Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
KELOMPOK 3
1. Hamdayani (838953861)
2. Nurdaliana (838956219)
3. Yeni Kartika Sari (838953886)
4. Agustina Etha Bangnga (838952662)
5. Jemi sampe (838952773)
MODUL 4
PENDIDIKAN
ANAK TUNA NETRA
KB 1 :
Definisi, Klasifikasi, Penyebab,
dan Cara Pencegahan
Terjadinya Ketunanetraan
*Definisi Dan
Klasifikasi Tunanetra
Ada dua jenis definisi sehubungan
dengan
kehilangan penglihatan berikut
ini :
1.Definisi legal (definisi
berdasarkan peraturan
perundang-undangan)
Ketajaman penglihatan (
Definisi edukasional mengenai ketunanetraan lebih
dapat memenuhi persyaratan daripada definisi
legal oleh karenanya dapat menunjukkan :
Metode membaca dan metode pembelajaran
membaca yang mana yang sebaiknya
dipergunakan
Alat bantu serta bahan ajar yang sebaiknya
dipergunakan
Kebutuhan yang berkaitan dengan orientasi dan
mobilitas.
*
Buta ( blind )
2 Pencegahan sekunder
3 Pencegahan tersier
*Prophylaxis *Pendidikan
*Imunisasi *Penyuluhan genetika
*Perawatan kehamilan yang *Perundang-undangan
tepat
*Deteksi dan intervensi dini
*Perawatan neonatal *Meningkatkan hygiene dan
*Perbaikan gizi perawatan kesehatan
KB 2:
Dampak Ketunanetraan Terhadap
Kehidupan Seorang Individu
*Proses Pengindraan
Outside World
Sensory Perception
Memory
*LATIHAN KETERAMPILAN
PENGINDRAAN
INDRA PENDENGARAN
Dengan dilatih, pendengaran juga akan menjadi peka terhadap
bunyi-bunyi. Dengan melatih keterampilan pendengaran tanpa
menggunakan indra penglihatan kita akan dapat menyadari
apa yang sedang dilakukan oleh orang-orang di sekitar
INDRA PENCIUMAN
Betapa banyak bahan makanan yang dapat kita kenali melalui
indra penciuman.
Misalnya, jika kita tidak dapat membedakan antara kunyit dan
jahe melalui perabaan kenalilah baunya.
*LATIHAN KETERAMPILAN
PENGINDRAAN
SISA INDRA PENGLIHATAN
Sebagian besar orang yang dikategorikan sebagai
tunanetra masih mempunyai sisa penglihatan (low
vision). Kebanyakan orang low vision dapat merespon
secara baik terhadap warna-warna kontras, dan
mereka harus memanfaatkannya dengan sebaik-
baiknya.
1.Visualisasi
Cara lain bagi individu tunanetra untuk mendapatkan
kenyamanan di dalam lingkungannya dan
membantunya bergerak secara mandiri adalah dengan
menggunakan ingatan visual ( visual memory) atau
visualisasi (juga disebut peta mental). yang tepat agar
tetap menjadi bagian dari kehidupan yang normal.
2.Ingatan Kinestetik
Ingatan kinestetik adalah ingatan tentang kesadaran
gerak otot yang dihasilkan oleh interaksi antara indra
perabaan (tactile), propriosepsi dan keseimbangan
yang dikontrol oleh sistem vestibular, yang berpusat
di bagian atas dari telinga bagian dalam. Sistem ini
peka terhadap percepatan, posisi, dan gerakan
kepala.
3. Persepsi Obyek (Object Perception)
Banyak tunanetra yang sudah
berpengalaman banyak dalam bepergian
secara mandiri, akan mengembangkan suatu
kemampuan yang mungkin turut
membentuk anggapan orang bahwa individu
tunanetra memiliki indra keenam atau
sekurang-kurangnya member kesan bahwa
dia mempunyai indra pendengaran yang
lebih tajam. Kemampuan ini disebut
persepsi obyek (object perception)
CARA MENUNTUN ORANG TUNANETRA
*Kontak pertama Melewati Tangga
*Cara memegang Melangkahi lubang
*Posisi pegangan Duduk di kursi
Naik ke dalam
*Jalan sempit
mobil
*Membuka/
menutup pintu
CARA MENGORIENTASIKAN
Jika kita menunjukkan arah menuju suatu tempat atau
benda kepada seorang tunanetra, kita tidak bisa sekedar
menunjukkan sambil mengatakan ke sana ke sini. Kita
harus lebih spesifik. Misalnya: kira-kira 10 meter ke
depan; di sebelah kiri; 5 langkah ke kanan; di atas TV;
dsb.
Untuk lingkungan yang kecil, kita dapat menggunakan
putaran jam sebagai rujukan. Misalnya, ketika kita ingin
memberitahukan letak makanan di dalam piring seorang
tunanetra yang akan makan, kita dapat mengatakan ikan
ada di jam 9, sambal di jam 12, tahu di jam 6, dst.
Kegiatan Belajar 3 :
Pendidikan Bagi Siswa
Tunanetra di Sekolah Umum
dalam Setting Pendidikan
Inklusif
KEBUTUHAN KHUSUS PENDIDIKAN
SISWA TUNANETRA
1. Pengembangan Konsep
Konsep adalah simbol atau istilah yang menggambarkan suatu
obyek, kejadian, atau keadaan tertentu.
3. Keterampilan Sosial/Emosional
Agar efektif dalam interaksi sosial, anak tunanetra perlu
memiliki keterampilan tertentu, seperti keterampilan
penggunaan bahasa non verbal atau bahasa tubuh (body
language)
4. Keterampilan Orientasi dan Mobilitas
1. Alat Peraga
Objek atau situasi sebenarnya, benda asli yang
diawetkan, model dua dimensi, dan model tiga
dimensi.