Sie sind auf Seite 1von 29

UNIVERSITAS TERBUKA

UPBJ KOTA TARAKAN

KELOMPOK 3
1. Hamdayani (838953861)
2. Nurdaliana (838956219)
3. Yeni Kartika Sari (838953886)
4. Agustina Etha Bangnga (838952662)
5. Jemi sampe (838952773)
MODUL 4

PENDIDIKAN
ANAK TUNA NETRA
KB 1 :
Definisi, Klasifikasi, Penyebab,
dan Cara Pencegahan
Terjadinya Ketunanetraan
*Definisi Dan
Klasifikasi Tunanetra
Ada dua jenis definisi sehubungan
dengan
kehilangan penglihatan berikut
ini :
1.Definisi legal (definisi
berdasarkan peraturan
perundang-undangan)
Ketajaman penglihatan (
Definisi edukasional mengenai ketunanetraan lebih
dapat memenuhi persyaratan daripada definisi
legal oleh karenanya dapat menunjukkan :
Metode membaca dan metode pembelajaran
membaca yang mana yang sebaiknya
dipergunakan
Alat bantu serta bahan ajar yang sebaiknya
dipergunakan
Kebutuhan yang berkaitan dengan orientasi dan
mobilitas.
*

Buta ( blind )

Tunanetra berat dan


kurang awas (low vision)
atau tunanetra ringan
Menurut Mason & McCall 1999 dinegara-
negara ini kasus kebutaan yang disebabkan
oleh kondisi kelainan genetis bawaan,
retinopathy of prematurity atau kerusakan
jalur penglihatan, relative kecil proporsinya.

Menurut G Sianturi, 2004 penyebab utama


kebutaan di Indonesia adalah katarak,
glaucoma, kelainan refraksi, penyakit
kornea, retina dan kekurangan Vitamin A.
Albinisme Ophthalmia Neonatorum
Amblyopia Penyakit Kornea dan
Buta Warna Pencangkokan Korea
Cedera(Trauma) dan Retinitis Pigmentosa ( RP )
Radiasi Retinopati Diabetika
Defisiensi Vitamin A Retinopati of Prematurity
Xerophthalmia
Glaukoma Sobeknya dan Lepasnya
Katarak Retina
Kelainan Mata Bawaan Strabismus
Myopia Trakhoma
( Penglihatan Dekat ) Tumor
Nistagmus Uveitis
Vision 2020 akan memungkinkan masyarakat
internasional untuk memerangi kebutaan yang dapat
dihindari melalui :
Pencegahan dan pemberantasan penyakit
Pelatihan personel
Memperkuat infrastruktur perawatan mata yang ada
Penggunaan teknologi yang tepat dan terjangkau
Mobilisasi sumber-sumber
1 Pencegahan primer

2 Pencegahan sekunder

3 Pencegahan tersier
*Prophylaxis *Pendidikan
*Imunisasi *Penyuluhan genetika
*Perawatan kehamilan yang *Perundang-undangan
tepat
*Deteksi dan intervensi dini
*Perawatan neonatal *Meningkatkan hygiene dan
*Perbaikan gizi perawatan kesehatan
KB 2:
Dampak Ketunanetraan Terhadap
Kehidupan Seorang Individu
*Proses Pengindraan
Outside World

Sensory Perception

Linguistic dan Non Linguistic Effetive

Memory
*LATIHAN KETERAMPILAN
PENGINDRAAN
INDRA PENDENGARAN
Dengan dilatih, pendengaran juga akan menjadi peka terhadap
bunyi-bunyi. Dengan melatih keterampilan pendengaran tanpa
menggunakan indra penglihatan kita akan dapat menyadari
apa yang sedang dilakukan oleh orang-orang di sekitar

Dengan teknologi, berbagai peralatan dapat dimodifikasi agar


dapat memberikan informasi auditer, misalnya komputer, jam
tangan, termometer, dll dapat diakses oleh tunanetra setelah
dibuat bersuara.
*LATIHAN KETERAMPILAN
INDRA PERABAAN PENGINDRAAN
Indra perabaan dapat memberikan informasi yang biasanya kita
peroleh melalui indra penglihatan.

INDRA PENCIUMAN
Betapa banyak bahan makanan yang dapat kita kenali melalui
indra penciuman.
Misalnya, jika kita tidak dapat membedakan antara kunyit dan
jahe melalui perabaan kenalilah baunya.
*LATIHAN KETERAMPILAN
PENGINDRAAN
SISA INDRA PENGLIHATAN
Sebagian besar orang yang dikategorikan sebagai
tunanetra masih mempunyai sisa penglihatan (low
vision). Kebanyakan orang low vision dapat merespon
secara baik terhadap warna-warna kontras, dan
mereka harus memanfaatkannya dengan sebaik-
baiknya.
1.Visualisasi
Cara lain bagi individu tunanetra untuk mendapatkan
kenyamanan di dalam lingkungannya dan
membantunya bergerak secara mandiri adalah dengan
menggunakan ingatan visual ( visual memory) atau
visualisasi (juga disebut peta mental). yang tepat agar
tetap menjadi bagian dari kehidupan yang normal.
2.Ingatan Kinestetik
Ingatan kinestetik adalah ingatan tentang kesadaran
gerak otot yang dihasilkan oleh interaksi antara indra
perabaan (tactile), propriosepsi dan keseimbangan
yang dikontrol oleh sistem vestibular, yang berpusat
di bagian atas dari telinga bagian dalam. Sistem ini
peka terhadap percepatan, posisi, dan gerakan
kepala.
3. Persepsi Obyek (Object Perception)
Banyak tunanetra yang sudah
berpengalaman banyak dalam bepergian
secara mandiri, akan mengembangkan suatu
kemampuan yang mungkin turut
membentuk anggapan orang bahwa individu
tunanetra memiliki indra keenam atau
sekurang-kurangnya member kesan bahwa
dia mempunyai indra pendengaran yang
lebih tajam. Kemampuan ini disebut
persepsi obyek (object perception)
CARA MENUNTUN ORANG TUNANETRA
*Kontak pertama Melewati Tangga
*Cara memegang Melangkahi lubang
*Posisi pegangan Duduk di kursi
Naik ke dalam
*Jalan sempit
mobil
*Membuka/
menutup pintu
CARA MENGORIENTASIKAN
Jika kita menunjukkan arah menuju suatu tempat atau
benda kepada seorang tunanetra, kita tidak bisa sekedar
menunjukkan sambil mengatakan ke sana ke sini. Kita
harus lebih spesifik. Misalnya: kira-kira 10 meter ke
depan; di sebelah kiri; 5 langkah ke kanan; di atas TV;
dsb.
Untuk lingkungan yang kecil, kita dapat menggunakan
putaran jam sebagai rujukan. Misalnya, ketika kita ingin
memberitahukan letak makanan di dalam piring seorang
tunanetra yang akan makan, kita dapat mengatakan ikan
ada di jam 9, sambal di jam 12, tahu di jam 6, dst.
Kegiatan Belajar 3 :
Pendidikan Bagi Siswa
Tunanetra di Sekolah Umum
dalam Setting Pendidikan
Inklusif
KEBUTUHAN KHUSUS PENDIDIKAN
SISWA TUNANETRA
1. Pengembangan Konsep
Konsep adalah simbol atau istilah yang menggambarkan suatu
obyek, kejadian, atau keadaan tertentu.

Hills dan Blasch (1980) mengklasifikasi jenis konsep yang diperlukan


oleh anak tunanetra
1. Konsep Tubuh : kemampuan untuk mengidentifikasiatau mengenali
nama bagian tubuh serta mnegetahui lokasi, gerakan, hubungannya
dengan bagian tubuh lain, dan fungsi bagian-bagian tubuh tersebut
2. Konsep Ruang : mencakup posisi atau hubungan
3. Konsep Lingkungan
2. Teknik Alternatif dan Alat Bantu Belajar Khusus
Teknik alternatif adalah cara khusus (baik dengan ataupun
tanpa alat bantu khusus) yang memanfaatkan indra-indra
nonvisual atau sisa indra penglihatan untuk melakukan
sesuatu kegiatan yang normalnya dilakukan dengan indra
penglihatan.
Contoh: Jam tangan brille, jam tangan bicara, komputer
bicara, komputer dengan printer braille, dll

3. Keterampilan Sosial/Emosional
Agar efektif dalam interaksi sosial, anak tunanetra perlu
memiliki keterampilan tertentu, seperti keterampilan
penggunaan bahasa non verbal atau bahasa tubuh (body
language)
4. Keterampilan Orientasi dan Mobilitas

Kemampuan mobilitas, yaitu keterampilan untuk


bergerak secara leluasa di dalam lingkungannya.
Keterampilan orientasi, yaitu kemampuan untuk
memahami hubungan lokasi antara satu obyek dengan
obyek lainnya di dalam lingkungan (Hill dan Ponder,
1976)
Untuk membantu mobilitas tunanetra alat bantu
yang umum dipergunakan adalah tongkat, anjing
penuntun, dan alat elektronik.
5. Keterampilan Menggunakan Sisa Penglihatan

Sebagian besar orang tunanetra masih memiliki sisa


penglihatan yang fungsional, dan banyak di antara
mereka masih dapat membaca dan menulis
menggunakan tulisan biasa dengan pengaturan pada
satu atau tiga aspek berikut. Pencahayaan,
penggunaan kaca mata, dan magnifikasi (pembesaran
tampilan tulisan).
Alat bantu low vision yang paling efektif adalah
cahaya dan kacamata yang cocok.
STRATEGI PEMBELAJARAN TUNANETRA
1. Pembelajaran deduktif atau induktif
2. Pembelajaran ekspositorik atau heuristik
3. Pembelajaran seorang guru atau beregu (team
teaching)
4. Pembelajaran klasikal, kelompok kecil, atau individual
5. Pembelajaran tatap muka atau melalui media
6. Strategi individualisasi: Program Pendidikan
Individualisasai (PPI)
7. Strategi Kooperatif
8. Strategi modifikasi perilaku
MEDIA PEMBELAJARAN TUNANETRA

1. Alat Peraga
Objek atau situasi sebenarnya, benda asli yang
diawetkan, model dua dimensi, dan model tiga
dimensi.

2. Alat Bantu Pembelajaran


Alat bantu untuk baca-tulis, alat bantu untuk
membaca, alat bantu untuk berhitung dan alat bantu
untuk audio.
EVALUASI PEMBELAJARAN
Hal yang harus diperhatikan saat melakukan evaluasi pada anak
tunanetra:
1. Soal dalam bentuk huruf Braille, sedangkan untuk siswa low
vision disesuaikan dengan kemampuan penglihatannya.
2. Guru harus bersikap objektif dalam mengevaluasi pencapaian
prestasi belajar siswa tunanetra sesuai dengan
kemampuannya.
3. Waktu pelaksanaan tes hendaknya lebih lama karena
didasarkan pada pertimbangan bahwa waktu yang digunakan
siswa tunanetra untuk membaca dan menulis huruf Braille.

Das könnte Ihnen auch gefallen