Para ahli hukum Islam berpendapat bahwa hukum


Islam bersumber dari ajaran Islam (A-Quran dan Al-
Hadits) sehingga biasa disebut Law is religion. Selain
itu, hukum Islam biasa disebut Islamic Law dan Islamic
Jurisprudence. Islamic Law disebut syariat Islam dan
Islamic Jurisprudence disebut fiqh. Syariat adalah
hukum yang ditetapkan oleh Allah bagi hambaNya
tentang urusan agama. Atau hukum agama yang
ditetapkan dan diperintahkan oleh Allah baik berupa
ibadah (puasa, shalat, haji, zakat, dan seluruh amal
kebaikan) atau muamalah yang menggerakkan
kehidupan manusia (jual beli, nikah, dll).
Menurut Asy-Syatibi, Islam telah
mensyariatkan berbagai hukum yang
menjamin terwujudnya hal-hal yang
dharuri (primer) yang meliputi : agama,
jiwa, akal, kehormatan, dan harta
kekayaan.
1. Memelihara Agama
Agama adalah sekumpulan akidah, ibadah,
hukum dan undang-undang yang disyariatkan
oleh Allah untuk mengatur hubungan manusia
denganNya dan hubungan antar manusia . Untuk
mewujudkan dan memelihara agama, Islam telah
mensyariatkan iman dan hukum pokok ajaran
dasar Islam (Syahadat, sholat, zakat, puasa, dan
haji), kewajiban berdakwah untuk menyeru
manusia kepada agama, kewajiban berjihad
untuk memerangi orang-orang yang menghalangi
agama, hukuman terhadap orang yang murtad
dari agama, dan hukuman terhadap pembuat
bidah.
2. Memelihara jiwa
Yaitu memelihara hak untuk hidup terhormat
dan memelihara jiwa agar terhindar dari
tindakan penganiayaan, berupa pembunuhan,
pemotongan anggota badan, maupun tindakan
melukai. Termasuk memelihara kemuliaan dan
harga diri manusia dengan jalan mencegah
perbuatan qadzaf (menuduh berzina), dan
melindungi kebebasan berpikir, berpendapat,
berkarya dan bergerak di tengah dinamika sosial
sepanjang tidak merugikan orang lain.
3.Memelihara akal
Yaitu menjaga akal agar tidak terkena
bahaya (kerusakan) yang
mengakibatkan orang yang
bersangkutan tidak berguna lagi di
masyarakat, menjadi sumber keburukan
dan penyakit bagi orang lain.
4.Memelihara Keturunan
Yaitu memelihara tatanan nilai dalam proses
pergaulan di antara sesama manusia dan
mencegah terjadinya kerusakan biologis yang
diakibatkan oleh ketidakterjagaan di dalam
proses interaksi sesama manusia. Oleh
karena itu Islam melarang menikah dan
berhubungan kelamin dengan muhrimnya
(incest) dan melarang berzina dengan
memberikan sanksi yang seberat-beratnya
berupa hukuman hadd.
5.Memelihara Harta
Untuk menghasilkan dan memperoleh harta
kekayaan, Islam mensyaratkan kewajiban
berusaha untuk memperoleh rezeki, kebebasan
bermuamalah, pertukaran, perdagangan, dan
kerjasama dalam usaha. Sedangkan untuk
memelihara harta, Islam mensyariatkan
pengharaman pencurian dengan hukuman hadd
bagi setiap orang yang melakukannya, dan
mengharamkan riba karena termasuk
perbuatan aniaya (dzalim) terhadap orang lain
dalam hal harta.
Keadilan menurut Yusuf Qardhawi
Di antara nilai-nilai kemanusiaan yang asasi yang
dibawa oleh Islam dan dijadikan sebagai pilar
kehidupan pribadi, rumah tangga dan masyarakat
adalah Keadilan. Sehingga Al Quran menjadikan
keadilan di antara manusia itu sebagai hadaf
(tuluan) risalah langit, sebagaimana firman Allah
SWT:
Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul
Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan
telah Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan
neraca (keadilan) supaya manusia dapat
melaksanakan keadilan. (Al Hadid: 25)
Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia
meletakkan neraca (keadilan). Supaya kamu
jangan melampaui batas tentang neraca itu.
Dan tegakkanlah timbangan itu dengan adil
dan janganlah kamu mengurangi neraca itu.
(Ar-Rahman: 7-9).
Islam memerintahkan kepada seorang Muslim
untuk berlaku adil terhadap diri sendiri, yaitu
dengan menyeimbangkan antara haknya dan hak
Tuhannya dan hak-hak orang lain. Sebagaimana
sabda Rasulullah SAW kepada Abdullah bin Amr
ketika mengurangi haknya sendiri, yaitu dengan
terus menerus puasa di siang hari dan shalat di
malam hari.
Sesungguhnya untuk tubuhmu kamu punya hak
(untuk beristirahat), dan sesungguhnya bagi kedua
matamu punya hak dan kepada keluargamu kamu
punya hak, dan untuk orang yang menziarahi kamu
juga mempunyai hak. (HR. Muttafaqun Alaih).
Islam juga memerintahkan bersikap adil
dengan/terhadap keluarga, isteri, atau
beberapa isteri, anak-anak laki-laki dan anak-
anak perempuan. Allah SWT berfrman:
Maka nikahilah wanita-wanita (lain) yang
kamu senangi; dua, tiga atau empat Kemudian
jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil,
maka (nikahilah) seorang saja (An-Nisa: 3)
Norma Hukum Norma Moral

Dasar Perumusan yuridis, Konsensus, Hukum Alam


Dasar Terdalam Hukum Alam

Otonomi Datang dari luar manusia, Otonomi dan teonomi


heteronomi

Pelaksanaan Lahiriah, jadi dapat dipaksakan Lahiriah dan batiniah, tidak


dapat dipaksakan

Sanksi Sanksi yuridis, sanksi lahiriah Sanksi kodrati, Batiniah: menyesal,


malu terhadap diri sendiri

Tujuan Mengatur hidup manusia dalam Mengatur hidup manusia sebagai


kehidupan bernegara manusia

Waktu/Tempat Tergantung pada waktu Secara objektif tidak dan


tergantung pada waktu dan
tempat
Norma moral yg dihadapi adalah sikap
moralitas yaitu penyesuaian diri dgn
kewajiban moral. Hati nurani menjadi motivasi
yg sebenarnya dr perbuatan.
Norma hukum yg dihadapi adalah sikap
legalitas yaitu penyesuaian diri dgn ketentuan
UU (hukum positif). UU menjadi motivasi
perbuatan.

Das könnte Ihnen auch gefallen